Tipe: Koran
Tanggal: 1995-10-08
Halaman: 02
Konten
4cm HALAMAN 2 Perintis Bali Post Pengemban Pengamal Pancasila Pemimpin Umum/Pemimpin : K. Nadha Penanggung Jawab K. Nadha Wakil Pemimpin Umum/Redaksi/ Penanggung Jawab : ABG. Satria Naradha Wakil Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab : Widminarko : Made Naríana B. Ashrama Redaktur Pelaksana Bag. Redaksi Djesna Winada, Surawan, Gde Nym. Suryawan, Made Sumendra, Gde Suyadnyana, K. Abinawa, Agus Talino, Nym. Wirata, Alit Susrini Kantor Redaksi: Jl. Kepundung 67A, Denpasar 80232. Telepon: 238582- Fax: 227418 Teleks: 35191, Alamat Surat: 2-238239 P.O. Box: 3010 Denpasar 80001 1. Perwakilan Bali Post Jakarta, Iklan: Dinar Building L g Lantai III, Jalan Raden Saleh Raya No. 4, Jakarta 10430, Telepon (021) 390 3091, 390 3092. Bag. Redaksi Jl. Martapura 1B Telp. (021) 3905330. NTB: JI. WR Supratman 22A Telp. (0364) 32737 Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 005/SK/ Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 24 Oktober 1985, Anggota SPS-SGP Penerbit: PT Ball Post. Anggota Redaksi: Denpasar: Agustinus Dei, Dwikora Putra, Dwi Yani, Ida Bagus Geriawan, Legawa Partha, Nyoman Mawa, Nikson, Palgunadi, Ida Bagus Pasma, Made Sugendra, Sri Hartini, Nengah Srianti, Wayan Suja Adnyana, Komang Suarsana, Made Sueca, Nyoman Sutiawan, Wayan Sudarsana, Wayan Suyadnya, Wayan Glanyar: IB Alit Sumertha, Bangli: K. Wirya. Karya, yan Suana, Yogyakarta: Suhar Daniel Fairi, Singaraja: Made Tirthayasa, Amlapura: Wavpura: Tabanan: Gusti Alit Purnatha, Negara: Edy Asri, to, Jakarta: Muslimin Hamzah, Bambang Hermawan, Sahrudi, Alo- sius Widhyatmaka, Dadang Sugandi, Surabaya: Endy Poer- wanto, Bambang Wiliarto, NTB: Agus Talino, Izzul Kairi, Ryanto, Rus- lan Effendi, Nur Haedin, Siti Husnin, DP Raka Akriyani, NTT: Hilarius Laba, Wartawan Foto: IGN Arya Putra, Djoko Moeljono. Pemimpin Perusahaan Sekretaris Umum Manajer Iklan Manajer Sirkulasi Bagian Iklan 80232 80232 ABG. Satria Naradha Retno Endah Sada Kariawan, Kariadi Suryantha, Oka Wipraja : Jl. Kepundung 67 A, Denpasar Bagian Iklan Telepon: 225764 Fax: 227418 Teleks: 35191 Senin s.d. Jumat 08.00-19.00 Sabtu 08.00-13.00 Minggu 08.00-19.00. Tarif Iklan: Iklan Mini: minimal 2 baris makimal 10 baris, perbaris Rp. 5.000 Iklan Umum: Rp. 6.000 per mmk. Iklan Keluarga/Duka Cita: Rp. 5.000 per mmk. Iklan Warna: 1 warna Rp. 6.500, 2 warna Rp. 8.500, 4 warna Rp. 9.500 per mmk. Pembayaran di muka, iklan mendesak untuk dimuat besok dapat diterima sampai pukul 19.00. Bagian Langganan/Pengaduan Langganan : Jl. Kepundung 67 A Denpasar 80232. Telepon: 225764 Pager Telepon: 139, 234139. Fax: 227418. Harga Langganan: Rp 12.000 sebulan. Pembayaran di muka. Harga eceran Rp 700. Terbit 7 kali seminggu. Rekening BRI Denpasar Rekening BDB Denpasar Rekening BCA Denpasar Rekening Bank Seri Partha 31-45. 1065.4 173.804 040-30-07061-8 Rekening Bank Aken Denpasar: 900601028 Rekening BUN Denpasar : 0274000384 : 071 000567.7 Setiap artikel atau tulisan yang dikirim ke Redaksi hendaknya ditik dengan dua spasi (spasi rangkap) ISSN 0852-6515 SOROT Bali dan Paham "Me-too-ism" Jepang SALAH satu karakteristik penting wisatawan Jepang adalah perilakunya yang senang bepergian secara berkel- ompok atau ikut-ikutan. Kalau ada orang Jepang pergi ke Hawaii atau Thailand, yang lain ramai-ramai juga ke Hawaii atau Thailand. Kalau ada yang membatalkan kunjungan ke Bali karena isu kolera, yang lain ramai-ramai batal. Penulis pariwisata Jepang Jim T. Moritani ketika berbicara dalam konferensi PATA di Selandia Baru, April lalu, menyebutkan bahwa perilaku wisatawan Jepang itu adalah refleksi sifat "me-too-ism" alias "aliran aku juga". Wisatawan Jepang merasa lebih aman bepergian dalam grup daripada sendiri-sendiri, apalagi untuk tujuan baru. Ala- sannya sering dianalogikan dengan aktivitas menyeberang jalan: melakukannya ramai-ramai lebih aman daripada sendi- ri. Selain itu, wisatawan Jepang senang berlibur secara ber- kelompok untuk mendapatkan kawan. Liburan bisa meru- pakan salah satu cara untuk bertemu dengan orang-orang (baru) yang baru dikenal saat itu. Warga Jepang usia lanjut senang sekali berlibur melalui kapal pesiar, karena dalam kapal mereka bisa bertemu kawan dan bercakap-cakap dalam waktu lama, selama pelesir. Mereka dapat mengusir rasa sepi tatkala berlibur. Perilaku "aliran aku juga" orang Jepang ini bisa berar- ti positif dan juga negatif. Tergantung bagaimana pihak- pihak berkepentingan, misalnya biro perjalanan, meman- faatkan perilaku itu. Sekali promosi destinasi wisata baru berhasil, orang Jepang akan ramai-ramai datang. Bali