Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-02-02
Halaman: 04

Konten


Halaman 4 I Wayan Arthawa: Lempuyang II doa selepas perjalanan Memandang dan menapaki puncak anak-anak mengusung pasir dari derita keredupan cahya matanya menghitung tangga beton lewat jemari kaki telanjang tak ada menyematkan bunga teratai bagi dirinya untuk dijadikan kenangan sebab lewat tiupan angin merembes kasih-Nya Anak-anak jadi penghuni hutan kabut beranjang di daun-daun kelapa untuk menyimpan mimpi-mimpinya tak kenal aksara lewat iptek hanyalah kehidupan aksara sejati mengaliri baju lusuhnya saat matahari bersilang tatap dengan mata jernihnya Belajar mencumbu cintanya penyair masuk ke rumah puisi mengalunkan mantram anak-anak penggusung pasir doanya melesat ke pintu langit Sorga adalah kepasrahan untuk disusuri terus berlari dan melingkar melilit Bukit Lempuyang Anak-anak penggusung pasir ranting-ranting bambu dijadikan tongkat memusatkan keheningan khusuk mengayun langkah jiwa adalah tangga keringatnya mengoyak pepohonan dan langit tempat burung menabung kesepian melepas perjalanan doa keabadian PEMAKAMAN Oleh Bahrun Hambali Kurasakan juga teduh menyeringai di balik bayangan keruh mengaca bagai cermin dedaunan runtuh menjaga rindu (Reina Caesilia, 'Pemakaman', BPM, 6-11-1988) K ketika kenyataan berbicara, orang-orang tak lagi sanggup menolakkan apa-apa yang telah semestinya terjadi. Para dokter, dukun & tabib, pun paranormal juga angkat tangan. Maka kematianpun ditakdirkan atas tuan Polan, Tuhan berkehendak mencukupkan kontrak hidupnya di dunia setelah puluhan tahun menyebar amal di persemaian kebai- kan dan menuai karma atas perbuatan- perbuatannya di ladang kehidupan. Janda dan anak-anaknya menyayangkan kematian- nya. Mereka menangis berkepanjangan hingga ke- ring airmata dan serak suara, seolah dengan ber- buat begitu si Mati akan membatalkan takdir Tuhan untuk hidup kembali. Penguburan jenazah tuan Polan berlangsung khidmat. Kerabat dekat pun jauh, tetangga dan han- daitaulan, mengantar ke pekuburan sebagai suaru kelaziman untuk menghormati si Mati terakhir kali. Sambutan dan pidato beberapa pejabat mengharu- biru suasana pemakaman. Lalu karangan bunga kertas dan karangan bunga alami mulai menutupi gundukan tanah tempat tuan Polan dibaringkan, seakan menutup pintu pengenalan dan sebagai ungkapan tak terucap untuk mengubur kenangan bersama si Mati ke bawah tanah penghimpit tubuh- nya. Akhirnya, satu demi satu para pelayat meninggal- kan pekuburan, meninggalkan si Mati yang mewa- riskan puji dan maki. Betapa menjadi sederhana setelah semuanya berlalu. Dimulai oleh kehendak Tuhan, lalu tuan Pol- an mati, ditangisi janda & anak-anaknya dan mung- kin juga kerabatnya, kemudian menjalani prosesi jenazah untuk kemudian dimakamkan dengan ke- layakan. Dan akhirnya ditinggalkan. Seperti mimpi tengah hari, namun memberi kesan mendalam karena kemuraman yang ditinggalkan- nya sangat berarti.-Memoar Vill: mbak Nina-). PELANGI PERTAMA Oleh Bahrun Hambali leh suatu sebab yang kurang jelas, kau hendak an seperti ini. Ada yang berubah dari perangaimu, setidaknya akhir-akhir ini kau nampak menyukai suasana romantis. Apa karena kau mulai meng- akrabkan diri dengan keindahan? Belum lagi sempurna apa-apa yang memungkin- kan kehadiran pelangi, kau telah mengurung diri dengan wajah tak sedap. Sikapmu memberi gam- baran yang jelas tentang kebeliaan. Segala sesuatu mestinya perlu persiapan -- agar kau lebih paham itu --kau berada dalam dunia nyata yang tak melarang mimpi-mimpi menyinggahi tidurmu. Agaknya kela- tahan menjangkitimu, hal yg kerap menyimpangkan tujuan cita dan kegemaran para remaja seusiamu. Kalian tak punya motivasi yang kuat dalam ketotalan menekuni sesuatu hal. Itulah yang kerap membuat I Wayan Arthawa : Lempuyang III warga sarl menghanyutkanku. Sepasang kelapa gading menyimpan air menyatukan air sukmaku tembang bulan mengayun melukis kekecilanku batu paling asing siapa berani menanggung derita warisan raga sampai lepas kulit dan tulang jadi tanah humus. jika sukmaku lepas ketenteramanlah menari pada suara sunyi kecupan daun-daun mulai membasahi bibirku saat gemetar betapa nikmat sisa-sisa air