Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1998-01-04
Halaman: 05

Konten


4 m A J a r k 3- - K i n a J e , 9 i 1 A ANALISA - MINGGU, 4 JANUARI 1998 Aborsi dalam Pandangan Hukum dan Islam ABORSI akhir-akhir ini me- nya dan janin yang belum dapat mempertahankan hidup. rupakan sebuah kata yang sangat ramai dibicarakan orang dan sua- tu dilema yang kian mempriha- tinkan, karena tindakannya yang tidak manusiawi. Hal ini dapat terjadi pada se- tiap wanita hamil karena berba- gai sebab diantaranya, "Abortus Spontaneus" yaitu bukan karena faktor kesengajaan dengan kata lain keguguran. - Hal ini tentu tidak terlepas, dengan ditemukannya sejumlah mayat anak manusia yang di- buang di tempat sampah kota Metropolitan Jakarta beberapa waktu lalu. Indonesia sebagai suatu ne- gara yang dikenal dengan ke- taatan masyarakatnya dalam beragama dan menjunjung ting- ti nilai-nilai moral, hanya karena ulah segelintir manusia berubah menjadi suatu negara yang ter- hiasi oleh sejumlah mayat anak manusia yang tidak berdosa. Tentunya, kejadian tersebut mengundang perhatian berbagai kalangan baik media massa da- lam negeri maupun luar negeri, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Pada gilirannya nanti, akan muncul berbagai perta- nyaan tentang eksistensi agama Islam dan hukum di negeri ter- cinta ini.. Menanggapi masalah ini sa- lah seorang praktisi hukum yang juga merupakan tokoh agama HR.Syafril Jaya SH ketika dite- mui penulis menyebutkan, abor- si bila dilihat dari defenisi medis berarti kelahiran sebelum waktu- ANDA pasti tak pernah mem- bayangkan untuk punya sebuah pulau sendiri tempat di mana An- da bersantai menikmati ombak laut serta bermandikan sinar mata - hari. Hal tersebut bukan hal yang aneh bagi miliarder kelas dunia yang rata-rata bisa memiliki pu- lau sendiri. Tetapi pulau yang satu ini di- jamin akan membuat siapa pun akan tercengang karena bisa ber- gerak di lautan hingga karenanya pulau itu bisa dipindah-pindah- kan ke mana kita maui ! Pulau tersebut adalah milik milyuner Forbes Kiddoo. Ia mem- punyai impian ganda, memiliki se- buah pulau sekaligus sebuah pe- rahu. Memang, pulau impiannya itu sebenarnya adalah sebuah pe- rahu yang terbuat dari beton yang di tata sedemikian rupa sehingga menjelma menjadi sebuah pulau tropis. PERAHU BETON Bila perahu beton ini meng- apung tak bergerak di tengah laut, pasti semua orang akan mengira bahwa tempat itu memang meru- pakan pulau, karena permukaan- Sewanya Rp. 1 Juta/Jam nya terdiri dari pasir pantai yang putih, dilengkapi dengan pohon palem, semak belukar, sebuah air terjun mini dan sebuah mercu suar setinggi 15,5 meter. TUHAN menciptakan alam ini bukan untuk menyengsa- rakan manusia. Gempa bumi, banjir atau tanah kongsor bukan bencana alam, melainkan pe- ristiwa alam yang normal. Karena sifatnya biasa dan normal maka sudah semestinya kejadian seperti itu tidak me- nimbulkan korban terutama korban jiwa. Hal ini dikatakan Staf Ahli Menteri Kordinator Kesejah- teraan Rakyat (Menko Kesra) Drs. Sutarso, MSW dalam orasi ilmiahnya pada acara Dies Natalis ke 36 dan Wisuda Sarjana Universitas Pemba- ngunan Panca Budi (UNPAB) di Hotel Tiara Medan, Rabu (24/ 12). Kemudian "Abortus Provo- catus", dibagi dalam dua bagian yakni abortus Medicinalis dan Menurut alumni IKIP Ban- dung tahun 1968 ini, gejala alam yang sifatnya normal akan selalu terjadi karena itu manusia sudah seharusnya selalu siap mengan- tisipasinya. Staf Ahli Menko Kesra kelahiran Pasuruan 1 April 1939 ini memperoleh gelar S-2 Mas- ter of Social Work (MSW) dari Universitas of Toronto Canada. abortus Criminalis. Kalau abortus Medicinalis ujar Syafril, dilakukan dokter dengan alasan untuk keselama- tan si ibu. Tindakan ini dilindu- ngi Pasal 48 KUHP dan secara hukum Islam tindakan ini diper- bolehkan, berdasarkan pertim- bangan kedokteran yang benar, bukan dengan alasan "murahan" untuk melakukan aborsi. Menurutnya beberapa keja- dian yang menimpa kita baru- baru ini merupakan ulah ma- nusia itu sendiri. Contoh yang paling dekat dan sudah menjadi masalah internasional adalah masalah kebakaran hutan. Sementara itu abortus