Tipe: Koran
Tanggal: 1996-02-04
Halaman: 01
Konten
4cm Perintis Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Umum/Redaks Penanggung Jawab Wakil Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Redaktur Pelaksana : K. Nadha K. Nadha : ABG. Satria Naradha : Widminarko : Made Nariana B. Ashrama Redaksi: Djesna Winada, Surawan, Gde Nym. Suryawan, Made Sumendra, Gde Suyadnyana, K. Abinawa, Agus Talino, Nym. Wirata, Alit Susrini Kantor Redaksi: Jl. Kepundung 67A, Denpasar 80232. Telepon: 238582-238239, Fax: 227418 Teleks: 35191, Alamat Surat: P.O. Box: 3010 Denpasar 80001. Perwakilan Ball Post Jakarta, Bag. Iklan: Dinar Building Lantai III, Jalan Raden Saleh Raya No. 4, Jakarta 10430, Telepon (021) 390 3091, 390 3092. Bag. Redaksi Jl. Martapura 1B Telp. (021) 3905330. NTB JI. WR Supratman 22A Telp. (0364) 32737. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 24 Oktober 1985, Anggota SPS-SGP Penerbit: PT Bali Post. ISSN 0852-6515 MINGGU WAGE, 4 FEBRUARI 1996 audi MILIE MONUMEN PANASEVAL Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila TERBIT 16 HALAMAN Banjir Datang lagi BANJIR datang lagi. Tak terelakkan. di daerah Jatinegara, Kampung Melayu, Tanah Jakarta terendam. Jalan-jalan umum seperti Abang, Grogol tergenang air. Bahkan keting- gian banjir sempat mencapai dua meter lebih. Tak terhitung berapa banyak kerugian yang diderita. Air menghanyutkan apa saja, tempat ya yang tak sempat diselamatkan pemiliknya. Sungai Ciliwung dalam keadaan biasa dalamnya tak lebih dari empat meter. Ketika menerima kiriman air dari Puncak, Bogor sun- gai itu sudah tak lagi mampu menampung. Air pun merambah ke daerah-daerah yang tak han- ya berpotensi terkena banjir, tetapi juga meng- hampiri daerah-daerah yang jaraknya lebih dari satu kilometer. Mobil-mobil yang diparkir di tepi jalan pun menjadi santapan pula. tidur, lemari, mobil, atap rumah dan sebagain- Banjir kali ini memang dahsyat. Bagi daer- ah Jakarta dan sekitarnya, banjir bukanlah hal yang asing lagi. Sejak zaman penjajahan Be- landa, Jakarta yang dulu bernama Batavia memang sering dihampiri banjir. Untuk men- gatasi banjir ini, pada abad ke-17 Belanda membuat pagar betis di sekeliling Sungai Ci- liwung untuk melindungi kota Batavia dari serbuan air. Belanda mengerahkan tenaga kerja rodi dan para narapidana untuk memperluas saluran air hingga ke luar kota. Tetapi usaha ini sia-sia, air tetap saja datang. Bahkan di tahun 1872, Batavia terendam. Kerugian yang diderita Belanda cukup besar. Pemerintah Belanda lalu mendirikan Burgelijke Openbare Werken (BOW) untuk mengatasi luapan air ini. Dengan mengerahkan tenaga kerja rodi dibuatlah kali tambahan, yaitu Kali Krukut dan Kali Grogol, tetapi usaha ini juga tak memba- wa hasil. Di tahun 1913 ketika penduduk Jakarta masih 300 ribu jiwa, dibuatlah banjir kanal dan pintu air Manggarai. Di zaman pemerintah Republik Indonesia, masalah banjir tetap menjadi pemikiran seh- ingga pada tahun 1965 dibentuk Kopro Ban jir. Pada 26 Mei 1972 berubah menjadi Proyek Pengendalian Banjir Jakarta Raya (PPBJR), Sekarang menggantikan PPBJR dibentuklah Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sun- gai Cisadane Ciliwung (PWSCC) yang kemu- dian menghasilkan master plan pencegahan Curah hujan yang turun 6 Januari lalu memang sangat deras. Air pun mulai menggenangi pelataran Jakarta. Curah hujan tak lagi bersahabat, ditambah pula banjir kiriman dari Bogor melalui Sungai