Tipe: Koran
Tanggal: 1992-01-26
Halaman: 05
Konten
GGU, 26 JANUARI 1992 Majalah sekolah, ada yang mentuk bulletin dan majalah ling. Yang terakhir ini, yang mg banyak terdapat di lah-sekolah. Menurut saya, majalah seko- adalah sarana yang cukup sebagai wahana informasi k. Ia juga berfungsi sebagai g latihan untuk menjadi awan kecil. Yang tak kalah tingnya, majalah sekolah da- sebagai penyaluran bakat minat para siswa, seperti jur- stik atau sastra. Pendeknya tif. Namun demikian, beber- siswa memang ada yang si- Mereka beranggapan ma- atau majalah sekolah ha- ah ajang untuk mejeng saja. ahal, sesungguhnya, bukan- demikian. Cami di SMA 5 Denpasar, ju- tak mau ketinggalan. Kami miliki majalah dinding, Wi- loka namanya. Mading ini di- ola oleh mereka yang cukup atif dan aktif. Lantas, pada ingatan bulan bahasa beber- waktu lalu, kami pun me- lenggarakan lomba mading ar kelas. Terakhir, kami de- an sekolah, OSIS khususnya an segera menerbitkan maja- sekolah dalam bentuk bulle- Rahmad Ridho'i ujangga menulis syair indah akan eabadian alam, namun tak mam- u kusimak makna tangis langit un indahnya doa pujian. Lalu a- alah arti rasa yang aku miliki bila emuanya mati rasa. Seharusnya ku tahu sebelum dilahirkan akan makna setiap tarikan nafasku. Pun ak akan berarti bila aku bunuh saku jika tak kutemui apa yang ku cari. (Teater Kene 1991). ajemen a wakan oleh : SUWIRYA PATRA berpengalaman mager Produksi stra Jakarta) e pasar yang menimbulkan tat, maka diperlukan suatu mbuhkan perasaan senang, dan meletakkan kepenting- i semua anggota kelompok du (PMT) merupakan sistem menjawab semua tantangan mun banyak pula yang gagal alah adanya pemandu Gugus ertindak sebagai motivator, roduktivitas kerjanya melalui karyawan untuk berdialog/ ensi. tu pemecahan masalah yang ar mempunyai sikap mental produk yang juga merupa- kemampuan anggota GKM. pai Garmen. sampaikan pada Post B. 55 "Silakan masuk, silakan." "Kok bergelap-gelap. Lagi Nye- pi ya?" Suwitri berdiri di hadapanku membawa majalah yang digulung- nya. Di bawah lampu teras, sung- guh, ia cantik. Aku harus meng- akui dan mengaguminya kalau se- karang ia sangat pintar bersolek. Tak sadar aku menggeleng- gelengkan kepala menyaksikan keayuannya. la menggunakan lipstik sangat ipis berwarna pink. Warna yang selalu membangkitkan gairah le- akiku. Ia mengenakan gaun ungu yang ketat. "Lagi, menikmati bintang dari belakang rumah," gurauku. "Bintang? Semestinya kau pa kai teropong saja kalau hendak menikmati bintang." "Tanpa teropong pun aku bisa bintang- keanehan melihat intang. Coba kau lihat!" Aku me- marik lengan tamuku ke belakang umah. "Ada dua bintang di barat ang sangat dekat. Kau tahu apa rtinya "Artinya ? Itu bintang pacaran. Ha, ha." (Bersambung) MINGGU, 26 JANUARI 1992 Gung Tut bersama Teater Kukuruyuk. Bali Post/ST Gung Tut Suka Jadi Kijang POS BANAK- ANAK Piala buat Papa Oleh Sri Asparini Bali Post MIL badan Pak Bur kelihatan se- olehnya. makin kurus. Beban pikiran Kegiatan selanjutnya ia yang selalu melanda perasaan kerjakan sendiri. Dari mem- beliau. beli kain kanvas sampai cat Sampai suatu saat lomba itu dilaksanakan. "Pa. Papa jangan terlalu warnanya. Ia tak menghirau- prihatin dengan keadaan kita kan lagi teguran-teguran ka- sekarang ini. Mama masih kaknya. sanggup kok untuk maka kita