sudah pernah membuktikan hal ini. Menjelang maskapai penerbangan Jepang, JAL (Japan Airlines), datang ke Bali April 1994, di seluruh Jepang ada promosi besar tentang Pulau Dewata sebagai tempat yang indah di selatan. "Me-too-ism" waktu itu membuat "booming" wisatawan Jepang ke Bali. Ketika itu fasilitas hotel, transportasi, atraksi wisata penuh dan padat serta tidak kuasa me- nampung permintaan wisatawan Jepang yang tumpah ke Bali, Hal ini terjadi antara April 1994 hingga akhir tahun. Awal tahun 1995 isu kolera meledak. Perilaku "aku juga" memberikan dampak negatif yang luar biasa. Banyak wisatawan Jepang ikut-ikutan membatalkan rencana kun- jungannya ke Bali. Biro perjalanan yang dulu ikut-ikutan menjual Bali, setelah isu kolera meledak ikut-ikutan mema- sukkan brosur Bali ke laci mejanya. Dampaknya, kunjun- gan wisatawan Jepang ke Bali semester pertama tahun 1995 ini anjlok total. Hotel-hotel "spesialis" Jepang kosong, objek wisata favorit Jepang sepi, artshop khusus Jepang juga len- gang. Pemandu wisatawan Jepang terpaksa banyak yang istarahat, sesuatu yang tidak pemah dirasakan sebelumn- ya. Kesadaran "me-too-ism" memberikan reaksi sosial yang sangat kuat. Ketika berita kesedihan wanita Jepang kawin dengan "le- laki Bali" meletup awal September lalu, di Jepang, banyak yang khawatir jangan-jangan berita itu juga mendapat reak- si kolektif yang serius. Kalau ya berarti orang Jepang tidak menganggap kegagalan perkawinan itu sebagai masalah pribadi tetapi sebagai masalah sosial. Ujung masalah ini bisa mendera citra pariwisata Bali secara umum. Antipati kolektif pada Bali bisa saja muncul. Wisatawan Barat, seperti Aus- tralia, Selandia Baru, Amerika, ada juga yang kecewa kawin dengan pasangan yang ditemukan di Kuta, Ubud, tetapi masyarakat Barat cenderung menganggap hal itu sebagai masalah pribadi. Sejalan dengan berkembangnya peradaban global, kebiasaan "me-too-ism" wisatawan Jepang dalam wak- tu yang akan datang mungkin akan berubah. Banyak wisatawan Jepang, terutama kelompok usia muda mulai berlibur secara individu. Kalau pun mereka berkelom- pok, biasanya tidak dalam jumlah besar. Mereka adalah orang-orang "modern" yang merasakan bahwa berkel- ompok bukan lagi sesuatu yang efektif dalam berlibur. Akan tetapi, warga Jepang yang berlibur tidak melulu anak muda. Masih banyak warga Jepang yang berasal dari pedalaman jauh dari megapolitan Tokyo, Osaka, dan sebagainya-yang juga merupakan calon wisatawan potensial. Pada kelompok ini, watak "aku juga" alias "me- too-ism" masih sangat kuat. Dalam mempromosikan Bali di hadapan warga Jepang, karakter "aku juga" alias "me-too-ism" ini sangat penting dike- tahui. Strategi promosi secara kolosal barangkali bisa lebih efektif dalam menggugah keinginan kolektif daripada pro- mosi kecil-kecilan, atau orang per orang. Promosi kolosal lebih pas dengan watak "aku juga". Selain itu, Bali sebagai destinasi wisata yang pemah sangat favorit bagi Jepang harus bisa menjaga stamina sehingga membuat orang Jepang bisa ikut-ikutan ke Bali. Di lain pihak, Bali harus bisa mencegah timbulnya hal-hal negatif yang membuat orang Jepang ikut-ikutan tidak datang ke Bali. Bagaimana pun, Bali harus memetik keuntungan dari perilaku "me-too-ism" orang Jepang. • darma putra Bali Post FENOMENA Lesu Pascaisu Kolera Minggu Kliwon, 8 Oktober 1995 Mereka bukan Orang Bali ADANYA berita dari salah satu koran di Jepang beberapa waktu lalu, SOAL kolera sudah lama berlalu, tetapi perkembangan artshop. Maskapai penerbangan, jinan. Kedai seni di Kuta, Ubud, rilaku "aku-juga" atau "me-too- yang mengatakan hampir sebagian besar wanita Jepang yang menikah kedatangan turis Jepang masih kurang menggembirakan. Data garuda, JAL, JAA yang melay- dan di beberapa tempat lainnya ism". Mereka gampang terpen- dengan lelaki Bali sangat menderita. Bahkan disenyalemen lelaki Bali yang ada menunjukkan, bahwa pada bulan Juli 1994 ani jalur Jepang-Bali juga repot harus rela membayar kepada biro garuh dan menjadi ikut-ikutan menikah hanya karena materi, artinya laki Bali itu hanya menginginkan perjalanan sejumlah uang yang (Baca: Sorot, hal. II) dalam men- duit dari wanita Jepang itu saja. Benarkah sinyalemn seperti itu? Isu kolera di Bali kerap mun- membawa tamu ke kedai itu, ter- gambil keputusan dalam memil- Adanya kecenderungan keinginan laki-laki Bali menikah dengan wanita wisatawan Jepang yang datang langsung ke Bali berjumlah menghadapi kondisi buruk itu. 20.590 orang. Sedangkan untuk bulan yang sama tahun 1995, cul tetapi tahun ini memberikan lepas dari apakah wisatawan itu ih destinasi liburannya. Dalam Jepang, memang