Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-02-18
Halaman: 02

Konten


4cm HALAMAN 2 SOROT Menangguk Untung di Hari Lebaran LEBARAN merupakan hari istimewa. Tak seorang pun membantahnya. Lebaran juga punya dua makna adilu- hung. Ajaran agama menempatkan Lebaran sebagai hari kemenangan umat Islam setelah satu bulan menjalani puasa. Tradisi mengangkatnya sebagai hari baik bulan baik, saat orang saling maaf-mernaafkan dan pulang mudik menjenguk orangtua. Tak mengherankan bila masyarakat menyambutnya dengan sepenuh hati dan upaya. Bentuk tradisonal menyambut Lebaran adalah kegia- tan hilir-mudik pulang kampung kernbali ke kota. Ini be- rarti akan terjadi kegiatan ulang-alik, dari kota ke kam- pung dan dari kampung ke kota. Kegiatan semacam itu tak pelak lagi membuat transportasi satu permasalahan khusus cukup berat, baik bagi aparat maupun masyarakat. Di samping itu, terdapat juga warga masyarakat yang mencoba mengais rezeki khusus di hari baik bulan baik tersebut. Siapa tahu nasib juga tengah baik? Wayan Kepyoh punya rencana sendiri. Tidak ingin ter- bawa arus hilir-mudik, sebaliknya berniat menunggang arus, dia membuat rencana akbarnya sendiri. Landasan- nya, kesulitan masyarakat justru surnber rezeki baginya. Karena itu, dia pasang planning: begitu arus mudik mu- lai, begitu dia pasang tenaga di terminal. Menawarkan jasa mencarikan karcis atau tempat duduk dengan im- balan "secukupnya", itulah operasionalnya. Rancangan itu jelas berlawanan dengan pikiran Luh Bestari yang tinggi naluri kemanusiaannya. "Kalau beri- at membantu, ya tak perlu minta imbalan. Perbuatan baik tidak menuntut imbalan, Tuhan sendiri yang akan mem- berikannya," kritiknya dengan tajam. "Menolong orang dengan minta imbalan bukan menolong, tetapi mencari duit. Bukankah imbalan dalam praktiknya bisa jadi pem- erasan?" Kritik semacam itu kontan membuat Wayan Kepyoh mendidih. "Omong kosong kalau di dunia ini ada orang melakukan perbuatan tanpa pamrih. Hanya orang ma- buk atau pemimpi yang melakukannya," tanggapnya ke- tus. "Di dunia ini, semua orang punya kepentingan, ke- inginan dan naluri cari keuntungan. Itu hukum dunia. En- tahlah, kalau ada orang hidup di dunia tetapi mengikuti hukum sorga." Ucapan itu terasa amat vulgar bagi Made Paker. Hat- inya membatin, orientasi hidup Wayan Kepyoh sudah ter- lalu mendunia, sehingga tidak mampu menghargai kepua- san batin. "Apa yang dikatakan Wayan Kepyoh memang tidak terlalu kepyoh, ada benarnya juga. Tetapi tidak se- imbang. Benar kita hidup dengan tujuan pemenuhan ke- butuhan jasmani, tetapi kebutuhan rohani pun tidak bisa kita abaikan. Dua-duanya harus berjalan seimbang, sama- sama dipenuhi sesuai dengan naluri kita masing-masing. Wayan Kepyoh bisa saja getol cari duit saat Lebaran, tetapi dengan rela dia berikan hasilnya kepada anak, istri atau entah siapa lagi. Nah, bukankah memberikan hasil jerih payah kita kepada orang-orang yang kita kasihi terma- suk langkah mereguk kepuasan batin?" Luh Bestari, merasa mendapat pembelaan dari I Made Paker, segera berucap. "Masalahnya, ini kan dalam rang- ka kemenangan iman dan batin. Artinya, setelah kita menggembleng diri selama sebulan berpuasa, jangan langsung kita memanjakan diri dengan melampiaskan tujuan tidak baik. Sebaliknya, mengapa kita tidak melan- jutkan kemenangan kita itu dengan kemenangan lain, yaitu mengatasi dorongan nafsu menarik keuntungan diri sendiri di atas kebuntungan orang lain?" Kata-kata Luh Bestari itu amat memukul Wayan Kepy- oh, tetapi dia tidak punya argumentasi cukup kokoh un- tuk membalas omongan si lembut hati itu. Sebenarnya dia pun sadar bahwa Lebaran bukan kesempatan meraih uang sebanyak-banyaknya. Melihat kesulitan Kepyoh, I Made paker, sesuai dengan kepakarannya, segera tang- gap. "Memang benar, kita semua, tidak hanya Wayan Kepyoh, selalu tergiur meraup uang sebanyak-banyakn- ya selagi kesempatan ada. Namun kecenderungan kurang terpuji itu bisa saja ditanggulangi. Masalah transportasi dan lalu lintas perlu direncanakan dengan baik, sehingga kesulitan kendaraan dan kemacetan lalu lintas bisa kita tekan serendah mungkin. Dalam hal ini pihak yang ber- wenang perlu ambil langkah ke