Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-01-26
Halaman: 04

Konten


2cm 4cm Halaman 4 Nanog da Kansas SAPU Catatan Budaya Minggu Ini : reka di kota atau di luar pulau ini ketika hari raya tiba, mereka da- tang beramai-ramai ke pohon cem- paka putih itu? Lalu sambil meme- tik bunganya, di bawah pohon cem- Nanog da Kansas DEMAM paka putih itu pula mereka saling Pagi Omemandang Maranya itu pria atau ber- Dagi ini aku sedang duduk berse- Bali Post Menangkap Daun Jatuh Oleh Rianto Niang menyengat ketika saya ber- Sada pada sebuah toko. Di antara keramaian tiba-tiba ada yang me- nyapa. Ternyata seorang rekan. Kami pun bersalaman mesra, ber- cakap. Tahulah saya bahwa dia bersama kakaknya, salah seorang bak dengan muatan bertumpuk kankah kita yang tua-tua selama ini dan gemuk merayap turun dari pi- kir kopiku. Astaga! Ternyata cecak rang tua itu dengan memelas yang cekung mengingatkan saya pada sebuah sumur di tengah- tengah bukit yang tandus. Dengus nafasnya mengingatkan saya pada lenguh kerbau yang menghela gero tumpuk. Sepotong sikunya yang keluar dari lubang lengan bajunya yang kumal mengingatkan saya pa- da berbagai pekerjaan yang menun- Ra penyelesaian bertahun-tahun. Rambutnya mengingatkan masa kecil saya, dimana saya mengulur ulur benang layangan di atas ham- paran ladang yang dipenuhi lalang lalang sedang berbunga. "Mohon. Saya mohon pohon cempaka putih itu jangan ditebang. Saya mohon, Pak Kepala Desa," dia menghiba-hiba di depan saya. Saya diam. Saya pandangi saja dia. Saya biarkan dia mengeluarkan se- gala yang hendak diucapkannya. "Pohon cempaka putih itu adalah satu-satunya milik desa ini yang ha- silnya dapat dinikmati bersama- sama. Setiap hari-hari suci, atau se- tiap orang-orang melaksanakan u- pacaranya, mereka pasti mencari bunga itu. Anak-anak atau gadis- gadis remaja yang akan bersemba- hyang atau sehabis mengeramasi rambutnya, selalu mencari bunga itu pula. Setiap orang seakan mera- sa kurang tanpa bunga cempaka putih itu. Entahlah. Pokoknya sela- ma bertahun-tahun, saya dapat me- rasakan bahwa kesatuan dan keru- kunan orang-orang di desa ini ter- wujud di bawah pohon cempaka putih itu. Ah, saya kira Bapak Ke- pala Desa sendiri tahu. Bapak Ke- pala Desa sendiri telah ikut merasa kannya semua itu. Bukankah Ba- pak selama ini telah melihat, bahwa setelah penduduk desa ini bekerja di kebun masing-masing, setelah anak-anak muda pulang berlibur dari tempat kerja atau sekolah me- lonjor di kursi panjang di teras canda setelah sekian lama tak berte- depan rumahku dengan dua potong mu. Bahkan banyak anak-anak kue serabi bikinan istriku, secang muda desa ini yang mengikat cinta kir kopi dan dua butir telor sete- dan janjinya di bawah pohon cem- ngah matang yang juga bikinan paka putih itu. Bukan main. Bu istriku. Seekor cecak yang besar gembira sekali melihat semua itu? Jadi, ah, rasanya tidak mungkin de- putih itu. Ya. Sekali lagi saya mo- sa ini hidup tanpa pohon cempaka hon. Saya mohon jangan ditebang." Saya perhatikan orang tua itu de- ngan lebih seksama. Saya perhati- kan dengan seksama gerak nafas nya yang kembang kempis ketika dia dengan agak kesulitan me- nyelesaikan kalimat-kalimatnya itu. Sementara di ruang sebelah, pegawai-pegawai saya sibuk de- ngan suara-suara mesin tik-nya yang kacau balau. Sementara di ruang tunggu, suara penduduk desa yang sedang mengurus ganti rugi pembebasan tanahnya bagai suara lebah madu mencari sarang. Saya pandangi kedua mata ce- kung itu. Saya coba mencari sesua- tu yang dapat dijadikan kekuatan untuk membantu bibir saya meng- atakan sebuah jawaban. Kami sa- ling pandang. Sampai kekuatan itu saya dapatkan dan terkumpul di ubun-ubun saya. Menjalar ke pipi, lalu ke dalam mulut saya. Lalu me- letus dengan lirih: "Tidak! Pohon cempaka putih itu harus ditebang. Kalau tidak, ia a- kan mengganggu kelancaran proyek ini. Maaf, Pak Tua." Lalu orang tua itu saya tinggalkan. Ma- sih banyak