benar salah satu faktornya karena wanita Jepang lebih jumlah itu hanya mencapai 8.963 orang. Penurunannya dras- dampak yang paling serius dan berbelanja atau tidak. Kalau satu dampaknya yang negatif, mudah mengeluarkan uang dibandingkan dengan tamu-tamu asing lain- tis sekali. Selain karena gempa bumi Kobe, juga karena isu panjang. Merosotnya kedatangan bus berisi 40 turis Jepang, sebuah wisatawan Jepang dengan mudah nya. Para wanita Jepang bila berwisata ke Bali, sepertinya jarang mem- kolera yang merebak awal tahun ini dan terasa akibatnya sam- wisatawan Jepang itu sangat tera- kedai seni yang mau, bisa men- terpancing isu kolera di Bali se- perhitungkan jumlah keuangannya. Hal itu diungkapkan Ketut Suarta (27), sa dibandingkan pertumbuhannya geluarkan paling sedikit 60 dolar jak awal tahun ini. Mereka ikut- pemilik usaha surfing di Kuta. "Mereka sangat royal mengeluarkan uang pai sekarang. yang meroket pada masa-masa se- AS (1,5 dolar AS per orang) ke- ikutan enggan datang ke Bali. bila diajak berbelanja," katanya. Tetapi keroyalan itu, kata Suarta, bukan "Peningkatan kedatangan gas Suryawan. belumnya. Ketika masa manis pada biro perjalanan. Kalau Ketika pasar Jepang anjlok, aki- berarti royal terhadap semua orang yang baru dikenalnya. Keroyalan mere- wisatawan Jepang mulai terasa Pengamat pariwisata yang pangsa pasar wisatawan Jepang wisatawan itu tidak berbelanja batnya keras sekali. Banyak ho- ka adalah bila membeli barang-barang untuk keperluannya, misalnya saja tetapi lamban sekali," cetus IGB tinggal di Jakarta, Arifin Hu- terjadi, bisnis pariwisata di Bali itu risiko artshop. Kalau tel rugi, kedai seni sepi, porter untuk oleh-oleh keluarganya di Jepang. Keroyalan tamu Jepang itu juga diakui Putu Panca Jaya, seorang guide Yudhara, Ketua Asita Bali. Hal tabarat berpendapat, bahwa terutama yang bersangkut-paut wisatawan berbelanja maka pe- di bandara gigit jari, dan pramu- yang sama juga disampaikan I masalah kebersihan, higienis, dengan wisatawan Jepang ber- milik artshop harus mengeluar- wisata "cuti" dari pekerjaan. Jepang di kawasan Sanur. Menurutnya, keroyalan itu bukan berarti suka Made Suryawan, Director of sanitasi, dan lain-lain termasuk mekaran. Biro perjalanan khusus kan komisi kepada biro perjalan- Dalam kasus yang sama, memberikan uang kepada setiap orang yang dikenalnya, "Kalau untuk Sales, Bali Hilton Internasional. keselamatan serta keamanan Jepang bermunculan, artshop juga an. Tentu hanya artshop besar wisatawan Barat bisa jadi kurang guide mereka tidak royal, karena mereka berprinsip guide itu sudah diba- "Ada peningkatan, tetapi jauh wisatawan di Bali harus menda- bertambah, restoran khusus yang bisa berlaku demikian, se- terpengaruh karena mereka leb- yar sebelumnya. Sedangkan mereka royal dalam membeli barang-barang dari booming yang pernah terja- pat perhatian prioritas. "Upaya- Jepang juga banyak berdiri. Begi- dangkan kedai seni kecil yang ih yakin pada diri sendiri daripa- untuk keperluan oleh-oleh," paparnya. Bahkan, kata dia, tamu-tamu Jepang di sebelum kolera," cetus upaya kualitatif seperti itu harus tu pula karaoke. Hotel dengan tidak berani sulit akan mendap- da keinginan untuk meleburkan khususnya yang wanita itu, tidak jarang harus menghentikan kendaraan di Suryawan. Untuk itulah, Yudha- dilaksanakan sehingga krisis bisa model Jepang dan menampung atkan tamu, padahal mereka in- diri pada arus umum. lalu. ra berpendapat perlu dicarikan terobosan promosi yang mujarab sehingga pertumbuhan wisatawan Jepang pulih kembali seperti masa jayanya tahun-tahun Yudhara menyebutkan pelu- ang promosi bagus untuk Bali dalam menggaet Jepang terbuka bulan November ini di Osaka. Di kota itu, JATA (asosiasi biro per- jalanan Jepang) akan menggelar bursa wisata. "Kesempatan ini harus dimanfaatkan," ujar Yudhara lagi. Beberapa kali be- lakangan ini berbagai promosi termasuk dari tim kesenian Bali yang dipimpin Gubernur Bali Ida Bagus Oka sudah berpromosi ke Jepang. Promosi memang hal penting, demikian pendapat Suryawan, tetapi yang tidak kalah penting- nya adalah usaha memelihara stamina Bali dalam menyambut wisatawan Jepang. "Kalau pro- mosi, pihak Jepang pun bisa mempromosikan Bali, tetapi ka- lau masalah kebersihan, sanita- si, dan fasilitas terkait lainnya itu tugas kita di Bali. Kalau ini tidak dijaga isu kolera yang merugikan bisa saja muncul kembali," te- tengah jalan yang mengatarkannya ke suatu tujuan wisata, hanya sekadar tercegah. Krisis kolera, walaupun wisatawan Jepang secara dominan gin karena yakin bahwa turis Apapun yang terjadi, pangsa untuk berbelanja. "Di samping itu, mereka