daun menempel pada lidah yang pecah. waktu terus memanggil meraba garis tangan menyapu air mata masih ada sisa hari untukku menafaskan dupa dan kembang kandungan dewata kenapa irama retak di bawah sana jadi kegelisahan orang-orang mengayun kerja himpitan baja-baja tak pernah menjanjikan sesuatu apalagi aku pulang saling diam tak menyapa saling tinggalkan dan meninggalkan kepahitan menghujam tanah hunian. kalian putus harapan ketika belum lagi setengah jalan kelatahan itu terlaksana. Pelangi pertama belum terlihat. Hari terlalu muram dengan rintik-rintik kecil hujan tanpa menyisakan sedikit celah bagi matahari untuk hadir. Baiknya kau terima realitas ini dengan berlapang dada, karena, pelangi pertama memerlukan kesabaranmu untuk menampakkan dirinya. Atau, kau kembali ke mimpi- mimpimu. Dengan tidur yang lelap barangkali akan muncul pelangi pertama dimimpimu, tidur yang lelap menghindarkan kau dari kegelisahan dan kegun- duhan. Oleh suatu sebab yang kurang jelas, kau hendak menyaksikan pelangi pertama di hari-hari hujan se- perti ini. Namun belum lagi sempurna apa-apa yang memungkinkan kehadiran pelangi, kau telah meng- urung diri dengan wajah tak sedap. (- Prodeo Palace, Januari '92-). Bali Post DI ANTARA KITA Oleh Bahrun Hambali iba-tiba kusadari kalau di antara kita masih ada pernah tercipta. Sementara kau masih memendam impian-impianmu dalam rumah istirah untuk suatu saat kau wujudkan, pada pihakku hanyalah kesendi- rian menggiring keberadaan yang senantiasa.ku- rasakan sebagai tuntutan. Apabila sepi telah sedemikian sempurna, dilingkari malam hening dengan bintang-bintang di langit sa- na, aku pun berusaha melarutkan diri untuk me- nyetubuhinya. Sebagaimana yang kau tahu tentang diriku, ten- tang dirimu pun sepengetahuanku hanyalah kesa- maran semata. Aku tak begitu suka mengintip priba- di orang karena keharusan yang telah kuyakini dan berakar kuat sedari kecilku, entah dari siapa aku mewarisinya. Di antara kita, ada ruang yang terisi oleh orang ketiga, di mana dia tanpa kesulitan telah menyita perhatianmu. Dalam pandangan selintas aku mera- sa agak terbebas dari intaianmu, namun kerlingmu terus juga mengejar dan berusaha mendekapku. Maka, kuusahakan membaca cuaca tiap hari, men- cari tahu gelagat apa yang akan terjadi pada kita -- padaku, padamu, pun pada dia sementara kau pun berusaha menciptakan harapanmu itu, tapi se- nantiasa kubaca keraguan yang mengiringi gerak- mu karena kehadirannya di sisimu. Jika kubuka lagi cerita lama itu -- tentang panger- an tampan dan putri cantik jelita dan juga peri-peri dengan tongkat saktinya -- ada kegembiraan mem- bacanya kembali. Kurasa kau pun mengerti dan memahaminya, mengapa aku sering mengkhayal- kan diriku sebagai pangeran tampan itu. Kau pun mesti mengakui itu sebagai sesuatu yang fantastis! Pada usiaku sekarang, di mana kecanggihan tekno- logi seperti adu cepat berlari melawan waktu, kem- bali aku suka akan kekanak-kanakanku. Sebagian orang pasti sependapat denganku, menyayangkan kedewasaan yang begitu cepat menggantikan tahta masa kanak-kanak dan remaja. Padamu barangkali sesal itu tinggal kenangan. Rasanya begitu jauh kumesti berlari untuk dapat mengiringi langkah-langkah kemapananmu kini: ke- dewasaanmu yang nyaris sempurna. Pada pembicaraan kita yang senantiasa patah, masing-masing dari kita berusaha menangkap isyarat-isyarat kerinduan sebuah pembicaraan sopan-santun sebagai hal kelaziman, di mana jarak itu sengaja kau panjangkan! -- kemudian kita coba melakonkan kepura-puraan saat dia hadir di antara kita. Begitu selalu! Tentang cerita lama itu, yang sering kali kita lakonkan diam-diam tanpa sepeng- etahuannya, kerap juga kusesalkan. Mengapa ceri- ta lama itu begitu kuat memakukan kita pada kutub- kutub berjauhan, hingga segala upaya yang ikhtiar- kan untuk mendekatkan jarak itu menjadi skeptis dan mengambang di tengah jalan, tanpa terealisasi- kan oleh keberanian dari pihak kita yang padu. Dalam perasaanmu barangkali kau sesalkan kea- syikanku menepikan diri dari keramaian yang kerap kau tawarkan, atau kepasifanku dalam mengantisi- pasi isyarat-isyarat kekariban darimu yang telah kuterima. Takkan kusangkal itu, bahwa aku terlalu