sehari-hari. Papa jangan terla- lu banyak berpikir, ya?!" pinta mama dengan lembutnya. Ma- ma mengerti, perasaan apa yag berkecamuk saat ini pada suaminya. "Papa, Satya mohon restu dari papa. Satya ikut lomba, Pa. Doakan ya Pa, biar Satya berhasil. "Papa mengusap ram- but Satya. "Berangkatlah anakku!" Kemudian Satya mengecup kening papanya yang masih tergolek. Sedangkan putra-putra be- liau masih saja berusaha dan berusaha untuk dapat meng- erjakan apa yang dapat di- kerjakan oleh bapaknya se- Diam-diam Patra rupanya waktu masih sehat dulu. Pak ikut dalam lomba melukis itu. Langit bersaput mendung. Kembali keempat bocah manis Bur dan ibu tak dapat lagi Dia tak mau apa yang ia laku- Suasana dalam sebuah ru- mah di pojokan gang itu juga tampak lengang dan sunyi. Ti- dak kedengaran suara-suara ramai yang biasanya didomi- nasi oleh Satya, putra bungsu Pak Burnama. Pak Bur, begitu orang- orang memanggilnya, beliau seorang seniman tengah tua kan lukisan-lukisan yang tak yang banyak sudah menghasil- murah harganya. Bahkan kar- ya-karyanya banyak dijual di luar negeri. Namun kini Pak Bur tak menghasilkan satu lu- peranan. Dalam Kebo-keboan kisan pun. Beliau kini tergolek ia ia minta jadi kerbau. Dalam lemah di atas balai-balai bam- Nyegut Kecer ia minta jadi bu. Sudah enam bulan beliau penggigit koin. Kalau tidak di- beri peranan yang sama de- akrab dengan balai-balai itu. ngan teman-temannya yang le- bih tua, pasti ngambek. "Dan ngambeknya sering dibawa pu- lang," sambung ayahnya. GUNG TUT masuk Sanggar mentar pengasuh sanggarnya, Kukuruyuk sejak umur tiga se- Made Taro. Rajin, pintar, mu- tengah tahun. Mula-mula ia di- dah menerima petunjuk, gam- tolak karena belum cukup u- pang bergaul, dan berani. Da- mur. Tetapi karena kemauan- lam permainan-permainan ke- nya keras dan setiap latihan se- ras pun ia selalu minta diberi lalu ikut duduk bersama teman-temannya yang jauh le- bih tua, maka akhirnya diter- ima juga. Demikian penuturan ayahnya, Anak Agung Jayane- gara mengenai putranya Anak Agung Ketut Bhagastia, di ruang rias TVRI Denpasar. Anak ini cukup menarik per- hatian terutama ketika ikut do- lanan dalam Pesa Kesenian Ba- li tahun lalu. Ia memerankan kijang yang sedang dikejar- kejar oleh macan. Karena ke- lincahannya dan kejeliannya melihat kelengahan macan, ia berlari, lalu bersembunyi di be- lakang kursi penonton. Tentu saja penonton tertawa terpingkal-pingkal. Justru ge- lak penonton membuat macan curiga. Macan segera melacak- nya, tetapi dasar kijang, lincah dan cerdik, dengan secepat ki- lat ia menerobos kolong kursi. Namun sial, ketika hendak me- masuki sarang, ia tertangkap lalu dimangsa macan. Gung Tut ini istimewa, ko- Jika seorang anak sakit, tidak ada yang merasa sedih sese- dih orang tuanya. Sakitnya a- nak sakit pula sang orang tua. Demikian memang kasih sayang orang tua kepada kita. Ketika kita belum bisa makan sendiri, kita disuapi. Saat kita belum bisa pakai baju sendiri, orang tualah yang memakai kan baju untuk kita dengan ikhlas. Mereka memandikan kita, mengajar kita berbicara dan berjalan. Setelah besar ki- ta disekolahkan. Singkatnya, di dunia ini tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anak- nya. Tersebutlah seorang raja Sumbawa, masa itu sangat ber- sedih. Seluruh keluarga besar istana