depan. Masyarakat pun perlu juga hitung-hitung dengan membuat perencanaan jauh-jauh hari, sehingga perjalanan mudik tidak terlalu sulit. Perusahaan angkutan punya andilnya juga. Mereka bisa membantu masyarakat dengan mengerahkan armadan- ya secara penuh, tanpa memungut tambahan biaya ber- lebihan. Sementara itu, Wayan Kepyoh dapat berbuat jasa sekaligus mengais rezeki dengan mencarikan tiket mau- pun tempat duduk dengan imbalan wajar, tidak mencekik leher mereka yang membutuhkan. Naluri manusia me- mang mencari keuntungan dalam kebuntungan orang lain, tetapi hikmah puasa tidak di situ tempatnya. Kita sudah menang, kenapa harus kembali menyerah kepada nafsu pribadi?" Jawaban itu membuat Wayan Kepyoh sedikit lega. Kata hatinya tidak lagi berlawanan dengan rencananya. Men- cari keuntungan adalah manusiawi. Yang tidak patut ad- alah mencari keuntungan di atas kebuntungan orang lain. Dengan bersiul kecil dia pamit meninggalkan pembicar- aan sambil bersiul lembut, "Tralala lili, tralala lili...... Hidup ini memang indah, tetapi tak seindah pengertian tentang hidup. Tralala lili....!!" K. Mahardi Anggota Redaksi: Denpasar: Agustinus Bali Post Dei,Dwikora Putra, Dwi Yani, Legawa Partha, Nyoman Mawa, Nikson, Palgunadi, Ida Bagus Pasma, Made Sugendra, Sri Hartini, Nengah Srianti, Way- an Suja Adnyana, Komang Suarsana, Made Sueca, Nyoman Sutiawan, Wayan Suana, Wayan Wirya. Gianyar: IBAlit Sumertha, Bangli: K. Karya, Semarapura: Daniel Fajry, Singaraja: Made Tirtha- yasa, Amlapura: Wayan Sudarsana, Tabanan: Gusti Alit Purnatha, Negara: Edy Asri, Yogyakarta: Soeharto, Jakarta: Muslimin Hamzah, Bambang Hermawan, Sahrudi, Alosius Widhyatmaka, Dadang Sugandi, Surabaya: Endy Poerwanto, Bambang Wiliarto, NTB: Agus Talino, Izzul Kairi, Ryanto, Ruslan Effendi, Nur Haedin, Siti Husnin, DP Raka Akriyani, Wayan Suyadnya, NTT: Hilarius Laba, Wartawan Foto: IGN Arya Putra, Djoko Moeljono. Setiap artikel atau tulisan yang dikirim ke Redaksi hendaknya ditik dengan dua spasi (spasi rangkap) Bali Post ENOMENA Minggu Pon, 18 Februari 1996 Pemudik Menggembosi Penduduk Bali *Pegayaman Langgar Tradisi MUDIK adalah sebuah nilai. Nilai yang akan selalu diperjuangkan kapan saja dan di mana saja. Beberapa hari menjelang Lebaran, gejala mudik tampak transparan di terminal- terminal. Sebuah tas dan beberapa buah jinjingan tak ketinggalan, tempat di mana masa kanak- kanak menghamparkan kenangan pun menjadi tujuan. Bukan tempat hiburan, melainkan sebuah ruang ungkap yang mengandung nilai tak terkatakan. Sejak usai orang melakukan sholat, Jumat, Rini (22) telah mengemasi barang bawaannya. Bersama kakaknya, ia hendak pu- lang kampung di Madiun. Ia sendiri bekerja di sebuah swalay- an di Kuta sejak beberapa tahun lalu. "Tahun lalu saya tidak pu- lang. Sekarang saatnya saya pu- lang," ujar Rini diterminal Ubung, Denpasar. Orangtuanya tak mewa- jibkan Rini pulang atau tidak. Di samping faktor ekonomi, faktor waktu (kesempatan) pun sangat menentukan. "Kebetulan sekarang saya cuti, bisalah seka- dar jalan-jalan di kampung, sekali- gus ketemu sama keluarga," tam- bahnya. mem- Warga muslim lain melakukan hal serupa Rini. Mereka berbon- dong-bondong ke terminal, bah- kan telah menyiapkan susunan jadwal pemberangkatan sejak awal puasa. Di Bali jumlah pe- mudik yang diangkut fasilitas transportasi masih belum menja- di masalah. Sejak hari Selasa (13/ 2) hingga Sabtu (17/2), bus-bus mulai berseliweran berangkatkan puluhan ribu pe- mudik dari Bali ke Jawa. Jumlah itu cukup menggembosi penduduk Denpasar, walaupun Umat Islam di Bali hanya dua persen dari se- kitar tiga juta penduduk. Mereka terutama sebagai pedagang, karyawan swasta dan negeri. Jika dibandingkan dengan penduduk pedesaan di Bali, jumlahnya san- gat kecil. Namun angka pendatang (yang beragama Islam) di Bali cukup besar di dalam kota Den- pasar. Lantas bagaimana pengaru- di Denpasar? hnya terhadap pengadaan armada anjang Denpasar Gilimanuk. penduduk di Bali, keberangkatan rumah miliknya sendiri. Di samp- penduduknya memeluk Islam, di Sejak awal Ramadhan, relegiusi- Pada saat peninjauan, memang umat Islam yang hendak berhari ing sudah memiliki putra, berde- antaranya Kelurahan Kampung