sekali proyek yang ha- rus ditangani lagi. Saya kekurang- an waktu. Dinullah Rayes : lar marmer di sebelah kananku. yang merayap di pilar tadi itu seka- Aku biarkan saja dia berbuat begi- rang sedang megap-megap di da- tu. Seperti juga aku biarkan piki- lam kopi bikinan istriku. Kaki de- ranku terbang sebebas-bebasnya, pannya menggapai-gapai di ping- menikmati pagi dan sinar matahari giran cangkir. Seluruh tubuhnya yang hangat. Aku tak mencoba terendam dalam cairan hitam pe- mengendalikan pikiranku untuk kan itu. Dan pemandangan ini bersiap-siap memikirkan pekerjaan membuat aku geli. Aku jadi tertawa yang sebentar lagi menyongsongku memandang pemandangan itu. di kantor. Aku tak berusaha mere- "Jangan mengejek. Tolonglah kayasa pikiranku untuk bertanya- aku. Cangkir ini terlalu licin," cecak tanya dalam hati; mengapa ketiga itu memandangku jengkel. Mulut- anak-anakku yang sekarang sedang nya yang runcing meringis-ringis. bersekolah di luar negeri itu tidak Tambah lucu jadinya. pernah menulis sepucuk surat atau sepucuk kartu ucapan selamat u- lang tahun-pun kepadaku atau juga kepada istriku beberapa tahun ter- akhir ini. Aku tak berusaha bertanya-tanya; kenapa sih anak- anak tetangga itu gemar sekali de- ngan suara motor yang keras. Aku tak berusaha mencari jawaban ke- napa salah seorang karyawanku akhir-akhir ini suka sekali memba- ca puisi di kantor. "Salah kamu sendiri. Kenapa ka- mu nyemplung ke situ?" aku meng- godanya sambil berpura-pura tidak hendak menolongnya. "Tadi ada lalat masuk ke sini," tersengal dia sekarang. Aku segera mengangkatnya, dengan memasuk- kan telunjuk dan ibu jari ke dalam cangkir. "Awas. Jangan pegang ekorku. Nanti putus," dia menggelinjang ke- tika aku hendak menyentuh ekor- nya. Aku lalu memegang tengkuk Tidak. Aku tidak berusaha mengganggu pikiranku pagi ini. nya. Aku biarkan pikiranku terbang sebebas-bebasnya. Mengembara num kopi itu. Tadi aku sempat "Terima kasih. Tapi jangan mi- Hampir saja aku memukul pelipis- nya. Untung aku segera sadar dia hanya seekor cecak kecil. tanpa batas. Hingga laut, gunung, terkencing-kencing di situ. Ha ha sungai, hutan, sawah, perkebunan, ha... Kini dia terbahak-bahak. pedesaan, gedung-gedung, jalan raya, anak-anak kecil berlarian, se- pak bola, perempuan-perempuan, pohon-pohon cemara, anggrek, photo-photo keluarga, petani, gem- bala..., adalah pengembaraanku pagi ini. Alangkah luasnya pikiran. Maksudku, alangkah luasnya la- munan. "Tolong! Tolooong..." Tiba- (Negara-Pondok Seni 1992) tiba ada teriakan dari dalam cang- DI MUKA FORUM Di muka forum telah kubaca kuli tinta dilecut bayang diburu-buru Cermin jiwa pecah para siswa perang lidah lontar melontar lempeng baja Di muka forum telah kusaksikan penulis kreatif diintip kreativitas dipanggang Para muda digembala di lahan cahaya disantap-santap Di muka forum telah kudengar perawan dusun merebut bianglala gadai sesayat daging bernyawa bagi konsultan asing Wanita menara gading diperkosa lengan birahi daging dicencang-cencang Di muka forum telah kubaca wajah demokrasi ditopengi lidah dilipat-lipat Dana bangunan membias merembes jendela kaca gedung penyodok mega Di muka forum telah kusaksikan kongres diwarnai bisnis gagasan individu disisih ide kelompok dijempoli Anak bangsa bisu ragu akal pikir diganda-ganda Di muka forum telah kudengar nafas hidup dimonopoli jemari gurita mencengkeram Pernakah kaubaca ? Pernakah kausaksikan ? Pernakah kaudengar? TMII Jakarta 1991 DG Kumarsana: mengingat: S Begitulah. Aku tak jadi minum kopiku. Aku biarkan kopi bikinan istriku itu dingin tak tersentuh. Aku biarkan tak tersentuh seperti piki- ranku pagi ini. Dan aku biarkan pula cecak itu merayap pergi. En- tah mau nyemplung ke kopi siapa. (Negara-Pondok Seni 1992) MENYANGSI HARI Pernah kau pelajari arah jalan matahari diam-diam melebarkan dongeng purba bahwa rohku-rohmu selalu satu berangan terbang bertanya-tanya tentang hari atau menjaga perubahan