dirundung prihatin dise- babkan putrinya tercinta yang bernama Masbulaeng telah la- ma diserang penyakit. Tubuh putri Masbulaeng dipenuhi lu- ka yang bernanah dan meng- eluarkan bau tidak sedap. Sungguh kasihan sang putri. Dalam rekaman Permainan Rakyat bulan Desember tahun lalu Gung Tut yang pd tanggal 30 Maret '92 genap berumur tahun, terpaksa dilarang keras nyegut kecer. Alasannya, kare- 5 Lumpuh, penyakit itu yang menimpa beliau yang ramah. Tak seorang pun putra- putrinya yang mewarisi keahli- ah Pak Bur. Patra, Rara, Tias dan Satya telah berusaha mengikuti jejak papanya yang hingga sekarang belum juga membuahkan hasil. "Anak-anakku, jangan kali- na permainan itu cukup berba- an paksakan berbuat seperti haya. Pemain diharuskan ber- itu. Tidak ada gunanya!" sua- lomba nyegut kecer (koin) yang tu hari Pak Bur menegur ditancapkan dalam jeruk bali. putra-putrinya yang sedang Seluruh permukaan jeruk di- bersaing dalam membuat se- olesi abu dapur bercampur mi- buah gambar. Keempat putra nyak kelapa. Yang berbahaya beliau hanya memandang se- bukan abu dapurnya tetapi saat ke arah papa tersayang. koin yang dicegut, salah-salah "Benar seperti apa yang di- bisa nyasar ke tenggorokan. Namun kali ini Gung Tut ti- dak ngambek. Mengapa? Ayahnya sudah siap sediakan permen. (ST). naknya, namun hasilnya nihil. katakan papa, anak-anakku. Kerjakan apa yang dapat ka- mu lakukan dengan sepenuh hati kalian, bukannya memak- itu menatap ke arah mama- melarang keinginan anak- nya. "Kami malu ma. Masa salah satu dari kami tak ada meng- alir jiwa seni milik papa," u- cap Patra, putra sulung Pak Bur. "Iya ma!" susul ketiga adik- nya. "Tak semuanya mesti begitu anak-anakku anaknya. "Mbak Rara, Satya ingin ikut lomba melukis ya?" tanya Satya suatu hari pada Rara, kakak perempuannya. "Buat apa? Kamu tak akan berhasil Satya. Apa yang akan dapat kamu lakukan. Sedang- kan di sana akan berkumpul orang-orang yang sudah mahir atas kanvas!" dalam hal coret mencoret di "Namanya juga usaha," ja- wab Satya ketus. yang Tias lihat di tivi, bapak- "Mengapa tidak Ma, seperti nya bintang film, ibunya pe- nyanyi sedangkan salah satu dari putranya pasti ada yang mengikuti jejak orang tua- nimpali. Satya melengus. Ia nya," jelas Tias pada mama merasa tak mendapat dukung- dengan nada suara menuntut. an dari kakak-kakaknya. Ma "Kamu berani?" Patra me- kan saat ini diketahui oleh keluarganya. Ia takut kalau nanti ia tak berhasil meraih satu dari piagam dan hadiah yang disediakan oleh panitia. Lain halnya dengan Satya. Ia melukis di atas kanvas de- ngan lincahnya, tak ada rasa grogi menghinggapi hatinya. Tenang, tenang sekali ia me- narikan kanvas yang berisi warna itu di atas kanvas. Gam- bar itu kini telah selesai. Seo- rang laki-laki tua yang menja- di objek dalam lomba yang dipilihnya. "Pas. Sudah lengkap, tak ada yang keleler," pikirnya dalam hati. Dengan langkah mantap ia meninggalkan tem- pat lomba. Sebelum ia me- ninggalkan tempat itu, tak lu- pa ia mencantumkan namanya pada bagian bawah gambarnya putra Seminggu kemudian, datang 'Apa yang kamu pikirkan anakku?" tanya mama sambil rambut Tias, itu tergantung yang di ma memperhatikan sikap Sa- atas sana. Mama rasa tak se- tya yang akhir-akhir ini ba- muanya seperti apa yang kamu nyak melamun. katakan tadi," mama