tas sudah terasa menggetarkan Kadis LLAJ Kodya Denpasar, ditemukan beberapa kekurangan raya di kampung halamannya se- sak-desakan di terminal menjadi Singaraja I/II, Kelurahan Kam- dada. Pagi hari, penduduknya H. Eddy Wahyudi, mengemuka- sarana dan prasarana penunjang cara serempak tersebut harus dian- persoalan yang mendebarkan. pung Bugis, Kampung Kajanan, melaksanakan ibadah puasa den- kan pemudik tidak perlu khawat- kelancaran kerja para petugas tisipasi. Segala kemungkinan bisa Mereka beranggapan Bali telah Kampung Arab, dan Desa Pegaya- gan tabah. Malam hari melakukan ir kekurangan armada. "Jumlah yang menandakan betapa cukup terjadi. Alhamdulillah hingga pun menjadi bagian dari hidupnya. Di man. Yang disebut terakhir, akan sholat tarawih pk. 22.00 wita, ke- armada jauh-jauh hari sudah di- berartinya arus mudik dari Bali ke cak mudik, Jumat (16/2) dan Sab- Pulau Dewata mereka ber-Idul merayakan Idul Fitri 20-21 Feb- mudian sekitar pk 23.00 wita di- siapkan, termasuk di antaranya Jawa. tu (17/2) kemarin, belum ditemui Fitri. ruari-sama seperti daerah-daer- lanjutkan dengan tadarusan. Ada angkutan cadangan," kata Eddy. Secara eksplisit, detik-detik ganjalan yang berarti. Bisa jadi ini Di Desa Pegayaman ah lain setelah sebulan penuh tradisi unik pada bulan puasa di Desa Pegayaman, yakni berlang. Sejumlah desa yang warganya melaksanakan ibadah puasa. Bahkan Kapolda Nusra Mayjen menjelang hari raya telah menja- diakibatkan oleh tidak semua per- Pol. Drs. Hartoyo merasa berke- di detik yang paling mendebarkan, antau yang tinggal di Bali pulang memeluk Islam di Bali pun akan Desa yang 95 persen dari 4.425 sungnya selamatan setiap kali wajiban turun langsung ke pos-pos sehingga diperlukan kesiagaan kampung. Banyak di antaranya mewarnai Idul Fitri, I syawal warganya memeluk agama Islam khatam Alquran. "Sejak pagi ac simpatik dan pos siskamling op- penuh. Walau prosentasenya han- yang sudah cukup mapan hidupn- 1416 Hijriah. Di Kabupaten Bule- itu, merupakan desa yang menjun- ara ini disiarkan lewat corong erasi Ketupat Agung 1996 di sep- ya dua persen dari keseluruhan ya, merasa lebih baik tinggal di leng terdapat beberapa desa yang jung tinggi norma-norma agama. mikrofon, dan biasanya menjelang maghrib, warga berbondong-bon- dong mengantarkan sedekah ke masjid. Di masjid kami buka pua- sa bersama," ujar Imam Muhajir, penduduk di Desa Pegayaman. Kampung Arab Riwayatmu Doeloe KAPTEN Arab itu bernama Said kawasan yang disebut Kampung Arab salaman) ketika bertemu. Tetapi kini Di kampung Arab ada empat etnis Muhammad Bin Hasan Mulahela. la diajak orangtuanya datang dari kota wajah-wajah seperti itu tenggelam di sampai sekarang berdomisili, yakni ketu- salah seorang yang merintis berdirin- Singaraja. Mereka menuturkan bah- tengah hingar-bingarnya lalu lintas runan Arab, India, Cina dan pribumi. Dis- ya Masjid Poerkoempoelan Islam, wa Kollo (semua) pada waktu itu, toko- kendaraan dan manusia, lebih-lebih adari atau tidak, mereka lebih terlibat yang dikenal kemudian masjid Jami' toko dikuasai Jama'ah (keturunan berfungsinya ruko (rumah toko) men- dalam satu usaha interaksi serta penye- Kampung Arab, sekarang bernama Arab), hanya sebagian pedagang Hin- jadi toko sebagian besar, sementara suaian diri dalam lingkungan masyarakat Masjid Raya Ukhuwah (Persatuan). du (sebutan keturunan India) yang masyarakat etnis Arab yang telah tu- yang ada. Ini terlibat dominasi khazanah Rintisan itu tercatat tanggal 13 Juni membuka toko di sana. Mereka um- run-temurun menguasai wilayah terse- bahasa sehingga berperanan istilah-isti- 1913, dengan surat ukur yang dikelu- umnya berdagang palen-palen, rem- but kini memilih hijrah ke tempat lain, lah bahasa Arab atau bahasa Arab arkan Kantor Pemerintahan Kolonial pah-rempah dan makanan. Baodeh seperti ke Sanglah, Pekambingan, prokem. Seperti kata-kata ente (kamu) Belanda (Hindia Belanda) yang (sebutan keturunan Cina) dan Bohrah Tegal (Jalan Imam Bonjol) dan menye- anna (saya), sawak (benar), zein (bagus), berkedudukan di Singaraja. Surat itu (sebutan keturunan India, bermahzab bar ke berbagai sudut kota Denpasar. fulus (uang), tajir (kaya), najeh (payah), ditandatangani