Tipe: Koran
Tanggal: 1995-10-08
Halaman: 10
Konten
4cm HALAMAN 10 MERDEKA ATADE MATI MARTOR WOLTER MONGISUM 2104 Mengintip tayangan TV swasta kita PENAYANGAN film asing (ba- ca: Hollywood) masih menjadi primadona stasiun tele- visi swasta di Indonesia. Pada kenyataannya-film, film tersebut sukses menyedot perhatian pemirsa. Pal- ing tidak, hasil Survey Reseach Indonesia (SRI) yang dilakukan secara periodik-didapatkan, bagi tayangan film asing telah mencapai rating tinggi. Bila ini dikaji dari isi kalkulasi bisnis, secara logis tidak salah jika tay- angan film asing diunggulkan oleh pihak pengelola tele- ISUZU visi swasta. Bali Post APRESIASI Minggu Kliwon, 8 Oktober 1995 Beda Nama, Isi Serupa Kelir Perhitungan untuk mengedepankan tayangan film as- ing di layar kaca cenderung berdasarkan beberapa faktor pertimbangan. Pertama, biaya yang mesti dikeluarkan pi- hak televisi swasta jauh lebih murah, di mana pihak stasi- un TV hanya perlu membeli hak tayang. Kedua, secara komersial, film asing-bagi sebagian besar pemirsa tele- visi-lebih memiliki nilai jual dan daya tarik untuk di- tongkrongi dibandingkan produk lokal. Dan sikap terse MULAI 08 SEPTEMBER'95 ISUZU BAGI-BAGI VOUCHER SENILAI... 250 RIBU RUPIAH BONUS PERLENGKAPAN LAINNYA. untuk pembelian kendaraan ISUZU type apa saja cash/ kredit dapatkan voucher (kupon belanja) senilai Rp 250.000,- atau cuci gratis selama 3 tahun dan BONUS perlengkapan untuk type: GRAND DELUXE berupa : Power Window, Central Door Lock, Velg Racing,AC + Tape DELUXE berupa : Central Door Lock, AC+ Tape MING GU TERSEDIADALAM 3 TYPE: 135 PS, 120 PS, 77 PS. BONUS: RADIO TAPE TYPE BUS MINI CRUISER BERLAKU S 08 OKT. 1995 BERGEGASLAH TETAP BUKA FASHION STORE TYPE HI-GRADE BONUS: FULL VARIASI TYPE JEEP SPARTA BONUS:-AIR CONDITION -TAPE Keterangan lebih lanjut hubungi: P.T. CAHAYA SURYA BALI INDAH DIVISI ISUZU JI. Teuku Umar 89X Telp. 237011-238670-238566 Denpasar - Bali Buzu but terlepas dari sisi penilaian apakah film asing berkualitas ataukah tidak. Berbeda halnya bila mengedepankan tayangan produk lokal. Se- but saja sinema elektronik atau sinétron. Dibutuhkan, selain biaya yang lebih mahal dibandingkan mengedepankan film asing-karena mem- perhitungkan juga biaya pembuatan, daya tariknya pun kadang kurang. Walau, beberapa di antara sinetron tersebut sebetulnya jauh lebih berkualitas baik secara tema maupun teknisnya dibandingkan film asing yang sejenis terutama dari generasi telenovelanya. Apalagi, dita- mbah dengan kecenderungan pemirsa kita yang western minded men- jadi ramuan lain di dalam meramaikan alasan untuk mengdepankan film asing di TV. Namun secara jujur, pihak stasiun televisi pun sebet- BPM/ ulnya tidak semata menayangkan film asing yang mutunya kacangan. Banyak di antaranya yang secara kualitas patut dipuji. Sebut saja "Silence Of Lambs", "Crocodile Dundee", "Havana", "The God- father", "Navy Seals", "Gone With The Wind", serta beberapa judul lain. Hanya saja, secara umum, tidak terpungkiri banyak film asing yang dikedepankan justru dengan mutu kacangan, herannya tetap saja secara komersial film asing tersebut memiliki daya tarik yang lebih besar dibandingkamn film kita sendiri. Ini mungkin dari sisi kemasan teknologinya, dari nilai jual pemerannya, atau dari teknik tayangan aksi-laganya. Atau malah dari daya tarik. seksualnya, seperti keberani- an SCTV menayangkan "Basic Instinc" atau RCTI menayangkan "Night Eyes" walau alur cerita sudah tidak utuh karena adegan "seram"-nya sudah dibabat habis. Toh pemirsa televisi setia menanti dan