sensitif dan terkadang agak naif dalam menerima suatu keadaan. Maafkan aku! Sesungguhnya di antara kita jarak itu masih belum mau kita dekatkan, terlebih dengan adanya orang ketiga dan juga karena sikap kita yang enggan mengakui 'keakuan' kita! (-Kepaon, Januari '92; to: AA. Prasetya-). Fantasi di Antara Puisi dan Ilmu Pasti Oleh Jiwa Atmaja Terjorie Boulton dalam The pokok adalah usaha untuk meng- memahami dunia puisi dengan membagi tubuh puisi menjadi dua bagian, yakni aspek fisik dan men- tal. Diuraikannya bahwa bentuk fi- sik mencakup penampilan puisi di atas format (kertas) dalam nada la- rik puisi, baik nada larik yang ter- tangkap ketika puisi itu dibacakan maupun nada yang terdengar seca- ra mental saat puisi itu ditekuni se- seorang. Unsur-unsur yang tergo- long bentuk fisik ialah irama, sa- jak, intonasi, berbagai gema peng- ulangan, sedangkan bentuk mental mengandung struktur kaidah, plot (urutan logis), pola-pola asosiasi, pemanfaatan citra yang terpeng- aruh pola-pola citraan dan emosi. Semua itu, terkombinasi dengan baik di dalam sebuah puisi. Apabila pembaca puisi dapat merasakan kesukaran dalam memilah-milah aspek-aspek puisi tersebut, maka di belakang kesu- karan ini terdapat dua hal. Perta- ma, kesukaran ini mencerminkan kebenaran pendapat para ahli puisi yang mengatakan bahwa makna penuh sebuah puisi justru berada dalam kepadatan dan totalitas pui- si itu. Kedua usaha pemilahan yang mungkin sukar itu ternyata me- merlukan suatu landas tumpu yang tepat. Jika demikian, suatu pemi- lahan hanya berkepentingan de- ngan suatu studi puisi bukan untuk suatu penampilan puisi. Meskipun demikian, seorang juri yang se- dang menilai penampilan sebuah puisi dapat saja memilih landas tumpu dan tolok ukur penilaian pa- da ketepatan pemilihan itu, de- ngan catatan bahwa pemilahan itu urasa inilah saatnya untuk memulai pendekat- hanya dilihat sebagai suatu usaha untuk memberi simbol nilai atas ketepatan daya tafsir pembaca pui- APALAGI Oleh Bahrun Hambali Kura an itu. Antara kita saja bukan rahasia, kau tahu itu -- permulaan yang perlu waktu lama dalam persiapan- nya, perlu kesabaran dalam menanti tak berkesu- dahan, tanpa kejelasan harapan. Arah angin kau percaya takhyul tentang dewa angin pemberi kabar saat-saat baik? -- bersilir per- lahan dalam kesatuannya menuju khatulistiwa, me- nuju pusat panas. Itulah titik temu yang kumaksud akan menjadi padu- an untuk memulai pendekatan itu. Dan, saatnya pun tiba! Hari terakhir ketika ikhtiarku menjala harapan, di mana rasa haus dan lapar begitu menggigit, gelom- bang kabut menyergap jukungku. Keluasan hanya gumpalan kabut tak berbatas. Sepi laut mengirimkan kecemasan demi kecemas- an mendera kekuatan yang tersisa. Kau tahu, angin sangat tak bersahabat saat itu, mengamuk dengan kekuatannya yang tak terbayangkan. Barangkali moyang-moyangku pun tak pernah mengalaminya. Hanya Tuhan yang tahu! kau Saat itulah kali terakhir kubentuk mata jala dalam kemantapan gerak untuk mengintip secercah sinar yang menerobos kerapatan kabut. Sekelompok ca- mar berkerumun di kedekatan kenampakan tahu bahwa itu pertanda bahwa ikan-ikan dalam jumlah besar ada di sana, berenang mencapai ka- hangatan di antara sungsungan harapan kulihat dia melambai dan menggapai-gapaikan tangannya ke arahku. Ke arahku!? Terombang-ambing dalam kecemasan, kupastikan hal itu bukan fatamorgana. Dia melambai dari keru- munan harapan yang kucari! Begitulah jadinya -- angin berubah seketika, ber- tiup dengan kewajarannya membantu jukungku me- nembus kabut ke arahnya -- kudapatkan dia terse- nyum lembut menyambut. Kemudian kami sejukung menjala harapan, terikat oleh etika kesopanan mempercakapkan keberadaan diri sampai senja menggulung keluasan laut oleh warna merah se- puhan matahari sore, di mana kami berpisahan un- tuk pulang. Antara kita saja -- kau tahu itu bukan rahasia lagi! -kurasa inilah saatnya memulai pendekatan itu. Arah angin bersilir perlahan menuju khatulistiwa, menuju pusat panas. Apalagi yang memberatkan langkahku kini!?. (- Kepaon, Januari '92-). PILIHANKU GURU ARYANTHA SOETHAMA Copy-night Bali Post. .26. Menjelang tengah malam aku belum juga bisa memicingkan