Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-01-04
Halaman: 06

Konten


ANALISA - MINGGU, 4 JANUARI 1998 7 LAN INTERNASIONAL SAMA sekali tidak diduga, gelar "Lemon Nite at Asean", yakni satu paket acara yang diadakan untuk menyambut malam Tahun Baru 1998, di Ballroom Lantai 8, Best West- ern Hotel Asean International Medan, Rabu (31/12) lalu, berlangsung meriah. SEMARAK: Acara pergelaran "Lemon Nite at Asean" yang berlangsung semarak. Acara "Lemon Nite at Asean" Berlangsung Meriah "Sebelumnya kami sempat kuatir acara tersebut akan berlangsung sepi karena situasi yang tejadi akhir-akhir ini di bidang moneter, eh, ternyata ramai juga," ujar Elly Surya, Public Relation Manager Hotel Asean kepada Analisa malam itu. Ia kembali menganggap bahwa hasil itu sebagai sebuh kejutan yang akan membuat seluruh pengelola Hotel Asean akan lebih bergairah menyusun program kegiatan hiburan beri- kutnya di masa mendatang, terutama memanfaatkan ruang baru Ballroom-Lt.8 yang malam menyambut tahun baru itu, pertama kali digunakan. "Artinya uji coba pemakaian NAMA Caltha mereka ambil dari bahasa Yunani yang artinya Bunga Matahari, lantas nama itu pula ditabalkan ke tubuh group band asal Bandung yang dulunya bernama "Dewangkara Band". Chalta Band, yang dibentuk sekitar tiga tahun yang lalu, dan bermarkas di Jalan Padasuka 55 Bandung ini, Rabu (31/12) malam lalu, mengawali debut- nya bermain di Equator Pub Novotel Soechi Medan (NSM) sekaligus menyambut Malam Tahun Baru 1998 bersama para penggemar musik di kota Me- dan. Kelompok ini tampil, meng- gantikan "Hitrow Beat Band" yang sudah enam bulan bermain di Equator Pub. BEST WESTERN HOTEL "Penampilan mereka ternya- ta tidak mengecewakan. Bahkan pihak manajemen Novotel Soechi Medan, sepakat mengon- trak mereka bermain di Equator kurang lebih selama enam bulan pula," ujar Manajer Marketing NSM, Cahyo Pramono, kepada Analisa malam itu. Goodbye 97 Caltha Band, yang per- sonilnya terdiri dari; Ade Wawan Kurniawan (drum/ backing vocal), Donny Fitriandi tempat baru tersebut ternyata berhasil," ungkap Elly lagi sambil tersenyum ramah. MENARIK Materi acara yang diper- sembahkan kepada pengunjung pada malam tersebut, terdiri dari; Buffet Dinner, Entertain- ment oleh "Live Stage Voices" yang salah satu penyanyinya bergaya ala Andy Lau, bahkan lebih dimeriahkan lagi dengan penampilan empat penyanyi dan enam penari yang cakep-cakep. Berikut, acara Spot Dancer (kuis), Disco Time, Countdown 1998, Lucky draw dengan hadiah terdiri dari Sepeda Mo- tor, TV, Kulkas, Tiket pesawat ke Singapura, Penang, Jakarta, dan Bali, serta voucher kamar hotel dan lain lain, juga digelar. BUAH LEMON ITIS Sesuai dengan judul acara, seluruh ruangan malam itu didekorasi dengan buah lemon. Dan minuman yang disajikan juga terbuat dari buah lemon yang dihiasi dengan buah lemon pula. Sementara para tamu juga KEMBALI: Kelompok musik The Hitrow Beat band, yang mengakhiri penampilannya, setelah enam bulan bermain di Equator Pub. Penampilan mereka cukup baik dan mengena di hati penonton Medan. Kini mereka sudah kembali ke Jakarta. dihibur dengan lagu Lemon Tree, sungguh menarik me- mang. (lead guitar/backing vocal), Hilman Bakti (bass guitar), Teddy Surtiaman (keyboard/ vocal), Elsa Rudyawan dan Sri Mulyani/Desrie (vocal), ma- sing-masing tergolong sebagai musisi muda yang potensial, yang kelak diramalkan akan menjadi kelompok band yang solid. Sedangkan atraksi-atraksi lain yang ditampilkan seperti pergelaran "live musik" bersama Session Band Medan, per- mainan sulap, serta permainan game, cukup mendapat respon dari pengunjung yang memadati ruangan. AMA "Itupun tergantung kesung- guhan rekan-rekan dalam