oleh Tjokrosiswojo. Daudibohrah) belum ada bermukim di Mereka mengangkat sauh meninggal- miah (seratus), Alaf (seribu), dan pulu- Luas tanah 1.531 m2, disertai batas- sana. Baodeh (keturunan Cina) men- kan tempat mereka pertama berlabuh han Arab prokem lainnya sudah enak di batas tanah yang jelas. gelompok di satu kawasan disebut ka- setelah hijrah dari Hadra Maut (Yaman telinga etnis lainnya, sama enaknya den- mpung Cina (Jl. Gajah Mada - Karti- Selatan), karena persaingan dagang gan kata-kata yang berasal dari khaza- ni). yang ketat. nah bahasa Cina seperti cepek (seratus), Kepala Rukun Kampung Gotong sa;cang (seribu), kamsiah (terima kasih) Royong (RK GR) Salamon men- encek. Namun masyarakat keturunan gungkapkan, dari catatan monografi India, pribumi maupun masyarakat Cina bahwa Jama'ah (keturunan Arab) han- lebih banyak berbahasa Arab prokem. ya masih 9 KK dari 94 KK. Baodeh Alasannya, di samping enak didengar (keturunan Cina) 16 KK. Wilayah ini gampang diucapkan dan lebih akrab terbentang 900 M sepanjang Jalan Su- rasanya. lawesi dan Jalan Kalimantan, terma- suk Dusun Titih Kelod, Kelurahan/ Desa Dauh Kuri Kangin, Kecamatan Denpasar Barat. Dapat diyakini sebelum tahun 1913 warga keturunan Arab membentuk suatu komununitas, yang kemudian menjadi cikal bakal kawasan itu yang dikenal Kampung Arab. Dengan batas- batas: barat Pasar Badung dan Kali Badung, timur berbatasan dengan Kampung Titih, (sekarang Jl. Sumatra), utara Kampung Cina (sekarang Jl. Ga- jah Mada) dan selatan Kampung Ge- meh (sekarang Jalan Hasanudin). Buku "Kampung Tua di Jakarta", se- buah buku yang cukup menarik ditelaah, ditertibkan Dinas Muslum dan Sejarah DKI, mencatat bahwa imigran Arab dari Hadramaut (sekarang Yaman Selatan) datang secara mengelompok ke berb- agai kepulauan di Indonesia pada tahun 1901. Mereka disebut Ulaiti, totok (asli). Kedatangan mereka ke pulau-pulau di Indonesia tanpa membawa istri, karena itu kemudian mereka menikahi wanita- wanita pribumi. Motivasi mereka datang ke Indonesia mencari kehidupan mate- rial yang lebih baik. Mereka datang sambil berda'wah (memperkenalkan Islam). Di kota Denpasar, Jam'ah (sebutan keturunan Arab) berniaga kain batik, kain pelekat, tekstil, permata, emas, perak, dan kebutuhan sehari-hari. Dengan semangat yang tinggi dan Jama'ah (keturunan Arab) yang ter- pencar-pencar, masih bisa berkumpul kalau ada upacara perkawinan dan ke- matian di antara mereka, walaupun itu Sebagian mereka pada waktu itu menyewa tokot-oko milik Jama'ah (keturunan Arab), seperti pernah dikisahkan Ami Salim sebutan akrab Salim Makawi, mantan kapten Arab yang sejak kemerdekaan disebut Ke- pala Arab sampai tahun 1955. Hal ini tidak disangkal oleh Ami Ali sebutan akrab Ali Bathef (85 tahun) bahwa be- berapa orang Jama'ah pernah memi- liki toko dan gudang puluhan jumlah- nya. Pemilikan toko jumlah itu disebut Ada yang tersisa dan yang terting- terjadi sudah membaur dengan konglomerat pada zamannya. Kontak gal, yakni dua bangunan yang masih masyarakat lainnya. Proses asimilasi san- dagang dengan Singapura pun per- tegar yaitu Masjid Raya Ukhuwah gat mobil terutama dengan masyarakat nah terjalin melewati pelabuhan-pela- yang sudah dua kali dibangun sejak Indonesia maupun dengan keturunan In- buhan di Indonesia. Rupanya zaman Kemerdekaan Indonesia yang masih dia. Kebiasaan-kebiasaan lain sudah dit- keemasan perdagangan pernah dial- berarsitektur Islam dan bangunan Ma- inggal seperti main Sammer (gambus) ami sejak akhir abad XVIII. Dasar- drasahtul Muhammadiyah for India menari Jaffin (tarian semacam joget) dasar perdagangan untuk kawasan ini yang didirikan tahun 1928, tetapi be- karena generasi mudanya sudah tidak sudah diletakkan sebagai sentral, yang lum pernah di renovasi. Madrasah ini doyan lagi. Kadang-kadang orang Arab kini dirasakan kehirupikukan transak- walaupun dibangun orang-orang ketu- yang kaya menyelenggarakan pesta si jual-beli yang menyatu dengan loka- runan India tetapi dimanfaatkan pada perkawinan secara besar-besaran, Sam- si Pasar Badung. masa itu oleh warga Kampung Arab mer dan Jaffin-nya didatangkan dari luar untuk belajar sejak tahun berdirinya daetah, ini pun sudah