mene- rangkan sambil telunjuknya menunjuk ke atas. Semua membelai yang terlibat dalam rumah itu bungsunya. Satya tak meng- terdiam. Suasana hening se- omentari pertanyaan mama- saat. Mama meninggalkan nya. Ia takut jangan-jangan ruangan menuju dapur, ke- mama juga tak mendukung mudian kembali lagi dengan keinginannya itu. membawa segelas air putih un- tuk papa. "Minum obatnya dulu, ya Mama Pa?" ucap mama. membantu papa untuk minum obatnya. "Satya. Kamu masih ingat kata-kata mama dan papa dulu bukan?" Spontan Satya ter- lonjak. "Tentang apa mama?" "Lakukanlah apa yang da- "Terimakasih, Ma!" balas pat kamu lakukan!" papa sembari menatap wajah "Jadi, mama setuju Satya mama lekat-lekat. Dalam hati ikut lomba?" tanya Satya pe- beliau berguman. Kasihan dia, nuh harap. Mama mengang- semua pekerjaan harus dia pi- guk, senyumnya menyungging kul sendiri. Aku sudah tak tipis. Satya memeluk mama- dapat lagi berbuat banyak un- nya. Hatinya senang tak terki- sa diri!" mamanya menimpali. tuk isi rumah ini. Kian lama ra. Izin dari mama telah diper- Dongeng Tanjung Menangis melakukan "Sang Patih," titahnya pada patih kerajaan. "Bunyikan lonceng dan kentongan, kum- pulkan semua penduduk nege- dak seimbang dengan tenaga ri ini. Umumkan kepada mere- kerja yang ada. ka siapa yang sanggup dan ber- Satu persatu para peminat hasil menyembuhkan penyakit sayembara itu yang diderita putriku. Kalau ia perempuan akan kuangkat se- bagai keluargaku. Dan jika ia seorang laki-laki akan kujadi- kan menantu serta kuangkat sebagai putra mahkota," per- intah Raja. praktek pengobatan. Satu per- satu pula mereka gugur meng- undurkan diri karena tak mam- pu menyembuhkan Masbu- laeng. Mereka kecewa dan Sang Raja pun semakin gelisah dan bersedih. Di tengah kese- dihannya itu datang mengha- dap seorang kakek tua. "Maaf Tuan Raja, namaku yang menentukan. Insya Allah Tuan Putri akan sembuh." Wa- jah raja berseri-seri. "Hamba akan membawa Tuan Putri dan mohon sertai dengan pengawal," pinta Daeng Paringgih. Diutuslah Hulu Balang untuk menemani mereka. "Akan diobati di mana Putri Masbulaeng. Segala upaya dikerjakannya agar raja mengubah keputu- sannya. Hulu Balang segera la- ri meninggalkan mereka dan menghadap raja. "Ampun seribu ampun Pa- duka Raja junjungan hamba," ucap Hulu Balang pada Raja dengan sikap menyembah. "Bagaimana berita tentang Putriku, hai Hulu Balang," ta- nya raja. itu. surat panggilan untuk Satya dan Patra. Dua sekaligus Surat itupun dibuka oleh mama. 'Oh, Satya, Patra. Kamu berhasil nak!" bisik mama sambil mendekap surat itu. "Pa, anak kita mampu pa!" terang mama pada papa sam- bil memberikan surat itu pada papa. "Syukurlah. Terimakasih ya Tuhan!" "Kamu berhasil Satya, Pa- tra," kata mama saat serentak keempat putranya berada di ruang papa. "Berhasil apanya. Ma?" ta- nya Patra, sedikit heran. Ma- ma menyodorkan surat kepu- tusan juri yang diterimanya tadi padi. Patra meraih lem- baran putih itu. Di dekapnya surat itu lekat-lekat. Kemudi- an memeluk Satya adiknya. "Kita berhasil. Kita berha- sil!" teriak Patra kegirangan. Satya bengong seperti sapi ompong, "Kita? Siapa lagi?" "Aku!" ucap Patra meya- kinkan. "Kakak ikut?" tanya Satya. Patra mengangguk. Kemudian mereka sama-sama saling me- meluk. Tiba sampai penyerahan ha- "Kakek Tua itu ternyata bu- diah