me- ngisi jam terbangnya," ujar Teddy Surtiaman sebagai pe- main paling tua (28) di ke- lompok yang sekaligus bertin- dak sebagai leader di group musik asal kota kembang ter- sebut. LUMAYAN Soal pengalaman pentas, kelompok musik ini ternyata sudah cukup lumayan. Selama berada di kota asalnya mereka sudah pernah tampil di O'Hara's Tavern, Caesar Palace, Pink Cadillac, Braga Pub, Jamz Bandung. Bahkan mereka juga sudah pernah tampil di Shera- ton Inn-Timika Irian Jaya, Laguna Music Lounge-Bogor, Graha Santika-Semarang, Ben- tani Hotel-Cirebon, dan Kafe 52 di Makasar Ujung Pandang. "Di Medan, baru pertama kali Sedangkan para MC yang tergabung dalam Mandiri Pro- duction pimpinan Herman Tristianto, masing masing Mr. Chandra Tantowi, dan Mr. Tony Gembala malam itu memandu acara cukup baik. tampil, dan kami senang sekali bisa berhadapan dengan publik Medan yang kami kenal selama ini sebagai pencinta musik yang kritis menilai penampilan ke- lompok-kelompok band," ujar Teddy lagi sembari berujar bahwa kelompoknya saat ini tengah memasuki proses adap- tasi, "Mudah-mudahan penam- pilan kami di hari-hari berikut- nya bisa berkenan di hati penggemar musik Medan, sama halnya seperti yang sudah dicapai rekan-rekan pendahulu kami, seperti Slogi Band, Whisky Cool Band, dan Hitrow Beat band," ujar Teddy. Film-film bagus yang se- mentara ini disebut-sebut ba- nyak orang, termasuk karya "Caltha", Band Baru di Equator Pub Novotel Garin sendiri. "Daun di Atas Bantal", film yang bertutur tentang anak-anak jalanan, yang dibintangi Sarah Azhari. Tentang karakter musik yang diperkenalkan kelompok ini, Caltha Band pada dasarnya memainkan berbagai macam aliran musik, mulai dari musik, pop, rock, disco, raggae, bahkan dangdut. HIBURAN Bapfida: Motivasi Primitif Pemicu Beredarnya Kaset Video Porno Dalam satu upacara yang sederhana dihadiri seluruh staf dan karyawannya, General Manager PT. Marati Taman Ria, Sinyo Sujarkasi, menyampaikan sambutannya, bahwa pada usia seperempat abad yang dijalani Taman Ria Medan, banyak sekali kemajuan yang dicapai, terutama di sektor hiburannya yang setiap tahun selalu di- tingkatkan untuk kepuasan pengunjung yang datang ke taman rekreasi keluarga ter- sebut. "Mereka memang para pem- bawa acara handal yang sudah Di samping itu hubungan ke- kondang di Kota Medan ini. mitraan bekerja antara peru- Selain komunikatif, mereka juga cukup kocak dalam membawa sahaan dengan seluruh staf dan acara," ungkap Elly Surya lagi karyawan yang terjalin selama dengan wajah yang cukup ceria ini, disebutkan Sinyo, juga menandakan acara menutup cukup baik karena perusahaan akhir tahun 1997 yang diseleng-senantiasa memperhatikan ma- garakan di Asean Hotel itu salah kesejahteraan karyawan memang "wah", dan pengun- begitu serius. Bahkan perhatian jungnyapun cukup banyak. (hb) "Caltha Band juga banyak mengusung lagu-lagu rock legendaris seperti The Deep Pur- ple, Led Zeppelin, Queen, The Police dan lain lain," ungkap Sri Mulyani, sang vokalis cewek yang masih imut-imut dan bersuara nyaring dalam penam- pilannya, menambahkan.(hb) Sekretaris Badan Pembinaan Perfilman Daerah (Bapfida) Jatim, Budi Sampurno mengatakan, kecenderungan masyarakat untuk kembali ke motif dan perilaku primitif menjadi pemicu beredarnya berbagai film maupun kaset- kaset video porno. PENGGANTI: Kelompok musik Caltha Band yang menggantikan posisi The Hitrow Beat Band, tampil di Equator Pub Novotel. KEPADA Antara di Sura- baya, Senin lalu, Sampurno mengemukakan, suburnya ta- yangan yang mengekspos ting- kah laku seksual itu bukan semata-mata kesalahan pro- duser, tetapi juga karena pe- rubahan nilai di masyarakat yang gila-gilaan mencari kaset