Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1989-02-19
Halaman: 05

Konten


FEBRUARI 1989 angan langsung meng- emulai dari nol, dari- ia menendang kerikil kemudian tenggelam i-sampai satu tangkai ndelik. Saya bilang: engarnya. Jawab hari ng terburuk. Carilah bahwa, kamu. Ya?, s. Dan tidak kejam, n." duduk di sampingmu yang membutuhkan pun itu hanya sebaris an bahasa isyarat. Bi- terlihat luka, begitu siang ini awal kekala- berteriak, kalau bisa mati. Dan, yang ter- lagukan mars keme- Saya tersenyum kaku. aki-laki di depan saya -an, terlalu banyak!, uk mengaku menjadi kedua belah matanya a tahu, harus! Bahwa -annya telah terkuras : ya katakan. Siang ini gin pulang." Hanya untuk penantiannya. bahwa masalah saya uri bukit karang, se- ajahnya untuk saya. buat keputusan yang mosi...... Semua gara- -king saya yang luka, a luar biasa. Sampai- alumpuh. Saya tidak angis, masih tergores aki yang selama ini osisi saya. hari, tapi sakit saya ya bingung! Semua lemi! Saya benci de- i saya justru merasa husus Gek'Yach dan aja Fatrya bernama manusia ia mempunyai pikir- siasat jeli. la juga melebihi pikirannya. ngan pikirannya ma- emosinya. Yang di- mi pun lebih banyak ripada oleh pikiran. kalan remaja itu wa- an yang menjurus ke makalan yang tidak wa tak dikehendaki, yang merasa punya bentuk pribadi ma- dipandang perlu re- al kenakalan remaja. tahun 80-an, saya diri mengikuti cera- teri ceramah waktu xa dan tertib berlalu elekan narkotika di- ko berlalu lintas tan- peraturan diungkit- emaja saja yang su- Otika serampangan. VIII kol 7) KI lunia N C. 55 MINGGU, 19 FEBRUARI 1989 Menghilangkan Kebiasaan Nyontek Asambil makan jajan yang Oleh Sri Asparini bunyi. "Ayo kita masuk... lain kali kita sambung "ajak Nina pada Ratih. "Kita cari nilai yang lebih baik di lain kesempatan". dari tadi dipegangnya, sambil mengobral kata-kata sebagai pelampiasan kegembiraan atas nilai yang diraih dalam ulang- an cukup tinggi. Kesempatan ini dipergunakan oleh teman- temannya agar uang sakunya keluar. Setiap temannya yang menghampirinya mau ditrak- tirnya. Di lain pihak, Johan bersen- da gurau dengan gurunya. Da- lam kesempatan yang sempit itu si Johan sempat melampias- kan pertanyaan kepada guru- nya, "Pakk...., nilai bapak ma- hal sekali, hanya pada mata pe- lajaran bapak saja saya mem- peroleh nilai kecil." "Silahkan aku yang bayarin ....." kata Ani kepada Andi. "Terimakasih....." Sahut Andi. Namun kerdipan mata Ratih di sudut kantin menghadap minuman tak bergeming sedi- kitpun, Ratih betul-betul kece- wa nilai ulangannya jatuh, wa- laupun semalaman ia belajar dengan tekun. Tatapan mata- nya kosong, hampa melaju tak tentu arah. Seketika Ratih ter- kejut dan tersentak dari lamu- nannya. Eeeeeee... Nita ada apa dan apa kabarmu?" tanya Ratih. "Ulanganmu yang dibagikan tadi hasilnya baik bukan?" ta- nya Nita menimpali. Ratih menghindar dengan pertanya an agar tidak diketahui tadi ia melamun. "Biasa saja", sahut 10 Nita. Dari tadi aku melihat kau kek atau tokek kek....?" melamun saja mikirin cowok "Ah..., kamu ngaco aja", ja- wab Rita sekenanya. dut Nita. "Terus apa masalahnya?" Su- Kita kan berteman apa salah- nya kita mengungkapkan ma- salahnya pada kita masing- masing...? Siapa tahu nanti aku dapat membantumu. WART Nita masalahnya begini, aku tadi malam hampir tidak dapat tidur karena belajar, namun hasil yang aku dapat adalah ti- dak baik. I Ketut Alit Jaya, begitulah nama adik cakep kita ini. Lahir 22 Maret 1984 dan