pada para pemenang. junjungan hamba, hai Kakek kan orang baik-baik. Ia meng dan yang kedua diraih Patra. Juara pertama diraih Satya Tua?," tanya Hulu Balang. obati Tuan Putri dengan cara "Ikutilah aku," jawab Ka- yang tidak senonoh Paduka Piala bergilir itu kini menjadi kek singkat. Raja," Hulu Balang menfit- miliknya. Betapa bahagia hati Setelah mereka menempuh nah. kedua bocah itu. Aplaus ba- perjalanan sepertiga hari, "Apa maksudmu Hulu Ba- nyak ditujukan pada sang jua- Daeng Paringgih berhenti. lang?," tanya raja penasaran. ra cilik yang kini berdiri de- "Hulu Balang, tunggulah "Betul Paduka Raja, Tuan ngan gagah di atas panggung "Komentar apa yang ingin mereka semakin dekat," Zai- Masbulaeng tak juga mau ber- Segera patih kerajaan me- laksanakan titah raja. Ma- syarakat berduyun-duyun ber- kumpul di alun-alun kerajaan. Daeng Paringgih. Hamba sa- Ada yang mendaftar karena ngat tertarik dengan sayemba- tertarik hadiah yang ditawar- ra Tuanku. Bolehkah hamba kan meskipun tak punya ke- turut serta," tanya kakek de- mampuan. Ada yang mendaf- ngan sikap menyembah. Raja kami di sini. Aku akan ber- Putri telah sembuh tapi diper- kehormatan. tar karena adu nasib, ada pula hening sejenak kemudian ber- upaya mengobati Tuan Putri," lakukan dengan tidak sopan o- yang mendaftar karena me- bisik kepada patihnya. Entah perintah Kakek. Hulu Balang leh Kakek Tua keparat," kata adik sampaikan, setelah piala Wajahnya yang cantik kini ber- mang berilmu. Mereka bukan apa yang dibisikkan ke telinga tak menjawab hanya mengang- Hulu Balang berbohong. Me- ini berada di tangan adik?" ubah menakutkan karena bo- hanya tergiur jabatan empuk, sang Patih tersebut. guk. ledaklah murka angkara sang tanya sang MC pada Satya. rok yang dideritanya. Ia meng- namun kecantikan Masbu- "Orang tua yang budiman, Pada rimbunan semak belu- raja. "Saya tak dapat bicara ba- erang menahan sakit yang tiap laeng membuat para bangsa- aku berkenan. Sanggupkah ka- kar Daeng Paringgih hening se- nyak mbak. Cuma hati saya "Kurang ajar Kakek peot hari bertambah sakit rasanya. wan, apalagi kaum awam, mu menyembuhkan putriku?," jenak, kemudian dengan keris keparat," makinya. Kemudian kini sangat senang. Piala ini Sang Raja muram durja. tergila-gila. Bagi pemuda di- Raja balik bertanya. Dengan saktinya Daeng membabad se- perintahnya, "Hai prajurit akan saya hadiahkan buat pa- Murung dan bersedih. Telah anggap ini kesempatan menda- penuh bijak pula Daeng Pa- mak hingga bersih. Daeng tangkap si tua bangka itu dan pa!" Ucap Satya penuh haru. berpuluh tabib ahli dipanggil pat kerja, karena lapangan pe- ringgih menjawab, "Manusia menggelar tikar rotan yang di- seret ke mari. Hidup atau mati Kembali aplaus itu bergema nya untuk mengobati luka a- kerjaan memang dirasakan ti- berusaha, namun Tuhan jualah bawanya dan direbahkannya tangkap dia. memenuhi isi ruangan. Sang Putri di atas tikar terse- Dengan senjata tombak dan "Selamat. ya" ucap MC but. Sejenak Daeng hening kelewang para prajurit menca- kembali. ● Sri Asparini SMSR Dijiwai Alam Religius Pulau Bali berdoa kepada Tuhan Yang ri Kakek tua yang kini telah JI. Nangka Gg. Kenari II/6 Maha Esa. Mulutnya komat- berubah menjadi Zainal Abi- Denpasar (80231) APAPUN wujudnya ciptaan oleh sekolah lainnya. Hal itu me- lulusan yang dicetak