film biru tersebut.. MENANGKAP "Dalam keadaan demikian, produser hanya menangkap peluang yang terjadi akibat perubahan nilai-nilai di ma- syarakat itu," ujar Kepala HARI Ulang Tahun perak, adalah istilah yang lazim dipakai untuk menjuluki perjalanan usia ke 25 tahun. Lantas, masa itu pula yang di alami PT.Marati Taman Ria Medan, yang Senin (29/12) malam lalu, merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke 25, di Pentas Terbuka. Taman Ria Medan Rayakan "Pesta Perak" dengan atraksi hiburan, serta pemberian penghargaan kepada karyawan aik, berikut pe- nyerahan hadiah kepada pe- menang lomba kegiatan olah- Bidang Koordinasi Media Pe- nerangan Kanwil Deppen Jatim tersebut. gai produser melalui perusahaan film barunya, CHF (Christine Hakim Film) setelah beberapa tahun ia menghilang dari per- edaran hingga terakhir mem- bintangi sinetron "Bukan Pe- rempuan Biasa". Film lainnya: "Kuldesak" produksi Miles Production yang dikomandani Mira Lesmana, dan "Sri", film debutan sutradara Marselli Soemarno, kritikus film yang juga wartawan harian Kompas. Tercatat juga, "Tele- gramme", film produksi ber- sama Indonesia-Perancis. Film arahan sutradara Slamet Ra- hardjo ini diangkat dari novel Putu Wijaya "Telegram". Nafsu primitif itu, ujarnya, dipersubur oleh kecepatan teknologi atas penemuan pita film dari seluloid (layar lebar) ke CD/VCD yang lebih murah, sehingga untuk melihat film porno orang tidak perlu malu karena tidak harus ke gedung bioskop, tetapi cukup di kamar yang terkunci. "Fatahillah" arahan dua sutra- Agaknya layak juga disebut dara Chairul Umam dan Imam Tantowi. Film produksi Sinema Abad 21 ini dibuat dengan biaya lebih dari dua milar rupiah, film termahal dalam sejarah pem- buatan film nasional hingga saat ini. AMAN Dia mengatakan, keputusan BERHASIL diproduksinya produksi menurun, berarti ada sejumlah film yang relatif yang tak beres pada industri film bermutu selama 1997 memun- bersangkutan. culkan harapan bagi perkem- bangan perfilman nasional yang lebih baik tahun depan. Ukuran lainnya adalah pasar, yakni seberapa banyak orang yang datang ke bioskop untuk menonton film dimaksud. "Jumlah film yang dipro- duksi tahun 1997 memang sedikit, tetapi relatif lebih bagus, lebih artistik. Dan bila ini berlanjut, ada harapan tahun 1998 akan lebih baik," kata sutradara muda berbakat Indo- nesia, Garin Nugroho. Ia memang tidak terlalu berharap produksi film bioskop akan meningkat tahun depan, mengingat krisis moneter saat ini. Belum terdapat data pasti, berapa jumlah film bioskop yang berhasil diproduksi selama 1997, tetapi diperkirakan tak jauh berbeda dengan tahun 1996, yakni sekitar 30 film. film Dengan jumlah tersebut, berarti tak ada perkembangan menarik dalam produk nasional pada 1997, tahun yang pernah diharapkan sebagai ancang-ancang bagi kebang- kitan perfilman Indonesia se- telah "periode lima tahun kehancuran" sejak 1991. Tahun 1991 adalah awal menurunnya produksi film layar lebar Indonesia, yakni hanya 57 film, dari sebanyak 115 film tahun sebelumnya. Tahun 1992 bahkan lebih buruk lagi yakni hanya 31 film, yang kemudian merosot hingga hanya 24 film pada 1993. Menurut data Sine- matek Indonesia, pada 1994 ada sedikit kenaikan produksi yakni 32 film, tapi menurun lagi hingga hanya 27 film pada 1995. PRODUKSI DAN PASAR Jim Carrey pernah dicaci- maki gara-gara film komedinya, "The Cable Guy", gagal men- datangkan penonton. Film yang dibuat dengan biaya 60 juta dolar ini hanya memasukkan kurang dari 50 juta dolar AS. 37 Masa depan karir aktingnya lalu seperti diadili, padahal dia- lah sebelumnya yang dijuluki "komedian Hollywood". Carrey memang telah mengantongi empat film komedi