Crimi- nalis, dianggap sebagai suatu tindak kejahatan, karena dilaku- kan dengan sengaja terhadap ja- nin yang dikandung oleh se- orang wanita karena dilatarbela- kangi alasan non medis. Di Indonesia tutur Syafril, pengguguran semacam ini seca- ra tegas dilarang dan diancam hukuman pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 299,346, 347,348 dan 349 KUHP. Dosen UNPAD, UNPAS, US-NI, STISIP Widuri ini mengatakan istilah "kebakaran hutan" salah. Yang benar "ke- bakaran lahan". Sebab me- nurutnya, yang dibakar bukan hutan tapi lahan. Dan ini jelas perbuatan para pengusaha. Mengapa pengusaha me- Kemudian faktor lain, mu- dahnya melakukan aborsi sen- diri, seperti dengan melakukan gerakan tertentu (loncat, berlari kencang) atau dengan cara me- ngkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas, atau meminum ra- muan tradisional yang sangat kepedulian sosial dari berbagai diplomatik serta mudah diperoleh di pasar bebas. global sudah maju. Di samping itu, karena ba- nyaknya tempat-tempat liar yang dipergunakan untuk prak- pihak, praktek aborsi yang me- rupakan salah satu gejala me- nurunnya intensitas moral akan terus berlangsung. (aswadi) nya bisa memilih untuk Pulau Merangkap Kapal Pesiar kannya sebagai rumahnya. menjadi Tetapi Kiddoo tak ingin ting- gal di surga terapung ini. Ia me- nyewakan seharga Rp. 1 juta per jam untuk menyelenggarakan pes ta-pesta pribadi. Pasal-pasal ini tidak hanya berlaku terhadap wanita yang melakukan, tetapi juga terhadap Pemilik pulau terapung ini be- nar-benar bisa menikmati suasa- na pantai yang sebenarnya, yang sepi dari pengunjung. Di pulau ini Anda bisa berje- mur menikmati sinar matahari sambil minum kelapa muda di atas pasir putihnya. Tak terlalu luas memang, tapi cukuplah. Selain suasana pantai yang be nar-benar menakjubkan di permu kaannya, kapal ini pun mempu- nyai rahasia lain yaitu ruangan di bawahnya. Jadi di bagian bawah pulau ini terdapat semacam rumah mewah bawah tanah dengan 14 kamar yang seluruhnya dibangun dengan dana senilai 2,5 juta dolar atau se- kitar Rp 5 milyar. Kapal unik ini diciptakan un- tuk menjadi kapal pulau yang pa- ling istimewa. Ruang makan isti- mewanya di tata sangat unik dan mewah yang bisa menampung 42 orang pada saat bersamaan. Mempunyai ruang penyimpan yang menyuruh melakukan atau pelaku aborsi itu sendiri seperti dokter, bidan atau dukun bera- nak. Tapi yang selalu disalahkan adalah "para peladang ber- pindah" dan "suku terasing". Padahal mereka tidak mela- kukan hal itu. Mereka punya "intuisi" untuk mempertahankan "tempat hidup"-nya sendiri, lanjutnya. Menurut Syafril Jaya SH, ada beberapa faktor penyebab terja- dinya aborsi ini antara lain, ka- rena lemahnya iman manusia kepada Allah SWT, yang meng- akibatkan krisis moral dan amat sangat ringannya hukuman bagi pelaku perzinahan versi KUHP. Mengakibatkan, meningkatnya prilaku "permisif dan sex bebas" dikalangan remaja, baik di desa maupun di kota. Hal ini juga dibarengi dengan minimnya pengetahuan dan pe- mahaman akibat hubungan sek- sual dan cara pencegahan keha- milan. Akibatnya, bila terjadi kehamilan di luar nikah, mereka cendrung menggunakan cara abortus sebagai alternatif per- tama. Dengan tegas ia mengatakan, jangan salahkan mereka. Sebab dari dahulu peristiwa seperti ini belum pernah terjadi. APATIS Anehnya kita yang membuat kebakaran, tapi kita apatis terhadap akibat yang ditim- bulkannya. Masalah kebakaran hutan bukan masalah nasional tapi sudah merupakan masalah internasional, menurutnya. Sambil menunjukan gambar- gambar dari satelit yang di- perolehnya melalui internet, ia menegaskan sebagian peme- rintah daerah yang telah di- ingatkan sebelumnya tidak ambil perduli. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul, "Kebakaran Hutan (Penyebab, Dampak, Penang- gulangan dan Kemungkinan Terjadinya Pada Tahun 1998)", ia membeberkan fakta-fakta seputar luas hutan yang terbakar. Mnengutip data Posko Ke- bakaran Hutan Direktorat Jen- deral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan, luas hutan yang ter- bakar sampai dengan tanggal 23 Oktober 1997 adalah 165,- anggur sebanyak 1.500 botol, se- buah bar sepanjang 6 meter serta ruang hiburan utama yang dipe- nuhi barang-barang antik. 