tidak cerewet berbelanja, jarang khusus terjadi pada wisatawan juga muncul. Hotel-hotel di Nusa Jepang berkantong tebal. pasar wisatawan jepang yang melakukan tewar menawar," katanya. Menyinggung keroyalan wanita Jepang memberikan uang kepada laki- Kedua, ekses melemahnya tr- besar membuat berbagai pihak Jepang, adalah contoh soal," ujar Dua juga banyak yang merenova- Arifin Hutabarat, pelaksana Bali si kamar dan kamar mandinya se- adisi memandu wisatawan secara terus ingin merebutnya. Menurut laki yang menjadi teman kencannya, Panca Jaya mengatakan, tergantung memenuhi selera kultural. Seorang manager biro penulis pariwisata Jepang, Jim T. si wanita Jepang itu. "Walaupun secara umum mereka royal, tetapi mere- Nittoh Marathon (khusus hingga wisatawan Jepang) sejak tahun wisatawan Jepang. perjalanan di Kuta pernah men- Moritani, dalam makalah ber- ka tidak mudah mengeluarkan uang begitu saja untuk ternan kencannya 1978 di Nusa Dua. Jumlah pemandu wisata berba- yampaikan, wisatawan Jepang judul "Structural Changes in the yang baru," katanya. Terlalu cepatnya percaya pada orang inilah, menurut Panca, sering Data-data yang disodorkan hasa Jepang juga melonjak luar yang senang bergrup, berkelom- Japoanese Travel Industry" (dis- Arifin Hutabarat memang biasa. Berdasarkan data yang pok, cenderung kurang tertarik ajikan dalam konferensi PATA, disalahartikan oleh mereka terutama yang kerjanya serabutan. Artinya, menunjukkan penurunan luar bi- dikeluarkan Diparda Bali 1994, pada kesungguhan atau kedala- April 1995 di Selandia Baru), mereka yang kerjanya sebagai pemberi kenikmatan para tamu Jepang. asa pada kedatangan wisatawan jumlah pemandu wisatawan man informasi kultural tentang jumlah warga Jepang yang ber- Hal itu kadang digunakan kesempatan untuk memeras tamu Jepang itu. Jepang. Perbandingan bulan per Jepang tahun 1995 mencapai 1190 suatu hal yang dilihatnya. Bi- libur ke luar negeri mencapai 13 "Tetapi yang suka memeras itu kebanyakan tidak jelas asal-usulnya, dan orang (119 di antaranya wanita). asanya seorang wisatawan eng- juta orang per tahun. Dewasa ini manusia seperti itu banyak ditemukan di gang-gang di Kuta. Syukumnya bulan bisa meyakinkan hal itu. Pada bulan Januari, isu kol- Jumlah itu hampir separuh dari gan untuk menjadi kritis dalam Indonesia baru mendapat sekitar mereka sebagian besar bukan penduduk asli Bali," ujarnya. era belum santer dan ada liburan total 3699 jumlah pemandu wisa- suasana kolektif dibandingkan 350-an ribu orang. "Kalau saja Tahun Baru, total wisatawan ta semuanya di Bali tahun 1995. kalau mereka dalam suasana in- kita bisa menggaet 10%, itu Jepang ke Bali berjumlah 12.097 Jumlah itu tentu belum termasuk dividual. Wisatawan Jepang yang sudah luar biasa. Berarti ada 1,3 orang. Bulan Februari melonjak yang di luar anggota Himpunan datang dalam grup dan memiliki juta," ujar Toto K. Sugiharto, ke angka 17.097 orang. Bebera- Pramuwisata Indonesia (HPI) waktu liburan yang terbatas, mantan Manager Garuda Indone- pa orang dari ribuan wisatawan Bali. Sebab, di luar HPI ada ban- sering menargetkan untuk meli- sia Jepang-Korea. Angka itu tampaknya masih Jepang itulah yang kabarnya yak pramuwisata yang belum hat sebanyak mungkin daripada terkena kolera, sehingga beritan- memiliki lisensi yang bisa menda- mengetahuinya sedalam mu- jauh. Apalagi dewasa ini, ketika ya meledak, membuat kunjungan pat uang jasa dari wisatawan ngkin. Hal ini pelan-pelan mem- "sisa-sisa dampak kolera" masih wisatawan Jepang bulan Maret Jepang. Semua ini berarti, ada buat seorang pemandu wisata terasa, toh pengusaha tidak mau 1995 anjlok 50% lebih, yakni banyak orang yang mendapatkan enggan memperdalam kemam- tinggal diam, karena potensi 13 menjadi 8.252 orang. Bulan April pendapatan dari meledaknya pasar puannya dengan berbagai penge- juta orang per tahun besar seka- jak ke sebuah pub. Di pub inilah, dia mulai melakukan transaksi sampai tahuan kultural dan sosial. li. Adakah komponen pariwisata jumlah kunjungan meningkat wisata Jepang. Ketiga, ekses fluktuatif pasar di Bali berpikir biar lambat sedikit dibandingkan Maret, teta- pi Mei anjlok ke angka 5.591 or- yang keras. Wisatawan Jepang (kenaikan kedatangan wisatawan ang. Banyak orang bingung. Biro yang senang bepergian secara Jepang) asal selamat dengan cara perjalanan panik, hotel banyak berkelompok memiliki sikap melakukan peningkatan kualitas yang rugi, restoran khusus reaktif yang sosial sifatnya. untuk mencegah terulangnya isu Jepang juga gigit jari, begitu juga Sikap tersebut tercermin dari pe- merugikan? (dap) Meledaknya wisatawan Jepang berkunjung