hit "The Mask", "Dumb and Dumber", "Ace Ventura Pet Detective", dan "Ave Centura, when Nature Calls". Film terakhir mema- sukkan 37,8 juta dolar AS dalam minggu pertama pemutarannya. "Daun di Atas Bantal", yang "Kegagalan film itu akan membuat Hollywood segera dibuat dengan biaya sekitar menyiapkan upacara pengu- Rp700 juta, merupakan film debutan Christine Hakim seba-buran buat Carrey," tulis Kevin Thomas, kritikus film Los An- geles Times, ketika itu. Gagalnya "The Cable Guy" mungkin mengingatkan orang pada film "Fatahillah" yang juga gagal di pasar, setelah publikasi besar-besaran sebelumnya. Yang membuat banyak orang lebih menyesal, film ini sebe- lumnya telah disebut-sebuat bakal menjadi "lokomotif" kebangkitan perfilman nasional, mulai 1997. Bagi banyak orang, termasuk dari kalangan perfilman sendiri, salah satu ukuran sehatnya industri film adalah jumlah film yang diproduksi. Bila jumlah itu selalu diselaraskan dengan pertumbuhan dan perkembang- an yang terjadi di perusahaan. Acara "Pesta Perak" dan tumpengan malam itu, diisi Perkembangan Film Nasional Tahun Ini Diharapkan Bisa Lebih Baik Apakah itu berarti ide dan upaya untuk membangkitkan kembali perfilman Indonesia sia-sia? "Kita hanya telah terjebak dalam slogan," kata Putu Wi- jaya, sambil menambahkan bahwa "Fatahillah" bukan lokomotif dan kebangkitan film Indonesia bagaimanapun tidak mungkin ditentukan hanya oleh satu film. Analisa/hb TUMPENG: Upacara pemotongan tumpeng tanda syukuran dalam perayaan HUT ke 25 PT.Marati Taman Ria Medan. Dalam gambar, tampak, General Manager Taman Ria Medan, Sinyo Sujarkasi, sedang memotong nasi tumpeng disaksikan para staf dan karyawannya. "Fatahillah" dapat disebut sebagai lokomotif kebangkitan perfilman nasional bila film itu mempengaruhi lahirnya se- jumlah film berikutnya. Pada kenyataannya sejumlah film memang dibuat setelah "Fatahillah", tetapi kata Putu, bukan karena pancingan film tersebut, melainkan akibat telah munculnya kesadaran pada beberapa produser dan sutradara mengenai tetap perlunya film nasional diproduksi. produser membuat atau meng- edarkan film porno bisa jadi merupakan jalan keluar paling aman karena akibat perubahan nilai itu film bermutu tidak laku di masyarakat. Walaupun demikian, me- nurut mantan Sekretaris BSF tahun 1984-1994 itu, VCD porno jelas merupakan tayangan ilegal yang belum disensor di Indonesia. "Fatahillah", sayangnya, tak berhasil memancing banyak orang ke bioskop untuk me- nontonnya. DILEMA "Sebagai lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mensensor atau memantau peredaran film, LSF dan Bapfida sering menghadapi dilema," ujarnya sambil menegaskan, lembaga ini tidak selamanya menuruti perubahan nilai ma- syarakat ke arah perilaku primitif negatif. KOMPLEKS Baik menurut Putu maupun Garin, persoalan perfilman nasional memang sangat kom- pleks, mulai dari produksi yang menyangkut masalah seperti sumber daya manusia dan teknik, iklim, investasi, hingga distribusi yakni pihak bioskop dan penonton. Salah satu dilema yang dihadapi yaitu sulitnya me- Lalu bagaimana mengatasi persoalan tersebut agar ke- bangkitan perfilman nasional tak lagi sekadar slogan? MEDAN "Di film itu kan ada sejarah, budaya, pemikiran bangsa. Bayangkan bangsa tanpa film," katanya. NOO Holly merupakan tanggung jawab impor, khususnya film Holly-- semua pihak, bukan hanya orang wood, bisa menjadi kendala film. utama dalam menarik penonton itu, tetapi hal tersebut janganlah membuat orang film putus asa. Sebagai aset nasional, film harus mendapat perhatian besar, kata Putu sambil menekankan tanggung jawab besar peme- rintah, produser dan sutradara, investor, dan pihak lainnya yang