3,5 KNOT Salah Kita Sendiri lakukan hal ini ?, karena dengan 361,83 hektar yang tersebar di membakarnya membutuhkan biaya yang sangat murah bila dibandingkan dengan cara. Karena itu sampai dengan saat ini kebakaran lahan sulit untuk dihentikan. "Saya bisa menyalakan mesin kapal, bergerak dengan kecepatan 3,5 knot dan memarkirkan pulau tropis berpohon palem yang indah ini di mana saja saya menghen dakinya". Istana terapung seberat 700 ton, panjang 30 meter dan lebar 15 meter ini mempunyai tempat parkir di Teluk San Fransisco. Sebenarnya dengan tempat yang demikian lengkap, pemilik- Kapal pesiar merangkap pulau mini. Orasi Ilmiah Staf Ahli Menko Kesra Pada Dies Natalis-36 dan Wisuda UNPAB Kebakaran Hutan Karena 23 provinsi kecuali DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali dan Timor Timur. Sebelumnya tiap daerah telah diingatkan untuk waspada, namun tidak ada upaya men- cegahanya sama sekali. Dan sesudah terjadi tidak ada yang bisa membantunya, ia men- jelaskan. DAMPAK Dampaknya sendiri, sangat membahayakan keselamatan makhluk hidup dipermukaan bumi ini secara langsung atau tidak, tandasnya. Secara langsung, ketika asap sudah "menggelapi" sebagian wilayah provinsi dan negara tetangga, banyak manusia yang terserang ISPA (insfeksi saluran pernapasan akut). Ia melanjutkan, bagi binatang ada juga dampak langsungnya seperti berkurangnya keaneka- ragaman hayati, khususnya flora dan fauna khas Indonesia Sedangkan dampak yang sifatnya tidak langsung, ia memberikan contoh jatuhnya pesawat Garuda di Desa Buah Nabar Deli Serdang beberapa bulan yang lalu. Mengerikan sekali, tapi sayangnya banyak pihak yang belum mau perduli terhadap permasalahan tersebut. Malah bangsa lain yang turut mem- bantu. Malaysia dengan cepat me- ngirimkan "pasukan bomba" (pemadam kebakaran) tanpa sedikitpun biaya atau peralatan dari kita. Mereka bekerja dengan cepat padahal banyak dari mereka itu yang terserang berbagai penyakit "aneh", tek aborsi, baik yang disediakan oleh para dukun beranak, bidan, atau perawat, maupun praktek aborsi terselubung yang dilaku- kan klinik bersalin dan rumah. sakit. Petugas Taman Nasional Gunung Gede berusaha mematikan sisa api yang membakar tanaman diareal kawah gunung Gede Cibodas Jawa barat tahun lalu RUPA RUPA Peranan Aceh Mempertahankan Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945 27 Desember 1949) Oleh H. Amran Zamzami, SE Namun menurut Syafril fak- tor utama terjadi aborsi ini, ka- rena lemahnya semangat keber- samaan masyarakat di negeri ini akan kontrol dan sanksi sosial. Hal ini tercermin dari sikap acuh tak acuh, dan tertutupnya mata masyarakat terhadap praktek aborsi di sekitar mereka.. Walaupun sebenarnya, mere- ka memahami fenomena aborsi itu bertentangan dengan norma agama, sosial dan hukum. PENCEGAHAN Dalam tendensi itu ujar Syaf- ril Jaya SH, terjadinya aborsi ini tidak terlepas dari kadar moral manusia. Berbicara tentang mo- ral, maka itu artinya kita bicara tentang keimanan manusia ter- hadap Allah SWT. Menurutnya, tingkat keima- nan ini adalah merupakan satu- satunya sarana ampuh dan efek- tif untuk mencegah terjadinya hubungan sex di luar nikah dan akhirnya menjurus kepada tin- dakan aborsi. Kemudian peran serta tokoh masyarakat, agama dan instansi terkait dalam hal ini kedokteran serta aparat penegak hukum, haruslah berperan aktif secara langsung memerangi praktek aborsi ini apapun jenisnya. Karena tanpa kepekaan dan "Atau bagi orang-orang kaya, mereka datang menggunakan pe- rahu besar, diparkir didek kami, kemudian naik ke atas kapal dan makan malam ditemani terang li- lin", ujar Kiddoo yang menghabis- kan waktu 10 tahun untuk mem- bangun kapal impiannya ini. "Makan malam di kapal ini sungguh merupakan hal yang sa- ngat romantis dan saya tak pernah bosan, karena saya bisa kapan sa- ja menyalakan mesin, pergi ke tem pat lain untuk mengganti peman- dangan", ujarnya. (bp/bua m) ved Ia menegaskan, kita se- harusnya berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ma- laysia. Kita yang membuat