Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-11-06
Halaman: 08

Konten


4cm HALAMAN 8 babada Oleh Jro Mangku Gde Ktut Soebandi Jika Anda memiliki unek-unek di seputar masalah babad, ingin ber- tanya tentang asal-usul, rerintihan, silakan tulis surat dengan ringkas, jelas dan langsung ke pokok persoalan. Tujukan kepada pengasuh "Ba- bad" Jro Mangku Gde Ktut Soebandi, dengan alamat Redaksi Bali Post Jalan Kepundung 67 A Denpasar. Jika Anda kurang puas dan ingin. berkonsultasi lebih lanjut, silakan berhubungan dengan pengasuh, Jro Mangku Gde Ktut Soebandi, Jl. Plawa Gg. XIII/1 Denpasar. Pertanyaan: Dengan surat ini kami ingin menanyakan tentang asal-usul lelint- ihan keluarga kami. Menurut isi prasasti yang ada di pura Dadya Kuwum Klungkung, leluhur kami adalah Ida Dewa Agung Dimade, sehingga menurut saudara kami di Klungkung kami disebut "Warih Dalem Dimade" Pertanyaan saya: -Betulkah kami tidak mempunyai soroh? nya? Di mana pedharman kami? Siapa leluhur Ida Dewa Agung Dimade dan siapa keturunan- Jawaban: I Wayan Parna, Br. Pesanggaran, Denpasar Selatan Ketika bertahtanya Cri Dhimade sebagai Dalem Gelgel, yang men- jabat sebagai Patih Agung ialah I Gusti Agung Maruti keturunan Aryya Kepakisan (Aryya Kresna Kepakisan). Karena terjadi kesalahpaha- man berkepanjangan dan tidak kunjung selesai antara I Gusti Agung Maruti dan Cri Dhimade, akhirnya kesalahpamahan itu memuncak menjadi perselisihan. Dari perselisihan ini timbul perlawanan I Gusti Agung Maruti terhadap Cri Dhimade. Pada puncaknya timbul peper- angan antara rakyat pendukung Cri Dhimade dan rakyat pendukung I Gusti Agung Maruti. Peristiwa ini terjadi pada tahun saka 1573 (tahun 1651 M). Setelah terjadi peperangan beberapa lama di Gelgel timbul korban yang tidak sedikit pada kedua belah pihak, baik yang gugur maupun luka-luka. Di dalam peperangan ini, akhirnya Dalem Gelgel Cri Dhimade mengalami kekalahan, lalu beliau melarikan diri men- inggalkan puri Gelgel-menyelamatkan diri dan keluarga. Dari Gelgel Dalem Dimade bersama 2 orang putranya laki-laki masih anak-anak bernama I Dewa Pamayun dan I Dewa Jambe, dengan diiringi oleh rakyatnya 300 orang melarikan diri ke barat. Ketika itu Dalem Gelgel Cri Dhimade sempat membawa keris pusaka ber- nama Ki Samojaya, sedang pengiringnya itu di antaranya terdapat Ki Pasek Gelgel keturunan I Gusti Pasek Gelgel dari Banjar Pegatepan Desa Gelgel. Sesudah berhasil melewati sungai Bubuh dalam keadaan selamat, beliau meneruskan perjalanan menuju barat laut, dan akhirnya beliau sampai di Desa Guliang, Wilayah Tamanbali, selanjutnya di sana beliau mengungsi. Entah berapa lama Dalem Gelgel Cri Dhimade mengungsi di Desa Guliang, karena usianya sudah lanjut di sana beliau wafat, dengan meninggalkan kedua or- ang putranya yang tatkala itu sudah dewasa. Sebagian pengiring Ki Pasek Gelgel, dari Desa Guliang pindah ke beberapa tempat, antara lain ke Banjar Belahpanekaja, Belahpaneklod, ke Banjar Kemben- gan Desa Tulikup, daerah Gianyar, sekarang keturunannya disebut Pasek Gelgel. Sementara Gelgel dan sekitarnya dikuasai oleh I Gusti Agung Maruti bergelar Kyayi Agung Dhimade, dan daerah-daerah lainnya di Pulau Bali masih setia kepada Cri Dhimade. Kemudian kedua orang putranya Cri Dhimade, sesudah ayahnya wafat, pindah dari Desa Guliang, yaitu I Dewa Pamayun setelah kawin dengan putrinya