yang muncullenyap sehabis bumi menggelinding mencari ujung hari batas batas arah kita menyangsikan jalan bumi atau aku sangsi kita satu merengut hari lupa kapan siangmalam tanpa pernah menegur peradaban yang dimunculkan nenek moyang sesepuh yang mendahului kenakalan ini terjadi Pernah aku bercerita padamu perjalanan menuju ujung malam mengajari untuk membuka tabir membentuk pulau-pulau kecil di batas raya tempat aku melabuhkan kepenatan Pernah kita, bahkan membuka malam dari kekenyalan moral lapuk oleh kedunguan sampai lelapmelayat sebatas ujung keinginan mengaburkan angan: mengajari roh kita menyatu Mataram, Jan'92 ODG Kumarsana: KALAU AKU PENYAIR Kau begitu benci kalau aku penyair tak membuka lapar sepi di atas meja makan berdebu tanpa asap dapur berdarah tulang sarapan hari apa makna sajak bagi penyairku roh segala roh yang disulap jadi mainan angin tanpa kata bertunjang lapar dahaga tanpa sirik berganti-ganti punah! tanpa suarasuara kehilangan nyawa dihuni rumah segala tandatanya kau beri maknamakan roh sajakku kalau terbuka jalan: arah menuju persimpangan surga di gigir doa pinggiran mantram sampai menembus halaman Mu beri suara untuk sampai padaku Kau begitu benci kalau aku penyair ketika hanya melukiskan panah sebuah mainan Robinhood atau ketika kucing malumalu malam merangsak meja makan sehabisbisa mengobati bara tukak lambungku yang tak punah atas cuka panah atau sama-sama pedulimu, siapa penyair kataku suatu hari Ampenan '91 guru saya di sekolah. Si kakak, katanya, sedang berada di dalam toko memilih barang. Saya menco- ba menunjukkan ekspresi wajah terkejut, karena memang saya ter kejut. Baru saja memang saya berada dalam toko itu membeli pul- pen. Dan saya tidak melihatnya. "Masa," katanya tak percaya. "Betul." Tak lama berbincang saya me- ninggalkannya. Dalih saya, ada yang mesti dikerjakan hari itu. Pa- dahal saya memang lagi malas ber- diri di situ. Namun tiga hari berselang saya jumpa lagi dengannya pada sebuah taman. Seperti biasa kami berbasa- basi. Lagi-lagi dia bersama kakak- nya. Si kakak, katanya, sedang membeli karcis di loket. Saya pun terkejut karena baru saja saya ber- ada di loket. Saat saya cetuskan ke- heranan itu, dia pun turut heran. Kemudian tak ada lagi keinginan menunggu sang guru. Saya mening- galkannya dengan alasan yang sa- ma. Seminggu berikutnya saya tahu. Tutur rekan saya itu, si kakak lagi trauma membenci saya karena se- buah masalah sepele yang -- mung- kin tak perlu disebutkan. Ternyata, indikasi 'kedua kalinya' itu me- rupakan tanda-tanda akan muncul- nya suatu kejadian yang tak saya ingin. Seolah telah ada batasan yang menjaga gelagat saya yang ser- ba malas. Boleh jadi, kami tak ber- temu karena ada yang mengatur. Entahlah. appet Majalah Sekolah: Perlu Pembinaan OPPEL (Opini Pelajar) adalah rubrik khusus untuk para pelajar SMTP dan SMTA berpendapat tentang topik aktual. Topik mendatang: Keberadaan Penerbitan Khusus (Majalah Sekolah). Sudahkah di sekolahmu ada? Bagai- mana perkembangannya? Apa kendalanya? Komentar ditulis tangan atau ditik satu halaman kuarto dan selembar foto santaimu, alamatkan ke: Peng- asuh Oppel Harian Bali Post Kotak Pos 10 Denpasar, paling lambat Kamis, 30 Januari 1992. IB. Anom Suyatmika Kelas 1 3 SMAN 2 Tabanan MAJALAH sekolah merupa- kan sarana untuk menampung kreativitas siswa dan mencipta- kan generasi-generasi yang ber- kualitas. Untuk itu, sekolah ka- mi pun memilikinya. Namanya, "majalah Widya", yang berarti penerangan atau pelita. Dengan maksud, penerbitan majalah ini akan menambah pengetahuan siswa (dari tidak tahu menjadi ta- hu). Pada masa sekarang ini perkem- bangan majalah kami mengalami sedikit kemunduran. Tetapi, hal tersebut tidak mempengaruhi kuantitas dan kualitas majalah kami. Terutama soal naskah yang agak seret. Hal ini makin terasa terutama menjelang hari raya atau tes sumatif. Karena itu- lah, anggota redaksi kami me- mompa semangat rekan- rekannya