mereka yang terkena dam- paknya. Malahan mereka yang memadamkan, sementara kita diam saja. Sambil berkelakar ia menga- takan, seandainya angin arahnya menuju Jakarta dan tidak ke negara tetangga seperti Malay- sia, Singapura dan Thailand mungkin kebijaksanaan yang ditempuh akan berbeda. Apa harus Jakarta yang terkena kabut asap baru titik- titik api tersebut di padamkan, tanyanya lirih. SEBELUM DAN SESUDAH PROKLAMASI ACEH terletak di ujung Suma tera bagian utara dan sekaligus merupakan wilayah paling ujung dari Repbulik Indonesia. Ciri dominan masyarakatnya adalah Islami. Adat dan agama menyatu dalam kehidupan sehari-hari bagaikan zat dan sifat. Islam yang masuk ke Indonesia antara abad VII-VIII langsung dari Arab ke Aceh dan mendirikan kerajaan Islam pertama di Peureulak pada 840 Masehi, (A. Hasjmy, Kebuda yaan Aceh dalam Sejarah, Pener- bit Beuna, Jakarta 1983, p. 44 (narasumber Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia, Medan 17-20 Maret 1963), berha sil mengikat perbedaan-perbedaan adat antara sub-sub etnis Aceh sebelumnya. Pada zamannya, Kerajaan Islam Aceh dikenal sebagai lima besar kerajaan-kera- jaan Islam dunia dan hubungan perdagangan Apalagi setelah muncul batik cetak yang harganya terjangkau masyarakat luas. Keadaan ini mengakibatkan perusahaan batik tulis di Solo dan Cirebon gulung tikar. BATIK dari berbagai daerah di Indonesia saat ini tersebar ke penjuru dunia. Ironisnya, di da- lam negeri relatif terbatas orang ang membeli, karena harganya. dinilai terlalu mahal. Akibat kondisi seperti itu, ba- tik tulis hanya "berjodoh" dengan kalangan tertentu, yaitu mereka yang berkantong tebal : pengusa- ha, pejabat tinggi, politikus, se- lebritis, diplomat (asing), dan kolektor. Di kalangan kolektor luar ne- geri, khususnya Jepang, ada na- ma yang sangat penting Yu Takeuchi. Karena Islam agama pendatang dan bersifat terbuka maka salah satu watak dasar masyarakat Aceh adalah keterbukaan. Beberapa sultan Aceh tidak selalu berasal dari Aceh. Para pemimpin Aceh sejak masa pergerakan, per- juangan kemerdekaan, sampai pun era Orde Baru kini, tak senantiasa etnis Aceh. Salah seorang tokoh Sumpah Pemuda dikenal sebagai putra Aceh meskipun berdarah Tapanuli, yaitu Mr. Sutan Muhammad Amin alias Krueng Raba Nasu tion. Selain keterbukaan, ciri Islami masyarakat Aceh antara lain: cin- ta damai, kemerdekaan, persau daraan dan persatuan (kemitra an), anti kesewenang-wenangan (penjajahan). Watak dasar itu adalah daya tahan dan daya tangkal dalam menghadapi in- filtrasi dari luar sehingga Aceh tak pernah dijamah penjajah baik Portugis, Inggris maupun Belan- da. Zaman Sultan Iskandarmuda, Laksamana Malahayati berhasil mengalahkan armada Portugis dalam pertempuran bahari di Selat Malaka, Inggris dan Belan- da pun tak pernah menguasai Aceh. Perang kolonial Belanda di Aceh yang dimulai sejak 26 Maret 1873 baru berakhir saat Jepang menduduki Indonesia 1942. (H. Ismail Sofyan (Koordinator), Perang Kolonial Belanda di Aceh, Pusat Dokumentasi dan Informasi ra Selatan. Bercorak klasik hingga moderen. T. Nyak Arief yang mampu me lakukan pendekatan dengan chokan (residen) Aceh diduduk kan sebagai salah seorang pemim pin. Pada tanggal 24 Agustus 1945 Dengan adanya kader-kader yang mampu dan terampil maka apabila terjadi suatu keadaan seperti itu atau bencana alam lainnya maka kader-kader tersebut dapat terjun mengan- tisipasinya sebelum meluas lebih lanjut. ia menerima kawat dari Adine goro di Bukittinggi yang menya takan bahwa Indonesia telah merdeka. Maka secara spontan be berapa pemuda mengibarkan Merah Putih meskipun pihak Jepang melarangnya. Beberapa in siden terjadi. Pada 27 Agustus bertempat di Central Hotel, Nyak Arief mengundang mantan per wira-perwira Gyugun untuk me nyusun barisan guna mengawal kemerdekaan dan dibentuklah Angkatan Pemuda Indonesia (API), dengan komandan Sya maun Gaharu, kastafnya T.A. Akhirnya Staf Ahli Menko Kesra tersebut mengharapkan kepedulian semua pihak te- rutama perguruan tinggi. Terakhir ia mengatakan, "bencana alam" tersebut kita sendiri yang membuatnya. Untuk itu kesadaran sangat diperlukan terutama buat me- reka-mereka yang terlibat langsung terhadap hal ini. (rrs) Wanita Jepang itu, Mengkoleksi Ia mengatakan sangat tertarik ketika diperintahkan mewakili Menteri untuk menyajikan orasi ilmiah yang berkaitan dengan kebakaran hutan. "Saya harapkan, UNPAB mampu menjadi pelopor atau menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang peduli terhadap masalah kebakaran hutan", katanya. Sebaiknya kepada mahasis- wa diberi pelatihan-pelatihan untuk mengatasi berbagai per- masalahan alam seperti masalah kebakaran lahan tersebut. 