I Dewa Tamanbali, pindah ke Bukit Tampaksiring, dan I Dewa Jambe pindah ke Sidemen diterima oleh I Gusti Ngurah Sidemen. Di pihak lain, rakyatnya yang ikut dari Gelgel lalu dibagi dua, sebagian ikut | Dewa Pamayun di Bukit Tampaksiring, dan se- bagian lagi ikut I Dewa Jambe di Sidemen. Pada tahun saka 1599 (tahun 1677 M) atas bantuan I Gusti Ngurah Sidemen, I Gusti Agung Panji Sakti, Raja Buleleng, I Gusti Jambe Pule dari Badung, I Dewa Manggis dari Beng dan I Dewa Tamanbali, I Dewa (Bersambung ke Hal 15 Kol 2) Pura Uluwatu, Sasmita Alam dari Selatan Pelukis Arie Smit yang kini tinggal di Ubud, pernah mengilustrasikan Pura Uluwatu se- bagai tempat sunyi dan keramat. Kini, pada saat bergemu- ruhnya investor di kawasan itu, masih- kah kesunyian dan kekeramatan itu ada? Jangan- jangan hanya ting- gal di hati orang Bali yang peduli. S ejak dua tahun tera- khir ini Pura Ulu- watu menjadi soro- tan masyarakat. Penyebabnya, tanah- tanah di sekitar pura tersebut kini diincar para inves- tor untuk aktivitas proyek. Sebut saja megaproyek Bali Pecatu Graha (BPG), Garuda Wisnu Kencana (GWK), Hotel Bali Cliff yang sudah dibangun megah di atas batu karang. Lalu di tengah pembangunan kawasan karang Bali Selatan itu terjadi kejutan pada akhir September 1996, saat tiga bangunan utama Pura Uluwatu terbakar. Secara skala, kesimpulan sementara dis- ebutkan penyebabnya sambaran petir. Berita tersebut segera menim- bulkan berbagai opini masyarakat. Di warung-warung kopi, pasar malam, dan di intan- si pemerintahan/swasta dan di banjar-banjar, orang-orang berbi- cara soal petaka, soal sasmita alam dan Tuhan yang murka atau tanda-tanda zaman. Ada yang mengaitkan peris- tiwa tersebut dengan keniskalaan sesuai keyakinan orang Bali (baca: umat Hindu). Menurut pengamat sosial yang juga dos- en sejarah Fak. Sastra Unud, Dr. AA Putra Agung masyarakat Bali sudah sejak dahulu percaya den- gan adanya tanda-tanda za- itu. Misalnya jika ada peristiwa yang aneh di jagat raya ini seperti beringin terbakar, ada teja ngadeg (pelangi yang menyembul tegak lurus dengan man Bali Post/025 RETAK - Tiga pelinggih utama di Pura Uluwatu yang terbakar (atas) dan bukit Kekeran di mana lokasi Tri Mandala berada, sepertiga ujungnya mengalami keretakan. "Tanda-tanda zaman semacam itu, di Bali disebut den- gan Sangara Bumi, yang tercan- tum dalam lontar "Prekempa Sangara Bumi". bumi, teja kuwung (pelangi ber- melaksanakan bhisama secara kan konsekuensi logis investor. bentuk bundaran). konsekuen," kata Putra Agung sembari menambahkan, kalau bhisama dilaksanakan tidak akan terjadi masalah. Sebab yang sering menimbulkan masalah dan bahkan kemarahan masyarakat Bali selama ini, in- vestor kurang memperhatikan lingkungan pura. Terbakarnya Pura Uluwatu pun, menurut dosen senior Fak- sas Udayana itu, merupakan tan- da-tanda zaman, yang dalam penelitian ilmu sosial disebut dengan gejala empiris. Apa yang terjadi sebelumnya atau pengala- man sebelumnya bisa dijadikan kesimpulan sementara. Berdasarkan itu, menurutnya, pembangunan atau proyek di ka- wasan itu hendaknya memberi kan kontribusi terhadap pemer- intah dan masyarakat di sekitarn- ya. Pengelola industri pariwisa- ta di kawasan Bukit jangan me- lupakan tempat-tempat yang di- anggap suci, sehingga timbal ba- lik dari pembangunan itu dapat dirasakan oleh masyarakat. 