gede nanti punya cita-cita pingin jadi Joki yang tenar. Alamat rumah Jln. Pudak 31 "Penjahit Sudiasthi" Gianyar. Melalui ruangan ini Alit Jaya menyampaikan salam kenal buat teman-teman dipersada tanah air ini. Salam hormat pula buat Bapak, Ibu dan nenek, kakek, di Br. Teges mat hari Minggu semoga asung kertha nugraha. "Ratih...., Ratih, hancur da- lam belajar merupakan masa- lah biasa," sahut Nita. "Tapi.....", sela Ratih. Ani, sebelum ulangan tam- paknya tenang-tenang saja membuka buku, mengambil kerpekan, mengambil lepitan- lepitan kecil seperti ekor layangan hingga akhirnya ia memperoleh nilai sembilan da- ri hasil contekan itu tanpa di- ketahui pak guru. teng.... teng.... teng.... bunyi lonceng tanda masuk telah ber- BUAH HATI "Besar nanti saya bercita-cita pingin jadi pragawati e..ee...", selo- roh adik manis kita ini, bernama Theresia Adi Monika. Lahir pada 27 Januari 1986, di bawah naungan bintang Aquarius dan punya hobi makan duren. Alamat rumah Jln. Cokroaminoto Denpasar. Melalui rubrik ini Theresia nitip salam buat teman-teman di rumah dan seluruh keluarga mat berahari Minggu semoga sejahtra selalu. Serial ZAN Group Bahrun Hambali Pagi menjelang siang di hari minggu yang cerah ini, Zen duduk-duduk di teras. Tugas- nya adalah menjaga rumah dan menunggu kehadiran Noel, adik sepupunya, yang akan datang pukul sepuluh. Jam di tangannya sendiri seka- rang telah menunjukkan ang- ka 9.53, berarti tinggal tujuh menit lagi. Zen mendesah sete- lah melihat jamnya, bukan ka- rena dia akan bertemu muka dengan adik sepupunya yang belum pernah dikenalnya itu. Bukan! Dia lagi menunggu ke- hadiran Novi dan Astrid, dan juga Arif yang ditemuinya se- malam di rumah Astrid. Mere- ka bertiga diundang Zen untuk mengadakan semacam rapat kecil untuk membicarakan ma- salah surat kaleng yang mere- ka terima. Sekali lagi Zen meli- hat jam tangannya. "Lagi bengong ni yee!" Zen menyambut kehadiran ketiga temannya dengan senyum ke- cil. Astrid, Novi dan Arif, nam- pak rapi dengan pakaian yang berwarna cerah. "Adikmu sudah datang, Zen?" Novi langsung mengin terogasi. Zen menggeleng. "Belum. Padahal janjinya pa- da ibuku akan datang jam sepuluh!" "Mungkin sebentar lagi dia datang. Eh, siapa namanya?" "Dasar pikun! Baru kemarin dikasi tahu Zen, sekarang su- dah lupa lagi. Namanya Noel. Noel... sekali lagi... Noel!" As- trid menanggapi pertanyaan Arif dengan jengkel. "Sudahlah. Kita ke dalam sa- ja untuk segera memulai rapat kita. Mumpung adikku itu be- lum datang, nggak ada salah- nya kan kalau kita sambil me- nunggu kedatangannya itu memulai rapat kecil kita?" Zen Kebiasaan Ngerpek Ilustrasi seperti di atas se- ring kita jumpai dalam ke- nyataan suatu peristiwa yang menunjukkan gejala sosial yang berdampak tidak. Kebiasaan ngerpek bagi siswa bukan hal yang asing bagi kita semua, namun terkadang seri- bu satu cara yang dilakukan guru untuk mengatasinya mu- rid mempunyai sejuta cara yang lebih unik. Kreativitas penipuan nilai dapat berjalan lancar tanpa diketahui oleh sang guru. Malahan ngerpek menjadi suatu kebudayaan. Yang hasil tinggi akan merasa bangga, padahal kegiatan yang dilakukan akan menjadi penyakit kronis di ma- sa nanti. Kebiasaan ngerpek akan terbawa-bawa ke sekolah yang lebih tinggi, tidak ubah- nya seperti kecanduan. Dari kejadian itu timbul rasa tidak percaya diri menjadilah setiap ulangan selalu membawa ker- tas kecil sebagai tamu pe- nyelamat. Hal seperti ini sukar dihi- langkan. Syukur kalau tidak