Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Analisa
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-07-27
Halaman: 09

Konten


AMAN 8 ONKE- KAN?! TER SE- KAL song 27 ANALISA - MINGGU, 27 JULI 1997 CAMAT Air Putih diwakili Sekwilcam Zulkarnain Bsc menu tup Diklat Sholat Bayi Lima Tahun (Balita) dalam upacara di Balai Kelurahan Pekan Indrapura Asahan Sabtu (19/7). Penutupan ditandai dengan praktek sholat magrib dan penye rahan sertifikat kepada para peserta diterima secara simbolis oleh orang tua mereka. Dalam sambutannya Camat Air Putih mengharapkan agar orang tua peserta secara kontinu melatih anak Balita mereka melaksanakan sholat yang merupakan rukun Islam kedua Analisa/al Suatu hari Anna duduk di PRAKTEK SHOLAT BALITA: Inilah para Balita yang melakukan praktek sholat magrib (kanan) dapur di rumah kami. Aku meli dan ketua panitia Ummi Kalsum Putih saat menyampaikan laporan, (kiri). Diklat Sholat Balita hat ia melipat tangannya dan matanya menengadah ke atas. Lalu dengan suaranya yang serak ia berkata, POHON kuini di samping rumah Erif sedang berbuah lebat. Buah kuini yang masak harum baunya. Kuini yang masak akan jatuh sendiri dari pohonnya. "Bub!" terdengar suara buah kuini yang jatuh di halaman. Erif dan Anim berebutan keluar ru mah begitu mendengar suara buah kuini yang jatuh itu. Erif kalah cepat. Anim menemukan kuini yang jatuh itu lebih dahulu. Mmm. Bukan main harum bau kuini yang jatuh itu. Warna kulit buah kuini yang sudah masak masih tetap hijau. Membedakan buah kuini itu masak atau tidak hanya dari aroma baunya. Yang masih muda tak berbau. Dan kulitnya bila di pijit terasa keras. Beda dengan yang jatuh sendiri karena masak di pohon, kulitnya berwarna hijau agak kekuningan dan bila di pijit agak sedikit lembut. Tak lama Erif dan Anim ma suk ke dalam rumah, di halaman kembali terdengar suara buah jatuh. Mendengar ada buah yang jatuh, Erif segera berlari ke halaman. Kali ini Erif berhasil mendapatkan sebuah buah kuini yang cukup besar. Erif tertawa- tawa sakin senangnya mendapat tersebut. "Bila sejak kecil dilatih, mudah-mudahan setelah besar akan terbiasa dan selama hayat tidak akan meninggalkannya," ujar Zulkarnain Bsc. Sebelumnya ketua panitia Ummi Kalsum Putih melaporkan, Diklat Sholat yang baru pertama kali dilaksanakan itu diikuti 65 Balita berasal dari beberapa desa di Kecamatan Air Putih dan Per- wakilan Kecamatan Sei Suka. Diklat tersebut berlangsung selama 18 hari. Peserta yang belum mengerti apa-apa itu pada mulanya diajari semua bacaan sholat sejak takbir sampai salam. kan buah kuini itu. Erif mencuci buah kuini itu terlebih dahulu agar getahnya larut bersama air. Erif tak bisa mengupas sendiri. Erif minta Anim mengupaskannya. "Kupas sendiri la," ujar Anim. "Erif mana bisa, Kak. Kupas kanlah, Kak.." kata Erif sedikit merengek. "Kakak minta sikit ya... "Kakak punya kan ada .... "Ini untuk dimakan nanti malam, Dik... "Kalau begitu, nanti malam Erif minta juga ya.?" "Jangan, Dik. Tunggu jatuh yang lain saja... "Kalau nggak ada yang jatuh.?" "Pasti ada. Percayalah," ujar Anim pula. Erif percaya. Ia me nyerahkan kuini yang