'Satu-satunya jalan dengan BULAN PROMO mahasiswa discount. GANG RENANG Karenanya yang harus dipikir- kan, kata Putra Agung, bagaim- ana mengangkat mertabat orang Bali lewat proyek-proyek pem- bangunan, tanpa harus merusak tempat-tempat sucinya. "Karena kalau tempat-tempat suci (pura) yang dijunjung masyarakat sam- pai rusak, itu sama artinya den- gan menampar muka orang Bali." Selain itu, lanjut dosen se- jarah Fak. Sastra Unud itu dalam menjaga lingkungan kesucian pura, pihak pengelola hotel atau sejenisnya supaya memperhati- kan lingkungan pura, kesucian dan kelestariannya. Ini merupa- Juga hal-hal yang mendukung keindahan itu yakni tempat orang berjualan dan parkir. Desa adat yang paling dekat dengan pura dan proyek hotel juga harus diperhatikan, dengan cara memberi peranan lebih di dalam mengelola daerahnya. Dia memberi contoh dalam menga- wasi orang yang masuk pura. Jika mereka tidak berkepentingan sembahyang, desa adat hendakn- ya melarangnya. Arca Di Pura Luhur Uluwatu, lan- jut Putra Agung, terdapat sepa- sang arca Gajah Waktra yang dil- etakkan di sebelah kiri dan kan- an pintu gerbang masuk pura itu. "Apakah arca itu merupakan kronogram ataukah merupakan simbol daripada Bhuta Ulugajah yang menjaga pura tersebut, kini belum jelas. Perlu penelitian khusus," katanya. Selama ini memang ada Bali Post BIAS RABU KLIWON, 650VEMBER 1 Sejarah Pura PADA tahun Saka 1026 (tahun 1104 M) Raja Bali Paduka Cri Maharaja Aji Ekajayalancana wafat, lalu kedudukannya sebagai raja digantikan oleh adiknya bergelar Bhatara Guru Cri Adhikuntiketana. Batara Guru Cri Adhikuntiketana berputra dua orang kembar laki-perempuan (buncing), yang laki-laki bernama Sang Dhana Dhirajaketana dan yang perempuan ber- nama Sang Dhana Dewiketu. Menurut kepercayaan jika ada orang lahir kembali laki perempuan (bunc- ing), diyakini bahwa mereka itu sudah kawin sejak dalam kandungan ibunya. Karena itu, setelah dew- asa Sang Dhana Dhirajaketana dikawinkan dengan Sang Dhana Dewiketu. Kemudian beliau sama-sama dinobatkan menjadi raja di Bali, yang dikenal den- gan sebutan raja suami istri. Yang laki bergelar Bat- ara Paramecwara Cri Wirama nama Ciwaya Cri Dha- na Dhirajaketana, dan istrinya bergelar Batari Cri Dhana Dewiketu. Keduanya juga disebut Mahacwara- Mahecwari atau Mahasora-mahasori atau mahasola- mahasoli dan Masula-masuli, dan sebutan Masula- Masuli inilah dikenal di Bali. Raja Masula-Masuli naik tahta pada tahun saka 1100 (tahun 1178 M) berkedudukan di Somanagara, sekarang bernama Desa Pejeng, Kecamatan Tampak siring, Kabupaten Daerah tingkat II Gianyar. Sebagai bhagawanta (rohaniwan) kerajaan dua orang pandi- ta bersaudara kandung, yaitu Mpu Gnijaya dan Mpu Simeru alias Mpu Mahameru, dan Mpu Gnijaya sudah berhasil mengajarkan Wedha, antara lain Wedha Pejapamantra, Reg Wedha, Jayur Wedha, Ran- cana Wedha dan lain-lainnya, termasuk ajaran atau. ilmu kerohanian. Adik beliau yaitu Mpu Ghana dan Mpu Kuturan alias Mpu Rajakretha walaupun sama- sama bergelar mpu, di samping bertindak dalam bidang kerohanian, juga banyak berbuat dan bertin- dak dalam bidang sosial politik dan pemerintahan. Misalnya Mpu Kuturan ketika masih di Jawa pernah menduduki jabatan raja di Girah. Di Bali beliau per- berstatus sebagai s nah pula menduduki jabatan Senapati dan Ketua gat, sebagai tempa Majelis Pakira-kiran ijro makabehan (Dewan