ma- ta. Segala yang telah lewat terbayang-bayang, yang bakal da- tang melayang-layang. Kutahu, ki- ni aku berada di simpang jalan. Hanya keberanian memutuskan yang bisa menyelamatkan diriku dari kebimbangan yang berlarut panjang. Kudengar ketukan pintu di dep- an. Siapa datang malam-malam be- Kukuakkan tirai. Dirpa berdiri gini? di hadapanku, berbatas kaca pintu. si itu. Dalam hubungannya dengan ko- munikasi seni, seorang deklamator (dapat juga disebut komunikan) perlu juga memperhitungkan ko- munikasi yang bagaimanakah yang hendak dibangunnya? Apakah ko- munikasi puitik, ataukah komuni- kasi logis? Pertanyaan yang berhu- bungan dengan ini, boleh jadi me- rupakan pekerjaan awal bagi seo- rang analis, karena itu memper- anankan diri sebagai seorang ko- munikan menjadi suatu hal yang pokok. Jika sang komunikan ha- nya mampu membangun suatu ja- lur komunikasi logis, maka ada ke- mungkinan nuansa dan roh puisi itu sendiri akan menjadi lenyap dan muncullah serangkaian bunyi tanpa gigitan lagi, padahal penulis puisi itu telah dengan susah payah membangun dunia puitikanya. Roman Jacobson, seorang li- nguis yang selalu berusaha mencari celah-celah kesusastraan dalam se- tiap pembicaraannya tentang ba- hasa, mengemukakan bahwa ko- munikasi melalui puisi adalah ko- munikasi yang memanfaatkan fungsi puitika bahasa. Komunikasi puitik adalah komunikasi yang ber- kaitan dengan fungsi puitik dan fungsi puitik dapat dicuatkan ke- permukaan sebuah puisi apabila kita mampu memanfaatkan poten- si bahasa di antara potensi-potensi lainnya, misalnya potensi emosif, konatif, referensial, fatik dan me- talingual. Potensi-potensi bahasa ini memenuhi fungsinya masing- masing jika penuturnya mampu melihat dan menggunakannya. Dalam tulisan singkat ini, tidak- lah mungkin dijelaskan arti dan fungsi masing-masing potensi ba- hasa tersebut. Akan tetapi, yang Bapak." "Kenapa?" "Bu Tantri tak ingin kesedihan- nya yang berat sampai Bapak tahu." lam konteks penalaran kebahasaan dalam artinya yang luas. Mem- fungsikan aspek puisitik bahasa misalnya, dimaksudkan untuk mengungkapkan perasaan dan membangun suasana estetis, baik untuk pengalaman konkret mau- pun pengalaman hasil daya bayang (imajinasi) dan hasil rekaan. Per- kataan ini telah menyarankan bah- wa ranah puitika tidak semata- mata dalam jangkauan puisi na- mun juga mungkin dimanfaatkan dalam bahasa keseharian. Kedua model pemakaian bahasa itu mesti dilihat perbedaannya dari suatu landas tumpu tertentu. itu dianggapnya mencerminkan si- kap snob yang kurang menghargai peranan imajinasi yang sesungguh- nya telah ia gunakan dalam me- nyusun jawaban. Dengan kata lain, jawaban itu sendiri adalah buah dari pemanfaatan imajinasi namun isi tuturan itu mencermin- kan miskinnya nilai apresiasi seni dan budaya. appet MINGGU, 2 FEBRUARI 1992 dinding dapat dikelola dengan baik. Masalah tersebut akan ma- kin terselesaikan jika majalah din ding diberikan pembinaan yang memadai. Putu Dewi Juita Wiriastuti IE Majalah Sekolah :Wadah SMAN 3 Denpasar Belajar Jurnalis Muda OPPEL (Opini Pelajar) adalah rubrik khusus untuk para pelajar SMTP dan SMTA berpendapat tentang masalah aktual yang diajukan redaksi. Topik mendatang : Perayaan Valentine Day, Perlukah? Jika ya, atau tidak apa argumentasimu terhadap perayaan hari tersebut? Komentarmu sepan- jang satu halaman kuarto ditik 1,5 spasi atau ditulis tangan dengan selembar foto santaimu kirim ke : Pengasuh Oppel Bali Post Kotak Pos 10 Denpasar. Novita Handayani Kelas I 5 SMAN 2 Denpasar MAJALAH sekolah merupa- kan ajang berkarya bagi siswa yang memiliki bakat menulis. Demikian juga dengan kebera- daan majalah sekolah kami, Dwitra, sampai saat ini berjalan dengan baik. Ini terbukti ketika majalah sekolah dibagikan ke tiap-tiap kelas, mereka meneri- manya dengan senang hati. De- ngan kata lain, makin mendapat tempat. Tidak jarang pula, kri- tik, saran dan tanggapan disam- paikan ke redaksi. Intinya, agar perbaikan dan kemajuan dicapai pada edisi berikutnya. Dalam pelaksanaannya, tidak jarang para guru Bahasa Indone- sia memberikan bimbingan dan petunjuk tentang hal-hal yang sebaiknya ditulis, dan cara penu- lisan yang baik dan benar. Na- mun