4000 Helai Batik Usia kain batik tersebut bera gam. Yang tertua, menurut peng- akuan Takeuchi, berusia 120 tahun. Untuk menambah informasi pengunjung, di ruang depan dise- diakan ruang khusus untuk me- nonton video tentang proses pem- buatan batik hingga kehidupan sehari-hari di Jawa yang berkait- an dengan batik. Sementara di ruang tengah di- peragakan alat-alat membatik, se- perti canting, malam, anglo, kain, dan gawangan. Sebagai latar be- lakang dipajang foto-foto proses pembuatan batik, mulai dari membuat pola motif, menggores- kan canting, hingga mewarnai. Bagaimana kisahnya, sehing- ga Takeuchi tergerak menjadi ko- lektor batik? Wanita berambut putih yang hanya hapal sepotong kata bahasa Indonesia saya ini panjang lebar mengisahkan per jalanannya. Wanita Jepang satu ini memi- liki tak kurang dari 4.000 lembar batik yang dikumpulkan sejak 40 tahun lalu. Kain-kain itu dirawat penuh kasih sayang. Ringkasnya, 40 tahun lalu ada kapal Indonesia ke Tokyo, antara Sebanyak 350 lembar di anta- lain membawa batik. Atas un- ranya, khusus batik yang bertema dangan seseorang temannya yang bunga dan hutan, pekan lalu di- gelar di gedung Pusat Asia Yaya- san Jepang di Akasuka, Tokyo. bekerja di Bea dan Cukai, Ta- keuchi datang, tertarik, lalu membeli batik. Setelah itu dia menambah ko- leksinya satu demi satu. Diapun tak segan-segan berburu langsung ke pusat-pusat produksi batik tu- lis di Indonesia, khususnya Jawa dan Madura. Aceh, Banda Aceh 1997, p.26 (nara sumber; Paul van't Veer dalam De Atjehoorlog, p. 293) Memang, Sultan pernah menandatangani surat perdamaian dan kesultanan diduduki Belanda namun perla wanan rakyat di bawah pimpinan Panglima Perang Aceh tetap berlangsung dan tak pernah hen- ti sampai masuknya Jepang. VIDEO BATIK Batik-batik itu dipajang per lembar di tiang-tiang bambu, di- tempel di dinding, serta dipajang di gantungan kayu berukir. Ada batik dari Tuban, Tan- Biasanya ia memesan terlebih jungbumi (Madura), Lasem, Cire- dahulu, dan diambil setahun bon, Pekalongan, Megamendung, kemudian. Solo, Yogyakarta, hingga Sumate- Islam yang mengajarkan cinta tanah air dan antipenjajah (membela negara adalah wajib, jika gugur syahid hukumnya, sorga tempatnya) memupuk jiwa patriotisme. Semangat fissabilil lah (berjuang di jalan Allah) me rupakan kehormatan bagi orang Aceh. Berjuang menentang pen jajahan dan menegakkan kemer dekaan bangsa tidak sekedar ke wajiban sosial bagi rakyat Aceh, melainkan menegakkan keyakinan beragama. Oleh karena itu tokoh- tokoh pejuang Aceh baik di bidang politik maupun militer datang dari para ulama, semisal Teungku Muhammad Daud Beu reueh, A. Hasjmy, dan lain-lain. Kemerdekaan, persaudaraan dan persatuan yang melandasi jiwa rakyat Aceh bersumber dari ajaran Islam itu seirama dengan era kesadaran nasional di In- donesia yang melahirkan gerakan kebangkitan nasional (1908), berlanjut ikrar para pemuda demi persatuan Indonesia (1928) yang mencapai klimaksnya pada prokla masi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada priode itu Aceh tidak hanya melaksanakan komitmen nasional di daerah melainkan juga tampil di panggung perjuangan nasional Mr. S.M. Amin bersama para tokoh pemuda mencetuskan Sumpah Pemuda 1928, Mr. T. Moehammad Hasan duduk da 'lam Panitia Perumus Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan am- bil bagian dalam merumuskan Dasar Negara kita. (1) Hamid Azwar. itu), Sub Komandemen Sumatera Tengah berkedudukan di Bukit tinggi dengan Komandan Kolonel Dahlan Jambek, dan Sub-Komah demen Sumatera Selatan yang berkedudukan di Lahat dengan Komandan A.K. Gani. Dengan