menikmatinya dengan sikap apresiatif yang tinggi. Nama Beda Menariknya, stasiun televisi swasta kini "berperang" mengek- sploitasi film-film asing tetapi menggunakan nama rubrik yang ber- beda-beda. An-Teve pernah memiliki nama Sabtu Seru, Minggu Megah, Sinema Selasa. Kemudian untuk saat khusus, An-Teve menayangkan gelar film seperti bulan September lalu dengan nama Gelar Septem- ber. Lain lagi cerita di SCTV memiliki Sinema Utama, Kamis Kung- fu, Selasa Drama. Begigitu pun RCTI memiliki Layar Emas, Layar Pilihan, Mega Emas, Mega Sinema, Film Tengah Malam. Kemudian si bungsu Indosiar memiliki Gala Aksi, Sinema Pilihan, Sinema Sab- tu, Tele Keluarga Minggu, Tele Keluarga Sabtu. Minggu Kliwon, 8 Oktobe A PURNAMA KREATIV Kresna Lahir ke Dunia sebagai Pelindung Kebajikan SETELAH Rsi Bhisma mengakhiri wejangannya pada waktu itu, Yudhisthira menyambung lagi, "Memang benar sep- erti yang Kakiang Rsi kemukakan itu, Ka- lau dunia ini tidak didasari oleh adanya pertentangan dua sifat yang secara adiko- drati memang harus bertentangan, pang- gung kehidupan dunia ini akan menjadi sepi. Dunia ini akan mati, sehingga lakon hidup dan kehidupan di dunia ini akan menjadi mati pula. Atau dengan kata lain, dengan adanya dua sifat yang bertentan- gan yang boleh juga disebut adikodrati rwabhineda, akan selalu terjadi pertentan- gan atau pergolakan. Sehingga lakon pang- gung hidup dan kehidupan di dunia ini menjadi hidup dan berkembang." "Mabener Nararya. Seperti Kakiang telah kemukakan, bahwa dalam pertentan- gan atau pergolakan itu, sifat-sifat kede- wataan selalu mengungguli sifat-sifat ker- aksasaan. Atau dengan kata lain, sifat-si- fat kedewataan sebagai nyasa dharma, se- lalu mengungguli sifat-sifat keraksasaan, sebagai nyasa adharma. Satyam eva jayate nanratam, kata Manduk Upanishad," un- gkap Rsi Bhisma, membenarkan opini Yudhistira. Lanjut kata Rsi Bhisma. "Oleh karena itu, seperti dikemukakan dalam Vishnupurana, Dewa Wisnu telah berkali-kali menjelma (mengejawantah) ke dunia sebagai pelindung kebajikan atau dharma itu sendiri. Pada zaman kita ini, Dewa Wisnu telah menjelam atau menge- jawantah sebagai Sri Kresna yang memil- iki sifat-sifat kedewataan untuk melindun- na memang telah menjadi tugas Sri Kres- na untuk menolong umat manusia agar le- pas dari cengkeraman adharma atau sifat- sifat keraksaan itu." Nama-nama itu belum tercatat untuk rubrik film lepas pada saat-saat tertentu. Seperti Minggu Emas, Gelar Film, Sepekan Film Clint East- wood, dan lainnya. Yang menjadi pertanyaan, apa bedanya film-film yang ditayangkan itu walau dibungkus dengan nama berbeda? Nyatanya, wa- lau berbeda nama, perbedaan itu terkesan rancu, karena sesungguhnyagi kebajikan atau dharma itu sendiri. Kare- kemasan, tema, maupun isinya tidak memiliki perbedaan mendasar. RCTI misalnya. Apa perbedaan Layar Emas dengan Mega Emas? Apakah satunya film asing (barat) satunya lagi film mandarin? Tidak juga. Lihat saja film layar emas hari Kamis, yang juga menayangkan film mandarin. Indosiar lain lagi. Walau mengemas dengan embel- embel Gala Aksi, toh Sinema Pilihannya tak memberikan makna pen- guat pada nama acaranya. Atau mengemas tayangan untuk keluarga semacam Tele Keluarga di hari Sabtu atau Minggu. Seringkali, isinya tak berbeda jauh dengan Gala Aksi. Namun, pemirsa toh tidak ada yang mempedulikan kerancuan-kerancuan itu. Mengambil pengungka- pan dramawan dunia Shakespeare, apalah arti sebuah nama?