ke Bali se- bagaimana biasa menimbulkan berbagai ekses. Pertama, ekses perang tarif atau komisi pada pengusaha penjual barang kera- Lika-Liku Wisatawan Jepang Asal Ada Uang, Pintu Neraka pun bisa Ditutup tadinya porak-poranda akibat kalah perang itu bangkit kembali. Malah dalam periode lima tahun setelah be- berapa kotanya dijadikan puing ak- ibat pemboman AS, Jepang telah menyatakan dirinya mencapai masa tinggal landas. Ajaibnya, 25 tahun kemudian, tepatnya tahun 1975, Jepang telah menjadi raksasa ekonomi Asia yang segera siap menuju salah satu adidaya ekonomi dunia Hal senada juga diungkapkan Suarta. Dia memang pernah men- gencani tamu Jepang. Dia juga heran Jepang yang telah terkenal den- gan ilmu pengetahuannya, tetapi para wisatawannya sangat mudah percaya dan agak penurut. "Kenal dua hari saja, gelagat kita baik, mereka langsung dah menjadi percaya pada kita," ujar pria asal Karan- gasem ini. Di Sebuah Pub Keisengan laki Bali juga diakui Joni, yang setiap malamnya bermar- kas di Popieslane (gang popies). Dia mengakui paling berkesan berken- can dengan wanita Jepang. Dia berkenalan dengan wanita Jepang pagi hari. Setelah diajak berkeliling ke objek-objek wisata, tamu itu ingin dia- akhimya berlanjut ke tempat tidur. "Setelah saya menyelesaikan tugas di tempat tidur, dia sampai berani memberikan saya uang satu juta rupiah, tumben saya mendapat bayaran sebesar itu," katanya. Sejak itu, pria asli Madura ini mengatakan keinginannya berkencan dengan tamu Jepang menjadi tinggi. "Saya berusaha memilih tamu Jepang dibandingkan tamu lainnya," katanya. Di samping uang lancar mengalir, katanya, tamu jepang itu mudah di peralat. "Saya heran, padahal negeri Jepang kan terkenal dengan kemajuannya, tetapi kok ada yang mudah diperalat seperti itu," katanya. Namun dia membantah jika selama berken- can dengan tamu Jepang sampai memeras. Peralat yang dilakukan sepan- jang di antara mereka ada rasa suka sama suka. "Sebelum kencan, saya lihat dulu orangnya. Kalau dia agresif, baru kita lebih agresif dalam segala hal," katanya. Demi Gengsi Ketika ditanyakan niatnya untuk menikah dengan wanita Jepang, gap aneh dan menjengkelkan bagi aktif untuk menangani wisatawan dari kitarnya. Sebab sejak pertengahan Joni mengatakan, hal itu pernah terlintas di pikirannya. Keinginan- wisatawan asing yang mempunyai mancanegara di luar Jepang. Di samp- 70-an hingga 80-an daerah itu dijadi- nya menikah dengan wanita Jepang yang sering berkunjung ke Bali, latar belakang budaya berbeda. ing itu, banyaknya orang Jepang yang kan objek wisata seks, sehingga bagi karena setiap ke Bali selau menjadi "langganannya". "Saya pernah Tampak Royal ikut rebutan berusaha di Bali dalam masyarakat yang tidak ikut terlibat mengajak dia nikah, tetapi ia mengajukan beberapa syarat," katanya. Dari pandangan masyarakat berbagai usaha dengan alasan mem- diangap mencemarkan nama baik Syarat yang menurut Joni sulit dilakukannya. Di antara syaratnya itu awam, wisatawan Jepang dianggap berikan pelayanan yang baik, mem- wilayah. Dramatisnya, meskipun adalah Joni harus bersedia tinggal di Jepang dan menjadi warga Jepang sangat royal membuang-buang duit. buat para pengusaha peribumi kalah sebuah penginapan bentuk bunga- untuk selamanya. Pada awal kedatangannya hingga bersaing. Ini menimbulkan kesan, low yang dulunya digunakan tem- "Terus terang saya ingin menikah dengan wanita Jepang, ingin menaik- pertengahan 80-an, pandangan terse- nyaris semua yen yang dikeluarkan pat operasi maksiat telah tiada. Na- kan gengsi keluarga. Siapa tahu setelah itu saya bisa jadi kaya," katanya but ada benamya. Ini menyebabkan wisatawan Jepang, karena para man- mun nama Semawang tetap tersenyum. Dia berani berkata demikian, setelah melihat beberapa teman- banyak pihak ikut rame-rame ingin tan tour leader dan para pengusaha berkibar. Sebab dalam perkemban- nya yang kini sukses setelah menikah dengan orang Jepang. Bahkan, menikmati rezeki yang dibagi-bagi Jepang lainnya telah menebarkan jar- gan selanjutnya di beberapa raumah mereka telah memiliki rumah cukup mewah di kawasan perumahan Kuta Santa Klaus dari negeri Sakura itu., ing-jaringnya. Termasuk toko-toko di sekitar tempat itu digunakan tem- Permai. Tetapi dia juga merasa kasihan, karena wanita Jepang itu, kini Perkembangan jumlah kios-kios kesenian, restoran dan hotel-hotel te- pat menampung wanita penghibur dianggapnya seperti budak saja. Setiap hari, kata Joni, yang wanita selalu kerajinan, artshop, dagang acung, lah atau sedang dibangun. Kemudi- yang sebagian besar datang dari luar disuruhnya menjaga artshopnya di Kuta. Sedangkan dia