Ciliwung. Saluran air, kali-kali yang ada kondisinya sudah sangat parah dan dipenuhi sampah, akibatnya aliran air terhambat. Air pun tumpah ruah ke jalan. Ru- mah-rumah yang berada pada posisi rendah jadi sasarannya. banjir. Walaupun berbagai usa- ha telah dilakukan banjir tetap saja datang. Tiap tahunnya curah hujan berkisar antara 1.500 - 1.700 mm, sementara kemampuan tanah tak bisa meresap air se- banyak itu, apalagi tiap tahun ratusan bangunan semen dan beton berdiri. Tanah pun tertutup semen, tak heran kalau kemudi- an air tak bisa mere- sap ke dalam tanah. Daerah Puncak, Bogor yang dijadi- kan kawasan penyerapan air, sekarang malah subur ditumbuhi vila-vila, bungalo, cot- tage, dan ho- tel mewah. Puncak, Bogor tak lagi bisa di- harapkan sebagai daerah resapan, karena tiap kali hujan datang Sungai Ciliwung dan Cisadane tak bisa menam- pung. "Banjir di Jakarta di antaranya akibat ke- salahan pengguna lahan di Puncak," ujar Men- teri Negara Agraria dan Ketua BPN Soni Har- sono, 24 Januari lalu setelah menghadap Pres- ADURA Bina PITURAL iden di Graha. Menurut Soni, sebetulnya penggunaan lahan di kawasan Puncak telah diatur dalam Keppres No. 79 tahun 1985, tetapi dalam pelaksanaannya kini banyak menyimpang. "Tanah di Puncak telah dikuasai orang-orang kota yang tidak mau begitu saja menye- suaikan peng- gunaannya. Sebe- narnya kawasan Puncak itu meru- pakan daerah pen- yanggah atau ka- wasan lindung. Tetapi karena mera- sa miliknya, mereka membangun semau- nya," tuturnya. Daerah Puncak semula milik pet- ani, namun mereka menjual kepada or- ang-orang kota. Tercatat sejak tahun 1983 hing- ga 1990 penjua- lan tanah men- capai 1.360 hek- tar. Di samping Pun- cak, sepanjang daerah aliran Sungai Ciliwung yang luasnya 40.000 hektar, kini 22.929 hektar digunakan un- tuk non-pertanian. Padahal, menurut ke- tentuan seharusnya 19.845 hektar, itu artinya melebihi 3.000 hektar. Di dataran rendah, sejumlah real estate ber- diri dengan gagahnya. Terkadang pemban- gunan rumah-rumah mewah itu tak meng- indahkan tata lingkungan. Saluran sungai pun bang. Di tepi-tepi sungai sejumlah rumah ku- terpaksa mengalah oleh sikap para pengem- terkadang orang-orang ini mendirikan rumah melampaui batas tepi sungai. Belum lagi sam- pah-sampah yang menumpuk di sungai-sun- gai. Tiga belas sungai yang melintasi kota Jakarta, tidak hanya mengalirkan air ke laut tetapi juga 300 ton beragam sampah dalam se- hari, 67% di antaranya merupakan sampah rumah tangga. muh bertebaran, selain merusak pemandangan Mengatasi banjir, diperlukan kesadaran dan tanggung jawab penuh dari masing-masing in- dividu, karena banjir datangnya akibat ulah manusia jua. Upaya lain adalah pembuatan sumur-sumur resapan untuk menampung air hujan. Menurut Soni, daerah Puncak penam- bahan bangunan juga harus direm dan dikelu- arkan peraturan tegas. Sulitnya penataan di Puncak karena BPN terbentur pada peraturan dan hukum yang ada. "Tetapi masyarakat se- harusnya menyadari bahwa tanah memiliki fungsi sosial," katanya. Selain kesadaran, mengatasi banjir diper- lukan penanganan khusus. Susilo, warga Ka- mpung Melayu mengatakan, tak mudah men- gatasi banjir. Diperlukan badan khusus un- tuk mengatasinya. Peraturan-peraturan yang selama ini dibuat, ada kesan tak digubris. "Seharusnya ada sanksi hukum yang jelas bagi perusak lingkungan, karena dampak dari kerusakan ini luar biasa. Sekarang ini seper- tinya manusia bisa berbuat seenaknya, tak mengindahkan akibat dari perbuatannya," tutur Susilo gemas. Menurut Lukman, prokasih (program kali bersih) harus tetap digalakkan. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang, terutama di saluran-saluran air, harus ditumbuhkan. "Para pengembang jan- gan hanya memikirkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Pembangunan rumah-rumah tinggal harus diimbangi den- gan penataan lingkungan," katanya. "Tan- pa ini semua, penyelamatan lingkungan tidak mungkin tercapai," lanjutnya. Bila se- muanya sudah dilaksanakan, semoga banjir tak datang lagi. (nda) Ilustrasi: Wahyu Mukti Pemimpin Perusahaan Sekretaris Umum Manajer Iklan Manajer Sirkulasi Bagian Iklan ABG. Satria Naradha Retno Endah Sada Kariawan, Kariadi Suryantha, Oka Wipraja Jl. Kepundung 67 A, Denpasar 80232 Bagian Iklan Telepon: 225764 Fax: 227418 Teleks: 35191 Senin s.d. Jumat 08.00 19.00 Sabtu 08.00-13.00 Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan: Iklan Mini: minimal 2 baris makimal 10 baris, perbaris Rp. 5.000 Iklan Umum: Rp. 6.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp. 5.000 per mmk. Iklan Warna: 1 wara Rp. 6.500, 2 warna Rp. 8.500, 4 warna Rp. 9.500 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 19.00. Bagian Langganan/ Pengaduan Langganan : Jl. Kepundung 67 A, Denpasar 80232. Telepon: 225764 Pager Telepon: 139, 234139. Fax: 227418. Harga Langganan: Rp 12.000 sebulan. Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 700. Terbit 7 kali seminggu. Rekening BRI Denpasar Rekening BDB Denpasar Rekening BCA Denpasar Rekening Bank Aken Denpasar Rekening Bank Seri Partha Rekening BUN Denpasar 31-45. 1065.4 173.804 040-30-07061-8 900601028 0274000384 071 000567.7 NOMOR 167 TAHUN KE-48 SAJIAN HALAMAN Gelebet: 2 Trotoarisasi tidak Sebabkan Banjir HALAMAN Eka Cipta Sari Nuansa Etnik di Dunia Model HALAMAN Nia Paramitha: Pilih Nyanyi Uskup Belo Kecewa Peresmian Seminari Balide Diwarnai Gelar Spanduk Dili - Peresmian gedung Seminari Nossa Senhora de Fatima di Desa Balide, Dili, Timor Timur yang penuh dengan nuansa religius dan sakral Sabtu (3/2) kemarin, sempat diwarnai ulah sekelompok pemuda dengan aksi teriak dan gelar spanduk. Pada peresmian seminari yang diha- diri Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk RI Mgr. Pietro Sambi dan Dirjen Bimas Katholik Ignatius Imam Kusenomihard jo itu dilangsungkan misa suci yang dip- impin pemimpin umat Katholik Timtim Uskup Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo. Aksi teriak dan gelar spar itu, ber- mula ketika seusai misa suci untuk pem- berkatan gedung seminari sekelompok pemuda yang ikut bergabung bersama ribuan umat Katholik mulai berteriak- teriak dengan ucapan kotor. Teriakan-teriakan dalam bahasa daer- ah setempat Tetun yang bernada kotor serta gelar beberapa spanduk dilontarkan kepada rombongan Uskup dan rohaniwan lainnya ketika berjalan menuju aula sem- inari tersebut. Aksi teriak dan gelar spanduk itu bermula dari tepuk tangan. beberapa pemuda yang kemudian disam- but kelompok pemuda lainnya. Seorang frater yang juga sebagai pan- itia peresmian seminari tersebut, Jacinto Francisco Xavier, di tengah teriakan-teri- akan sekelompok pemuda itu mengam- bil inisiatif dengan langsung menuju kerumunan pemuda yang berteriak guna merampas dan meminta spanduk- spanduk yang dibentangkan itu. "Spanduk yang saya minta belum saya ketahui jumlahnya. Ada spanduk yang saya minta dan ada yang