agar bisa menyelesai- kan naskah. Namun demikian, secara me- nyeluruh, majalah kami dapat disebut sukses. Dan kami ber- keyakinan, pada masa-masa yang akan datang akan makin meningkat. Ini tentu harus diba- rengi pembinaan yang terus me- nerus. AAA. Mas Krishnaningrat K Kelas I 5 SMAN 1 Denpasar DI sekolah kami ada juga ma- jalah sekolah. Namanya Media Karmany. Sepengetahuan kami, majalah ini sudah berumur de- lapan tahunan. Sampai sekarang perkembangan Media Karmany cukup lancar. Namun demikian, ada beber- apa masalah yang cukup meng- hambat pengelolaan majalah ter- sebut. Pertama, soal naskah. A- Anom Suyatmika Putra Khan Dalam Perjalanan duk di sampingmu. Itu yang mem- Sepertinya ada kata yang terting- buat aku muak. Dan suatu ketika saya berjumpa dengan seorang rekan pula, di ma- na rekan itu pun membawa sau- daranya, teman sebaya saya. Dua kali saya bertemu, dua kali saya tak jumpa si adik. Saya pun enggan me- nunggu. Dan ketika saya mere- nung, saya jadi ingat indikasi di atas tadi. Apakah dia pun membenci saya. Bayang-bayang dalam nurani pun meliuk-liuk bagai realita yang benar-benar akan terjadi. Seperti daun jatuh kemudian ta- ngan menangkapnya. Apakah daun itu layak disebut daun seperti keadaannya semasih di atas pohon. Kemudian bila kita biarkan daun itu jatuh di atas tanah, apa bedanya dengan daun yang kita tangkap. Apa yang membatasi antara daun yang melayang dan daun yang kita tangkap atau biarkan tergeletak. Bisakah kita mempertanggungja- wabkan kondisi daun itu akan seru- Adalah sebuah jalan yang aku la- pa bila kita tangkap atau biarkan. lui semakin pasti. Saya berpikir tujuh keliling. Pi- Sebuah cinta dan seonggok kasih kiran saya betul-betul kacau. aku tanam di sini lalu menghasilkan Sampai-sampai saya ingin beranjak buah rindu untuk-MU. Aku tulis dari atas kursi menuju rumah rekan syair. Indah bagi anakku, syahdu saya. Namun belum saat kaki bagi istriku namun melenakan ke- menginjak lantai, ada yang meng- hadiranku pada-MU. Sayang kau etuk pintu rumah membawa kabar, tak mengerti keinginanku. Dan aku teman saya itu mengalami kece- mulai benci. Kau pura-pura berla- lakaan lantas, lalu meninggal du- ku tuli, padahal kau tahu aku du- nia. Mettarini Catatan Pelarian me- amarahMu, Kasih. Aku semakin berlaku aneh di ha- Dan aku semakin tak percaya dapanmu. Karena aku ingin kau te- akan langkah-langkah yang aku je- teskan air matamu, walau hanya se- jakkan pada dada ibu pertiwi. Se- tetes. Itu akan menumbuhkan rum- tiap jejak kakiku menghasilkan de- put yg hangus karena emosimu. bu, membuatku semakin tak tahu Dan aku akan menemui gembalaku arah. Dan aku semakin tak menger- ti akan pikiran-pikiran yang aku pi- kir. Bah, aku jadi bingung. Sebaik- nya aku pergi ke hutan. Semoga sepi di sana. na di tengah kungkungan sunyi. Se- makin hari rasa berbelah hidup di tengah kungkungan mimpi. Duhai, gerangan apa yang membangunkan hasrat untuk membawa keteguhan itu berlari? Sisa warna senja masih Sayang, larinya terhempas pada tidak sama sekali! bertanya tentang seribu satu ke- terbuka tabir semu yang dibacakan mungkinan yang masih bisakah un- dihadapan serentetan harap yang tuk diuraikan hingga jelas membu- meyakini bahwa di sini bukanlah ka tabir di awal kesenduan, atau seonggok bayang-bayang, tapi ke- sungguhan hakiki. Duh, andai saja terlihat bahwa telah ada helai demi helai tapak - tapak kaki hati berlari- ..berusaha meninggalkan utuh suara sukma yang ternyata tak mu- dah dipungkiri, masih ada keteguh- an menanti mimpi! (Des'91) Hingga dimanakah akan ter- tuang derai canda membelah terik nyanyian yang melantun me- nyirami kalbu yang kering keron- tang oleh mimpi? Terlalu lelah un- tuk merambati jalan berfatamorga- 0.02% CONDOM SIMPLEX DELUXE Kondom SIMPLEX, begitu tipis hanyà 0,02 mm, membuat saat- saat mesra menyenangkan, Sekalipun tipis, kondom SIMPLEX kuat, lembut, elastis, alat KB paling aman dan ekonomis tanpa efek samping. Telah