sendiri (suamin- nia II bangkit kembali harga dirin- guide, hingga mucikari dan wanita an sering dengan era pasar bebas yang Bali. Ini tetap berlanjut hingga kini, ya-red) diam ongkang-ongkang kaki di rumahnya. ya. Ini dicerminkan dengan sikap penghibur (WTS) pun marak. Be- segera dimulai, dengan alasan SDM, meskipun kegiatan wisata seks tur- Termotivasi keadaan itulah, Joni juga berniat akan mencari gadis Jepang. dan perilaku para wisatawan Jepang, lum lagi jumlah perusahaan per- para guide Jepang pun akan menye- is Jepang telah mengendur akibat Setelah pemikahannya nanti, dia berniat untuk tinggal sementara di Jepang yang pada awal kunjungannya ke jalanan yang mengkhususkan diri marakkan pariwisata Bali. protes-protes yang dilakukan pemer- sambil belajar bisnis. Bali kebanyakan dari paruh baya ke untuk melayani wisatawan Jepang Nite Tour intah Filipina terhadap pemerintah Motivasi lain Joni menikah dengan wanita Jepang adalah keinginan- atas, bila berapa di tempat-tempat tumbuh bagai jamur di musim hu- Mungkin karena kebiasaan ker- Jepang di awal tahun 80-an. Akibat nya untuk mempunyai keturunan Indo. "Terus terang saya ingin sekali umum duduk bergerombol. Bany- jan. ja keras yang kadang-kadang mele- protes itu, konon sebelum berangkat mempunyai anak Indo, terutama dengan Jepang. Soalnya orang Jepang wati takaran, orang Jepang tidak berwisata ke Asia Tenggara, para kan terkenal pintar, siapa tahu anak saya nanti bisa pintar seperti mereka," langsung pulang ke rumah datang wisatawan Jepang diberikan penga- katanya. Mungkin akibat kemajuan yang mengagumkan itu, bangsa Jepang, khususnya para veteran Perang Du- KEDATANGAN turis Jepang ke Bali secara massal terjadi pada pertengahan tahun 70-an. All Nip- pon Airways (ANA), kemudian ker- ja sama antara Merpati Nusantara Airline (MNA) dengan Air Manila International (AMI) dapat dicatat sebagai perusahaan penerbangan pionir, yang mengangkat mereka dari beberapa kota di Jepang ke Bali. Ada yang terbang langsung (non- stop), tapi ada juga yang lewat Ma- nila (Filipina) atau Jakarta. Secara pasti orang tidak tahu, apa yang mendorong generasi massal wisatawan Jepang berkunjung ke Bali yang berkenan tiba-tiba itu? Yang terang, masyarakat Bali, khususnya mereka yang bergerak di bidang pariwisata seperti dipaksa untuk segera menyesuaikan diri den- gan bangsa yang sebelumnya tidak dikenal secara luas latar belakang ak staf hotel menerima complaint Tapi setelah 20 tahun sejak budayanya itu. Sebab bagi kebany- dari tamu asing, khususnya bule, wisatawan Jepang mulai menginjak- akan generasi pascaperang, bangsa gara-gara perilaku aneh yang ditun- kan kakinya secara massal ke Bali, dari tempat kerja. Makan di resto- rahan agar mengurangi tuntutan bi- Alit, remaja asal Singaraja yang sudah lima tahun terjun sebagai Jepang menurut penuturan para or- jukkan wisatawan Jepang. Di samp- kesan royal itu mulai terkikis. Se- ran, lalu minum di tempat-tempat ologisnya di bidang seks. pemandu wisata freelance mengatakan, ia tertarik dengan gadis-ga- ang tua, mereka adalah manusia ber- ing terlalu ribut akibat bicara dan bagai bangsa yang mewarisi budaya yang disebut Nomiya untuk meng- Sebenarnya dengan motto dis Jepang lantaran dirasakan paling susuai dengan kondisinya se- tubuh pendek, berkulit kuning, ber- tertawanya yang lepas tanpa kontrol, Tokugawa yang terkenal efisien hapus tekanan-tekanan mental atau "Wisata Budaya", Bali sejak awal bagai orang Indonesia. Artinya, postur tubuh yang dimiliki gadis mata sipit, yang bila ngomong juga kadang-kadang mereka bercan- (karena terlalu apriori untuk men- kepenatan selama kerja biasa dilaku- Orde Baru telah menyatakan perang Jepang dengan orang Bali tidak jauh berbeda. Karenanya, cinta pun senantiasa membentak-bentak. da dan saling hardik di ruang ma- gatakan pelit) ditambah sumber kan. Tidak jarng kegiatan malam dengan segala bentuk kemesuman tumbuh dengan sendirinya. "Maklum, saya hidup di dunia pariwisa- Kondisi pariwisata Bali yang kan atau lobi hotel. Ada pula yang alam yang sangat minim, secara berakhir setelah keluar dari tumah lewat peraturan daerah. Bahkan se- ta. Namanya saja orang bujangan, kalau dekat dengan gadis ceritanya lesu akibat Revolusi Iran tahun 1972, mendatangi meja tamu asing lain- logika bangsa Jepang bukanlah hiburan (bordil), meskipun para is- tiap hotel di Bali tidak diizinkan akan lain. Jujurnya, saya pikir kencan dengan gadis Jepang lebih baik memang seperti mendapat tonikum. nya dengan jalan sempoyongan bangsa yang royal. Memang kalau tri tidur mendengkur di rumah, kare- mengoperasikan kamar-kamarnya dibandingkan