adanya perubahan nama itu maka Divisi-V/TRI Komandemen Su matera menjadi Divisi Gajah-I, Komandannya Husein Yusuf. Su sunan personalianya tetap sama. Sementara itu Divisi-IV/TRI Komandemen Sumatera menjadi Divisi Gajah-II, Komandannya Kolonel Achmad Tahir. Ketika Achmad Tahir diangkat menjadi komandan Polisi Tentara (PT) se- Pengangkatan T. Nyak Arief se bagai residen Aceh (3 Oktober 1945) oleh Mr. T.M. Hasan selaku Gubernur Sumatera, (Mr. T.H. Moehammad Hasan, lahir di Peu kan Set, Sigli, 4 April 1906 tamatan Leiden (1933). Sepulang dari Negeri Belanda ia jadi in- caran penguasa karena aktivitas politiknya di Aceh. Hijrah ke Batavia dan kembali ketika pen dudukan Jepang dan ia diangkat sebagi penasihat Syu Chokan Sumatera Timur di Medan. Se ring propaganda keliling sehingga terpilih sebagai wakil Sumatera Timur dalam Panitia Persiapan Sumatera, kedudukannya digan- Kemerdekaan Indonesia. Keluwes tikan oleh Kolonel H. Sitom pul. annya berunding menghasilkan Pada waktu yang bersamaan, mukadimah dan pasal 29 ayat-1 oleh Ikatan Pemuda Pelajar In- UUD 45 yang semula tertulis donesia (IPPI) Daerah Aceh diben 'dengan kewajiban menjalankan tuk pula barisan pertahanan yang Syariat Islam bagi pemeluk-pe berkekuatan satu Resimen, yaitu meluknya' disepakati jadi 'Ke TRIP Resimen II Aceh Divisi tuhanan Yang Maha Esa'. Maka Sumatera, yang diprakarsai oleh Dwi Tunggal Soekarno-Hatta pun M. Thalib Effendi, Yahya Zam- mengangkatnya sebagai Wakil Pe zami, M. Djanan Zamzami, Zul merintah RI di Sumatera (22 kifli Ali, dan kawan-kawan. Agustus 1945) dan selanjutnya ditunjuk sebagai Gubernur Suma tera (2 Oktober 1945). Pada tang- gal 3 Oktober dalam sebuah per temuan diangkatlah residen-resi den se-Sumatera), BKR Aceh men jadi Divisi V-Tentara Keamanan Rakyat/TKR-Komandemen Suma tera (Susunan Divisi-V/TKR Komandemen Sumatera adalah : Komandan Kolonel Syamaun Ga haru, Wakil Komandan Mayor Nyak Neh Rica, Kepala Staf Mayor T.A. Hamid Azwar, Aju dan Umum Mayor Husein Yusuf, Kepala Perlengkapan dan Keuang an Mayor T.M. Daud, Polisi Ten- tara Kapten Sabar Datuk. Koman- dan Resimen I di Kutaraja, Mayor T. Mohammad Syah, Kastaf Ma yor A.W. Makmur, Komandan Re simen-II di Bireuen Mayor T. Cut Dari kalangan pemuda pelajar Islam pun tidak ketinggalan, membentuk Tentara Pelajar Islam (TPI) yang berkekuatan satu Resi men, sehingga di Aceh terdapat dua Resimen Tentara Pelajar yang sangat diandalkan baik dimedan tempur maupun di bidang civic mission. Pada 3 Juni 1947 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan ketetapan tentang perubahan nama Tentara Republik Indonesia menjadi Tentara Nasional Indo nesia (TNI). Di samping TNI, laskar-laskar rakyat turut mem perkuat barisan bersenjata di Aceh, yaitu Kasatria Pesindo Divisi Rencong (Kasatria Pesindo Divisi Rencong yang lebih popu ler sebagai Divisi Rencong dengan Ultimatum kepada BPK pun di lakukan agar mereka menyerah Berita proklamasi yang sampai Rahman, Kastaf Kapten Ibrahim panglimanya Nyak Neh Lhoknga dengan batas waktu pukul 12.00 dibentuk 29 Oktober 1945 organ Pemuda Republik Indonesia (PRI). Berawal dari Ikatan tanggal 10 Januari 1946. Karena ultimatum itu tak dipatuhi maka pada 11 Januari 1946 PRI dan Pemuda Indonesia (IPI) yang jadi Blang Malu, esoknya ke Lam TKR menyerang pertahanan BPK Barisan Pemuda Indonesia (BPI), kemudian jadilah PRI (15 Okto ber 1945). Pada Konperensi Daerah Pesindo Aceh (14-17 Pebruari 1947) di Kutaraja, Pesin- do Aceh memisahkan diri dari Meulo dan pada 13uari 1946 Teuku Daud Cumbok bisa dikua markas uleebalang di rumah sai namun Daud Cumbok telah melarikan diri dan baru tertang di Aceh disambut dengan rasa syukur atas rahmat Allah dan siap mengawalnya. Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya sudah diramalkan oleh beberapa pemuda Aceh yang bekerja di koran Atjeh Sinbun. Mereka me ngikuti siaran kantor berita Domei dan memantau radio Seku tu yang selalu menyiarkan kekalah an Jepang di berbagai front per tempuran. Maka sebelum prokla masi para pemuda telah memper siapkan diri dengan membentuk organisasi secara sembunyi-sem, bunyi yang baru pada 21 Agustus 1945 diresmikan, yaitu Ikatan Pemuda Indonesia (IPI) di bawah pimpinan A. Hasjmy. LAHIRNYA ANGKATAN BERSENJATA DI ACEH Hatta, Komandan Resimen-III di Meulaboh Mayor M. Nasir, Kas taf Mayor T. Usman Yakob) ber kedudukan di Kutaraja. Tentara Keamanan Rakyat menjadi Ten- tara Keselamatan Rakyat/TKR (7 Januari 1946) lalu Tentara Republik Indonesia/TRI (Pusat 25 Januari 1946, di Aceh 17 Pebruari 1946) (Komandan Divisi Kolonelk Syamaun Gaharu, Kepa la Staf Divisi Mayor T.A. Hamid Azwar, Ajudan Staf Umum Ma yor Husein Yusuf, Kepala Inten- dance Mayor Said Usman, Kepala Keuangan Mayor Bachtiar, Kepala Zeni Mayor T. Hamzah, Kepala Pesindo di Jawa), Divisi Teungku kap pada 16 Januari 1946 di pe Chik di Tiro, Divisi Teungku Chik Paya Bakong. gunungan Seulawah Jantany Ekor Peristiwa Combok masih berlanjut dengan munculnya Husin Al Mujahid dengan Tentara Perjuangan Rakyat (TPR)-nya yang melakukan gerakan pember jadih yang mulai populer sejak sihan uleebalang. Husin Al Mu- Polisi Tentara Mayor Sabar Datuk, Komandan Resimen-I Mayor Hasballah Haji, Kastaf Resimen-I Kapten T. Manyak, Komandan Resimen-II Mayor Cut Rachman, Kastaf Resimen-II Kapten Nurdin Sufi, Komandan Resimen-III Mayor A. Wahab Mahcmour dan Kastaf Resimen- III Kapten Nyak Adam Kamil. Peristiwa Cumbok dan pember- sihan uleebalang Pidie tidak puas atas sikap Residen Nyak Arief dan Kolonel Syamaun Gaharu dalam menangani Peristiwa Cumbok. Maka bersama TPR-nya ia me lakukan pembantaian besar-besar di Pantai Timur. Ketika pasukan- nya hendak memasuki Kutaraja (Pebruari 1946) dilakukan perun- dingan dengan beberapa tokoh Divisi Rencong (A. Hasjmy, Nyak Neh, Pawang Leman, A. Saleh Rahmany, dan lain-lain) yang hasilnya pemberian pangkat Jenderal Mayor Tituler kepada Husin Al Mujahid menggantikan pangkat T. Nyak Arief, namun gerakan pembersihan uleebalang di Pantai Barat (Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Selatan) akan dilaku kan oleh Divisi Rencong. Sedang Nyak Arief sebagai Residen ber sedia dicutikan (karena sakit) dan digantikan Daudsyah. Untuk sementara situasi tenang namun ibarat api masih membara dalam sekam. Dalam pada itu Teungku Muhammad Daud Beu reueh mendesak agar TPR ditarik dari pedalaman Aceh Besar karena sudah menyimpang dari garis perjuangan. Upacara pe ngembalian TPR berlangsung di Masjid Raya Baiturrachman, Kuta raja, 9 Maret 1946. Sementara itu Husin Al Mujahid diculik oleh musuh-musuhnya yang dipimpin Ayah Daud Tangse dan kawan- kawan, dan hendak dieksekusi namun Husin Al Mujahid berha sil lolos dan sejak itu ia tak per- nah muncul dalam percaturan politik di Aceh. dak, dia mengoleksi batik-batik yang di dalamnya mengandung "cerita spesifik", yang memiliki ni- lai kesejarahan. Misalnya, batik Cirebon ber- gambar Sinerela lengkap dengan gambar jam dinding, batik ber- gambar kapal laut Krakatau Ams- terdam yang mencatat sejarah kunjungan wisatawan Belanda se- telah letusan Gunung Krakatau abad Silam. Selain itu, ada pula batik-batik yang bercerita tentang pengaruh berbagai kebudayaan asing yang tergambarkan lewat motif bunga bergaya Eropa, wanita Jepang ber kimono, Singabarongg China, hingga kaligrafi Arab. Bagi mereka yang tak sempat menyaksikan pameran tersebut, bisa melihat batik-batik koleksi Takeuchi lewat bukunya berbaha- sa Jepang setebal 160 halaman, berjudul (dalam terjemahan ba- hasa Inggris "Flora Batik of Jawa"). Masing-masing foto batik di- lengkapi keterangan yang me- nyangkut nama batik, daerah asal, tahun pembuatan hingga ukuran (panjang lebar). Selain foto-foto kain batik lembaran, juga ada kain batik yang sudah dijadikan baju (rok panjang). Dilengkapi pula foto- foto batik dalam kaitan sosial bu- daya di Jawa. Memang, orang kaya yang ku- rang bijak, biasanya tak pernah berpikir akan datangnya kemis- kinan, sehingga tidak waspada Dari batik-batik yang dipa- dalam memperkaya kehidupan di- merkan, tampak Takeuchi bukan-rinya sendiri maupun orang lain. lah kolektor biasa. Bagaimana ti- (YSH/sura p) Dalam perkembangan selanjut- nya Markas Divisi dipindahkan dari Kutaraja ke Bireuen (Aceh Utara) dan sejak tanggal 12 Maret 1946 susunan personalia