memperoleh International Standard Certificate; ISO, WHO, British Standard, NF- Standard (France), DGR Standard (Holland), Singapore Standard. Tersedia SIMPLEX hijau dan SIMPLEX merah Deluxe. SIMPLEX Untuk kepuasan Anda berdua. Segera beredar, kondom dengan spermicida dan aneka aroma Diproduksi oleh : PT VONIX LATEXINDO Telp. 3850202, 3850222 nimo rekan-rekan untuk meng- irim naskah ke majalah agak ku- rang, meskipun akhir-akhir ini cenderung ada peningkatan ada peningkatan. Kurangnya naskah ini mungkin disebabkan mereka kurang paham cara menulis yang baik. Kedua, menyangkut peng- ambilan dana majalah dari para siswa. Kadang-kadang para sis- wa hanya tahunya mengambil sa- ja, tetapi segan melunasinya. Ketiga, masalah koordinasi. Ini berkaitan dengan kewajiban ka- mi sebagai pelajar. Dalam hal ini, kadang-kadang ditemui hambatan antara kewajiban be- lajar dengan mengelola majalah. Meskipun demikian, dengan pengertian dan kerja sama yang baik antara pengurus hal-hal ter- sebut dapat diatasi. Saran yang dapat kami ajukan adalah, agar para siswa yang mengelola majalah diberikan pembinaan langsung. Dengan demikian, mereka mampu me- nulis dan mengelola majalah de- ngan lebih baik dan cermat. Rahmat Ridho'i Kelas III Fisika SMAN 5 Denpasar Majalah sekolah? Wah, bagi kita para pelajar pasti tidak asing Mas Krishnaningrat yang telah lama pergi. Keinginan yang sangat wajar. Telah seribu syair aku tembang- kan tiap lelapku. Dan aku bacakan seindah perasaan. Tapi kau tetap berlaku tuli. Entah karena apa, aku tak tahu. Ingin aku tanya tentang kesalahan siapakah ini. Salahku yang mengembangkan syair atau salahmu yang tuli. Aku tak kuat lagi. Entah berapa MINGGU, 26 JANUARI 1992 lagi. Majalah sekolah, ada yang berbentuk bulletin dan majalah dinding. Yang terakhir ini, yang paling banyak terdapat di sekolah-sekolah. Menurut saya, majalah seko- lah adalah sarana yang cukup baik sebagai wahana informasi iptek. Ia juga berfungsi sebagai ajang latihan untuk menjadi wartawan kecil. Yang tak kalah pentingnya, majalah sekolah da pat sebagai penyaluran bakat dan minat para siswa, seperti jur- nalistik atau sastra. Pendeknya positif. Namun demikian, beber- apa siswa memang ada yang si- nis. Mereka beranggapan ma- ding atau majalah sekolah ha- nyalah ajang untuk mejeng saja. Padahal, sesungguhnya, bukan- lah demikian. Kami di SMA 5 Denpasar, ju- ga tak mau ketinggalan. Kami memiliki majalah dinding, Wi- dyaloka namanya. Mading ini di- kelola oleh mereka yang cukup kreatif dan aktif. Lantas, pada peringatan bulan bahasa beber- apa waktu lalu, kami pun me- nyelenggarakan lomba mading antar kelas. Terakhir, kami de ngan sekolah, OSIS khususnya akan segera menerbitkan maja- lah sekolah dalam bentuk bulle tin. Rahmad Ridho'i pujangga menulis syair indah akan keabadian alam, namun tak mam- pu kusimak makna tangis langi pun indahnya doa pujian. Lalu a palah arti rasa yang aku miliki bila semuanya mati rasa. Seharusnya aku tahu sebelum dilahirkan akan makna setiap tarikan nafasku. Pun tak akan berarti bila aku bunuh rasaku jika tak kutemui apa yang aku cari. (Teater Kene 1991). Lembaga Pengembangan Manajemen Kresna Naradha PROGRAM Gedung Wisma Sari, Jl. Gadung 22 Denpasar, Tlp. 34406 PEMANDU GUGUS KENDALI MUTU Diselenggarakan pada : Tanggal 19 27 Maret 1992 17.00 - 21.15 Kontribusi Rp 150.000 Yang dibawakan oleh : IR. NYOMAN SUWIRYA PATRA Praktisi yang berpengalaman (Mantan Manager Produksi P.T.Multi Astra Jakarta) Berkembangnya globalisasi, meluasnya pengaruh mekanisme pasar yang menimbulkan persaingan yang tajam serta adanya kebijaksanaan uang ketat, maka diperlukan suatu kelompok manajemen yang profesional serta mampu menumbuhkan perasaan senang, harmonis, berinisiatif, bertanggung jawab, rasa kebersamaan dan meletakkan kepenting- an pribadi tidak berada di atas kepentingan organisasi bagi semua anggota kelompok manajemen tersebut. Total Quality Control (TQC) atau Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) merupakan sistem manajemen partisipatif yang lebih manusiawi, mampu menjawab semua tantangan tersebut di atas. Sudah banyak perusahaan yang menerapkan TQC/PMT namun banyak pula yang gagal melaksanakan secara kontinyu dan profesional. Salah satu unsur penentu dalam menerapkan TQC/PMT adalah adanya pemandu Gugus Kendali Mutu (GKM) yang profesional, yang mampu bertindak sebagai motivator, mengajak seluruh karyawan berpartisipasi meningkatkan produktivitas kerjanya melalui GKM. SASARAN PELATIHAN : Usai pelatihan ini diharapkan pemandu GKM: 1. Mampu memasyarakatkan TQC/PMT kepada seluruh karyawan untuk berdialog/ berdiskusi dalam upaya meningkatkan mutu dan efisiensi. 2. Mampu membentuk/menumbuhkan GKM serta membantu pemecahan masalah yang dihadapi anggota GKM. 3. Mengarahkan sikap mental karyawan (anggota GKM) agar mempunyai sikap mental yang positif, agar karyawan mampu meningkatkan mutu produk yang juga merupa- kan tanggung jawabnya. 4. Memonitor kegiatan GKM dan mampu mengembangkan kemampuan anggota GKM. 5. Dapat menerapkan di Perhotelan, Industri Besar, Kecil, sampai Garmen. Pokok Bahasan : Sistem Manajemen TQC/PMT secara menyeluruh Perangkat GKM: -7 Tool's - 8 Step's Motivasi dan Kepemimpinan Pendaftaran dan penyelesaian Administrasi disampaikan pada Sdri. RAHAYU LPM Kresna Naradha Tlp. 34406 Bank Bank Aken A/C : 900801 010 Bekerja Sama dengan Harian Pagi Bali Post MINGGU, 26 JANUA Gung Tut bers Gu Suka Ja GUNG TUT masuk Sangga Kukuruyuk sejak umur tiga se tengah tahun. Mula-mula ia d tolak karena belum cukup u mur. Tetapi karena kemauan nya keras dan setiap latihan se lalu ikut duduk bersama teman-temannya yang jauh le bih tua, maka akhirnya diter ima juga. Demikian penuturan ayahnya, Anak Agung Jayane- gara mengenai putranya Anak Agung Ketut Bhagastia, di ruang rias TVRI Denpasar. Anak ini cukup menarik per- hatian terutama ketika ikut do- lanan dalam Pesa Kesenian Ba- li tahun lalu. Ia memerankan kijang yang sedang dikejar- kejar oleh macan. Karena ke- lincahannya dan kejeliannya melihat kelengahan macan, ia berlari, lalu bersembunyi di be- lakang kursi penonton. Tentu saja penonton tertawa terpingkal-pingkal. Justru ge- lak penonton membuat macan curiga. Macan segera melacak- nya, tetapi dasar kijang, lincah dan cerdik, dengan secepat ki-k lat ia menerobos kolong kursi. b Namun sial, ketika hendak me- masuki sarang, ia tertangkap d lalu dimangsa macan. Gung Tut ini istimewa, ko- Jika seorang anak sakit, tidak A P ada yang merasa sedih sese- dih orang tuanya. Sakitnya a- nak sakit pula sang orang tua. Demikian memang kasih nal nya. sayang orang tua kepada kita. Ketika kita belum bisa makan pat sendiri, kita disuapi. Saat kita lon belum bisa pakai baju sendiri, pulk orang tualah yang memakai- ri in kan baju untuk kita dengan ka si ikhlas. Mereka memandikan hasil kita, mengajar kita berbicara yang dan berjalan. Setelah besar ki- pere ta disekolahkan. Singkatnya, bagai di dunia ini tidak ada orang tua seora yang tidak menyayangi anak- kan r sebaga Tersebutlah seorang raja intah i Sumbawa, masa itu sangat ber- Sege sedih. Seluruh keluarga besar laksan istana dirundung prihatin dise- syarak babkan putrinya tercinta yang kumpu bernama Masbulaeng telah la- Ada ma diserang penyakit. Tubuh tertari putri Masbulaeng dipenuhi lu- kan m ka yang bernanah dan meng- mamp eluarkan bau tidak sedap. tar kan Sungguh kasihan sang putri. yang Wajahnya yang cantik kini ber- ubah menakutkan karena bo- hanya rok yang dideritanya. Ia meng- namun erang menahan sakit yang tiap laeng hari bertambah sakit rasanya. wan, Sang Raja muram durja. tergila Murung dan bersedih. Telah anggap berpuluh tabib ahli dipanggil- pat ke nya untuk mengobati luka a- kerjaa mang SMSR Dijiwai Al APAPUN wujudnya ciptaan oleh se Tuhan Yang Maha Esa, tentu me- rupaka miliki sesuatu yang bernuansa le- diri, bu bih (Kebanggaan) dan selalu