orang Barat," katanya. Merosotnya kunjungan wisatawan karena terlalu banyak minum alko dihitung dari pendapatan per kapi- na yang ditunggu-tunggu lama tidak untuk prostitusi dengan ancaman Alit mengenal gadis Jepang lebih dari lima. Namun, untuk me- Amerika Seriakt, yang sebelumnya hol. Satu hal yang paling sering di- ta, Jepang termasuk deretan terting- datang. sanksi hukum berdasarkan KUHP. langkah ke jenjang perkawinan, Alit masih belum berani. "Wong dia dianggap primadona dan juga jumpai di lobi hotel, kebiasaan me- gi di dunia. Namun itu tidak mem- Kebiasaan seperti ini juga sering Namun fenomena ganjil tetap ber- juga mencintai saya. Munafik kalau ada yang bilang pemuda Bali wisatawan dari negara-negara Ero- naruh kaki di meja sambil biasa den- buat mereka jadi boros. Sebaliknya dilakukan wisatawan Jepang, langsung hingga kini dengan kian mencintai gadis Jepang hanya karena uang semata. Gadis Jepang kan pa Barat, sedikit demi sedikit dilu- gan sesama rekan disertai gelak mereka harus hidup hemat, karena khususnya sejak awal kunjungan berbondongnya para WTS datang ke tidak bodoh. Kalau mereka tidak memberikan cintanya, kencan tidak pakan dampaknya. Hotel-hotel in- nyaring. biaya hidup sangat tinggi, sehingga mereka ke Bali hingga pertengahan Bali, sehingga sebutan Bali sebagai akan terjadi," tambahnya. ternasional yang kala itu bisa dihi- Sering menjadi keluhan bila kearifan berbunyi, Akusen Mi ni tahun 80-an. Anehnya, meskipun Last Paradise atau Saigo no Rakuen Menurut Alit, gadis Jepang juga sering tertarik dengan pemuda Bali. tung dengan jari tangan jumlahnya, wisatawan Jepang ikut dalam acara Trukazu atau Easy come, easy go mereka bersama istri, tanpa berkonotasi negatif, khsusunya di Malah sekali waktu, wanita Jepang yang sudah bersuami pernah meminta dan tadinya turun tingkat penghu- makan malam yang disertai tonto- merupakan hal yang selalu mereka rasa sungkan mereka menyuruh para mata wisatawan Jepang. pada Alit untuk melayani kebututuhan seksualnya. "Kalau mereka tidak niannya, mulai bergairah. Demiki- nan di hotel. Bila tamu asing lain- ingat. istri mereka tinggal di hotel, lalu di- Sulit dipungkiri, hotel-hotel besar bahagia, kan bisa cerai. Mungkin yang ditulis oleh pers Jepang bersifat an pula komponen pariwisata lain- nya berniat mengambil foto, mere- Lalu mengapa wisatawan Jepang antar mucikari mereka melakukan pun, entah sengaja atau tidak merela- sepihak. Dalam keluarga, bahagia dan tidak adalah hal yang lumrah. Apa nya, yang sekan-akan mengalami ka akan memotret dari tempat yang jadi rebutan berbagai pihak hingga nite tour atau yoru kanko. Malah hal kan kamar-kammya sebagai tempat benar, kalau mereka kawin sesama Jepang tidak pemah menderita?" ka- frustrasi akibat sepi aktivitas mulai tidak menghalangi pandangan saat ini? Jawabannya ada dua atau yang kurang lazim itu dibicarakan penyaluran desakan biologis hakiki tanya balik bertanya. bangkit. Tentunya dengan persiapan wisatawan lainnya. Namun tidak lebih. Pertama, karena anggapan di atas bus dalam perjalanan menu- ini. Keberhasilan menembus peratu- Pendapat Alit dibenarkan Kadek M. pemanndu wisata tamatan FKIP mendadak melaksanakan segala jarang terjadi, wisatawan Jepang yang keliru atas keroyalan ju hotel setelah acara nonton kecak ran yang ada, bagi wisatawan Jepang Unud. Menurut Kadek, bercinta dengan gadis Jepang terasa sangat ro- upaya untuk meminimalkan kelu- akan langsung saja ngeloyor ke tem- wisatawan Jepang. Kedua, karena dan makan malam di luar hotel. Para ditanggapi dengan pepatah yang la- mantis, lembut dan mengasyikkan. "Orang Jepang punya adat ketimu- han-keluhan dari wisatawan negara pat yang dikehendakinya, seakan menurunnya jumlah wisatawan istri yang menerima perlakuan sep- zim mereka ucapkan. "Jogoku no ran, tak jauh berbeda dengan Indonesia. Pandangan kita sering sama, Matahari Terbit itu. akan tidak peduli pandangan orang Amerika dan wisatawan dari nega- erti itu, seakan-akan acuh tak acuh, satamo, okane shidai! Pintu neraka makanya lebih mudah menyesuaikan diri," kata Kadek. Perilaku Aneh lain terhalang atau tidak. Bukan han- ra-negara lain, yang keroyalannya sepertinya menganggap hal yang pun bisa ditutup asal ada uang!" Artin- Menurutnya, kasih sayang yang diberikan gadis Jepang juga mirip Kemajuan pesat di bidang ya itu, mereka tidak saja memotret tidak kalah dari wisatawan Jepang. wajar dan biasa. ya, gerbang sorga kiranya lebih gadis Bali. Malah, kalau mereka (gadis Jepang-red) diajarkan tata krama ekonomi yang dilandasi disiplin dan penari yang sedang beraksi, tapi Sebagai bukti lain-wisatawan Dampak