di sekolah ter- kamit melafal doa. Tangannya din yang gagah perkasa. Para Masbulaeng," rayu Zainal. Tuhan Yang Maha Esa, tentu me- rupakan suatu kebanggaan tersen- sebut dalam jiwanya selalu dita- mengeluh-elus tubuh keris prajurit dipimpin langsung o- miliki sesuatu yang bernuansa le- diri, bukan saja personal yang ada namkan nilai-nilai adat istiadat dan saktinya. "Cep," bagai seo- leh Hulu Balang. Sementara "Para prajurit ayahmu akan se- bih (Kebanggaan) dan selalu akan di SMSRN juga masyarakat Bali, kebudayaan yang bersumber serta rang pendekar Daeng menan- Putri Masbulaeng bersama gera membunuhku. Lihatlah dapat dibedakan dari yang lainnya. pemerintah bahkan wisatawan dari bernafaskan daerah Bali. Sehingga capkan keris saktinya ke dalam Zainal Abidin tengah menuju Begitu halnya dengan menyandang manca negara. hasil karya yang diciptakan para tanah. Seketika air jernih me- pulang ke istana hendak mela- nal lari ke pantai. Masbulaeng nama sekolah yang memiliki ciri "Betapa tidak SMSR dalam lulusannya dapat mencerminkan nyemburat memancarkan ma- porkan kesembuhannya kepa- mengikutinya. khas, SMSRN (Sekolah Menengah tumbuh dan pengembangannya se- kebudayaan daerah. Kenyataan i- ta air. Hulu Balang terkesima, da ayahanda raja. Di tengah Air laut telah merendam lu- Seni Rupa Negeri) Denpasar mi- lalu dijiwai oleh alam religiusnya tulah membuat sekolah tersebut sakti juga Kakek Tua ini. Ma- jalan terdengar teriakan. tut ke dua insan ini. Namun, salnya. Sekolah jenis itu merupa pulau Bali," ujar Kepala SMSRN bukan saja dikunjungi oleh wisata sih dalam posisi duduk bersila "Bunuh kakek tua yang kan satu-satunya sekolah yang me- Denpasar, Drs. I Nyoman Nikaya wan, bahkan dijadikan tempat stu- Sang Kakek kemudian mema- pura-pura sakti, Bunuh orang pisah dengan Zainal. Sementa- miliki ciri khas dan tidak dimiliki na ketika ditemui Bali Post. Setiap di oleh negara lain. Sekolah tersebut kini tepatnya sukkan keris saktinya ke dalam yang mengotori kerajaan de- ra para prajurit yang mengejar- 28 Januari 1992 telah menginjak sarungnya. Tangannya disuci ngan berbuat noda." nya sudah di pantai, Zainal de- usia yang ke 25. Keberadaan dengan air bersih bening terse- "Suara apa itu Tuan Putri, ngan segera menggelar kain sa- SMSRN yang sejak awal kelahi- but. Kali ini matanya terpejam nampaknya tuduhan dan an- jadahnya di atas air laut. Aneh, rannya yakni 28 Januari 1967 ter- dan mulutnya tetap komat- caman itu tertuju padaku," ka- kain sajadah itu tak tenggelam kenal dengan nama SSRI (Sekolah kamit membaca doa. Kemudi- ta Zainal Abidin. apalagi badah, malah dibuat- Seni Rupa Indonesia) tidak luput an tangannya mengusap luka- dari untaian perjalanan sejarah ke- luka yang diderita Putri Mas- ayahanda merasa senang de- "Tidak mungkin. Bukankah nya seperti sampan. "Lebih baik aku jadi patung hidupan kesenirupaan yang penuh bulaeng. Aneh dan ajaib setiap ngan sembuhku dari koreng daripada aku harus kembali ke duka. Dapat dibayangkan keadaan tangan Kakek menyentuh lu- laknat yang kuderita?," jawab istana tanpamu," jerit Masbu- laeng. Masbulaeng. sarana, personalia pada mulanya ka, luka itu menjadi hilang. sangat memprihatinkan. Tempat "Jangan sumpah seperti itu Sementara para prajurit ma- belajar yang berpindah-pindah dan kin dekat dan benar tombak