Per-emuja Sanghyang W timbangan Agung), dan berhasil menciptakana adanya a) dalam prabhawa desa pakraman, sekarang dikenal dengan desa adat a-Nya. Adapun Pu dan merehabitasi Pulau Bali yang pernah mengala- rithi (barat daya) mi keguncangan dan kekacauan di bawah pemerin- an bahwa yang dimu tahan raja suami istri Cri Gunaprya Dharmmapatnil Dewa Rudra sebagai Udayana (Dharmmodayana) Warmadewa, yang ber yang Widhi Wasa tahta di Bali pada tahun saka 910 sampai dengan 933ebagai fakta sejarah (tahun 988 sampai dengan 1011 M). m Oleh Jro Mangku Gde Ktut di Soebandi de D i dibangun oleh Mp Kecuali itu Mpu Kuturan juga dikenal sebagai a pada masa pemer arsitek agung, dan telah berhasil menciptakan ben- Masuli yang naik taht tuk dan wujud pelinggih (bangunan suci) serta mendi- 78 M). rikan beberapa buah pura seperti Kahyangan Tiga di Kemudian pada tah masing-masing desa pakraman. Juga beliau telah berhasil men- ciptakan adanya tempat suci un- tuk memuliakan dan memuja ar- wah suci para leluhur, yang sekarang dikenal dengan sanggah atau merajan. Se Padanda Sakti Wawu lanjutnya Mpu Kuturan sudah berhasil pula mem- an tirtayatra dengan bangun beberapa buah pura, sebagai tempat suci un saci dan keramat, dan tuk memuliakan dan memuja Sanghyang Widhi Wasaannya dari Pekendu (Tuhan Yang Maha Esa) dalam segala prabhawa atau darat menyusuri pan perwujudan (manifestasi)-Nya, yang sekarang men- penuju arah tenggara jadi penyungsungan jagat. Pura-pura tersebut antara kejauhan Danghyang lain ialah Pura Batumadeg di Besakih, pura di Batu- bukitan yang menjoro manyeneng, Pura di Pintuaji, Pura di Kedaton, Pura di Setibanya di sana di Tanahmel, Pura di Tulukbiyu, Pura di Tampurhyang, dahulu dibangun oleh Pura di Batukaru, Pura di Bantiran, Pura di Pujungan, watu. Berdasarkan ins Pura di Huluwatu dan lain-lainnya. empat itu dirasa sanga gat baik dan cocok se Pura Sad Kahyangan semadi untuk mengh Pura Uluwatu ini terletak pada sebuah perbuki- Maha Pencipta, serta tan, termasuk wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, moksah. Kabupaten Daerah Tingkat II Badung, Pura Uluwatu Karena itu, untuk pendapat yang menganggap arca Pura Uluwatu merupakan pura banyakan memiliki waktu odalan yang buku tersebut, pura in itu merupakan kronogram ber- kerajaan, di samping merupakan sama, yaitu Anggarkasih (Selasa) wuku gan perjalanan Dewi I tahun 898 Saka atau 976 Masehi Pura Kahyangan Jagat di Bali," Medangsia. Hanya Pura Dalem Selond- Danuh mencari kaka sebagai peringatan tahun berdi- kata Putra Agung. ing dan Pura Dalem Pengeleburan yang Bali, Sang Dewi perr rinya pura itu. Yang lain menga- Umat Hindu di Bali menghor- piodalan-nya berbeda. Pura Dalem watu. Dewi Danuh da pada Bhuta Ulugajah yang men- yang hari piodalan-nya jatuh sekali, yaitu Selasa Wage, Sasih Karo, di batu. Batu itu kin nggap arca sebagai simbol dari mati pura itu sebagai tempat suci Selonding odalannya jatuh setahun mpanginya di tempat jaga pura itu. Arca seperti ini ter- pada Selasa, Kliwon, Mendang- sedangkan Pura Dalem Pengeleburan Bajurit, bergambarkan dapat pula di Pura Sakenan di sia (tiap 210 hari sekali). Kini odalan-nya jatuh pada Sabtu Kliwon sia dengan perahunya Pulau Serangan dan Pura Petilan hampir tiap hari ada orang ber- Wuku Kuningan. Mitos dan keagung yang lebih terkenal sebagai Pura meditasi di sana. Saat Purnama