di dapatnya tadi kepada Anim untuk di kupas. Hukuman Buat Si Pencuri Anim mengambil pisau di dapur. Anim mengupas kuini itu dengan sangat hati-hati sekali. YA! YA! SEKARANG PULANGLAH PAK TUA! MALAM SU- DAH LARUT, TAK BAIK BERJALAN SENDIRIAN DI TEMPAT SEPERTI INI MALAM-MA- LAM BEGINI. Pisau itu tajam. Salah-salah mengupas, tangan bisa luka di buatnya. Tiba-tiba Erif dan Anim dike- jutkan oleh suara buah jatuh yang beruntun di halaman. Tidak buah saja yang jatuh, tapi daun- daunnya juga berguguran. Dua Oleh: D. Rifai Harahap PAK TUA, MAAFKAN AKU. AKU KAPOK! TAK BERBUAT JAHAT LAGI. BESOK SIANG LILITAN ITU AKAN LEPAS SENDIRI! Manusia Akar : Demikian juga kaifiyat (cara) sholat tersebut. Setelah hafal dan mengerti kaifiyatnya, para Balita dilatih langsung mempraktekkan nya. Sementara itu Masdalifah, salah seorang orang tua peserta mengucapkan terima kasih kepa- da panitia yang mensponsori Diklat sholat bagi anak mereka yang masih Balita. Masdalifah menghimbau agar tahun depan Diklat serupa tetap dilaksanakan untuk melatih Balita lain juga faham dan mengerti melaksana- kan sholat. (al). اليدو रेखा orang anak laki-laki yang usianya lebih tua sedikit dari Anim tam- pak sedang melempari buah kuini itu dari pinggir jalan. "Jatuh! Jatuh! Cepat ambil!" ujar anak yang melempar kegira ngan. Dengan cepat temannya yang satu lagi masuk ke halaman mengambil buah yang jatuh itu. "Hei, jangan di ambil!" teriak Erif. Tapi anak itu tak perduli. "Kak, kuini kita dicuri orang! "Anim keluar. Anim mengenal ke dua anak-anak yang mencuri buah kuini itu. "Hei, Acil, Payan, kem- balikan," jerit Anim. Namun Acil dan Payan tak perduli. Begitu buah yang jatuh itu di dapat Acil, merekapun segera melarikan diri. "Pencuri! Pencuri! "teriak Erif sambil lari mengejar ke ping- gir jalan. Ke dua anak-anak nakal itu telah jauh di ujung jalan. Sambil berlari Erif melihat Payan dan Acil mengupas buah kuini itu dengan giginya. "Mana mereka, Dik?" tanya Anim. YA, BEGITU ME- MANG LEBIH BAIK! "Itu, Kak. Siapa mereka, Kak?" tanya Erif. "Yang baju kotak-kotak itu Acil namanya. Yang satunya lagi, Payan. Mereka memang nakal." "Lihat, Kak. Mereka BC TETAPI, BAGAIMANA DENGAN ORANG INI? BIARKAN SAJA DIA! ITU GANJA- RANNYA ATAS PERBUATANNYA PADAMU! Syukur dan Terimakasih WAH, BESOK AKU TAK BISA SARAPAN. DASAR APES MENC ANNA MARIA adalah orang yang membantu dokter waktu ibuku lahir. Dan duapuluh tujuh tahun kemudian, ia berada di kamar tidur ketika aku lahir. Dialah yang memandikanku un- tuk pertama kalinya. Namun bukan itu saja yang diberikannya kepadaku. TAMAN RIANG "Syukur dan terimakasih padamu ya Tuhan, untuk semua berkat yang kuterima". Oleh: Lily "Anna", kataku padanya, "Apa kah artinya berkat ?". "Berkat adalah makanan dan minuman di hadapanku ini," sahutnya. "Tapi, makanan dan minuman itu kau dapatkan setiap hari, meskipun kau tak mengucapkan terimakasih pada Tuhan," kataku. "Benar. Tapi mengucap syukur akan menambah kelezatan apa yang kita makan dan minum. Pada beberapa agama tertentu, orang harus mengucap syukur mengupas kuini yang mereka curi pakai giginya... "Dasar anak-anak rakus, Dik. Biar saja. Nanti mereka akan tahu sendiri akibatnya memakan buah kuini tanpa di kupas. Getah kuini itu nanti akan melepuhkan mulut nya," kata Amin pula geram. Dari jauh Acil dan Payan tertawa-tawa sambil melambaikan tangannya kepada Anim dan Erif. Melihat Acil dan Payan menge- jeknya, Amin marah bukan main. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Acil dan Payan datang menemui ke dua orang tua Erif. Mereka datang untuk meminta maaf. Acil dan Payan menutup mulutnya. Doa Anim ternyata makbul. Mulut Acil dan Payan memang benar-benar melepuh seperti terbakar api. Luka terkena getah buah kuini itu tampak hitam mengelilingi mulit Acil dan Payan. Oleh: Erlangga "Rasakan! Itulah akibatnya kalau terlalu rakus!" ujar Anim "Sudah. Mereka sudah men- dapat hukumannya. Lain kali kalau kepingin makan buah kuini, minta. Jangan mencuri," kata Ayah mengingatkan. Acil dan Payan tertunduk malu. Dalam hati mereka berjanji tidak akan mencuri lagi. KAMU TIDAK APA-APA 'KAN PAK TUA ? OH... TI.. TIDAK, AKU BA- IK-BAIK SAJA KOK. TERIMA KASIH YA... HE! TUNGGU DULU! JANGAN PERGI! MAAF, PAK TUA! AKU HARUS PERGI. MASIH BANYAK TUGAS YANG HARUS KUSELESAI- KAN! 08 apabila mereka hendak makan. Tetapi gerajaku tidak mengajar kan demikian. Jadi, aku melaku kannya karena kemauanku sendiri saja". Setelah makan, Anna mengucap syukur pula. "Kau tahu", katanya melanjutkan, "Mengucap syukur itu sebenarnya menyenangkan sekali. Seperti sebuah permainan. Seorang pendeta tua mengajarkan ini kepadaku. Kau harus mencari hal-hal yang patut kau syukuri. Kau harus mencarinya dengan teliti. Karena kalau tidak, banyak hal yang kau lewati begitu saja". 'Bagiamana caranya ?" tanyaku mulai tertarik. Misalnya saja aku. Pagi ini ketika aku bangun, aku lalu duduk berpikir apakah yang patut aku syukuri pada pagi begini? Ternyata aku tak menemu kan sesuatu apapun jua. Coba kau bayangkan, apa kata Tuhan tentang aku? Aku yang menyebut diriku anakNya ! Menyedihkan dan memalukan juga, bukan ?", Anna menarik nafas panjang. Ke mudian melanjutkan, "Lalu, sementara aku bermalas-malasan di tempat tidur, Josi anakku, masuk menghantarkan secangkir kopi untukku. Harumnya kopi masuk kedalam hidungku yang tua ini. Kopi, bayangkan! Syukur dan terimakasih Tuhan, untuk secangkir kopi dan putriku yang telah menghantarkannya. Me mang, kata orang kopi tak baik untuk kesehatan. Tapi aku telah minum kopi selama 50 tahun. Dan aku mengucap syukur untuk setiap cangkir kopi yang telah kuminum". Anna memandang kepadaku lalu tersenyum cerah. "Apakah hal-hal kecil juga perlu kita syukuri ?", tanyaku. "Tentu", sahut Anna. "Misal nya saja aku sementara member sihkan debu dari barang-barang di lemari. Apabila aku memegang sebuah patung kecil dan melap nya, aku lalu teringat kapan patung itu diberikan kepadaku, dan betapa aku dapat menjaganya hingga tidak pecah sampai saat ini. Lalu, ketika aku membersih kan lukisan-lukisan maupun potret-potret yang tergantung di dinding, semuanya seakan-akan membawaku ke masa lampau yang penuh kenangan indah yang membahagiakan. Serasa orang- orang dalam gambar itu meman- dang kepadaku, dan aku pun me mandang pada