langsung mere- ka berikan, namun ada juga yang tidak diberikan," kata Frater Jacinto Francisco Freitas di sela-sela aksi itu. Menurutnya, inisiatif yang dilakukan- nya dengan mendatangi sekelompok pe- muda yang berteriak itu, termasuk me- minta spanduk, dilakukan atas pertimban- gan agar acara sakral dan suci itu tidak dirusuhi tindakan yang tidak pada tem- patnya. "Apalagi dalam acara ini hadir beberapa undangan dari mancanegara," katanya. Ia juga turut menyesalkan aksi yang dilakukan sekelompok pemuda itu, kare- na pada saat peresmian Seminari Nossa Senhora de Fatima Balide itu bertepatan dengan HUT ke-48 Uskup-Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo. "Semestinya saat seperti itu kita harus membahagiakan Uskup Belo dan bukan sebaliknya membuat tindakan yang Catatan Ir. Nyoman Gelebet akhirnya beliau tidak berkenan," ujarn- ya. Sangat Menyesalkan Sementara itu, Uskup Belo seusai mengantar para tamu meninjau ruangan- ruangan seminari kembali menuju mim- bar peresmian untuk memberikan pesan khusus kepada sekelompok pemuda yang melakukan tindakan mengotori suasana sakral dan khidmat itu. "Saya sangat menyesal dan tidak setuju dengan tinda- kan kalian seperti itu (berteriak dan ge- lar spanduk- red). Tempat ini (seminari- red) bukanlah tempat untuk bertindak seperti yang kalian lakukan," katanya menegaskan. Tanpa bisa menyembunyikan rasa kecewa atas tindakan sekelompok pemu- da itu, Uskup Belo juga mengatakan, se- bagai pemuda yang terdidik di mana para orangtuanya pun ikut mendidik tidak se- mestinya tindakan tersebut dilakukan dalam suasana khidmat dan suci ini. Ketua panitia pelaksana peresmian seminari Dominggos M.D. Soares, S.H. M.S. juga menyatakan rasa prihatinnya. "Saya sangat prihatin dengan ulah sekel- ompok pemuda itu," ujarnya singkat. Sekalipun acara tersebut dirusuhi aksi sekelompok pemuda, namun beberapa umat yang diminta komentarnya menga- takan, ribuan umat lainnya masih tetap khidmat mengikuti kegiatan itu dan sama sekali tidak terpengaruh aksi tersebut. (ant) Dinamit 28 Ton Penyebab Ledakan di Hunan * Korban lebih dari 125 Orang Beijing- Ledakan dahsyat dropinsi Hunan ternyata disebabkan ton dinamit yang ditumpuk secara ilegal di bawah sebuah bangunan gudang. Demikian dilaporkan surat kabar harian Hunan, Sabtu (3/2) kemarin. Jumlah korban tewas akibat leda- kan dinamit di Propinsi Hunan, sela- tan Cina itu mungkin mencapai lebih 125 orang setelah 10 mayat ditemu- kan saat para petugas pertolongan ter- us melakukan pencarian. Petugas pe- madam kebakaran, tentara dan polisi dengan anjing pelajak terus melaku- kan pencarian di celah-celah reruntu- han gedung yang roboh akibat leda- kan dasyat Rabu malam (31/1) itu. Ledakan itu sendiri telah merata- kan lokasi perumahan penduduk di daerah pinggiran Shaoyang, 200 kilo- meter baratdaya ibu kota Propinsi Changsha. "10 mayat lainnya telah ditemukan," kata seorang petugas tim penyelamat saat dihubungi melalui telepon. 