diketahui, berabe bukan....? Antara dua siswa di atas, si Johan dan Ani, mempunyai ke- biasaan yang bersifat negatif. Setiap pelajaran mereka tidak pernah membuka kembali bu- ku catatannya sehingga lama kelamaan menjadilah bahan yang menumpuk, sehingga waktu ulangan ia mengambil jalan singkat. Memperoleh ha- sil yang tinggi tanpa susah payah dan dengan semboyan, "Siapa jujur, dia hancur. Si Johan yang nilainya sudah di- katrol alias diistimewakan oleh gurunya masih belum puas. Penanggulangan Hal di atas semestinya tidak terjadi pada siswa, sebab itu be- tapa pentingnya penilaian diri terhadap kemampuan yang di- milikinya. Dengan pertanyaan "bagaimana saya....", "mampukah saya...", "apa yang harus saya lakukan.....", dan pertanyaan yang lain. Dengan demikian kebanggaan Ani bu- kanlah mesti terjadi, sebab ha- sil yang dicapai adalah hasil yang bukan atas kemandi- riannya. Kejadian di atas perlu sekali direnungkan agar nantinya penyakit tersebut tidak menja- di penyakit yang kronis, dan nantinya siswa mempunyai ke- mampuan yang mandiri. De- ngan demikian kebiasaan itu sedikit demi sedikit semakin memudar dan dapat dihilang- kan dengan cara yang mudah antara lain: 1. Belajar secara kontinyu, dalam artian bahwa siswa hen- daknya melakukan kegiatan belajar secara bertahap, jadi be- lajar bukan untuk ulangan. 2. Percaya diri, kepercayaan diri sendiri merupakan kunci keberhasilan dalam belajar. Se- da uangan bukan mengan. dalkan 3. Tekun, tidak pernah putus harapan dalam menghadapi kegagalan yang menjadi ham- batan. 4. Disiplin, mempunyai disi- plin waktu belajar. 5. Mempunyai perencanaan yang mapan. Dengan demikian kita bukan- lah orang-orang yang bodoh. Tidak ada manusia bodoh, tapi kurang berkesempatan untuk belajar. Untuk itulah mari ki- ta belajar, sekali lagi belajar, sehingga nantinya kita benar- benar menjadi manusia yang berkualitas dan beridentitas. Selamat mencoba dan menco- ba dengan semboyan "Kegagalan adalah sukses yang tertunda" dan semboyan "siapa jujur dia hancur" harus ditendang jauh-jauh.*** Sri Asparini JI. Nangka GG. Kenari IV6 Denpasar "Kita langsung saja mulai ra- pat kita siang ini!" "Baru jam sepuluh, Zen. Ma- sih pagi!" ingat Astrid. "Aku lebih setuju dengan se- butan siang hari untuk hari yang semakin panas ini!" Novi membela ucapan Zen. "Kalau kamu bangun jam tu- juh pagi lebih, apa masih bisa dibilang pagi?" "Itu Bih namanya kesiangan!" Arif urun pen- dapat. "Nah!" "Ya sudah. Kalau kalian mengeroyokku bertiga seperti ini, mana bisa aku menang?" kata Astrid dengan suara pelan. "Zen, apa perlu pakai acara ketok meja dulu?" usul Arif. Mau tidak mau ketiga teman- nya mengembangkan bibir me reka. Agak geli juga mende- ngar banyolan Arif barusan itu. POS ANAK- ANAK Uang Tamasya amasya keliling Bali!! Ci- Made ber- jingkrak kegirangan. Dibaca- nya sekali lagi syarat-syarat yang harus dipenuhi peserta. Rupanya hanya kelas tiga yang lulus yang boleh ikut. Wah... bakalan ramai jadinya. Tamasya dengan teman-teman tentu lain masalahnya. Made jadi tersenyum sendiri mem- bayangkan tempat-tempat yang akan dikunjungi. Di an- taranya danau Batur, Besakih, Tanah lot, dan Gua Lawah. "Dayu, Jaya dan Sri, harus di- beritahu berita yang meng- gembirakan ini," tukas Made dalam hati. Lalu segera beran- jak meninggalkan papan pengumuman yang mulai ra- mai dikerumuni anak-anak da- ri kelas lain. Made berlari menuju pohon akasia tempat ia dan teman- temannya berkumpul. Benar juga, dari jauh sudah