berangsur-angsur sampai tahun 1960 tingkat Iftidakiyah hilang. Kebiasaan menghisap Hoga (setingkat sekolah dasar). (menghisap cerutu dengan canglang Persaingan Perdagangan Pada masa keemasan Kampung Arab (yang sekarang Jalan Sulawesi) konon banyak terlihat wajah-wajah Drs. Haji Abdul Wahab kelahiran yang panjang) sudah tidak tampak lagi, khas Timur Tengah, dengan hidung Kampung Arab (1946) mengatakan, seperti juga duduk-duduk berkumpul dan mancung, serta matanya tajam, ram- bahwa Madrasah dibangun orang-or- ngobrol sampai malam di rumah-rumah kerja keras mereka berhasil menjadi- but ikal dan berkumis serta berjeng- ang keturunan India dengan luas ar- dengan menuang kopi jahe dan memin- kan kawasan itu pusat perdagangan got, juga sampai akrab eal 800 M2, dan donatur utamanya umnya. Itulah sebagian riwayatmu doe- Assalamu'alaikum" di antara mereka menurut dia adalah Nainam Sahib. loe. yang ramai dan cukup terkenal. Abdu- rachman Djawas (77 tahun) waktu yang diucapkan sambil mengangkat Madrasah didirikan untuk kepentingan masih remaja kerap kali mengunjungi tangan, atau berjabatan tangan (ber- pendidikan. Mudik... yuk Mudik! melengkapi puasanya dengan sungkem di hadapan ibu bapaknya. "Rasanya kurang enak kalau Leba- ran tidak pulang. Setelah puasa se- bulan penuh, harus dilengkapi den- gan malam takbiran bersama kelu- arga di kampung," katanya. Untuk menyambut Lebaran kali ini, Siti malah pulang lebih awal dari suaminya. "Bapaknya anak-anak liburnya sangat mepet dengan hari raya, terpaksa pulang bersama ked- ua putra saya," katanya. TRADISI mudik pulang ka- mpung pada hari Lebaran, merupa- kan bagian dari budaya umat Islam. Hari penting yang datangnya set- tua atau saling maaf memaafkan ahun sekali itu, seakan memanggil antar-sesama umat Islam. Selain in- umatnya agar pulang kampung. gin bertemu sanak saudara, ia akan "Lebaran tanpa berkumpul den- gan keluarga, rasanya kurang afdol. Apalagi tanpa kehadiran orangtua, hari raya menjadi kurang lengkap," kata Harun, seorang pemulung yang tinggal di Kelurahan Balun, Denpasar. Menurut lelaki asal Banyuangi ini, Lebaran adalah hari yang baik untuk melakukan silaturahmi ke hadapan orangtua. Diyakininya, mohon maaf terhadap orangtua saat Lebaran tidak hanya menunjukan rasa hormat seor- ang anak. Umat yang rajin menjalan- kan perintah agama (sungkem ketika Lebaran), akan mendapat berkah atau rezeki hidup di hari yang akan datang. "Kami harus pulang, keluarga pasti sudah menunggu. Saya dari tiga hari sudah membayangkan, bagaimana nanti bertemu orangtua, kakak, adik, Genteng yang sudah hampir lima tidak semua orang merasa itu se belas tahun mengadu nasib di Bali, bagai keharusan. Untung Surapati, sudah jauh-jauh hari ia menerima karyawan bagian marketing kredit kontrakan saudaranya, Rodiah tetap surat dari kampungnya agar pulang Bank Seri Partha asal Malang, men- menekuni profesi tukang jamu ke- lebih awal. Namun, karena ia bek- gaku tidak pernah mengikuti arus liling. Dalam sehari, ia berhasil men- erja sebagai pembantu rumah tang- mudik ke Jawa. Bukan karena lupa gumpulkan uang Rp 7.000 Rp ga di bilangan Jalan Noja, Denpasar, kampung halaman. Tetapi, alasan- 10.000. Setelah dipotong biaya ma- keinginan anaknya tersebut tidak nya, karena keluarganya hampir se- mua sudah tinggal di Bali. Dengan kan dan alat-alat jamu, Rodiah bisa bisa dipenuhinya. mengirim uang Rp 100.000 per bu- demikian, praktis saat-saat indah lan untuk biaya hidup keluarganya. seperti Idul Fitri, untuk bertemu ke- Demi masa depan anak-anaknya, ia luarga dilakukan di rumah, Jl. Gu- tidak menyesal bisa bertemu hanya nung Agung, Gg. IIG/2 Denpasar. sekali dalam setahun. "Biarlah kami hanya bertemu saat Lebaran. Kalau nanti anak-anak sudah besar, baru saya berkumpul terus sama suami," katanya. Menurut Ny. Suprapti asal Ma- lang yang kini telah menetap di Den- pasar, tradisi mudik Lebaran memang sebaiknya dilaksanakan. Menurutnya, mudik di hari Lebaran bagi umat muslim memiliki beberapa tujuan. Baginya, walaupun tidak mudik. hari Idul Fitri tetap merupakan mo- Bagi Ny. Suprapti, mudik meru- men penting untuk melepas kangen pakan tanda bakti serta mohon res- dengan keluarga. "Idul Fitri