-Sama halnya pada kasus ini, apalah artinya nama jika film yang ditayangkan memang memiliki daya tarik. Tanpa bermaksud skeptis, ada baiknya pemi- lahan nama itu dipertegas lagi dengan pemilihan jenis filmnya. Sehingga ada kekhasan dan televisi bisa memulai mempertajam segmentasi. Di samping itu paling tidak, daya selektivitas pemirsa akan ber- daya guna. Mana film untuk anak-anak, untuk keluarga, untuk dew- asa. Atau mana film bagi penggemar kungfu, komedi, aksi, horor, drama. Sehingga, tidak ada lagi protes tentang film yang penuh "gulat ranjang" ditayangkan pada jam tonton anak-anak. Karená pemilahan tegas itulah yang memperkecil risiko, bukan? Sekaligus menunjuk- kan bahwa mengedepankan film asing tak semata meraup keuntun- gan pencapaian pemasukan iklan. Sebab harapannya, biar pun penon- ton tujuannya mungkin sebagian besar adalah untuk menghibur diri, tetapi toh kita tahu rembesan budaya itu bila tak terpilah sejak dini, suatu saat akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Setidaknya bagi pihak penayangnya sendiri. Yakni bisa terjadi kejenuhan dan ketidak- percayaan pemirsa pada tontonannya karena, ya secara terus-menerus digerus dengan nama berbeda, isinya toh serupa. Satrya Wibawa (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unair) laam sherb "Mabener Kakiang Rsi, cucunda baru ingat, saat menerima wejangan Sri Kres- na di Tegal Kurukshetra, saat cucunda di- landa kebingungan dan keragu-raguan un- tuk menunaikan dharmaning ksatrya. Ke- bingungan yang melanda jiwa cucunda pada waktu itu, karena di satu pihak cu- cunda harus membunuh sanak kadang yang memiliki sifat-sifat keraksasaan. Walau pun demikian hati nurani kemanusiaan, tidak bisa membunuh-bunuh sanak kadang, relasi, sekutu, yang sering kita ajak ber- gaul dalam kehidupan sehari-hari. Sedan- gkan di pihak lainnya, salah satu aspek dharmaning ksatrya itu, cucunda harus membunuh-bunuh sanak kadang, demi tegaknya dharma, dan lenyapnya kesali- man dan kelaliman di dunia ini. Pada saat cucunda sedang hebat-hebatnya dilanda kebingungan dan keragu-raguan itulah Sri Kresna berkata, "yada yada hi dhar- masya, glanir bavati bhatara, abhyutthaam adharmasya, tadatmanam srjami aham," yang berarti, manakala dharma hendak sir- na, dan adharma hendak merajalela, saat itu wahai keturunan Bhatara, aku sendiri turun menjelma," ungkap Arjuna pada waktu itu. "Betul Raka Nararya, bukankah wejan- gan Sri Kresna sebagai sais kereta Raka Nararya pada waktu itu dikenal sebagai Bhagavdgita, yang oleh para ahli dan In- dolog sering pula disebut Pancamaweda (Weda yang kelima). Bukankah wejangan Sri Kresna seperti yang Raka Nararya ke- mukakan itu dilanjutkan lagi dalam salo- ka berikutnya, yang mengemukakan, "....paritranaya sadhunam vinasaya ca duskrtam, dharma samsthapanarthaya sambhavami yuge - yuge", yang berarti, demi untuk melindungi kebajikan, demi untuk memusnahkan kelaliman, dan demi untuk menegakkan dharma, aku lahir ke dunia dari masa ke masa," ungkap Na- kula melanjutkan opini Arjuna. "Saloka inilah yang Kakiang maksud- kan, yang menjadi topik wejangan Kaki- ang pada saat ini. Karena dengan meniti konsep ini, sejak era Tretayuga, sampai pada era kita sekarang di zaman Dwapar- ayuga ini, bahkan sampai nanti di zaman Arjuna yang langsung mendengarkan we- Kaliyuga, kisah-kisah yang dikemukakan jangan dharma Sri Kresna yang terkenal dalam epos Ramayana dan wiracarita Ma- sebagai Bhagavadgita. habharata tidak akan basi-basi. Karena bpm/nos gan dan perjuangan hidup, seperti yang dilukiskan dalam epos Ramayana pada era Tretayuga dan seperti yang kita alami pada era Dwaparayuga ini," kata Arjuna mem- benarkan