Pura ini, menurut buku tersebut, bah penghormatan n Pengerebongan, Kesiman. dan Tilem umat Hindu berduyun- merupakan tempat pemujaan Tuhan dan rajanya pada zan Jika melihat fungsinya se- duyun mengadakan persembahy- dengan manisfestasinya sebagai Rudra. Uluwatu di bawah k bagai tempat persembahyangan angan bersama. Menurut Freederich, seperti yang (Mengwi-red) pada 1 umat Hindu, pura yang terletak Menurut buku Pura Luhur dikutip pada buku ini, Dewa yang dipu- ahli babad Bali, Jro 27 kilometer arah Selatan Den- Uluwatu", tempat suci ini ber- ja di pura ini adalah Sang Hyang Man- Soebandi, pura ini d pasar ini termasuk Pura Sad status Pura Sad Kahyangan. Sep- ik Gumawang. Tetapi menurut beber- Mengewi. Setelah M Kahyangan. Bangunan pura ini erti Pura Sad Kahyangan lainnya, apa pemangku di pura ini, Dewa yang oleh Raja Badung, menghadap ke timur laut berpa- pura ini memiliki beberapa pura dipuja di pura ini adalah Sang Hyang oleh Raja Badung. D pasan dengan Pura Besakih. pasanakan (pura yang ada Maha Jaya, Nama lokalnya I Ratu Pen- pura ini dipelihara de Jika Pura Besakih sebagai kaitannya dengan pura induk), embahan, dengan senjata berupa tom- lekat dan tak dapat stana Sang Hyang Widhi dalam Pura-pura pasanakan ini adalah bak. manifestasinya sebagai Siwa, Pura Bajurit, Pura Pererepan, umatnya. Pura Luhur Uluwatu adalah stana Pura Kulat, Pura Dalem Selond- Wujud kelekatan i Sang Hyang Widhi dalam mani- ing dan Pura Dalem Pengelebu- festasi sebagai Ludra. "Dulu ran. Pura-pura pasanakan ini ke- berkembang di masyarakat, menurut dengan daya spiritual Berdasarkan mitos Mitos saling memelihara, un yang dengan materi, pura n Pura Luhur Uluwatu, Dulu, Kini dan Esok PURA Luhur Uluwatu yang terletak di an pada saat Raja Sri Wira Dalem mempertahankan budaya dan ag- al dari Pura Luhur Uluwatu. Sum- peristiwa Puputan Badung, Belan- Desa Pecatu masih dipercaya masyarakat Kesari memerintah di Bali. Cata- ama Hindu. Setibanya di Bali, bernya berupa onggokan batu da melakukan restorasi Pun Lu- sebagai simbol yang melindungi "neger- tan waktu yang dapat dijadikan Danghyang Nirartha melakukan yang membeku di sebelah barat hur Uluwatu. Tujuannya untuk inya" dari ancaman bahaya. Ibarat benteng 'rambu-rambu", sekitar tahun dharmayatra keliling Bali dan ter- onggokan batu bekas peninggalan mengembalikan nilai magis Pura yang bobol, musuh akan mudah menakluk- 1135 M raja ini memerintah dari us ke Lombok dan Sumbawa. Se- raja Sri Wira Dalem Kesari. itu bagi raja dan rakyat Bidung kan isinya. Demikian pula dengan Pura Lu- keratonnya di Koripan Besakih lama perjalanan disebarkannya Setelah memperoleh petim- (juga Bali), sehingga mereka taat hur Uluwatu yang merupakan salah satu yang terletak di pangkal Gunung konsep Tri Purusa dan Tri Kahy- bangan rohani Raja Mengwi, Ida dan setia kepada pemerintah Be- Pura Segara Kerajaan Mengwi. Agung. "Rambu-rambu" kedua angan. Konsep ini melengkapi Cokorda Sakti Blambangan, ong- landa. Simbol "perlindungan" ini telah terbuk- tentang kedatangan Mpu Kuturan konsep yang telah ditanamkan gokan batu itu dibuatkan candi Kini, berbagai investor meny- ti dalam sejarah. Umumnya tiap "malape- ke Bali sekitar tahun 1039 M. Tu- lebih dahulu oleh Mpu Kuturan. yang disebut prasada. Tetapi can- erbu kawasan Uluwatu dan seki- taka" yang menimpa Pura Luhur Uluwatu, juannya