terlihat Dayu yang ceriwis sedang ber- cerita di depan teman temannya. Made cuma terse- nyum. Dayu, selalu begitu ka- lau ngomong. Semua harus be- nar-benar memperhatikan. Ta- pi walaupun begitu Dayu ber- hati baik, teman-teman suka padanya. Dayu suka menolong teman yang sedang kesu- sahan. "He itu Made!" tunjuk Dayu mendahului. Bali Post "Sini De kumpul-kumpul," panggil Jaya sambil menyisih- kan tempat duduknya buat Ma- de. Made terus saja duduk, na- fasnya naik turun. "Habis dikejar apa, De? kok Wiwin Prasanti MARTIN 89 Pada jaman dahulu, di se buah negeri di seberang lautan, hiduplah Pak Mesin seorang diri. Hidupnya pas- pasan. Hanya untuk memenu- hi makannya setiap hari. Hi- dupnya yang di pinggir hutan membantu menyambung hi- dupnya. Pada suatu hari, di antara keserba-tiadaannya, timbul te- kad di hatinya untuk mengem- bara. Pak Mesin pun berkemas- kemas dengan perbekalan se- cukupnya. Niat Pak Mesin un- tuk mengembara ternyata juga diiringi niat yang sama oleh Pak Dolig. Ketika di perempat- an desa mereka berdua berte- mu dan sepakat untuk berang- kat menempuh perjalanan ti- dak begitu jauh. Mereka pun akhirnya berjalan bersama. Kedua pengembara ini pun menurut jejak kakinya. Entah kemana. Sinar mentari sudah menjelang tengah hari. Rasa lelah setelah berjalan agak "Berita gembira? Makan- makan ya De??" celetuk Sri. "Ah... pikiranmu makanan melulu, tapi aku heran, badan- mu tetap saja kurus begitu!!" sela Dayu. Hari Boneka dan Hari Anak Lelaki MUSIM semi musim yang pa- ling disenangi anak di Jepang. Musim semi membuat semua pohon hijau dan semua bunga mekar kembali. Musim semi juga membawa kembali semua burung yang selama musim di- ngin mengungsi ke daerah yang lebih panas. Tetapi yang terindah ialah musim semi membawa anak-anak di Je- "Ayolah Jaya.... atau barang- kali kamu sudah tidak mem- percayai aku lagi?" lanjut Ma- de. Sulit juga memaksa Jaya ngos-ngosan gitu", tanya Jaya. "Anu...." Made mengatur na- fasnya. "Ada berita gembira buat yang agak keras pendi- pang dua hari raya: satu un- kita" riannya. tuk anak perempuan di bulan Laki-laki". Kedua hari raya ini Maret yang disebut "Hari Anak dirayakan di setiap rumah yang ada anak kecilnya, sebab perayaan-perayaan itu meng- gambarkan keinginan para orang tua yang mengharap- kan agar anak perempuannya menjadi cantik kalau sudah be- sar dan anak lelakinya menjadi gagah berani tak kenal takut. Tahukah kamu burung apa yang pertama-tama mengeta- hui bahwa musim semi sudah dekat? Itulah burung Nightinga- le, burung bulbul, burung ma- lam Jepang. Ia terbang dari po- hon ke pohon sambil bernyanyi dengan suaranya yang merdu, memberitahukan semua anak bahwa hari raya mereka akan segera tiba. Bahkan pohon buah plun (prem) terjaga oleh nyanyian burung bulbul itu dan segera semua pohon prem di kebun penuh oleh bunga pu- tih atau merah muda. Juga po- hon peach (persik) terbangun oleh nyanyian burung bulbul itu dan mengeluarkan bunga- nya yang merah muda. Lalu se- mua anak gadis di seluruh Je- pang mulai mengadakan per- siapan untuk Hinamatsuri, se- butan untuk hari Boneka. Beberapa Minggu sebelum hari raya yaitu jatuh pada tanggal 3 Maret, ibu member- ikan pada anak perempuannya seperangkat boneka kecil lima belas buah, berpakaian baju su- "Eh... ini mau dengerin nggak??" tanya Made. "Iya dong!! Ada berita apa sih, De?" Jaya yang sering ber- tindak sebagai penengah balik nanya. "Begini..... nanti sekolah ki- ta akan mengadakan tamasya keliling Bali