Divisi V/TRI adalah: Komandan Divisi Kolonel Husein Yusuf, Wakil Ko mandan Divisi Letkol Nurdin Sufi, Kastaf Divisi Mayor Bachtiar, Kepala Seksi Organisasi Mayor M. Nazir, Kepala Seksi Panitera Umum Kapten Ibrahim Hatta, Kepala Seksi Siasat Kapten Abubakar Manaf, Kepala Seksi Polisi Tentara Kapten Abubakar Majid, Kepala Seksi Penerangan Mayor A. Gani Usman, Kepala Seksi Pendidikan Mayor M. Nur El Ibrahimy, kemudian diganti Mayor Supeno, Kasi Angkutan Kapten T. Hamzah, Kepala Seksi PHB Lettu T. Ibrahim, Kasi Per lengkapan dan Keuangan Mayor T.M. Daud (kemudian diganti Mayor Oesman Adamy), dan Ke pala Seksi Kesehatan Mayor dr. M. Mahyuddin. Sejak Pebruari 1947 TRI Ko mandan Sumatera-Sumatera di bagi menjadi tiga Sub-Koman demen. Yaitu Sub-Komande men Sumatera Utara berkedudukan di Kutaraja dengan Komandan Ma yor Jenderal Tituler T.M. Daud- syah (Residen Aceh pada waktu Divisi Rencong merupakan laskar yang memiliki organisasi dan persenjataan yang lengkap dengan resimen artileri dan per bengkelan senjata di Lhok Nga. Bagian Perkapalan/pelayaran di Ulee-Lheue, Resimen Wanita Pocut Baren. Barisan kelaskaran di Aceh tampil di berbagai medan perjuangan baik di garis depan maupun di garis belakang, bahu membahu di bawah satu koman- do TRI/TNI sehingga tidak me rupakan tandingan pemerintah tetapi bersatu dalam satu tujuan yaitu berjuang menegakkan ke hormatan dan kemerdekaan Ta nah Air, sehingga pada pemben- tukan TNI (1947) banyak persona lia laskar yang dilebur ke dalam TNI. REVOLUSI SOSIAL DI ACEH Ketika kita tengah membangun kekuatan guna mengawal kemer dekaan ada sementara golongan uleebalang yang merasa dirugikan oleh kemerdekaan. Seperti kita ketahui kaum bangsawan sebelum kemerdekaan mempunyai kewe nangan tertentu atas daerahnya. Kehadiran Republik Indonesia dianggapnya akan mengurangi gerak mereka. Sesungguhnya para bangsawan di Aceh terbagi men- jadi tiga kelompok dalam meng hadapi kemerdekaan. Ada kelom- pok yang pro dan berpihak pada Republik, ada yang moderat meli hat gelagat, namun ada pula yang anti kemerdekaan, seperti T. Daud Cumbok, dan kawan-kawan. HALAMAN 5 T. Daud Cumbok tidak hanya menentang eksistensi Indonesia Merdeka, bahkan berusaha meng galang kekuatan dengan mem bentuk pasukan Barisan Penjaga Keamanan (BPK) dan terang-te rangan menentang Republik. Maka terjadilah insiden bersen jata yang dikenal sebagai Peris tiwa Cumbok (4-6 Desember 1945). Pada 6 Desember berhasil dicapai perdamaian, tetapi pada 10 Desember 1945 para ulee balang (bangsawan) mengadakan rapat di Lueng Putu dan meng hasilkan kesepakatan untuk me ningkatkan gerakan militernya. Mereka memisahkan diri dengan RI, menolak bertemu Gubernur Sumatera T.M. Hasan, bahkan BPK melakukan penang kapan terhadap musuh-musuhnya serta melakukan pembakaran rumah-rumah penduduk. BPK menyerang markas Pemuda Re publik Indonesia (PRI) Garot (11 Desember 1945), menyerbu kam- pung Meutareum (16 Desember 1945), membakar sekolah-sekolah agama di Titeu dan kantor-kantor kehakiman di beberapa tempat (20 Desember 1945). Menanggapi hal itu maka Per satuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) bersama PRI Mendirikan Markas Umum di Garot dan pada 30 Desember 1945 terjadilah per tempuran bersenjata. Esoknya Teuku Daud Cumbok bersama BPK-nya melakukan penyerangan ke Meutareum, Ilot, Lagung, Lala dan Pulo Kameng di kabupaten Pidie. Peristiwa Cumbok itu dibahas dalam rapat Komite Nasional In- donesia Daerah Aceh (KNIDA) 6 dan 8 Januari 1946 dan menetap kan bahwa golongan Cumbok adalah pengkhianat dan musuh negara. Pemerintah daerah Aceh (Wakil Residen T.P.P Mohammad Ali) dan Markas Umum Daerah Aceh (Syamaun Gaharu) menge luarkan maklumat dan disebar kan ke Lam Meulo, Sigli, yang in- tinya agar rakyat tidak terpenga ruh dan terperosok ke golongan kontra-revolusioner. -mtwh BATALYON 115: Para perwira yang berperan pada masa Perang Kemerdekaan di Aceh. Setelah pemulihan kedaulatan RI mereka bergabung dalam Batalyon 115 Teritorium Tentara I (kini Kodam I/BB). Mereka antara lain: Pelda Zainul Arifin, Kapten Said Usman, Lettu Ali B, Kapten A.M. Namploh, dan Kapten Imam Khormen.