demikian, ada juga ken- dala-kendala yang dihadapi. Mi- salnya saja, masalah keengganan para pelajar untuk menulis nas- kah. Padahal, dilihat dari ke- mampuannya, tidak sedikit para siswa yang memiliki bakat dan kemampuan menulis dengan baik. Berkaitan dengan hal terse- but, agaknya perlu dilakukan pembinaan yang lebih mengkhu- Novita Handayani Dalam pada itu, tidak sedikit o- rang yang menghubungkan imaji- nasi dan puisi. Pandangan integra- listis yang kurang proporsional ini pun seringkali menyudutkan genre puisi sebagai permainan remaja. Landas tumpu yang digunakan ku- Mungkin kesalah-kaprahan timbul rang lebih menyebutkan bahwa i- sebagai akibat dari penempatan majinasi adalah sesuatu yang irra- landas tumpu yang keliru, ke- sional dan tidak masuk akal. Unsur mudian menghasilkan suatu tuduh- fantasi misalnya, tidak dianggap an yang ditujukan kepada genre cukup relevan untuk menghadapi puisi itu sendiri. Di antara tuduhan kenyataan hidup yang justru men- itu ada yang menyebutkan bahwa jadi "compang-camping" lantaran pengalaman manusia tidak pernah kemiskinan imajinasi dan fantasi otentik di dalam puisi: "The ideas manusia. Dunia manusia tidak a- in poetry are usually stale and offten kan pernah menjadi utuh dalam false" ("pemikiran dalam puisi ketiadaan fantasi manusia itu sen- biasanya basi dan seringkali salah), diri. Apakah fantasi sesuatu yang tulis George Boas," dan tidak ada irrasional? seorang pun di atas enam belas ta- Hanya seorang Sediyatmo yang hun yang menganggap puisi ber- bersedia mengakui bahwa fantasi nilai karena isinya. adalah sesuatu yang rasional dan Perkataan George Boas, penulis perlu bagi proses penciptaan dalam buku A Primer for Critics (New arti yang luas (termasuk memba- an itu) belum terbuka, maka ke- York, 1958) memang menyakitkan ngun jembatan bertulang beton). mampuan untuk membukanya jus- telinga kita, tetapi nada kata- Dalam pidatonya yang dibacakan tru tidak berada di dalam ke- katanya masih menyisakan suatu pada upacara pemberian gelar mampuan otak itu, melainkan da- renungan kontemplatif yang men- doktor kehormatan dalam bidang jurus kepada suatu peringatan bah- Ilmu Pengetahuan Teknik di ITB 2 wa di dalam puisi tidak mungkin Maret 1974. Prof. Ir. Sediyatmo se- pembaca menemukan suatu peng cara lugas mengatakan unsur fan- alaman konkret, kecuali suatu tasi bukan sesuatu yang irrasional, gumpalan imajinasi yang seringkali malahan dianggap sebagai unsur fantastis. Persoalannya sekarang a- rasional di samping intelek. Di atas dalah "apakah pengalaman imaji- batasan ini, kemudian Sediyatmo natif itu sungguh sesuatu yang ren- menyusun suatu rumus: "Fungsi i- dah?" Pertanyaan ini dapat dija- majinasi atau fantasi adalah me- wab secara personal sebagaimana rupakan kekuatan yang menentu- orang menilai sebuah puisi, yang kan arah dan tujuan, sedangkan in- cenderung membenarkan hasil in- telek adalah yang membuat jalan ke terpretasinya sendiri. Seringkali arah itu. Keduanya berada dalam kita mendapatkan pernyataan bah- otak manusia" (Cipta Karya, wa sebuah puisi hanyalah kesia- 1974:11). siaan sebagai jawabannya. Ada suatu syarat lagi. Sebaliknya, bagi yang mampu Jika pintu gerbang (ke arah tuju- PORT MURATA KINI TAMPIL PALING UNGGUL DALAM KELASNYA MURATA FACSIMILE JAPAN KEUNGGULAN F 40 Auto Cu Automatic document feeder (max 30 Pemakaian rol kertas 100 m Delayed i Group Dission Sequential polling Activity Journal Penghitung halaman transmisi Diagnosa jarak jauh Error Correction Mode (ECM) Multi Copy (Max 99) sus dalam bidang tulis menulis ini. Dengan itu diharapkan bakat siswa bisa digali lebih dini dan diarahkan lebih baik. Saya per- caya, pembinaan yang intensif ini akan mampu meningkatkan kualitas majalah sekolah umum- nya dan kualitas para pelajar khususnya. Ni Wayan Sudarmi Kelas II E SMPN 9 Denpasar DI sekolah kami ada juga ma- jalah dinding. Dian Sisya nama- nya. Majalah dinding ini dikelola oleh OSIS. Berbagai kegiatan siswa diinformasikan melalui majalah dinding ini. Tetapi, majalah dinding ini memiliki beberapa masalah. Terutama menyangkut kurang- nya minat siswa untuk mengirim- kan naskah ke pengasuh. Ini mungkin disebabkan ketidak- mampuan