pelaksanaannya nanti, setelah pengumuman ujian, hanya yang lulus saja yang diperkenankan ikut" Ma- de mengakhiri ceritanya. "Keliling Bali? Asyik dong! Mengenai persyaratannya aku yakin kita semua lulus, berkat usaha kita dalam belajar berkelompok," Dayu berceloteh gembira. "Aku akan bawa kamera, ki- ta harus mengabadikan saat- saat tamasya yang mengasyik kan ini, buat kenang- kenangan. Wah, pasti bagus kalau Jaya yang memotret- nya.... seperti waktu perpisah- an dengan kakak kelas dulu, wah... bidikan Jaya bagus semua" sambung Sri. Mereka tampak gembira, ke- cuali Jaya, ia tampak murung. Tamasya? Yah, mau tidak mau Jaya senang mendengarkan- nya tapi untuk ikut? Mau biaya dari mana? Sedang setelah ta- Dongeng Dua Pengembara jauh memaksa Pak Mesin dan Pak Dolig istirahat sejenak. Setelah merasa agak bai- kan perjalanan dilanjutkan kembali. Senja hari baru mere- ka tiba di sebuah gubuk tua. Saat itu, Pak Mesin merasa sa- ngat lapar sekali. Diajaknya Pak Dolig istirahat untuk ma- kan. Ketika itu timbul gagasan Pak Dolig. Berkatalah Pak Do- lig pada Pak Mesin, "kalau tadi sepakat untuk berjalan bersa- ma-sama, sekarang makan pun harus bersama-sama pula. Oleh karena kita membawa be- kal masing-masing, sebaiknya bekalmu itu kita makan terle- bih dahulu. Nah, apabila nanti bekalmu habis, giliran bekalku kita makan bersama. Bagaima- na, Pak Mesin?" Rapat Minggu Siang mendahului ke ruang tengah yang disusul oleh ketiga te- mannya. "Lebih-lebih kepalamu saja yang diketok. Mau?" kelakar Novi yang disambut tawa tem- Angin segar sesekali bertiup an-temannya. Meskipun kela- dari samping rumah yang di- kar mereka keterlaluan, na- tumbuhi tanaman-tanaman mun bagi ZAN Grup dan Arif hias. Suasana asri menjelang hal itu merupakan santapan siang itu semakin menyejuk yang mengakrabkan mereka. kan udara di sekitar rumah. "Sekarang sudah jam sepu- luh lebih tiga menit. Kita lang- sung saja rapat kita siang ini dengan laporan hasil pe- nyelidikan kita masing- masing. Kamu dulu, Trid!" tunjuk Zen pada Astrid. Astrid memperbaiki posisi duduknya. Dipandangnya Zen, lalu Novi, dan yang terakhir Arif. Pak Mesin setuju dengan ga- gasan Pak Dolig." Betapapun kita harus bersama-sama," pi- kir Pak Mesin. Pak Mesin pun segera membagi makanannya menjadi dua bagian yang sa- tadi memang benar! Mbak Lala sendiri mengatakan hal itu se- malam kepada kami. Kalian ta- hu sendiri kan kalau mbak La- la itu punya minat dan ke- mampuan di bidang jurnalis- tik? Tulisan-tulisannya sendiri sering kita baca di beberapa mingguan terbitan pusat." Arif menambahi laporan Astrid un- tuk meyakinkan Zen dan Novi. "Tapi apa tidak mungkin ka- lau mbak Lala punya waktu luang untuk sekadar meng- etikkan beberapa kalimat se- perti dalam surat kaleng yang diterima Arif kemarin itu?" ta- nya Novi memojokkan. Astrid dan Arif berpandangan, tak menyangka akan dipojokkan begitu oleh Novi. Astrid men- "Sulit bagiku untuk menjebak kakakku, maksudku mencari informasi langsung dari mbak Lala kalau-kalau dia mengeta- desah. hui tentang surat kaleng yang "Kalau itu sih kemungkinan- diterima Arif kemarin. Menu- nya bisa saja terjadi. Tapi se- rut pendapatku, rasanya mus- perti aku laporkan tadi, kakak- tahil mbak Lala terlibat dalam ku terlalu sibuk dengan ku- masalah surat kaleng ini. Da- liahnya, belum lagi harus lam minggu ini dia lagi sibuk membaca buku-buku untuk membuat beberapa artikel baik untuk majalah di kampusnya maupun untuk media-media massa. Arif sendiri