Masbuleng, "Zainal meng- pernah menggunakan Museum Ba- dan parang diarahkan pada ingatkan. li sebagai tempat belajar. Payah- Zainal Abidin. "Tangkap dia kakek tua. nya Museum Bali ditahun 1969 Tangkap dia. Bunuh, Bunuh," "Jangannnnnnn," yang dipinjam sebagai tempat be- "Tenang, Tuan Putri. Tuan Masbulaeng. seru gemuruh para prajurit. lajar pindah ke Taman Budaya. "Selamat tinggal adikku "Aku tidak menghendaki Pindahnya Museum Bali secara ti- memang telah sembuh. Bukan dak langsung sekolah juga harus mimpi," kata Daeng Paring- pertumpahan darah di negeri Masbulaeng," ucapnya lirih. dipindahkan, meskipun di tempat gih. Tiba-tiba saja asap putih ini," seru Zainal Abidin pada Dengan segala kesaktiannya yang baru menempati bangunan mengepul di tubuh Kakek dan Masbulaeng. Itulah sebabnya Zainal hanya dengan kain saja- darurat dengan dinding gedeg dan Kakek berubah wujud menjadi ia tidak mau menyongsong ke- dah berlayar mengarungi laut lantai tanah. Setelah tahun 1968, seorang perjaka yang gagah kerasan ini dengan kesaktian luas kembali ke negerinya. baru SMSR memperoleh gedung perkasa. untuk membalas serangan. Tinggallah Lala Masbulaeng sendiri dan memenuhi syarat untuk "Inilah wujud wajahku yang "Kembalilah kau ke istana sendiri. Ia terus menangis me- memenuhi kebutuhan sebuah se- asli. Namaku Zainal Abidin. Tuan Putri. Biarlah aku kem- ratap dan air matanya terus Aku dari tanah seberang," bali ke negeriku," nasihat Zai- meleleh menganak sungai. siswanya. Semula sekolah ini ha- katanya memperkenalkan diri. nal. nya memiliki 12 orang siswa. Kon- Putri Masbulaeng menyambut "Aku tak mau berpisah de- laeng termakan sumpahnya disi itu dapat dimaklumi, karena uluran tangan persahabatan nganmu. Kau telah menolong- sendiri. Ia memilih tidak kem- sekolah ini pada watku itu sama itu. ku sehingga aku kembali ber- bali ke istana dan pelan-pelan sekali belum dikenal oleh ma- Diam-diam di balik semak, guna sebagai manusia. tubuhnya yang lembut berubah SMSR NEGER DENPASAR Bali Post/024 TEGAR-Lambang SMSRN Denpasar tampak begitu tegar dan me- nantang begitu akan memasuki halaman sekolah di Kampus Sekolah Seni Batubulan. dengan romantika suka maupun kolah seni. Begitu halnya dengan keadaan "Lukaku ..." ucap Putri Masbulaeng sambil mengelus lengannya sendiri yang kini menjadi mulus kembali seperti sebelum sakit. teriak Tuhan Maha Kuasa, Masbu- Menurut ceritera ma- "Benar. Tapi aku tak mau syarakat Sumbawa, jika malam syarakat. Disamping itu dunia pa- dari jauh Hulu Balang yang di- "Allah Ta'ala yang me- menjadi cadas yang keras. riwisata belum berkembang seperti suruh menunggu mengamati nyembuhkanmu. Aku hanya Masbulaeng menjadi batu. sekarang. Dalam perjalanan 25 ta- hun sekarang ini keadaan siswanya dengan perasaan cemburu dan mengobati saja." berkembang sangat pesat malah iri hati. Rasa dengkinya lahir. dapat dikatakan melebihi dari daya Dengan sembuhnya Putri Mas- pisah denganmu. Aku berhu- purnama di pantai Labuhan tampung. Di tahun ajaran 1991/ bulaeng tentu putri nan jelita tang budi kepadamu. Apakah Sumbawa terkadang terdengar 1992 jumlah siswanya mencapai itu akan disunting lelaki gagah aku harus membiarkan orang seperti suara gadis menangis. 