siswa untuk menulis. Padahal, para guru, redaksi dan yang lainnya, sering memberi- kan petunjuk tentang cara menu- lis yang baik. Bahkan di sekolah kami sering diadakan lomba yang berkaitan dengan tulis me- nulis, terutama pada waktu bu- lan Bahasa. Meskipun kendala naskah ter- sebut dihadapi, dengan kerja sama antara pengurus, majalah Ni Wayan Sudarmi MAJALAH sekolah kami ber- nama Madyapadma. Dulu, na- manya Widyastana. Tetapi, karena sesuatu hal, dan penga- juan STT baru, namanya diganti. Dalam pelaksanaannya me- mang pengaruh mengalami be- berapa hambatan. Pertama, me- nyangkut koordinasi antarpe- ngurus. Kadang-kadang, karena jadwal sekolah dan kesibukan lain, kordinasi ini memang masih perlu ditingkatkan. Kedua, me- nyangkut naskah yang agak "basi". Dengan terbit tiap tiga bulan sekali, ini merupakan ken- dala tersendiri. Sebab, kita kan ingin memenuhi kebutuhan pembaca, bukan keinginan pengurus. Ketiga, soal kualitas pengelolanya. Harus saya akui masih perlu dibimbing dan dia- rahkan. Kendala-kendala tersebut me- mang sudah kita coba atasi se- cara intern. Namun, dengan ke- terbatasan kemampuan, tenaga dan waktu yang kita miliki masa- lah-masalah tersebut beberapa di antaranya muncul kembali. Ini wajar saja, oleh karena pengu- rusnya berganti berganti-ganti. Jadi begitu pengurus baru, me- reka memang masih coba-coba dan berhadapan dengan masalah tersebut. Karena itu, saya dan rekan- rekan Madyapadma menyambut dengan antusias adanya pembi- naan dan bimbingan tentang jur- nalistik ini. Lebih-lebih saya de- ngar, ada rencana di sekolah kami akan dibuka ekstrakuriku- ler jurnalistik. Ini tentu sangat bermanfaat untuk para siswa u- mumnya dan pengaruh Madya- padma khususnya. Mudah- mudahan program ini tahun aja- ran mendatang bisa diwujudkan. Dewi Juita W lam pusat sanubari. Inilah unsur bidang ilmu pasti terutama dalam irrasional, ucap Prof. Sediyatmo. pelajaran mengenai bilangan yang Kata-kata ini mengingatkan kita tidak riil-- lantas di mana letak per- pada pelajaran berfantasi dalam bedaan antara ilmu pasti dan puisi? DAPATKAN SEGERA!! GEOGRAFI O 1 Tahun Garansi PENUNTUN BELAJAR O Training O After Sales Service Terjamin Tersedia Juga Type: M -1 TERPERCAYA & TERBAIK UNTUK ANDA CV. NUSRA ELECTRONIC Jl. Setiabudi 52c - 52d Telp. 36631 Fax. 36631 Denpasar Bali BUKU-BUKU SEMESTER GENAP Terbitan GANEÇA EXACT BANDUNG PENUNTUN BELAJAR BAHASA dan SASTRA INDONESIA SMA Kelas 1 Semester 6 PENUNTON BELAJAR BAHASA dan SASTRA INDONESIA SMP Kales 1 Semester 2 PENUNTUN BELAJAR BAHASA INGGRIS SMP Keles Semester & HUNTANSI F-15M F-20 F-30 F-40M Bandung •Jakarta : Jl. Kiaracondong NO. 167 Telp. (022) 701903 Fax. 75329 Jl. Kayu Putih Selatan ID No. 10 Telp. (021)4891434 - 4899469 Fax. 4 7 11 972 Semarang Jl. Singosari Raya No. 6 Telp. (024) 313853 Fax. 313853 .Surabaya JI. Imam Bonjol No. 75 Telp. (031) 69531 Fax. 69531 .Denpasar C.136. sanggup MATEMATIKA SMA FISIKA WAIVERRA SEMESTER SMP SMP BIOLOGI SMA SMA MATEMATIKA SMP Jl. Raya Puputan No. 17X Renon, Telp. (0361) 25256 Fax. 25231 Singaraja Jl. Diponegoro No. 68 Telp. (0362) 21203 Jl. Diponegoro No. 21 JI. Ngurah Rai No. 197 Telp. (0365) 41855 .Tabanan -Negara C 51 Agar folder kita agak lain, kuminta kamu merancang bentuk dan pe- nampilannya yang unik." folder yang berisi tentang kelebih- Ia meminta agar aku menyusun an Kelumpu yang menjual paket pernikahan buat wisatawan. "Folder harus kita cetak luks. Buatlah yang full color," pintanya. Ketika berangkat ke sebuah per- cetakan di Denpasar, aku mampir di rumahku di Takmung. Sementa- ra ini Dirpa yang tinggal di rumah itu. Ia sendiri yang meminta untuk menjaganya. Dirpa memang anak rajin. Ru- Dirpa malam itu tidur di rumah- mendirikan sekolah swasta dari "Aku ingin Kelumpu dikenal se- karang sedang mencelupkan kaki lazim yang ditempuh hotel-hotel. ku. Aku heran, bagaimana mereka keuntungan Kelumpu, sungguh bagai tempat untuk mengawali hi- di sungai yang lebar. Kau belum menganggap kepergianku seperti menentramkan hatiku dari serba dup baru," tekad Suwitri. "Tak cu- tahu dalamnya sungai. Kau lagi se- akhir dari segalanya. Berkali-kali ketidakjelasan. ma buat wisatawan, tapi siapa tahu dang