tahu kok! Begitu kan, Rif?" Astrid me mandang Arif untuk meminta sekadar tanggapannya. "Aku rasa pendapat Astrid mat ini saja Jaya bingung ha- rus melanjutkan atau tidak. Keadaan keluarganya sangat memprihatinkan, untuk ma- kan sehari-hari saja sudah su- sahnya setengah mati. Ibunya harus menitipkan dagangan di warung mbok Sepo, sedang penghasilan ayahnya yang ha- nya seorang pedagang kaki li- ma tidaklah seberapa. Seka- rang haruskah dibebani de- ngan biaya tamasya lagi?? "Ah tidak!! Kasihan Ayah dan Ibu. Tapi untuk tidak ikut tentu berat juga rasanya.... ahh," Jaya berteriak pada dirinya sen- diri. menunjang artikel yang akan dibuatnya. Lalu dia juga harus membuat paper. Rasa-rasanya sih, waktu untuk mengetik- kan surat kaleng yang kamu maksudkan itu telah tersita oleh kegiatan seperti yang aku katakan tadi itu, Nov!" jelas As- Teng... teng!! Bel masuk ber- dentang. Semua anak beranjak masuk ke dalam kelasnya ma- sing-masing, tidak terkecuali Made, Sri, Jaya dan Dayu. Me- reka berjalan beriringan. Jaya terus murung... hingga sem- pat ditegur guru geografi. Ma- de yang duduk sebangku de- ngannya melihat perubahan pada diri sahabatnya. "Kamu tampak murung Jaya, kenapa? Sakit?" tanya Made sepulang sekolah. "Tidak apa-apa De" jawab Jaya pendek. "Ah... pasti ada apa-apanya, tidak biasanya kau bersikap se- Hari Raya di Jepang perti ini. Ada masalah? Kata- kanlah Jaya, siapa tahu aku. Dayu atau Sri dapat mem- bantumu, bukankah kita sahabat?!!!" desak Made. Tapi Jaya tetap diam, ia ra- gu-ragu untuk menyatakan masalah yang sebenarnya, enggan rasanya mengatakan kesulitan yang tengah ia hadapi. "Bukan begitu De.... tapi aku tidak ingin membebani pikiran kalian dengan masalah yang sedang aku hadapi" jawab Jaya sendu. "Kenapa kamu berpikiran se- perti itu Jaya? Bukankah aku, kau, Dayu, dan Sri adalah sa- habatmu, sejak dulu? Kalau ada permasalahan di antara ki- ta pecahkan bersama..... Nah.. sekarang kenapa ada rasa sungkan pada dirimu??" bujuk Made sabar. "Katakanlah Jaya... sebelum segalanya terlambat" lanjut Made. "Baiklah..." ujar Made akhir- nya, ia menghela nafas dalam- dalam seakan mencari awal untuk memulai. Sementara Made bersiap mendengarkan dengan penuh perhatian. "Siang tadi... saat kau mem- bawa berita gembira, tentang tamasya setelah pengumuman lulus nanti, aku turut senang mendengarnya. Tapi untuk ikut, ah... rasanya aku tidak akan ikut...." sampai di situ Jaya terdiam. "Kamu sendiri tahu De.... un- tuk keperluan sehari-hari saja keluargaku sering kelabakan, apalagi untuk biaya tamasya itu....". Jaya menutup ceritanya dengan wajah sendu. "Sudahlah Jaya... sekarang kita pulang saja dulu, besok aku akan diskusikan hal ini de- (Bersambung ke Hal XI kol 2) ma. Begitulah seterusnya hingga bekal Pak Mesin habis. Melihat bekal Pak Mesin habis, Pak Dolig berusaha menjauhi Pak Mesin. Jalannya diperce- pat agar tidak disusul. Betapa kecewa Pak Mesin setelah tahu ulah Pak Dolig. Siang itu, Pak Dolig makan sendiri. Pak Mesin malu meng- ingatkan akan janjinya. Dita- hannya rasa lapar. Hari-hari selanjutnya, Pak Dolig dan Pak Mesin berpisah, setelah Pak Dolig menyatakan, kalau bekalnya habis tentu ia kela- paran. Betapa liciknya. Akhir- nya dengan hati yang jengkel dan menahan rasa lapar Pak Mesin meninggalkan Pak Do- lig yg sedang makan sendiri. Diteruskannya perjalanan se- kuat kakinya melangkah, hingga tiba di sebuah gedung tua. Di sana Pak Mesin berma- lam. Tapi apa yang terjadi. Ti- dak lama