30 mayat kini telah ditemukan, se- hingga menambah jumlah korban yang meninggal setelah sebelumnya ditemukan 77 mayat menyusul leda- kan itu dan ditemukan 18 korban lain- ya yang meninggal akibat luka parah di rumah sakit. "Masih ada lokasi lainnya yang akan diselidiki, dan tam- paknya kami akan menemukan lebih banyak lagi mayat," kata petugas tersebut. Ledakan itu menghancurkan 40 (Bersambung ke Hal. 15 Kol. 4) SPSI Minta Menhub Tolak Usul Kenaikan Tarif Angkutan Jakarta - Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) untuk sektor transportasi min ta kepada Menteri Perhubungan agar menolak tuntutan DPP Organda menaikkan tarif angkutan umum, karena tuntutan itu dinilai lebih men- guntungkan pengusaha angkutan dibandingkan awak bus. "Kami juga meminta kepada De- partemen Perhubungan untuk menge- luarkan perhitungan komponen gaji dan tunjangan awak bus, serta men- etapkannya secara proporsional dalam bentuk upah yang kongkret," kata Ketua SPSI Sektor Transportasi Drs. M. CH. David, di Jakarta, Sab- tu (3/2) kemarin. Menurutnya, pihaknya telah men- gajukan secara tertulis permohonan agar pemerintah tidak memenuhi tuntutan Organda menaikkan tarif angkutan dan meminta meninjau ul- ang kalkulasi perhitungan tarif. Ber- dasarkan kalkulasi tarif, ada ko- mponen tunjangan untuk awak bus, namun selama ini tidak pernah diberikan. "Tuntutan kenaikan tarif angku- tan umum oleh DPP Organda sebe- sar 30 persen dinilai akan mempen- garuhi kondisi stabilitas politik, bah- kan dampaknya akan lebih meluas dalam semua aspek pertumbuhan ekonomi dan industri nasional," kata David. Selama ini, katanya, pola hubun- gan antara pengusaha angkutan den- gan awak bus sangatlah timpang, se- hingga tampak hubungannya bersifat eksploitasi. "Sistem setoran, sistem target, dan sistem borongan terkesan adanya eksploitasi terselubung yang tidak adil oleh pengusaha terhadap awak bus," katanya. Selain itu, menurut David, kenai- kan tarif bukan satu-satunya jalan pintas untuk mengatasi masalah per- awatan atau peremajaan armada an- gkutan umum apabila sumber dana yang dikeluarkan pengusaha angku- tan untuk biaya KIR enam bulan sekali, biaya izin usaha, dan izin trayek dapat diperingan untuk pere- majaan dan pemeliharaan bus. 'Pemeriksaan KIR tiap enam bu- lan sekali ternyata tak juga menim- bulkan angkutan umum yang laik, bahkan pengusaha terpaksa menge- luarkan uang yang sebenarnya dapat digunakan untuk pemeliharaan ken- daraan," ujar David. Sumber dana lainnya, kemauan politik yang kuat untuk mengatasi berbagai pungutan liar, baik di terminal maupun di jalan raya. (ant) Bencana, Amdal Bohong-bohongan dan Belajar dari Alam Tayangan alam nusantara yang menawan se- akan di bumi ini surga tanpa neraka. Banjir bukan hanya sebagai gejala iklim alam adikodrati, namun juga se- su mengeksploitasi berlebihan sumber bagai ulah manusia yang makin bernaf- daya alam. Akibatnya, kerusakan lingkungan alam makin parah. Lembah Sungai Nil yang subur tiga ribu tahun sebelum masehi, telah men- gubah alam raya Mesir Purba dari sur- ga ke neraka gurun pasir akibat banjir yang disebabkan kerusakan lingkungan yang dieksploitasi berlebihan. Firaun- firaun (manusia setengah dewa yang didewakan) sangat bernafsu mewujud Kenyataannya banjir bukan lagi sebagai berita, namun telah merupakan yang mengalami kerusakan parah sea- kan tak ada kehidupan, yang mengan- rutinitas tanya menuju sandiyakalaning nusan- keseharian. kan piramide-piramide sebagai kea- gungan potret diri yang mengorbankan lingkungan. Majapahit yang mewariskan kebe- saran sejarah nyaris tak terungkap per- lakuannya terhadap lingkungan alam tara. Banjir Jakarta awal tahun ini, tak terlepas dari kerusakan lingkungan di kawasan Puncak, Bogor yang disebab- kan kegagalan mengendalikan pengelo- laan lingkungan dengan menjamurnya vila-vila mewah untuk pola hidup kon- sumtif kemewahan berlebihan. Akibat- nya, terjadi