mereka, menge nang masa-masa yang indah yang pernah kami rasakan bersama- sama. Nah, bukankah hal-hal ini perlu kita syukuri? Di samping kita merasa bahagia karena ke nangan-kenangan yang indah, tanpa kita sadari pekerjaan kita juga telah selesai". Anna telah lama meninggalkan kami. Namun kenangan-kenang an yang ditinggalkannya di dalam hati dan pikiranku adalah sesua tu yang tak ternilai, syukur dan terima kasih Tuhan. Aku kini da pat memandang hal-hal yang terjadi di sekelililingku, bahkan yang paling kecil sekalipun, sebagai berkat yang patut disyu kuri. *** K 80 Keesokan harinya, diantar Bapak dan Ibu, Ade diungsikan ke rumah om Wahyu di pinggiran kota Medan. Bapak dan Ibu tidak tinggal lama, setelah menitipkan Ade, mereka pun langsung berangkat ke kampung. Semen- tara Ade masih terduduk merenung di dalam kamar Dini, sepupunya, dengan mata memerah menahan tangis. Ia masih sedih karena liburannya yang batal, juga karena baru kali ini ditinggal oleh kedua orang tuanya. Ade merasa yakin bahwa ia tidak akan betah tinggal di sini terlalu lama, apalagi ia tidak begitu kenal dengan Dini dan keluarganya. Ck...... "Ibu cerita kalau kamu sekeluarga seharusnya jalan-jalan ke Jakarta, tapi tidak jadi. Kamu pasti sedih karena itu, ya?", suara Dini yang akrab menghapuskan lamunan ade. Ade mengangguk. "Tapi Nenek sakit", keluh Ade lagi. 78 74 81. 777 675 www Mari Mewarna Rib uls svasis ) 60 69 "Mudah-mudahan Nenek kamu cepat sembuh, jadi kamu masih bisa pergi liburan. Yah, kalau tidak sempat ke Jakarta, sekedar ke Prapat juga lumayan, "Ke Prapat lagi? Bosan!". Dini terbelalak. "Bosan ? Kamu sering ke Prapat?", ta- nyanya heran. "Aku baru sekali ke sana, itu pun dulu waktu aku masih kecil. Sekarang pasti Prapat sudah jauh berbeda. Wah, kalau saja aku punya uang lebih, aku pasti ke sana lagi". Tapi ternyata rencana tinggal rencana. Bapak tidak bisa pergi karena harus segera pulang ke kampung, Nenek sakit keras. Dan buyarlah sudah rencana liburan yang sudah disusun selama setahun. Apalagi kemudian Ibu juga harus menemani Bapak ke sana, sementara Ade terpaksa tinggal bersama om Wahyu karena ia tidak diperbolehkan ikut. Kata Ibu tidak ada gunanya Ade ikut ke kampung, selain per- Kening Ade berkerut. Ia heran, ternyata ada juga anak Medan yang hanya sekali dua kali ke Prapat, seperti Dini misalnya. Padahal berapalah jarak Medan - Prapat, pikir Ade lagi. Dan berapalah uang yang dibutuhkan untuk ongkos ke sana. "Ayah dan Ibuku tidak pernah punya uang lebih untuk pergi liburan seperti kamu dan keluargamu. Kalau pun ada jalanannya jauh, Ibu juga takut sedikit uang yang berlebih, Ayah Ade tidak akan betah di sana karena di sana sepi dan tidak ada teman sebaya Ade. Ade benar- benar sedih. 70 6766 .71 B/32 MBBAS2.cisirsd die 7372rent delsdeaine kunst i ug 69 DOL Oleh Yanthie. R lebih mau ditabung untuk sekolahku nanti. Atau menambah modal usaha tanaman Ibu. Makanya aku tidak pernah bisa ke Prapat misalnya", ujar Dini kem- bali, menjelaskan keheranan Ade. Masih dengan tersenyum, Dini juga menambahkan, "Kalau pun aku diberi Ayah ongkos untuk ke Prapat, mungkin aku juga tidak akan pergi. Sayah uangnya, lebih baik kubelikan buku atau meng- ganti sepatu sekolahku yang sudah bolong". 