kemudian, muncul dua ekor serigala memasuki gedung tua. Betapa terkejut- nya pak Mesin, "Jangan jangan aku diterkamnya," pi- kirnya. "Aku mencium bau manusia," kata serigala satu. "Mana orang berani, kalaupun berani ialah yang berhak memiliki," kata serigala lain- trid. Nampaknya baik Novi mau- pun Zen dapat menerima penje- lasan Astrid barusan. Tak ada lagi sanggahan yang akan di- utarakan untuk membantah laporan Astrid itu "Sekarang giliranku mem- beri laporan!" Zen memandang ketiga temannya. "Detektif kita!" sindir Arif. Semoga ada informasi yang menyenangkan!" harap Novi. "Kuharap juga demikian!" sambung Astrid. "Kalian mau dengar laporan- ku nggak?" Zen memasang muka masam. Ketiga teman- nya tertawa cekikikan. "Mau sih mau. Tapi kerong- kongan kita perlu dibanjiri air dulu. Iya kan?" "Akuuur....!" Arif dan Novi menyetujui usul Astrid. "Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat untuk itu!" tan- das Zen. Ketiga temannya sa- ling berpandangan, lalu terse- nyum-senyum memandangi Zen. Zen sendiri nampak tidak acuh dipandangi begitu. Dia memandang jam tangannya untuk yang kesekian kalinya. "Aku mulai saja laporanku!" Zen mengambil inisiatif. Tanpa diiyakan oleh ketiga teman- nya, Zen memperbaiki posisi duduknya untuk dapat berha- dapan dengan ketiga te mannya. Bali Post/Kt. Karjana. MALAM GEBRAKAN- Sekelompok kawula muda menggelar acara yang mereka beri nama "Malam Gebrakan Death Head", 10 Februari yl, bertempat di Balai Banjar Tewel Sari, Desa Sanur Kauh. Gambar di atas, kelompok vokal grup yang ikut menyemarakkan acara, di samping kesenian lainnya. nya. Pak Mesin yang mende- ngar percakapan itu heran. Pa- da malam harinya saat bina- tang itu terlelap, Pak Mesin mengendap-endap dekat kotak tua yang dijaga serigala. Dite- mukannya emas murni ba- tangan. Betapa gembiranya Pak Mesin. Tak lupa ia bersyu- kur pada Tuhan. Akhirnya Pak Mesin menghentikan pengembaraannya. Dijualnya emasnya, dibelikan rumah dan menjadi saudagar kaya, tetapi Pak Mesin tetap baik, saleh. Ia suka membantu, sehingga di- sukai tetangga-tetangganya. Pada suatu hari, seseorang berpakaian lusuh lewat di dep- an toko Pak Mesin. Ia ingat be- tul itu Pak Dolig. Betapa he- rannya Pak Dolig. Ia pun dija- mu Pak Mesin. Diceritakan asal mulanya ia begini, sejak berpisah hingga menemukan emas. Mendengar semua itu timbul keinginan Pak Dolig ke rumah tua, tepat Pak Mesin menemukan emas batangan ta- di. Tapi apa yang terjadi. Ter- nyata serigala yang menjaga mencium rasa tidak baik, men- cium manusia jahat. Ahirnya Pak Dolig terkapar, mati.*** (Kiriman Dian D). "Aku dapat memastikan ka- lau surat kaleng yang aku ter- ima kemarin dibuat dan diki- rim oleh kakakku sendiri, yai- tu mbak Nur!" "Nah, detektif kita bakalan mengungkapkan hasil-hasil penyelidikannya. Iya kan, Zen?" arif mengedipkan sebe- lah matanya. "Aku telah mencoba mesin ketik mbak Nur, dan ternyata hasil ketikannya sama persis dengan hasil ketikan di surat kaleng yang kuterima kema- rin itu. Jadi, ya boleh dikata- kan bahwa yang mengirim su- rat kaleng itu untukku adalah kakakku sendiri, mbak Nur!" "Tapi itu belum merupakan bukti yang kuat, Zen! Kamu ti- dak menyadari kalau di kom- pleks LP. sendiri lebih dari tiga orang yang mempunyai mesin sejenis mesin ketik yang dimi- liki oleh mbak Nur. Belum lagi di kantor! Bagaimana mung- kin kamu dapat meyakinkan bahwa surat kaleng yang ka- mu terima itu berasal dari mbak Nur?" Novi mencoba me- nyanggah laporan Zen dengan