ketidakseimbangan ekolo- gi yang mengancam tatanan ekosistem bentang alam dengan menghilangnya fungsi sebagai daerah resapan. Banjir Sungai Barito di Kalimantan yang dulunya terkenal sebagai kawasan berhutan lebat. Juga banjir dan tanah longsor terjadi di Sumatera dan di Su- lawesi beberapa tahun terakhir ini, pertanda lingkungan alam telah men- galami kerusakan berat. Dampak pe- manasan global akibat kerusakan lingkungan di bumi selain gelombang panas sebagaimana dialami Australia dan Amerika akhir tahun lalu, juga ban- jir terjadi di Pakistan, Cina, dan melu- apnya Sungai Missisipi di AS dengan kerugian milyaran dolar AS. Banjir Tukad Badung walapun tidak terlepas dari dampak pemanasan glo- bal sebagai iklim makro dan kegagalan mengelola sampah, juga akibat kecenderungan prestise yang meng- abaikan prestasi lebih menonjol. dung meluap, sedangkan di musim ke- Amdal bohong-bohongan dari pa- marau nyaris tidak berair. Bagaimana kar-pakaran dengan keberpihakannya mungkin dapat diharapkan sebagai pada kepentingan sesaat, sudah meru- sumber pengadaan air bersih yang lay- pakan gejala umum yang tidak perlu ak minum. Kalaupun dipaksakan akan diumumkan agar mosi tak percaya menjadi teramat mahal. Untuk men- tidak merebak. gubah limbah kota yang tercemar be- rat dengan adanya kandungan zat-zat beracun yang tak mudah dinetralkan, bukanlah suatu proses yang murah. Teknologi memang serba mungkin, bahkan pasti mampu. Namun, biaya tinggi apa layak pasar bila melebihi harga air meneral, bahkan bisa jadi leb- ih mahal dari bir berstiker. Etika moral juga perlu diperhitungkan, bagi yang berpandangan modern berperilaku sekuler tidak ada masalah. Namun bagi yang berpandangan moralis, bagaima- na mungkin dipaksa minum air limbah WC di mana rasa "cemar" tetap me- lekat, terlebih lagi untuk tirta sebagai air suci yang disucikan melalui prose- si ritual yang mahal dan dimuliakan. Fungsi Tukad Badung yang "bukan sungai" memang dibentuk oleh alam Jelas, di musim hujan Tukad Ba- kodrati untuk buangan (pengutangan) Tidak sukar diduga mengapa studi kelayakan dam estuari tiba-tiba men- jadi layak, sedangkan studi banding ke Singapura (1992) menemukan dam es- tuari memerlukan investasi mahal. Ter- lalu tinggi bagi negara berkembang yang masih memiliki alternatif lain. Singapura memilih dam estuari kare- na tak ada pilihan lain bagi negaranya yang telah mengimpor air bersih. Ternyata data dasar yang paling mendasar oleh yang dipakarkan belum dipahami, sesungguhnya Tukad Ba- dung "bukan sungai" karena tanpa hulu-muara, hanya palung "kedokan" sepanjang Kodya Denpasar. Daerah alirannya tanpa mata air namun kaya air mata, air kecil dan air besar (lim- bah rumah tangga, limbah kota). limbah irigasi subak dan drainase kota. Tidak adanya mata air, tidak ada hulu dan tidak ada muara menjadikannya sebagai palung kedokan berfungsi pere- sapan, sehingga Kodya Denpasar kand- ungan air tanahnya terbesar dengan debit rata-rata sekitar 4 liter/detik me- lebihi daerah lainnya. Ke arah luar Kodya Denpasar debit air mengecil dan menghilang nyaris seluruh Kabupaten Badung (tanpa Mengwi) krisis air tanah, langka sumber air. Belasan lapangan golf yang akan dibangun akan memangsa air jutaan m3 tiap hari dan melepas limbah beracun, perlu diperhitungkan agar jangan ber- ulang kali muncul dilema ketelanjuran yang sesungguhnya tidak perlu dilan- jutkan hanya untuk sebuah gengsi. Apa wajar, karena air segar untuk raksasa