kebiasaan wisatawan mudah dibuka, karena para malaikat Hindu, tampak memperhatikan dengan baik. "Tidak seperti orang Barat kerja keras rakyatnya mendorong minta temannya untuk mengabadi- Jepang tidak lagi dianggap wisatawan Jepang ini berpengaruh kurang baik sudah doyan friend chicken dan piz- yang masuk pura dengan busana asal-asalan. Gadis Jepang kalau sudah laju perdagangan Jepang meroket, kan dirinya dengan latar belakang yang paling royal-adalah kembalin- bagi masyarakat Sanur, khususnya za. Tentu masih tetap berkisar pada menjalin hubungan erat dengan pemuda Bali, mereka mau belajar tentang membuat negara dan bangsa yang penari. Tentu saja perilaku ini diang- ya beberapa biro perjalanan secara masyarakat Br. Semawang dan se- masalah doku! • Aridus adat dan budaya kita," tambahnya. (gus/wen/asa) bpm/rtr TATAP KOSONG - Senad Medanovic (25), seor- ang serdadu pemerintah muslim Bosnia menatap kosong bekas rumahnya di Desa Prhovo, Bosnia. la berhasil memasukinya lagi akhir September lalu, setelah pasukannya mampu mendesak mun- dur serdadu Serbia-Bosnia. Sejak bulan Juli 1992, tentara Serbia-Bosnia menguasai wilayah Prho- vo, membantai penduduknya termasuk ibu, kakak, dan adiknya, Senad Medanovic. SHOOT (bpm/rtr) MENANGIS Mary Margaret Fancher (45), seorang penduduk miskin Destin, Florida, menangis saat mengumpulkan sisa-sisa miliknya dari sapuan badai "Opal" yang menerjang wilayah tersebut, Kamis, 5 Okto- ber lalu. Badai ini, di samping mengkandaskan perahu ke pantai, juga membuat kerugian sekitar 1,8 milyar dolar. Kerugian ini tercatat yang ketiga terbesar dalam sejarah AS. DICIUM ANJING - Linda Sumitro, seorang wanita muda Jakarta tampak sedang mendapatkan ciuman dari anjing-anjing kesayangannya saat pulang. Ia mengatakan, 15 anjing yang menjadi miliknya, selalu berperilaku demikian saat ia pulang ke rumah. Linda menghabiskan Rp 350.000 sebulan untuk biaya perawatan dan makanan anjing kesayangannya ini. Minggu Kliwon, 8 Ok Dr. I Ket Jepa MENJADI pakar bah cita-cita yang diinginkan s dalami bahasa dan buday bagai pakar bahasa dan bu tor" diraihnya dalam usia usia 30 tahun di tahun 19 apa dan bagaimana pen Jepang itu terhadap bang jabatan lain yang disand Dekan III Fakultas Sast Seperti dituturkannya ke partiawati di Jakarta. Bagaimana kisahnya seb ga Anda mendalami bahasa kebudayaan Jepang? Sebenarnya bahasa dan k dayaan Jepang yang saya g sekarang ini, awalnya kebe saja. Itu terjadi saat lulus S ketika akan mendaftar di U tuk melanjutkan sekolah. Jun yang saya inginkan sebena ekonomi, tetapi secara tidak gaja formulir yang saya a salah. Blangko pendaftaran saya ambil ternyata untuk s Inggris. Akhirnya, ikut test s Inggris, ternyata tidak lulus. pi masih ada kesempatan a jurusan lain. Akhirnya saya p kan, ambil sastra Jepang. Semula cita-cita And Keinginan saya jadi do tetapi orangtua tidak cukup membiayainya. Akhirnya say lih jurusan ekonomi, kuliah gan tekad kuat, membiayai ah sendiri. Sebelumnya saya janji pada orangtua, kalau kuliah nanti tidak akan men kan mereka. Artinya saya membiayai sekolah sendiri. pi ya itu tadi, karena salah formulir, saya terdampar d tra, yang akhirnya menjadi sampai kini. Setelah itu dengan c Anda beradaptasi dengan san sastra yang sebelum tidak terpikirkan oleh An Awalnya saya tidak ter tidak semangat dengan mata ahnya. Lama kelamaan akh suka juga. Ternyata di Indo DATANGLAH ke SA FE dan nikmatilah berb kejutan. Salah satunya, s tahu Anda ketemu Super Atau siapa tahu Anda bakal ketemu dan sala dengan kepala Suku In dari New Meksiko. Belum sambil makan pizza ala TA FE, Anda bisa sala dengan gorilla yang ra dan suka bawa kamera v Maka ingatlah baik-baik tidak mungkin di tempa mungkin terjadi di Semi Kuta, di SANTA FE tepa yakni bertemu dengan S man. SEJAK 2 Oktober 199 Superman mangkal di Se ak, Kuta, membuka sem restoran dengan nama S FE Bar and Grill. SANT adalah nama sebuah kota di New Meksiko, kota keci artistik. Bagi Superman s melakukan pelanglangbu ke berbagai negara. Kota SANTA FE amat menges hatinya. Menjadi kenanga hangat dan sulit untuk dilu Tak hanya keindahan ala seni dan budaya serta suk Indiannya yang hadir bag enda hidup, ditambah kenangan jerit pluit kere pengangkut batu bara d asap yang mengepul dari gerbongnya, makin lengk getaran kesan di sanubari man pada kota kecil itu. A setelah tahu arti SANTA alah anugrah dari Tuhan. salah, apabila Superman dian menetapkan hati da ran memberi nama resto dengan nama SANTA FE SANTA FE yang kini di Jalan Dhyana Pura ( Gado) Seminyak, Kuta, 24 jam. Didukung oleh 47 (bpm/rtr) Kirimkan 1 bur Masukkan d 2cm Color Rendition Chart