berkaitan langsung. Mengenai penonton, ia yakin pada pasar film Indonesia yang begitu besar, karena penduduk negara ini ada 200 juta. "Seperti pada sinetron, saya yakin masyarakat juga menyukai film negeri sendiri. Market ada, tapi sayang banyak pihak punya kepentingan lain sendiri-sen- diri," katanya. Putu mengatakan, uang yang beredar dalam industri sinetron begitu besar, demikian juga dalam film (misalnya untuk memproduksi satu film rata-rata Rp500 juta). Hal senada dikemukakan oleh Garin Nugroho. Seperti halnya Putu, ia percaya film In- donesia bisa menarik penonton, tidak hanya penonton lokal, tapi juga penonton mancanegara. Itu bisa dibuktikan dengan filmnya yang selalu menyabet peng- hargaan di festival film luar negeri, termasuk "Bulan Ter- tusuk Ilalang" yang menang di festival film Swedia. Mereka mengakui, film ngendalikan keinginan masya- rakat yang justru memburu film yang dinyatakan dilarang bere- dar, sedangkan para pengganda film giat melayani keinginan masyarakat itu dan berlindung di bawah oknum pejabat. PENYANYI yang juga bin- tang film tenar yang satu ini ternyata memiliki sisi gelap dalam hidupnya walau kehi- dupannya kini begitu gemerlap sebagai bintang Mandarin. Keberhasilan demi keberha- silan terus ia raup. Namanya terus mencuat dan tak kunjung pudar. Siapa lagi kalau bukan Leon Lai. KONTROL Dia berpendapat, untuk menghentikan peredaran kaset film porno tidak bisa dipikul sendiri oleh lembaga sensor film maupun lembaga resmi pe- merintah lainnya, tetapi harus didukung oleh masyarakat luas sebagai sasaran tayangan film melalui kontrol diri Kelompok musik "Gigi" dan sensor diri (self control). Tradisi "Gigi", Garap Album di Bulan Ramadhan tinggal ataupun terganggu dengan kegiatan rekaman di stu- dio.. Sebab, lanjutnya, aparat kepolisian dan dan instansi terkait lainnya sudah berkali- kali mencabut dan menyita ADA tradisi rutin pada group ratusan kaset video porno, musik "Gigi". Bisa dibilang unik namun kenyataannya pere- juga. Kelompok musik yang darannya tidak pernah ber- beranggotakan Armand Mau- henti.(ant) lana (vokal), Dewa Bujana (gitar), Opet (bass), dan Budi raga dan kesenian antara kar- Haryono (drum) setiap kali yawan yang dilaksanakan dalam bulan Ramadhan tiba, meng- rangka menyambut HUT ke 25 garap album baru. Ini sudah PT.Marati Taman Ria Medan. berlangsung sejak group awal "Perayaan HUT tahun ini, mula berdiri. meski berlangsung sederhana, namun tak mengurangi khid- matnya," ujar Sinyo lagi. (hb) Sekaranglah keadaan ketidak beruntungannya di masa lalu itu baru terungkap. Ia sendiri yang Yang penting, kata Putu Wijaya, adalah "bagaimana kita menyikapinya". Harus disadari, katanya, bahwa film itu meru- KURANG: Leon Lai merasa- pakan aset bangsa, sehingga kan masa kanak-kanak yang keberadaannya, kemajuannya, kurang menyenangkan. "Kita jangan berharap dapat 'proteksi naif, penghentian film impor, apalagi pada era glo- balisasi," kata Putu Wijaya. Hal tersebut, katanya, hen- daknya justru mendorong Indo- nesia untuk membuat film yang berkualitas, yang dibuat dengan bahasa yang komunikatif. "Kita melakukan proteksi film kita dengan cara meningkatkan kualitas," katanya. Masa Kecil Leon Lai Kurang Menyenangkan "Kita punya potensi untuk itu. Kita bisa jual tradisi, kekhasan Indonesia, karena ini yang menarik. Lagi pula, dari segi teknologi, jelas kita akan kalah dari Hollywood. Tapi teknologi lama-lama kan mem- bosankan," katanya. Film yang diproduksi, kata Garin, sebaiknya juga yang- artistik, yang memenuhi syarat- syarat hiburan, bukannya "film slogan". "Juga jangan ada monopoli dalam produksi film, karena nantinya semua film sama," kata Putu, "Buat film sesuai dengan bakat masing-masing, agar film kita beragam," tambah Garin. Dengan upaya tersebut, keduanya yakin film Indonesia mendatang akan lebih bagus, mendapatkan apresiasi penon- ton, dan kemudian mendorong pada peningkatan produksi.