beberapa alasannya. Suasana kelihatan agak tegang. Zen mengerjapkan matanya, nam- pak sedang berpikir untuk mencari jawaban yang bisa meyakinkan Novi dan juga As- (Bersambung ke Hal XI, kol 1) tra dan brokat indah sekali. Ada boneka putra dan putri, dayang, menteri, pemain mu- sik istana, dan pegawai istana. Ibu sangat bangga dengan kumpulan bonekanya yang in- dah, karena boneka-boneka itu adalah pemberian dari ibunya dahulu ketika masih kecil. Ibu mengeluarkan boneka- boneka itu dari peti kayunya dan membersihkan rambut dan bajunya. Boneka-boneka itu dipajang selama perayaan di atas rak khusus bertingkat enam tersusun seperti tangga. Tetapi tempat pajangan itu ha- rus ditutupi dulu oleh kain me- rah sehingga boneka-boneka itu akan tampak lebih indah. Kalau tempat pajangan su- dah siap, anak-anak gadis mengatur boneka-boneka itu di atasnya. Pangeran putra dan putri ditempatkan di ting- kat paling atas, di depan se- buah tirai kecil. Di Kiri kanannya ditempatkan lentera kecil. Di tingkat kedua ditem- patkan ketiga dayang yang ha- rus melayani kedua bangsa- wan itu. Lalu di bawahnya ber- turut-turut kelima pemain mu- sik istana, kedua menteri ne- gara danketiga pegawai ista- na. Ibu mengeluarkan pohon jeruk dan pohon seri kecil, dan ditempatkan di kiri kanan para pegawai istana. Sekarang tinggal tingkat terbawah belum siap. Ibu mem- buka peti kayu lain dan meng- eluarkan beberapa perabot ru- mah tangga kecil. Semua yang akan diperlukan oleh boneka itu ada: lemari dengan sejum- lah pakaian dalamnya, meja hias untuk pangeran putri, cermin-cermin, piring, pingg- an, sedus alat menjahit rak bu- ku berisi buku kecil dan bah- kan sejumlah kendaraan kecil Gambar 1. Gambar 2. HALAMAN V Gambar Karya Sekolah : Pemandangan I : Ni Ketut Han- dayani Kls. V SD 23 Da- ngin Puri Den- pasar untuk pasangan-pasangan bangsawan itu berpergian. Anak-anak gadis itu sangat senang dengan pajangan me- reka yang indah itu. Tetapi pestanya tak dapat dimulai se- elum 3 Maret, kata ibu. Pada hari itu diadakan pesta minum teh buat boneka-boneka itu de- ngan hidangan makanan dan minuman. Ketika harinya tiba, Ibu mengisi sebuah jambangan be- sar dengan bunga persik me- rah muda dan ditempatkan se- belah pajangan. Lalu ia meng- hidangkan makanan- makanan lezat: nasi bakar, ka- cang merah, kue merah, hijau dan putih dan bahkan anggur campur susu. Dan sore harinya anak-anak gadis itu bermain dengan bo- nekanya. Mereka juga memba- wa boneka-boneka mereka se- hari-hari ke pesta minum teh itu, dan bukan main meriah- nya pesta itu! Mereka bernya- nyi, bermain dan makan mi- num dengan boneka. Dan keti- ka hari mulai gelap, ibu me- nyuruh mereka menyalakan lentera di atas pajangan bone- ka sehingga pesta dapat dilan- jutkan beberapa lama. Oleh ka- rena itu boneka hanya diraya- kan sekali setahun, mereka di- bolehkan bermain lebih lama daripada hari biasanya. Anak-anak lelaki tidak turut dalam perayaan ini. Mereka ta- hu bahwa hari Anak Lelaki ja- tuh pada tanggal 5 Mei, di saat daun pepohonan sudah menja- di hijau terang dan tanah ditu- tupi oleh rumput hijau empuk. Gandum di ladang mulai tum- buh dengan subur dan langit terang dan biru sepanjang ha- ri. Di bulan Mei matahari lebih (Bersambung ke Hal XI kol 4) Gambar Pemandangan II : Astuti Barlian Karya Sekolah SDK Swastiastu I Denpasar Alamat : Jln. Sumatera 4 Denpasar ANDA MAU BELI/ JUAL MOBIL? SEGERA HUBUNGI : Jln. Imam Bonjol 211 Telp. 27282 Denpasar. C. 43 2cm Color Rendition Chart