untuk menata kehidupan Dalam perjalanan Dharmayatran- di ini tidak bertahan lama, karena tarnya. Sebut saja resort Bai Pe- diikuti oleh prestasi yang merugikan hing- keagamaan di Bali yang saat itu ya di Bali, Danghyang Nirartha hancur akibat gempa. Setelah itu catu Graha dan beberapa lapangan ga malapetaka bagi umatnya. Catatan pal- agama Hindu di Bali terdiri atas singgah di Pura Luhur Uluwatu. dibangun pelinggih meru tumpang golf yang akan ataupun sidang ing jelas dan besar adalah pada tahun 1904. berbagai aliran, dengan aliran-ali- Karena kesucian rohaninya, Dang tiga men-stana-kan Ida Pedanda dibangun seperti PT Dewati Pan- Saat itu sebagian dari Pura Luhur Uluwatu ran terbesar, Brahma, Wisnu, Siwa Hyang Nirartha menangkap vibra- Sakti Wawu Rauh, dan diserahkan du Santosa di Pecatu (80 ha/18 runtuh ke laut. Rakyat Badung ketika itu dan Buddha. Konsep yang diter- si suci yang terpancar, untuk ke- pada masyarakat desa Pecatu un- hotel), PT Bali Puri Paradise di cemas. Apa yang bakal terjadi? Kecemasan apkan Mpu Kuturan adalah kon- mudian memperbaiki penataan tuk merawatnya. Inipun tidak ber- Cengkiling (233 ha) dan PTMon- itu terbukti. Satu setengah tahun kemudi- sep Rwa Bhineda yang artinya Pura luhur Uluwatu. Karena ala- tahan lama, karena mengalami col Gumi di Pecatu, timur Pura an, tepatnya September 1906, terjadilah mengkultuskan Ida Sang Hyang san kesucian, setelah kembali dari kebakaran. Kemudian dibangun Luhur Uluwatu (140,5 la/18 puputan Badung yang menandai kehancu- Widhi Wasa dalam menifestasin- Sumbawa Danghyang Nirartha lagi pelinggih meru tumpang tiga hole). "Serbuan" ini meninbul- ran Kerajaan Badung atas intervensi Belan- ya sebagai Sang Hyang Luhur memilih Pura Luhur Uluwatu se- oleh desa Adat Pecatu. Setelah kan keresahan dan konflik di da. Jadi ketika saat ini meru tumpang tiga Akasa dan Sang Hyang Ibu Perti- bagai persinggahan terakhir. Di kembali mengalami dua kali ke- masyarakat. Dulu Pura luhur. Ul- yang dapat disimbolkan sebagai "jantung" wi. Konsep ini disosialisasikan sini Danghyang Nirartha menca- bakaran, barulah pelinggih diban- uwatu sempat ditelantakan" nya Pura Uluwatu, terbakar, maka dapat dalam perjalanan tirtayatra kelil- pai amoring acintya parama mok- gun lagi dan bertahan hingga hingga "menimbulkan" Piputan dipahami kecemasan masyarakat Bali akan ing Bali. Dari kedua rambu-ram- sha (lenyap tanpa bekas, menyatu peristiwa terbakarnya meru tum- Badung. Apakah keresaha dan datangnya "malapetaka" itu. Apalagi me- bu itu dapat diperkirakan pendiri dengan Paramaatman). Moksha pang tiga beberapa waktu lalu. konflik yang terjadi saat ni di lihat kenyataan demikian deras dan bert- an Pura Uluwatu terjadi sekitar inilah yang melatarbelakangi pen- Sebelumnya, pada saat gempa ser- Uluwatu, bukan berupa "pelan- anya cobaan dan beban yang bertubi-tubi abad ke-11 M dengan bangunan sthana-annya di Pura Luhur Ulu- irit sebagian penyangga jeroan taran kesucian pura" dalam ben- menimpa Bali. Sementara masyarakat "di- yang bentuknya tidak seperti saat ini, paksa" agar tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi masih sangat sederhana. pura runtuh, sehingga angin dap- tuk lain, sehingga "meniabul- Periode berikutnya, saat Ker- at menerobos masuk dari celah- kan" terbakarnya pelinggihmeru sehingga masyarakat yang selalu meman- Dan Hyang Nirartha