819 orang. Itu merupakan jumlah perkasa yang menyamar kakek yang telah berbuat baik untuk- Konon tangis itu adalah tangis- yang cukup besar dan perkerjaan tua. Hulu Balang memang iri ku sementara jiwanya teran- nya Lala Masbulaeng. yang cukup berat untuk dapat sebab sesungguhnya sejak la- cam?". Diceritakan oleh Agus Tembie (Bersambung ke Hal 11, kol 4) ma ia menaruh hati pada Putri "Kembalilah ke istana Lalu SKB Alas-Sumbawa NTB 84353 BUAH HATI Anak Agung Rian Ari Darma Putra, nama bocah ini. Lahir 21 Januari 1990 dan besar nanti ingin menjadi Pilot. Putra kesayangan pasangan Ir. A- gung Suastawan dengan Ni Gusti Ariani ini tinggal di Jin. Kartini Gang VI/10 Denpasar. Melalui ru- brik ini Gung Tu nitip salam buat Gung Kak dan Gung Nini di Taman, Kaliungu dan keluarga di rumah selamat hari Minggu semoga sehat sejahtra. Ser Ni Wayan Purwanita Kumala Devi, nama adik ma- nis kita ini. Lahir 11 Mei 1990 dan besar nanti bercita-cita ingin menjadi dokter. Alamat rumah Jln. Siulan No. 6 Denpasar. Lewat rubrik ini Devi nitip salam buat keluarga di Tohpati dan Jimbar- an. Selamat hari Minggu semoga sehat walafiat selalu. Adik manis ini bernama Putu Ayu Ariska Dewi. Lahir 2 April 1990 dan besar nanti bercita-cita ingin menjadi dokter dan ibu rumah tangga yang baik. Putri kesayangan dari I Nyoman Arini de- ngan Ketut Sutesnen ini tinggal di Jln. Brawijaya Seganteng Sweta, Cakranegara - Lombok. Lewat rubrik ini ia nitip salam buat keluarga di Titab Singaraja. Selamat hari Minggu semoga asung ker- ta raharja. Hendra Murpratama, nama cah cakep kita ini. Lahir 16 Juni 1990 dan besar nanti bercita-cita ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Alamat rumah Komplek Perumahan De- pen Jln. Sukarno-Hatta, Gunung Dua Raba- Bima. Melalui rubrik ini Hendra nitip salam Buat nenek dan keluarga di Lombok. Selamat hari Minggu semoga sehat sejahtra. hart Halamu Bocah cakep yang menggemaskan ini bernama A- nak Agung Gede Bagus Pangjaya. Pertama kali menikmati hangatnya sinar matahari 28 April 1990. Cita-cita ingin menjadi pemain poli yang handal. Alamat rumah Jln. Jembawan 32 Padang- tegal, Ubud-Gianyar. Lewat rubrik ini ia nitip sa- lam buat keluarga di rumah. Selamat hari Minggu semoga sehat walafiat. Ni Made Ayu Suryadewi, nama lengkap adik manis kita ini. Lahir 18 November 1987 dan besar nanti bercita-cita menjadi penari dan peragawati yang profesional. Alamat rumah Jln. Letda Kajeng Gang II No. 3 Denpasar. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat teman-teman di mana saja berada. Se- lamat hari Minggu semoga damai adanya. Adik yang tampan dan lincah ini bernama Eka Saputra. Lahir 22 Desember 1985. Besar-nanti bercita-cita menjadi ABRI. Alamat rumah Jln. Danau Poso No. 39 Br. Semawang Sanur. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat semua keluarga di rumah. Selamat hari Minggu semoga asung kertha raharja. KUPON "BUAH HATI" BALI POST Menawarkan kesempatan emas untuk menukar alat pemanas apapun milik Anda dengan IMBAL-BELI Rp 200.000 Solahart 300 JK (AIR PANAS ENERGY SURYA BUATAN Australia). Berlaku : Harga tukar alat pemanas milik Anda 200.000/Unit • 1 Unit alat pemanas terhadap 1 unit Solahart 300 JK Pembelian & Pemasangan s/d 31 Maret 1992 Informasi lebih lanjut: Solahart Bali Pertokoan Kertha Wijaya Block C 5 Jl. Diponegoro 98, Denpasar Telp. 0361 27147 Fax: 33627 Color Rendition tion Chart 2cm 4cm