opini abangnya. pada dasarnya, kedua epos itu yang kemu- mengerti arah pikiran Rsi Bhisma dalam dian dikemukakan dalam berbagai cih- wejangannya. "Ya, memang demikianlah nakatha, adalah merupakan lukisan hidup adanya Raka Prabhu, sehingga dalam dan kehidupan umat manusia itu sendiri hidup dan kehidupan ini umat manusia tak sepanjang zaman," kata Rsi Bhisma mem- pernah bebas dari pergolakan, pertentan- benarkan opini Arjuna dan Nakula. Lanjut, tambahnya, "Atau dengan kata lain, bahwa dalam tiap-tiap zaman, kelahiran sifat-sifat kedewataan dan keraksasaan itu, selalu akan terjadi. Bahkan secara macro, kecenderun- gan kedua sifat itu, akan berpengaruh juga "Saja, saja pesan buka rawosne Beli kepada diri setiap orang, sehingga setiap saat Agung. Keto masih rawosne I Adi Arjuna, kita diguncang oleh kedua sifat itu, dalam lakare di gumine tusing suwud-suwud ada pertentangan dan pergolakannya, untuk uyut, sawireh ada manusa ane ngaba so- menguasai diri kita masing-masing. Kalau lah ane mawit tekening sifat-sifat kede- kita lengah, sifat-sifat keraksasaan itulah wataan utawi sifat-sifat keraksaan. Lakare yang akan menguasai diri kita. di banjar, di Desa Pakraman, di Padyan, di Organisasi, di Panitia, di kantor-kan- tor, satata ada uyut, karena adanya kedua sifat-sifat yang selalu bertentangan ini, yang mempengaruhi manusia-manusia pendukung pranata sosial masing-mas- ing," ungkap Bhimasena nyeplos. Karena memang sifat-sifat keraksaan itu selalu menunggu kelengahan dan kela- laian kita, untuk dapat melampiaskan naf- su dan keinginannya. Sehingga dengan demikian, sifat-sifat keraksasaan yang dap- at menguasai diri kita yang lengah dan lalai ini, akan menjadikan diri kita hancur dan "Patut pisan Ratu Dewagung Made. jatuh ke jurang kegelapan dan kehancuran." Manawi sane madruwe sifat-sifat kede- "Ya., ya, Kakiang Rsi, berdasarkan wataan, satata mapakayunan becik permasalahan ini, dalam hidup dan kehidu- mangdene sahanan pamargine sida ayu tur pan ini, kita harus selalu waspada dan rahayu. Nanging, wenten soroh jadma sane memperkuat benteng untuk menjaga diri madruwe sifat-sifat keraksasaan sane kita agar tidak dapat dikuasai oleh sifat- galak, kejam, kasar, makarya wug, sawireh sifat keraksaan yang juga ada pada diri kita sewosan ring wantah yoninnyane sane masing-masing. Usahakan selalu untuk satata angawe weci mang byuta punika, membebaskan diri kita masing-masing dari seringan sampun bikasne satata ngapak- kekuasaan sifat-sifat keraksasaan yang ngapak kalih nyapa kadi aku," demikian dapat akan menjerumuskan diri kita mas- caraka Tuwalen membenarkan opini Bhi- ing-masing ke jurang kegelapan dan ke- masena dan mengakhiri dharmatula pada Ngurah Oka Supartha hancuran," ungkap Yudhisthira, yang waktu itu. Telah dibuka di Kota GIANYAR, Pusat Perbelanjaan & Arena Hiburan "TOKO KAWAN" JALAN KSATRIAN NO.5A (EX. GIANYAR THEATRE ) Tersedia : Keperluan Rumah Tangga, Busana, Sepatu, Tas, Alat Sport, Kosmetic & Alat Tulis Bergegaslah: YANG PASTI HARGA LEBIH MURAH DASET Cauldo FASHION WEAR FOXA Volty SAN REMO - GREEN ORFATTI FOREVER IN STYLE White Line ☐ Masuya Mitsuya MICHIDO EMBA FACE Alfa club CAESAR Chrisna bh BERETS FOREX Saha BUSANA WANITA RUSSTOGS Mr JEFFRY The Original Miss RODEO Lois SPORTY MANLY.M DAXXON TRENDY NO PROBLEM SPESTEC WATCHOUT Romac SANDALS FAVO SPORTS Lady Lay CORLISS GABRIELLE Anvil OSELLA spaño STARMON HUMAN-TECH SPORT SHOES EAGLE GATS shoes Export Quality GYMBOREE CREATE YOUR OWN WORLD Alto Ⓡ HAND BAG SCOTTLANDO ZANDILAC Crocodile IN M ORIGINAL MIRADO MAGAL Exclusive