ke Bali ajaan Mengwi diperintah oleh Ida celah tebing. Tetapi berkat kema- tumpang tiga ? Mengingat smua dang tiap kejadian dari sudut pandang seka- pada tahun saka 1411 (1489 M) Cokorda Sakti Blambangan, hakuasaan Ida Sang Hyang Widhi itu, ada baiknya kita renungkan la-niskala, wajarlah kecemasan itu. Tetapi dan mendarat di Purancak-Jem- kekuasaannya mencapai kawasan Wasa hingga saat ini Pura Ulu- pepatah klise yang masih bemak- pada tulisan ini, tidak akan mengungkap- brana, dengan tujuan untuk mem- Jimbaran dan Uluwatu. Pada suatu Ckan seputar malapetaka itu. watu tetap berdiri kokoh. na, "jika manusia tidak lapat pertahankan budaya dan agama saat selama beberapa hari tiap Selain masyarakat Bali, pihak mengatasinya, alam yangakan Kapankah Pura Luhur Uluwatu didiri- Hindu. Sebab saat itu di Jawa ber- sore, Raja Mengwi ini melihat teja Belanda pun mengakui makna menghukumnya." Akankahreris kan, sampai saat ini belum jelas. Hanya langsung proses merosotnya pen- gumulung (sinar bulan) dari ka- magis Pura ini bagi masyarakat tiwa puputan Badung akarteru- menurut salah satu sumber sejarah dan juga garuh agama dan kebudayaan wasan selatan. Berkat seorang Badung khususnya dan Bali. lang dalam wujud lain? Semoga tercantum dalam lontar Usaha Bali, Pura Hindu. Berdasarkan "perhitun- abdi yang diutus mengeceknya Karena itu setelah Belanda berha- tidak. Luhur Uluwatu didirikan oleh Mpu Kutur- gan" niskala, Bali cocok untuk diketahui teja gumulung itu beras- sil menaklukkan Badung pada 29% DENGAN MEMBAWA MAHASISWA,KAMU DISC.20 % S/D SENIN JUMAT SELAMA BULAN NOVEMBER KARTU MENDAPAT GELANGGANG RENANG PENYU DEWATA sarana rekreasi memacu prestasi C 2000 DANA PUNIA Bali Post, masih menerima titipan dana punia Anda yang dimuat set- iap Rabu, untuk beberapa pura yang memerlukan antara lain Pura Pancaka di Mataram, Pura Segara Suci di Jateng, Pura Raksa Wira Bengkalis di Riau, Pura Petitenget di Krobokan, Pura Gelap Be- sakih, Pura Waikabubak di Sumba Barat, Pura Jagat Sebudi di Karan- gasem, Pura Dharma Jati di Jatim, Pura di Irian Jaya, Pura Giri Shanti Bhuwana Nganjuk di Banyuwangi, Pura Bukit Amerta di Banyuwangi, Pura Bukit Dharma Durga Kutri di Gianyar, Pura Siwa Prasta di Lobar, Pura Mandharagiri Semeru Agung di Jatim, Pura Ranget di Lobar, Pura Lingkuk Bune di Lobar, Pura Ujung Desa di Mataram, Pura Sekar- taji di Jatim, Pura Boyolali di Jateng, Pura Blambangan di Jatim, Pura Maospahit di Canggu, Pura Gunung Pengsong di Lobar, Pura Pen- gubengan di Besakih, Pura Desa/Puseh Desa Adat Denpasar, Pura Pucak Tinggah di Tabanan, Pura Pucak Sangkur di Tabanan. Pura Adya Dharma di Salatiga, Pura Giri Indraloka di Jambi, Pura Kerthi Bhuwana di Lampung, Pura Ulun Danu Batur di Songan Kintamani, Pura Dalem Kusha Agra di Mataram, Pura Giri Kusuma di Bogor, Pura Jagat Natha di Riau, Pura Wisnu Murti di Klaten Jateng, Pura Dhali Agrahita di Malang, Pura Payogan Agung Mulawarman di Kutai, Pura Payogan Agung Mulawarman di Kutai, Pura Agung Kertha Bhuwana di Kediri Jatim, Pura Agung Utara Segara di Bitung, Pura Dharma Sari di Mataram, Pura Jagat Natha di Jembrana. Rp 724.000 untuk Pura Segara Tawangalun di Banyuwangi Drs. AA Gede Astawa DPL, DA, Soekarno-Hatta 17 Bima - NTB RB Gayatri Putri, Jl. Ratna No.5 Tabanan Wira, Mengwi IGA Wika Putri IGA Wikarahmi Jero Wikasari IGA Anom Sriasih GN