menduga derasnya air. Lama- kujelaskan pada Dirpa, bahwa se- Aku adalah pendatang baru da- juga bagi yang mengurusnya." lama kau akan terbiasa, bahkan Aku menghela nafas panjang. seorang berhenti jadi guru adalah lam bisnis penginapan. Seperti kei- Aku cuma melongo mendengar aku yakin, akan mengalahkan aku Langkah apa sebenarnya kini te- hal biasa. Namun anak muda itu nginan Suwitri, aku hanya bertugas keinginannya. Kurasa aku berada dan kawan-kawan." ngah kuambil sampai membuat ba- sulit menerima penjelasanku. Ia mengontrol. Aku seperti kaset jauh di bawah kemampuannya. nyak orang bersedih. "Tapi aku tak punya bisnis, Wit." tetap tak bisa menerima kenyataan yang merekam semua peristiwa di Aku tak punya sedikit pun keter- "Tapi kamu punya otak." "Tapi akhirnya kau mengatakan aku tak akan lagi berdiri di depan. Kelumpu, untuk kusampaikan ke- ampilan mengurus penginapan. Aku mendesah pelan. Suwitri nya pada saya." Perlahan-lahan aku mulai merasa matanya berbinar girang. Bu Tantri sungguh sulit kute- pada Suwitri. bohong pada Bapak?" Karena saya pikir untuk apa ber- mui. Ia selalu mengelak untuk me- Sebenarnya tak ada hal penting rendah diri. Aku mulai merasa ter- "Aku juga dulu begitu. Tekadku nemuiku. Kepada Andari ia ber- dan hebat mesti aku kerjakan. Se- kucil di depan Suwitri dan kawan yang pertama adalah belajar ke Remaja di hadapanku menun- pesan, tak ingin bersua denganku mua karyawan sudah terbiasa de- kawannya yang begitu lincah ber- luar negeri, menjadi seorang ilmu- duk lesu. Remaja yang belum ya- karena semua itu hanya akan mem- kin bahwa aku telah mengambil buatnya bersedih, cuma akan me- ngan pekerjaan-pekerjaan rutin bahasa asing, energik, penuh vita- wan. Namun keberuntungan keputusan berhenti menjadi guru. marahkan luka. mereka. Maka hari-hari pertama litas dan daya saing yang begitu menggiringku ke sudut lain. Aku aku justru merasa kesepian di te- tinggi. Kubayangkan di otak mere- dibentuk oleh keadaan untuk men- "Benar Bapak akan berhenti?" Kupikir, biarlah terjadi apa yang ngah hiruk pikuk pegawai yang si ka selalu berputar-putar rencana jadi seorang pengusaha. Dan itu mah dirawatnya bersih, jauh lebih "Kau pasti sudah mendengar se- semestinya terjadi. buk bekerja. Aku belum untuk mendatangkan semakin ba terjadi tidak sekaligus, tapi apik ketika aku mengurusnya. Ada sepenuhnya menghilangkan suasa- nyak wisatawan, komisi dan keun- perlahan-lahan. Setapak demi se- beberapa pohon yang baru dita- na sebagai seorang guru yang ber- tungan yang bertumpuk-tumpuk. tapak. Kau pun akan mengalami nam dan tanahnya masih basah. diri di depan kelas. Aku tiba-tiba merasa sebagai se- hal yang sama. Persis ama. Ketika aku masuk ruang depan, Suwitri memang sales yang he- buah sekrup kecil dalam mesin Percayalah." ada dua surat untukku. Satu dari bat. Ia mengarahkan Kelumpu yang begitu besar. Sungguh berbe- Kelumpu Cottage, penginapan Cottage sebagai tempat untuk me- da dengan ketika aku jadi guru. katakan dan diinginkannya. Aku Bandung. Bagiku ini bukan cuma Aku mengikuti saja apa yang di- Triniti di Australia dan dari Naja di dengan 35 kamar, sebenarnya pu- nyelenggarakan perkawinan bagi Aku menemui kebebasan meref- seperti seekor keledai yang berse- sebuah kebetulan, tapi keajaiban. nya hari depan sangat bagus. Tem- orang asing yang ingin menikah di leksikan diri dengan anak-anak. Di dia dihela ke mana saja. Aku ber- Bagaimana mungkin surat dari dua patnya yang di pinggir kolam, di Bali. Mereka berlibur sambil meni- depan kelas aku bebas berakting pikir, tidakkah aku mulai kehilang- sahabat datang bersamaan? "Bapak sudah bosan menjadi dibanding penginapan lain. Berun- bil berlibur. Biro perjalanan Ken- ku mendengar apa yang terlontar pun tepi pantai, merupakan kelebihan kah atau boleh jadi menikah sam- untuk membuat anak-anak terpa- an jati diriku? Namun bagaimana guru? tunglah Suwitri bisa memiliki sepa- cana Tour yang mengurus semua dari mulutku. Kata bosan membuatku kaget. ro penginapan ini. nya. Mulai dari mempersiapkan Ternyata masing-masing punya pe- Di Kelumpu Cottage aku justru Jika kini akhirnya aku memutus- tempat upacara di Kelumpu, pen- semakin kerdil. nilaian tersendiri