Design ذا اذان tours Jotap Aun flower EDWIN EANS SCHOOL EXERCISE SANDAL CarvilⓇ WAOT VATA NAND-BAG FACTORY LTD 0 Semy ped FASHION STORE LINSON PANS RINDI CARDINAL FORMAL FALLEY Lea pocket design fashion wears 4144 Levi's JiJ PERCENTERE Sejak kanak-kanak nenek aya yang buta huruf di kam- pung senantiasa mengingatkan, zar setiap mabhakti, di mana pun, selalu menggunakan bunga sekar). Bila tidak dapat atau- pun tidak sempat menghaturkan banten, kata nenek saya, usaha- anlah dapat mabhakti dengan bunga. Nenek merasa tidak sreg bila kami sampai tidak dapat mempersembahkan bunga keti- la maturan ataupun mabhakti. Usia kanak-kanak saya meneri ma dengan patuh petuah nenek. Tapi, kenapa mesti bunga- dalam Bahasa Bali halus juga di- kenal dengan sebutan sekar puspa? Bunga ngaranayang bungah Bungah ngawinang bingar, begi penjelasan yang saya terima. Bakan dari nenek, tapi justru dari kakek saya yang pendiam dan juga buta huruf. Katanya larena bunga kita akan menjadi bungah(maaf, sementara saya tidak terjemahkan ke dalam ba hasa Indonesia, karena belum ditemukan istilah yang pas), dar rasa bungah menjadikan kita bi gar (juga maaf, belum bisa di carkan padanannya yang pas dalam bahasa Indonesia). Bu , bungah dan bingar? Kata-kata itu hingga kini me ancap tajam dalam benak saya Semesta makna apakah yang terkonsepsikan dalam bunga se hingga senantiasa dihadirkan di jadikan inti persembahan? Ne nek maupun kakek saya dalan percakapan kami sehari-hari se ring benar menggunakan kata kata itu untuk konteks aktivita keagamaan, mabhakti, maupu konteks sosial keseharian. Arti nya, bunga (sekar, puspa) yan bungah dan kemudian meman carkan bingar tidak hanya men cakup makna dalam dimens personal dan sakral, tapi jug sosial. Saya tahu persis baik nenek maupun kakek tidak pernah ba ca Gita-yang menyebutkan bu nga (puspam) sebagai salah satu unsur persembahan kepada Sang Pencipta. Saya juga tahu benar mereka tak mengerti ba hasa Inggris, tidak juga pernal berjumpa dengan wong Welan da (sebutan mereka untu orang-orang luar negeri). Kern ta, ada jaminan pasti merek tak terpengaruh oleh ucapan o ang sono yang bilang say wit flower, katakan dengan bunga ketika senantiasa mengingatka kami tentang bunga. Tapi, saya tahu persis kake dan nenek senantiasa melakon kan rasa bhakti mereka ke ha dapan Embang dengan bunga Mereka rajin menanam anek pobon bunga, di sanggah juga d Sawah. Membuat banten selal lengkap dengan bunga Biasanya tak cukup satu jenis Hingga kini nenek saya yang te tap buta huruf dan berjalan su dah menggunakan jasa tongka bdak pernah lupa minta dicar an bunga bila hendak mabhak lalu menyumpangkannya kedua telinga. Dari generasi in lah saya pertama mendengar tilah muspa sebagai aktivitas p nyerahan diri total tanpa pam nh (bhakti) ke Sang Pencipt Sang Hyang Paramakawi, En bang. Juga istilah-istilah mab nga kuping, ataupun nyek (nyekah) dan puspa-populer ga dalam aktivitas ngaben d runtutannya. Pukat'95 Rajer Babat di Wisma Daerah Jembrana MASIH dalam suasana Pesta I donesia Emas, Pokja RAJE BABAT (Rembug Apresia Jembrana Bali Barat) Ming dan Senin 8-9 Oktober 1995 i menggelar Purnama Kapat (P KAT) untuk kelima kaliany Semua kelompok seni, sangg se-Kabupaten Jembrana ya berpusat di Negara terlibat d lam acara tahunan dengan per bicara utama al. I Ketut Suns Sthiraprana Duarsa, IB Ma tinaya, Hardiman, Putu Faj Arcana. Acara seluruhnya ak berlangsung di WISMA DA RAH Jembrana di Negara Jal Dr. Sutomo (atau telepon PO DOK SENI Negara 40031-(036 Negara (***) 2cm Color Rendition Chart C.2563