peminum air maka untuk kehidupan keseharian masyarakat pemakai air cukup dengan air limbah, memang per- lu dipertimbangkan. Untuk sementara bisa saja tidak begitu, namun kenan- tiannya bila dibegitukan siapa yang (Bersambung ke Hal. 15 Kol. 5) HALAMAN 12 Dari Pohon Maja menuju Kota GOSIP Diduga Makan Sisa Penumpang KMP Gurita Masyarakat Enggan Makan Ikan Laut Banda Aceh- Sebagian masyarakat di pantai utara Propinsi Aceh masih enggan mengkonsumsi ikan basah ukuran besar, sejak hilangnya ratusan penumpang KMP Gurita di perairan laut Sabang (Pulau Weh) Aceh, 19 Januari lalu. Wartawan yang menyertai Safari Ramadhan Gu- bernur Aceh Syamsuddin Mahmud ke Kabupaten Pidie, Aceh Utara dan Aceh Timur melaporkan Sab- tu (3/2) kemarin, masyarakat di tiga daerah itu akhir- akhir ini tidak suka makan ikan basah ukuran besar. Mereka enggan mengkonsumsi ikan basah ukuran besar itu setelah merebak isu bahwa lebih dari 100 penumpang KMP Gurita yang hilang dalam kecela- kaan laut di mulut Teluk Balohan Sabang telah menjadi santapan ikan-ikan besar. "Kami mulai jijik melihat ikan-ikan ukuran besar karena diduga telah memakan daging manusia," kata salah seorang wanita, Nuhyati Ibrahim, ketika mem- beli ikan kecil di pasar Langsa, Aceh Timur, 436 km sebelah timur Banda Aceh. KMP Gurita yang membawa 210 penumpang (menurut manifes) dan 16 ABK tenggelam dalam pelayaran dari Pelabuhan Malahayati/Krueng Raya (Aceh Besar)- Balohan, Sabang. Hanya 94 penum- pang yang ditemukan yakni 54 meninggal dan 40 selamat (hidup). Isu ikan makan sisa penumpang KMP Gurita yang belum diketahui nasibnya itu telah berkembang luas di kalangan masyarakat Aceh, sehingga ikan ukuran besar hasil tangkapan nelayan akhir-akhir ini mulai kurang digemari konsumen. Menurut Hanafiah, salah seorang pedagang ikan di Pasar Lhoksemawe, Aceh Utara, sejak merebakn- ya isu ikan makan manusia itu harga ikan basah uku- ran besar yang sebelumnya selalu menjadi rebutan, kini anjlok. "Sebelumnya harga ikan tongkol ukuran tiga kilo- gram mencapai Rp 15.000 per ekor, namun kini ant- ara Rp 5.000-Rp 6.000 per ekor," katanya. Satu-satunya Sarana MP Gurita (feri-202) yang mulai mengisi jalur pe- layaran Malahayti/Krueng Raya - Balohan, Sabang sejak 1987 itu merupakan satu-satunya sarana an- gkutan untuk menghubungkan kedua daerah terse- but. Pulau Weh dengan ibu kotanya Sabang memil- iki luas 118,7 km2 dihuni 24.876 jiwa penduduk yang tersebar dalam dua kecamatan dan 18 desa, bera- da sekitar 18 mil dari daratan Aceh Besar, berhada- pan dengan jalur pelayaran internasional dan laut Nikobar, India. Kapal penumpang yang nahas itu hasil buatan ga- langan kapal Binan Serpaku, Jepang tahun 1970 dengan ukuran panjang 31,10 meter, lebar 7,8 meter dengan kecepatan jelajah sembilan knot per jam. Gubemur Aceh Syamsuddin Mahmud dalam Sa- fari Ramadhan pada pertemuan dengan masyarakat dan alim-ulama di tiga daerah itu menyebutkan, tahun 1996 merupakan tahun musibah bagi rakyat dan daerah Aceh. Musibah yang terjadi beruntun yakni setelah terjadi bencana alam banjir melanda Aceh Utara dan Aceh hanya berselang dua pekan sebe- lum diterpa musibah tenggelamnya KMP Gurita dan menewaskan lebih 100 penumpang. "Musibah beruntun itu harus dijadikan sebagai suatu cobaan dari Allah SWT dan harus diterima secara lapang dada, dalam menghadapi masa depan dengan penuh tawakkal dan tidak lupa diri," kata Syamsuddin Mahmud. (ant) 2cm 2cm Color Rendition Chart