ini tu kepada orangtua. Anggota kelu- memang saya tunggu-tunggu,' Ternyata Lebaran tidak selaman- arga yang merantau ke luar daerah, ucapnya. Baginya, nilai hari raya Kalau Siti memilih mudik lebih ya membuat umat Islam senang. pada hari raya ini, akan memohon tersebut bukan pada mudik atau awal, Rodiah malah rela pulang Amat misalnya, penjual sate di Jalan restu kepada orangtua atau orang tidak mudiknya, akan tetapi pada menjelang malam takbiran. Tukang WR Supratman ini malah bertam- yang dituakan untuk dapat meraih nilai silahturahminya. jamu keliling ini tidak mau melepas- bah sedih menjelang Lebaran. sukses di tempat lain. Walaupun kan rezeki musiman yang datang Menurut pemuda asal Madura ini, mudik sudah membudaya, tetapi setahun itu. Menurut Rodiah, tiga ia tidak bisa pulang kampung men- hari menjelang Lebaran, jamunya emui ibunya saat Lebaran tiba. Di samping tidak mendapat izin dari majikannya, Amat tidak punya uang yang cukup untuk biaya mudik. "Saya sedih, wajah ibu sudah ter- bayang tiap malam," katanya lesu. dan keponakan," ucapnya serius. pasti laris terjual. Setidaknya, ia bisa Harun yang sudah lima tahun meraup keuntungan dua sampai tiga tinggal di Bali, mengatakan, tidak kali dibanding hari biasa. "Teman- ada hal yang paling membahagia- teman yang lain kan sudah pulang, kan dirinya selain bisa menghadap jadi pangsa pasar saya sedikit long- orangtua di hari Lebaran. Untuk itu, gar. Nggak apa pulang terlambat, Perasaannya menjadi kacau saat melihat umat Islam mudik, atau keti- ka ditanya orang lain tentang hari raya Wanita asal Jember ini menutur- besar itu. "Saya sampai nangis, mera- kan, tahun ini ia melengkapi sa tidak lengkap hidup di dunia kalau mudikya dengan oleh-oleh yang sed- Lebaran tidak bisa sungkem ke hada- erhana. Peralatan sekolah seperti pan ibu," tandasnya. pakaian, sepatu, tas, dll. adalah kado Nasib sial pun menimpa Ibu Sri, Lebaran Rodiah buat anak-anaknya pedagang bakso di pinggir Jalan yang masih duduk di bangku SD dan Gatot Subroto barat. "Hari ini saya SMP. Ternyata wanita 30 tahun ini sial Mas, uang tabungan yang saya hidup sendiri di Bali. "Sudah dua tarik, eeh ternyata diutil orang keti- Hal sedana dikatakan Mbak Siti. tahun saya sendirian di Bali. Sejak ka saya sibuk melayani pembeli," Menurut wanita asal Belimbing, anak pertama masuk SMP, kami ujar ibu satu anak ini tanpa mau Malang ini, Lebaran yang datangn- kekurangan biaya sekolah," katan- menyebut berapa jumlah uangnya ya setahun sekali harus dimanfaat- ya polos. yang dicuri orang tersebut. kan untuk minta maaf pada orang- ia berusaha pulang bersama anak yang penting sampai di rumah dan dan istrinya. Caranya? Sebulan men- bisa bertemu keluarga. jelang Lebaran, Harun sudah ber- siap-siap untuk menyisihkan uang- nya untuk pulang kampung. "Reze- ki dari Tuhan itu saya bagi-bagi, untuk keluarga dan sedikit ditabung. Walau tidak bisa beli apa-apa, yang penting ada ongkos kendaraan, kami sudah bahagia," tambah bapak dari dua orang putra ini. bpm/rtr Dengan menumpang di rumah Lain halnya Sunarti, janda asal TAZKIRAH (jep/din/sar/asa) "Barang siapa ingin dimurahkan (mudah mendapatkan) reze- ki dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menjaga baik-baik hubungan silaturrahimnya." (Alhadits, r. Bhukari dan Muslim) IMSAKIYAH Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Wita) Tanggal 18 dan 19 Februari 1996: Imsak 04.54; Subuh 05.04; Dzuhur 12.35; 'Ashar 15.43; Maghrib 18.46; 'Isyak 19.57. Dikurangi: Kupang -33 menit; Raba -11 menit; Dompu -10 menit; Sum- bawa -7 menit; Selong -5 menit; Praya -4 menit; Mataram -3 menit; Karangasem -2 menit; Klungkung/Bangli - 1 menit. Ditambah: Lumajang/Jember +5 menit; Banyuwangi + 4 menit; Jem- berana/Buleleng Barat + 2 menit; Singaraja + 1 menit. SHOOT Drs. Achmad Sastra Dosen IKIP PGRI. Selamatan dalam rangka 'tamatan Alquran' itu dirayakan tiap kali para pembaca ayat-ayat Alquran mengkhatamkan ayat suci. Sampai Lebaran di ambang pintu, untuk bisa khatam pun dike- jar, sehingga Alquran bisa khatam sehari sebelum malam takbiran, Selanjutnya pada malam takbiran, diadakan pawai kemenangan ke- liling kota, termasuk di kota Den- pasar. Menurut Kepala