mengapa aku kan mengelola Kelumpu, tidakkah deta, keperluan gereja, dan petu- berhenti. Mungkin cuma keluarga- itu berarti aku semakin memper- gas Catatan Sipil. Lalu dari Denpa- witri ketika aku mulai menyampai "Itu hal biasa, Nengah," ujar Su- ku, Naja dan Suwitri yang tahu kokoh keberuntungan Suwitri? persis mengapa aku berhenti jadi Dan aku sendiri tak lebih dari seo- sar mereka diajak ke Kelumpu dan kan keluhan bahwa aku tak cocok guru. Tapi lambat laun toh segala- rang karyawan. Namun motivasi Sudah banyak pasangan asing yang inapan. "Lama-lama engkau akan pesta berlangsung sangat meriah. menjadi seorang manajer peng- nya akan jelas. Suwitri bahwa kelak kami akan menikah dan berlibur di Kelumpu. paham. Kuumpamakan kamu se- Ia mengangguk dan mengucapkan muanya dari Andari dan Bu selamat malam. "Saya sungguh sedih jika Bapak benar-benar berhenti mengajar," katanya langsung, begitu ia duduk. "Dari mana kau tahu?" Tantri." "Ya, sudah. Tapi saya belum percaya. Benar Bapak akan berhenti?" "Benar," sahutku pendek. Dirpa diam sesaat. Boleh jadi ia "Andari. Tapi saya tak percaya belum percaya apa yang didengar- sebelum mendengar langsung dari Bapak." Semakin yakin aku di mana sela- ma ini aku berdiri. Aku terharu karena murid-muridku mencintai aku. "Kau juga bertemu Bu Tantri?" Dirpa diam. Tapi bisa kuraba kalau ia bersua Bu Tantri. "Ya," ujarnya dengan sangat ber- at. "Tapi Bu Tantri minta agar saya tidak mengatakannya pada nya barusan. EMPATBELAS aku harus mengikuti keinginan-keinginan Suwitri agar aku tahu ke mana sebenarnya kini arah yang tengah kutuju. aku mencetak folder tentang infor- Maka ketika ia meminta agar masi Kelumpu Cottage ke Denpa- sar, aku mengiyakannya saja. "Ini salah satu usaha kita berpromosi," katanya. "Ini cara (Bersambung) 7 MINGGU, 2 FEBRU Per 0 ari itu suasana kel Hailiputi mendung ditambah dengan waja mereka yang masam ka dak siap menghadapi yang akan diadakan H Tiba-tiba masuklah gur matika kami yang terk ling killer di sekolah Tanpa bicara sepatah k ia segera membagika soal yang harus kami ke Vivi yang terkenal pintar di kelas kami k tenang menjawab s yang diberikan. Sedan nya ia mengerjakan s Si Bur Dahulu, di sebuah d dua orang beradik yang hidupnya dan damai. Kedua oran panggil si buta dan si bu karena keduanya mem cacad. Yang satu buta da satunya lagi pungg bungkuk. Pekerjaan s dan si bungkuk menger Pada suatu hari, agak zeki mereka agak bany hingga mereka bersepa tuk membeli makanan y at, karena telah lama mereka tidak makan ma yang lezat. Setelah sampai di warung makan, mereka beli daging. Kemudian dan si bungkuk beristir bawah pohon yang ri Mereka melepas lelah d kan daging yang merek Rupanya si bungkuk m nyai hati yang jahat olel na si buta tidak dapat m maka diberinya si buta yang keras dan alot. S nya si bungkuk makan h reng yang empuk dan g "Toko MUSIK rock memang menjadi bagian dari "ke para kawula muda. Di De khususnya, musik yang a caci oleh generasi tua ini jadi sudah membumi. D kian kali pagelaran rock y lenggara di Denpasar, kali pula diserbu dan dike massa yang hampir sem terdiri dari kawula muda Membicarakan gebyar rock di Denpasar seperti gaknya terasa kurang le tanpa menyertakan sosok rock" Ida Bagus Tedja. So khusus diangkat kali ini, bagai suatu pernyataan bung, karena yang bersang telah pergi untuk se lamanya. Ida Bagus T menghembuskan nafas te pada Minggu (26/1) setela juang melawan berbagai kit yang diidapnya selam Meninggalkan seorang ist empat anak, sosok bertar serem tetapi penuh hum memang banyak menyisak nangan. Terutama, ken buat perjalanan musik r Denpasar. Serasa tak berle jika dikatakan bahwa soso Bagus Tedja adalah sosok terlanjur akrab dengan per massa, dan panggung musi di Denpasar. Narasu Perjalanan hidup Ida Tedja, serta potret pribad persis seperti identitas rock itu sendiri: penuh mika, keras tetapi iraman las. Tedja, yang pernah k Eropa sembari mengamati liku musik rock di sana ini, tidak begitu mahir bermain sik tetapi fasih berbicara m Ia secara tidak langsung se guhnya adalah seorang m musik, komentator, sekalig forman atau narasumber BELAJAR -Tampak siswa- pelajaran di dalam kelas. 2cm Color Rendition Chart