- (anspek) mengungkapkannya. Leon Lai menuturkan bahwa masa lalu- nya yang suram itu dan berbagai rencana masa datangnya. Beliau menuturkan bahwa orangtuanya pisah cerai di saat ia baru berusia 12 tahun. Setelah orangtuanya pisah, ia dikirim ke Inggris. Leon Lai juga mengaku merasakan masa kanak kanak- nya yang tidak menyenangkan. Maklum memang, sebagai anak yang berpisah dari kedua orang tua yang berpisah. Rasa kasih sayang orangtua tentunya ku- rang ia dapatkan. Begitupun, si tampan yang namanya sudah tidak asing lagi bagi penggemar film Mandari ini dengan tegas menuturkan bahwa ia tidak menyalahkan orangtuanya. Karena mereka juga masih mencintainya. KAWIN Di usianya yang kini sudah sepantasnya berumahtangga, bintang Mandarin ini dengan suara datar menuturkan bahwa ia belum punya waktu ke sana, namun ia mengaku tidak menge- nyampingkan masalah itu. Jelasnya, ia sudah berpikir ke arah itu, cuma keluangan waktu belum terbagi buat mengarah kesana. Kini malah ia belum punya teman wanita istimewa. Tentang karir panggungnya, ia menyatakan punya rencana untuk mengundurkan diri. Namun menolak mengutarakan rencananya selanjutnya. (t/ar) "Bulan ramadhan kali ini kita mulai masuk studio," kata Armand kepada wartawan baru baru ini. Armand menjelaskan, Gigi mulai menggarap album ter- barunya di studio Gins awal januari 1998 ini. Menurutnya tradisi membuat album baru setiap bulan ra- madhan ini, awalnya memang tidak direncanakan. Pada saat kali pertama reka- man album perdana, jadwalnya bertepatan dengan bulan puasa. Ternyata setelah prosesnya berjalan, ada sesuatu yang dirasakan cocok dan baik dalam penggarapan album di bulan ramadhan. Baik soal pembagian waktu maupun hasil-hasil yang dicapai di studio. Selain itu juga bisa mene- mukan ide-ide untuk peng- garapan musik yang akan dimasukkan ke dalam album. "Ya sudah, jadi rekaman setiap bulan puasa ini menjadi kebiasaan Gigi sampai seka- rang," ucap Armand yang mengaku puasanya tak pernah HALAMAN 6 Mengatur jadwal rekaman. show, tour dan sebagainya seperti yang dilakukan oleh Gigi, sebetulnya juga dilakukan oleh group-group lainnya di negara negara maju terutama Amerika dan Eropa. Awal-awal tahun biasanya mereka mencari ide-ide untuk lagu dan kemudian membuat album. Lalu pada pertengahan tahun, biasanya melakukan promo al- bum yang baru diselesaikan itu. BY:INKA KRISTIE Selanjutnya di bulan-bulan penghujung tahun, mereka melakukan pertunjukan keliling. Bagi Gigi sendiri seperti pernah diungkapkan manajer- nya, Dhani, akan dibuat jadwal secara profesional. Artinya akan disusun dengan rapi, kapan harus rekaman, harus show, dan sebagainya. "Masuk studio dan membuat album setiap bulan puasa tiba, sudah bagus. Dengan begini kita bisa memanfaatkan seluruh waktu sepanjang tahun," kata Dhani. Group musik di Indonesia biasanya setiap bulan ramadhan lebih banyak memilih istirahat. Karena kegiatan-kegiatan per- tunjukan musik memang ter- golong sepi dan promotor- promotor tidak membuat jadwal pertunjukan sebagaimana pada hari hari biasa ataupun pada event event khusus. (M/hb) Film-film nasional yang diproduksi beberapa tahun lalu. hakotti. YANG KUNANTI BULAN DESEMBER YG KUNANTI HANYA... HARAPAN HAMPA MENGUSIR MIMPI-MIMPI SENYUMKU PERGI LAGI KALAU MEMANG BEGINIMAUMUUNTUK APA SEMAUKATA KAU TITIP DI HATIKU YG PEGANG HANYA KATA BUKAN JANJI JANJI INDAH YG MEMBUAT AKU LUPA DIRI TATAPICU KIAN JAUH KUHARAPKAN BAYANGANMU TAPI TIADA KUNJUNG, JUA J P