Desa Pegaya- man, Lalu Muksin, keramaian Idul Fitri di Pegayaman tidak seperti acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Kalau Maulidan, sekitar 99 persen penduduk Pegayaman dari sudut-sudut perantauan datang berbondong-bondong. Mereka menikmati hiburan berupa pencak silat, lari karung, tarik tambang, dan berbagai atraksi lain. Sedan- gkan pada hari raya Idul Fitri, per- antau dari Pegayaman cenderung melanggar tradisi yang berlaku umum. "Mereka enggan pulang tepat pada saat hari raya," demiki- an Imam muhajir. Jumlahnya mencapai ratusan, sebagian besar kalangan pelajar yang tinggal di Lombok dan Pulau Jawa. "Kalau pada saat Maulidan, konsentrasinya hanya tanggal 12 dan 13 Rabiul Awal, sehingga 99 persen orang Pegayaman di ran- tauan pulang kampung, sedangkan jika Idul Firi mereka datang pada hari kedua, ketiga, keempat, dan kelima setelah puncak sholat Id dengan jumlah 70-80 persen per- antau saja," cetus Imam. Selama Idul Fitri, mereka maaf-memaaf- kan dari rumah ke rumah, kemu- dian dilanjutkan dengan berziar- ah ke kuburan keluarga. Ini sudah menjadi kewajiban. Setelah itu, acara baru pun digelar. Misalnya mengunjungi objek-objek wisata di Bali. riyanto rabbah LENTERA RAMADHAN Silatu Al Rahiim "INILAH satu di antara banyak istilah keislaman yang sangat pop- uler. Namun kepopuleran suatu istilah tidaklah menjadi jaminan isti- lah tersebut dihayati dan diamalkan dengan baik oleh pemilik istilah," demikian awal dialog Ramadhan yang diutarakan oleh Ustadz Arif. "Maksud Ustadz bagaimana atau bagaimana jelasnya itu, Ustadz?" tanya Iqbal. "Silaturrahim, misalnya. Orang mengasosiasikan hanya sekadar ber- tamu atau berkumpul dan bertemu. Padahal istilah tersebut jauh lebih luas dan dalam. Silatu al rahim (bacaannya: silaturrahim) mencakup segala aspek hubungan yang dijiwai dan disemangati konsep rahim atau kasih sayang. Bahkan Allah berkehendak menciptakan manusia adalah karena dan dengan rahim itu. Oleh karena itu wajib kita jaga hubungan kita den- gan Allah dan barangsiapa memutuskan hubungan Allah dengan dirinya atau sebaliknya, inilah yang disebut kefasikan," "Bukankah semboyan untuk itu berupa basmalah yang mesti kita baca saat memulai sesuatu yang baik, Ustadz?" tanya santri Iqbal. "Tepat, dengan basmalah kita mengumandangkan semboyan sila- turrahim antara Allah dengan kita dan sebaliknya. Bahkan sebenarnya rahim Allah meliputi segala sesuatu. Itulah hubungan vertikal dengan Allah yang sering disebut hablum min Allah. Sedang semboyan hubun- gan menyamping, apa itu?" Muslimawati yang dipandangi Ustadz Arif mencoba menjawab: "Semboyan tersebut adalah salam yang di nya juga ada kata rahmah (bentuk kata benda dari kata sifat rahim). Jadi dalam hubun- gan horizontal, menyamping, bablum min al naas, seseorang yang beriman diwajibkan mewujudkan salamah, rahmah dan berkah Allah. Ini pun wujud silatu al rahim." "Cukup. Bagaimana dengan benda-benda?" Para siswa santri itu terdiam sejenak, lalu: "Saya kira sama, mereka juga harus diperlakukan dengan rahim, sepenuh kasih sayang untuk kemanfaatan dan kelestariannya. Tanpa itu, kita tak dapat mengambil manfaat dan tidak dapat me- lestarikannya," papar Iqbal. "Ya, bahkan lahirnya kita ke dunia juga karena adanya sifat rahim ibu bapak kita dan bagian perut ibu kita yang mengandungi kita dise- but pula rahim." Apakah dengan demikian kita mempunyai kewajiban silatu al rahim dengan ibu bapak kita secara khusus?" "Ya sudah barang tentu. Semoga hal tersebut dapat kalian laksan- akan pada Lebaran nanti. Juga untuk kerabat dan sanak famili lain- nya." (WAA) Sempati Air Reservation & Ticketing 24 Jam Phone: 237343 (Hunting) Fax 236131 Gedung Diponegoro Megah Blok B/27 Denpasar Jl. Diponegoro 100 - Denpasar JADWAL PENERBANGAN MINGGU JAM TUJUAN 06.40 Denpasar Balikpapan Denpasar-Bandung Denpasar-Batam Denpasar-Jakarta Denpasar-Medan Denpasar - Palangkaraya Denpasar - Pakan Baru Denpasar- Denpasar-Singapore Denpasar Surabaya Denpasar-Tarakan Denpasar - Yogyakarta 06.50 Denpasar - Mataram 08.45 11.00 Denpasar - Mataram Denpasar-Bandung Denpasar-Dili 14.05 bpmvitr 15.55 16.00 ANAK TENTARA Foto ini diambil saat Perang Teluk, "Dissert Storm" tahun 