87 "Pekerjaan apa ?", Ade panasaran. Dini tersenyum. "Ayo, bereskan brang kamu, terus kita ke kebun belakang. Nanti aku kasih tahu pekerjaanku. Lumayan, lho, aku bisa dapat uang jajan sampingan dari sini", katanya. 86. 85. 84 82 83 Dan buru-burulah membereskan pakaiannya, tasnya, 5². 59 lalu bergegas mengikuti Dini ke halaman belakang. Ternyata halaman belakang rumah om Wahyu ini sangat luas. Banyak sekali pohon buah-buahan di sana, juga berpot-pot bunga, baik yang baru ditanam atau yang sudah lebat berbunga. "Disinilah aku, kak Ima, bang Ical dan Ibu memperbanyak tanaman hias untuk dijual di toko bunga Ibu. Kadang-kadang beberapa pedagang lain juga mengambil bunga di sini. Malah tidak jarang da pembeli yang langsung memilih bunga ke sini, terutama yang mau membeli dalam jumlah banyak". 5,² 56 "Dan pekerjaan kamu apa ?", tanya Ade heran. "Ya memperbanyak bunga- bunga ini. Kadang-kadang membersihkan halamannya dari rumput, menyapunya, menyiram- nya, memberi pupuk, tapi yang menyemprot hamanya haus bang Ical, aku belum kuat menggen- dong alat penyemprotnya yang disebut sprayer". "Sudah biasa, asal teliti, biasanya tumbuhnya juga bagus. Yah, kadang-kadang ada juga yang tidak jadi. Nanti, deh aku ajarkan kamu memperbanyaknya. Oya, kita juga bisa mengeringkan bunga-bunga atau daun-daun "Kamu tidak bosan liburan di tadi, lalu ditempelkan di buku rumah terus ?" tanya Ade lagi. notes atau kertas surat. Bagus, "Banyak yang bisa dikerjakan di lho, hasilnya", tambah Dini. rumah, jadi tidak sempat bosan. Ade semakin melotot. "Untuk Malah rasanya waktu liburan terlalu pendek, pekerjaanku belum siap, aku sudah harus sekolah lagi". Ade memandang supupunya itu dengan kagum. "Kamu bisa memperbanyak bunga-bunga ini? Anak sekecil kita bisa melakukan- nya ?", tanyanya tak percaya. Dini tertawa. mmm Wella apa ?" "Dijual pada teman-teman kak Ima. Kata kak Ima sekarang ini lagi musimnya kertas daur ulang, nah hiasannya biasanya bunga kering. Makanya berapa pun bunga kering yang kuhasilkan, pasti mereka beli dengan harga yang lumayan. Enak, kan?". Kekaguman Ade pada sepupu- nya semakin besar. Bayangkan sa- ja, Dini juga masih seumur Ade dengannya sudah bisa menghasil kan yang jajannya sendiri, dengan 61° 16. 63 62. 10 60. Liburan di Rumah Dini Wajah Ade muram. Liburan sekolah tahun ini benar-benar diluar rencana yang seharusnya, dimana mereka sekeluarga akan jalan-jalan ke Jakarta dan Ban- dung sekaligus mengunjungi bang Alif yang kuliah di sana. Ade bahkan sudah menyisihkan uang sakunya sedikit demi sedikit agar kan ?". bisa membelikan teman-teman dekatnya oleh-oleh khas daerah sana. Ini bahkan sudah bisa mem- bayangkan perjalanan yang pan- jang dengan mobil pribadi, mengunjungi tempat-tempat yang selama ini hanya bisa didengarnya saja. hasil kerjanya. Meskipun akhirnya uang tersebut habis untuk keperluan sekolah saja dan ia tidak bisa jalan-jalan setiap liburan, tapi Dini tidak pernah menyesalinya. Ia malah bangga pada pekerjaannya setiap liburan. Dan, mulai keesokan harinya