akan di SMS dapat dibedakan dari yang lainnya. pemeri Begitu halnya dengan menyandang manca nama sekolah yang memiliki ciri khas, SMSRN (Sekolah Menengah tumbuh Seni Rupa Negeri) Denpasar mi- lalu dij salnya. Sekolah jenis itu merupa- pulau E kan satu-satunya sekolah yang me- Denpas miliki ciri khas dan tidak dimiliki na ketik "Bet PILIHANKU GURU •20. U. 78 B. 55 mana mungkin aku bisa berdiri di kulkas dan televisi berwarna? Ka- dak memasuki gerbang rumah Aku mendengar nada sangat dua dunia: menjadi pengusaha se- lau ya, harus mengorbankan pilih tangga. Jika kecemasan itu dibiar- berharap ketika ia melontarkan perti dihempas ke bumi ketika ku- Tapi astronout itu tiba-tiba se- "Silakan masuk, silakan." kaligus guru ? an hidupku sebagai guru. Aku kan justru akan berbiak. Riaknya kata "dipertemukan". Semestinya dengar deru mobil memasuki ha- pi ya?" "Kok bergelap-gelap. Lagi Nye- Beberapa rekan guru beternak mesti jadi seorang pengusaha. akan melebar dan membangun aku menyambut kata itu dengan laman rumah. Ini sungguh hal luar Memang uang bukan jaminan ayam untuk menambah penghasil- kecemasan-kecemasan baru. Bagi lebih bersemangat dan bergairah. biasa, karena bertahun-tahun tak membawa majalah yang digulung- Suwitri berdiri di hadapanku aku bisa membahagiakan keluar- an. Mereka akhirnya bisa mencicil ga. Tapi aku mulai merasakan kulkas dan televisi berwarna de- ri dalam hidup ini ? Tidakkah aku mengurangi kecemasan itu. Isteri, sana kembali ketika kami sama halaman rumahku dengan mobil. guh, ia cantik. Aku harus meng- Tapi benarkah uang yang aku ca- mereka, isteri yang justru akan Tapi entahlah, aku merasakan sua- ada seorang pun mencoba masuk nya. Di bawah lampu teras, sung- uang mutlak kubutuhkan agar aku ngan ukuran lebih besar. Namun mencari kebahagiaan batin, kete- anak, rumah tangga, justru akan sama mahasiswa. Aku enggan me- Jika ada kawan atau kakakku da- akui dan mengaguminya kalau se bisa leluasa berbuat tanpa mesti mereka toh selalu merasa keku- nangan, dan kenikmatan memberi memberikan kebahagiaan baru, neruskannya. Kami akhirnya tak tang dari singaraja, mobil biasanya karang ia sangat pintar bersolek. merendahkan martabat dan harga rangan. Mereka bekerja sangat ca- ilmu yang aku miliki? Bagaimana yang akan memberi motivasi untuk pernah lagi bersua. diri. Dengan uang aku bisa berbuat pek sepanjang hari, sangat sedikit mungkin aku banting haluan, dari bekerja dengan tekun. Karena itu, berhenti di depan rumah, lalu me- Tak Aku termangu-mangu terus. reka masuk halaman jalan kaki, gelengkan kepala menyaksikan sadar aku menggeleng- jauh lebih banyak. Bukankah aku beristirahat. Mereka tak bisa lagi seorang guru menjadi seorang kalau gaji kecil, carilah isteri yang Kubiarkan pikiranku berjalan sen- kendati pintu pagar tak ditutup. keayuannya. tak bisa berbuat apa-apa karena menjadi seorang guru yang benar- pengusaha ? Apakah sebagai peng- pas mengerti keadaan. Jangan cari diri hilir mudik. Kubiarkan dia Baru setelah tahu aku di rumah tak punya uang untuk mengambil benar guru. Buat orang semacam usaha aku akan sebahagia seka- perempuan yang jauh lebih kaya membawa dan menampakkan apa mereka memasukkan mobil. Ia menggunakan lipstik sangat kembali Bisma Gugur dari tangan aku, yang memilih hidup menjadi rang? sehingga tidak kecewa kelak seba- saja yang hendak dipertontonkan- tipis berwarna pink. Warna yang Edward di Kelumpu Cottage Can- guru, tentu tak tahan dengan Pertimbangan-pertimbangan se- gai lelaki yang dijajah karena pen- nya. Aku semakin asyik menik- rang yang pertama kali berkunjung lakiku. Ia mengenakan gaun ungu Kali ini lain. Boleh jadi seseo- selalu membangkitkan gairah le- didasa? Kalau saja aku punya cu- keadaan semacam itu. macam ini kini mulai mengganggu dapatan lebih kecil. matinya. Kubiarkan pikiranku ber- ke rumahku telah datang. Lalu ke- yang ketat. kup uang ketika itu, aku bisa mem- Mereka akhirnya punya uang le- ku. Aku