Sukarsana Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya watu. Ida Bagus Nugraha, Taspen Denpasar Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 50.000 Rp 65.000 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 663.000 Rp 728.000 Rp 1.942.000 untuk Pura Raksa Wira Bengkalis di Riau AA Ngurah Oka Permadi, Surya Denpasar Jl. Tunggul Ametung X/7 Dps Yana dan Nita, Perum Pegadaian Tabanan, JI. P. Seribu 18 Tabanan Rp Rp 5.000 Rp Rp 5.000 5.000 5.000 Rp 20.000 Rp 1.922.000 Rp 1.942.000 Citra Dewi, Lempuyang No. 39 Dps Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 20.000 untuk Pura Jagat Natha di Sumatera Barat (Padang) Rp 935.700 untuk Pura Penataran Ped AA Ngurah Oka Permadi, JI. Tunggul Ametung X/7 Dps Rp 5.000 Nyoman Gede Rusmawan, Jegu Penebel Tabanan Rp Wira, Mengwi 5.000 Rp 5.000 Putu Suarjana, Kuta Rp 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 20.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 5.000 Dharma, Singaraja Rp 5.000 Ketut Mertha Yoga, Jl. Tanimbar 57 Dps Rp 5.000 Gusti Putu Suartana Putra, Mambal Rp 5.000 Ap 5.000 Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Rp 10.000 Rp 65.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 659.000 Rp 724.000 Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 728.000 Punia untuk Buku SD Se-Bali Nyoman Gede Rusmawan, Jegu Penebel Tabanan Rp Drs. AA Gede Astawa, DPL, DA, Soekarno-Hatta 17 Bima NTB di Nusa Penida Klungkung Rp 10.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 20.000 Rp 915.700 Rp 935.700 Rp 8.286.800 untuk Pura Desa/Pura Puseh At * * * N N I Wayan Ananta Waya" S Rp 8.276400 Rp 8.286800 SIMPATI ANDA Bali Post menerima titipan sumbangan pembaca untuk sauda-sau- dara kita yang tengah menderita dan ditimpa kemalangan, arra lain Komang Mardika penderita tumor mata, Ariyawan penderita umor, Wiliawan penderita kanker tulang, IGP Cakra penderita kakijajah, Aryanti penderita kepala membesar, Maulana penderita kepalamem- besar, Kt. Raka penderita tangan puntung, Gd. Wardana penderita tumor, I Nyoman Rapa penderita perut mengeras, Wayan Kapen- derita kanker rahang, Wayan Mubagia penderita kepala membesar, Ely Saputra penderita kulit bersisik. Sumbangan Anda dapat dikirim langsung ke bagian Sekretariat Re- daksi Bali Post 67 A Denpasar atau dengan weselpos dan rekening Bali Post di BRI Cabang Denpasar No. 31-45, 1065.4. Rp 4.159.650 untuk Komang Mardika penderita Tumor Mata 1 Md. Sumada, Jl. Siulan Gg. Nusa Indah No. 8 Dps Rp 5.000 I Wayan Suteja, Br. Padangtegal Mekarsari Ubud Rp Idajanie - Denpasar IGN Oka Sparsa, Jl. Jayagiri VII No. 12 Dps Jumlah yang dimuat hari ini Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya 5000 Rp 25000 Rp 25000 Rp 60.000 Rp 4.099650 Rp 4.159.650 Rp 1.155.000 untuk Wayan Mubagia penderita kepala membesar Ny. Mawas Margana Chartina Margana Wistina Pobhila Artha Margana Charloen Artha Margana Mawas Margana (alm) Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 MELAY Rp 5000 Desa Adat Denpasar Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 40000 5.000 JI. Tunggul Ametung X/7 Dps Warta Denpasar Rp 10.000 Jumlah yang dimuat hari ini Rp 5.000 Rp 5.400 Rp 10.400 Jumlah penerimaan sebelumnya Jumlah penerimaan seluruhnya Rp 1.115.000 Rp 1.156.000 AA Ngurah Oka Permadi, 1 Kt. Sudiyada Artha UD Grya Ideal Jumlah yang dimuat hari ini