1991 yang lewat. Diambil oleh foto grafer Inggris Derek Hudson untuk majalah Lefe Megazine. Foto yang berjudul "Anak Ten- tara" tersebut mendapat penghargaan dalam kontes foto yang berlang- sung di Amsterdama, Belanda tanggal 16 Februari lalu. bpm/rtr NGIRIT- Seorang lelaki Cina lebih memilih mengangkut barang dagangannya, karet busa, dengan sepeda roda tiga. Foto ini diambil tanggal 12 Februari lalu di sebuah jalan di kota Beijing, Cina. Harga angkut yang mahal jika menggunakan kendaraan, membuat banyak masyarakat Cina menggunakan angkutan sederhana untuk mengirit biaya. BEBEK Seorang pedagang Thailand di kota Bangkok, terlihat sedang mengeluarkan bebek dari keranjang dagangannya. Foto ini diambil tanggal 12 Februari lalu, semi- nggu sebelum hari raya besar Cina, Imlek. Seperti juga di Indonesia, harga di kota Bangkok bisa meningkat menjelang hari raya. 17.25 21.50 Denpasar-Jakarta Denpasar - Kupang Denpasar-Medan Denpasar-Padang Denpasar- Denpasar - Palu Denpasar Paki Denpasar-Pakan Baru Denpasar - Surabaya Denpasar-Yogyakarta Denpasar - Mataram Denpasar Mataram Denpasar-Jakarta Denpasar-Perth Denpasar-Singapore Denpasar - Manado Denpasar - Ujung Pandang Denpasar Surabaya 22.20 Denpasar Surabaya Minggu Pon, 18 Feb Dono Wark Kalau DONO Warko Wahyu Sa ternyata sejak 1992 telah menya predikat "H" depan namanya tiga putra ini sebagai penjaja (pelawak), ya mang bekerja m orang lain terta mun, Dono ternya bikin tertawa ketika serius soal mud berbagai pernik seputar merayak raya Lebaran. Trin Supat dan Sri Wu melapork perbincan denga Sebagai pelawak konda benarnya makna Lebaran Dono? Itu hanya tradisi keaga Sekarang kan sudah men kita, dan menjadikan Leba bagai awal dari kehidupan Kenapa Mas Dono kata "awal" dari kehidupan? Khususnya bagi warg umumnya mereka bekerja ahun demi Lebaran. Setela erja lagi untuk Lebaran tah nya. Jadi sebenarnya, bag Lebaran adalah memulai lagi. Terkait dengan agama wa Lebaran untuk mem baru? Iya, tetapi hidup baru maksud bukan dalam arti s jalankan puasa di bulan tetapi memulai hidup ba habis-habisan menghadap Lebaran. Mengenai sikap masya ingin serba baru di hari L tanggapan Mas Dono? Bagi saya, sikap itu tid masalah. Wong orang ma senang aja kok dilarang? banyak orang pada hari te membeli sesuatu yang ba pakaian, sepatu... pokokny di hari Lebaran, termasu petasan. Mas Dono setuju mera aran dengan petasan, buka larang pemerintah karena b Ah... nggak apa-apa. Or aja pesta pakai petasan, ngg Sebetulnya, bagaimana menyikapi dan bertangg dengan tidak melempar se apalagi kalau sampai kena san tanggung jawab bukan san lempar petasan, pokok harus ada tanggung jawab Kalau dilihat adan masyarakat yang demikian poya-poya dan berpesta, bu ini tidak sesuai dengan s sederhana yang saat ini galakkan? Makanya, itu merup hidup baru... ya di Lebara katakan, Lebaran merupaka akhir dari kehidupan sese menurut saya, ya.... entah BUKU SOEDJATMOKO secara fisik - jasmani te- lah wafat, dan mening- galkan dunia yang fana ini. Sebagaimana lazim- nya untuk insan manu- sia dengan kualifikasi bes cara khusus intelektual besa erti Soedjatmoko, rangk kristalisasi pemikirannya ingkupi waktu jauh mela batas waktu hidupnya di yang fana ini. Bahkan dari s pemikiran orang-orang besa mengetahui bahwa: tidak pemikiran-pemikir besar in ih bergaung, menggema da kan membahana, justru s pemikir besar itu telah Buku ini: "Menjelajah Cak la", yang merupakan him pemikiran Soedjatmoko, berbagai kesempatan dalar bagai tema di dimensi yang relatif panjang, memb indikasi bukti dari kebe pemikiran cendikiawan in Sosok Pemi Soedjat Bagaimana Soedjatmo bagai sosok pribadi, ma akumulasi pemikiranny bagai "sosok" pemi dipersepsikan, menarik dikemukakan sejumlah k tar, sebagaimana termuat buku di atas. Bagi Dr. Franz Magnis eno SJ "Soedjatmoko saya adalah contoh cen awan sejati: rasional, te cool, sedikit skeptis, krit lalu dengan mengambil tetapi selalu positit serta mitted terhadap kejujuran ktual". Bagi Ignas Kleden, S moko adalah seorang nav dalam dunia pemikiran tidak melupakan masa lal pi mengarahkan pandang ke depan, ke kawasan cal la, dan untuk menentukan jalur penjelajahan dan t 2cm Color Rendition Chart