mulai meragukan apakah peroleh lukisan itu kembali. Tak bih, tapi juga mengeluarkan ba- aku sanggup meniti karier sebagai perti itu, aku malas mendengar- bayangan masa silam, ketika hi- mobil ke garase di rumahnya ia belakang rumah," gurauku. Jika rekan-rekan guru bicara se- kelebat dengan bayangan- biasaannya memasukkan langsung "Lagi, menikmati bintang dari perlu aku mondar-mandir dan di- nyak duit. Mereka mengeluh ta- guru hingga pensiun. Apakah aku kannya. Rasanya aku lebih suka dupku bebas dan leluasa mau ber- perlakukan pula di rumahku. siksa perasaan bersalah pada Pak bungan di bank tak pernah bertim- sanggup mengalah oleh desakan sendiri saja, sampai aku benar- buat apa saja. Kupersilakan piki- "Bintang? Semestinya kau pa- Rangun seperti sekarang ini kare- bun cukup banyak untuk membeli desakan hasratku yang lain. benar merasa siap untuk memilihi ranku melayang ke masa akan da- beringsut dari tempat duduk. Baru menikmati bintang." Aku mencoba diam, tetap tak kai teropong saja kalau hendak na lukisan wayang itu belum juga mobil bekas sekalipun. Mereka pu- Hingga hari menjelang petang pasangan hidup. nya tuntutan membengkak, per- aku masih duduk di samping ru- tang, mimpi apa saja ia suka. Sila- aku sadar, rumahku gelap gulita Benar, aku harus mencari uang. hatian yang bercabang-cabang ka- mah memikirkan nasib perjalanan teringat Suwitri. Sejak kematian Pasangan hidup? Tiba-tiba aku kan. "Tanpa teropong pun aku bisa karena lupa menyalakan lampu. melihat keanehan bintang- Tapi seberapa banyak uang bisa di- rena banyak langganan menung hidupku sendiri. Aku teringat Edward Wiliams, kami cuma ber- pikiranku ke titik nol, lalu seenak- kiran sejak tadi petang. Kubiarkan diriku los. Kubiarkan Keasyikan melayang-layangkan pi- bintang. Coba kau lihat!" Aku me kumpulkan oleh seorang guru se- gak bayaran sementara ayam- rekan-rekan guru yang masih bu- sua sekali saja. Aku datang ke ru- nya saja melayang ke langit yang narik lengan tamuku ke belakang perti aku? Menyelenggarakan les ayam harus terus diberi makan, jangan, yang enggan berumah mahnya dan minta maaf, karena tertinggi. Alangkah nikmat berada lembut dan ketukan langkah me- yang sangat dekat. Kau tahu apa Kudengar pintu mobil ditutup rumah. "Ada dua bintang di barat pribadi untuk anak-anak ? Seber- Mereka mengeluh selalu pusing tangga karena gajinya kecil. Mere- telah membuatnya sibuk. Tapi ia dalam keadaan seperti itu, ketika nuju pintu. apa kuat orang tua sanggup mem- dan akhirnya marah-marah di dep- ka mengaku tak ingin membagi ke- tak suka dengan pernyataanku se- kita tak dikuasai pikiran, dan bayar di kota kecil seperti Klung- an kelas. Yang jadi sasaran adalah melaratan bersama isteri dan anak- perti itu. kung ini ? membiarkannya melayang-layang anak-anak yang tak tahu ujung anak. Mereka tak ingin memba- Kalau aku hendak memperoleh pangkal. "Semua ini nasib, Ngah. Nasib kemana ia suka, tanpa tarikan gra- ka kukenal suara itu. Suara yang Kutarik nafas dalam-dalam keti- Ha, ha." ngun kemelaratan baru. Tapi ba- ku yang buruk. Bukan nasibmu vitasi bumi. Sungguh nikmat mem- sungguh mengagetkan. lebih banyak uang, aku harus tak Haruskah aku menempuh hidup nyak yang nekat kawin. Alasan yang jelek. Tapi bagaimanapun, biarkan pikiran terayun-ayun se- hanya menjadi seorang guru. Aku seperti itu untuk memperoleh ba- mereka, setiap orang punya kece- hikmahnya besar. Kita akhirnya perti astronout di ruang angkasa, pu, berlari ke ruang depan. Aku bergegas menyalakan lam- harus jadi pengusaha. Tapi bagai- nyak uang? Untuk bisa mencicil masan sendiri-sendiri ketika hen- dipertemukan." Copy-right Ball Post- lepas, dan kita jadi penontonnya. "Halo, kenapa gelap ?" ARYANTHA SOETHAMA kembali. "Halo! Selamat malam." artinya "Artinya? Itu bintang pacaran. (Bersambung) TEGAR-Lambang SMSRN Denpasar ta nantang begitu akan memasuki halaman sel Seni Batubulan Color Rendition Chart SMSR NEGERI DENPASAR