Ade pun ikut di dalam pekerjaan Dini, meskipun pada awalnya om dan tante melarang. Tapi melihat kesungguhan Ade, mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ber- sama Dini, Ade ikut menyapu halaman, menyiram tanaman, mengangkut bunga-bunga yang sudah jadi ke toko bunga, bahkan ia mulai diajari cara men-stek dan mengokulasi tanaman. Memang sih, hasil steknya lebih banyak yang mati dari pada yang hidup, tapi kata om Wahyu itu biasa un- tuk seorang pemula seperti Ade. Asal Ade rajin mencobanya lagi, pasti suatu saat Ade bisa melakukannya. Em 53. 31 54 ·97 1970 51 50 32 43 96 .33 44.4% . · 45 Karena asyik dengan pekerjaan barunya, Ade jadi lupa pada acara liburannya yang berantakan. Ia malah tidak sempat bosan karena tinggal di pinggiran kota yang sepi seperti ini. Malah Ade sempat terkejut ketika mengetahui bahwa liburannya tinggal seminggu lagi, dan menurut rencana ia akan di- jemput kedua orang tuanya besok. Sesaat Ade malah bersedih, karena ia tidak sempat melihat hasil bunga keringnya. Rasanya ia masih mau tinggal di sini beberapa waktu lagi. Tapi sayang..... 24 "Liburan caturwulan nanti kamu juga masih bisa ke sini, De Soal bunga kering kamu, biar nanti bang Ical yang mengan- tarkan ke rumahmu kalau sudah jadi". Om Wahyu menghibur hatinya. Lalu sesat kemudian om Wahyu mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dan menyerahkannya pada Ade. Ade tentu saja bingung. "Uang apa, Om?", tanyanya heran. 20 30 . 35 onog Mon dsdaz tem FOUNT 23 34 HALAMAN 9 21 22 '90 29 .27 116X92 TEST WICH 39 • 28 ibejasm SM SID 36 .37 • 38 nya, ia merasa pekerjaannya hanya sekedar membantu Dini. Apalagi pekerjaan itu bukan pekerjaan yang susah yang menghabiskan waktunya, jadi Ade merasa tidak pantas dibayar. "Ambillah, ini hak kamu. Siapa saja yang ikut membantu dikebun selalu menerima imbalan. Kalau pekerjaan ringan, imbalannya juga sedikit, kalau banyak ya uangnya juga banyak". "Iya, De, bisa untuk beli video game baru yang kamu inginkan itu", ujar Dini mendukung perka- taan Ibunya. Akhirnya dengan malu-malu, Ade menerima uang tersebut dan menggenggamnya erat-erat. Matanya berbinar, inilah uang hasil keringat pertamanya, pikir Ade bangga. Rasanya puas sekali bisa memperoleh uang tanpa harus minta pada Bapak atau Ibu. Pokoknya pikir Ade lagi, ini adalah liburannya yang paling berkesan. Meskipun tidak kemana-mana, tapi Ade memper oleh banyak sekali ilmu baru dan ia merasa memperoleh uang sendiri. Ternyata liburan itu tidak harus selalu diisi dengan jalan jalan, hura-hura, keluar kota, atau bahkan keluar negeri. Masih banyak cara untuk menghabiskan waktu liburan, seperti yang diker- jakannya misalnya. Atau membereskan kamarnya yang berantakan, sekaligus meriber- sihkan lemari pakaian dan meja belajarnya. Atau bisa juga mem- bantu Ibu di dapur, minta dia- jarkan cara membuat kue yang mudah-mudah saja. Tapi yang paling menyenangkan adalah menghabiskan liburan dengan teman yang akrab, saling mengun- jungi, bercerita, juga bersama- sama membuat prakarya seperti bunga kering itu. Ade tersenyum, di benaknya sudah tersusun ren- cana liburan mendatang yang akan dihabiskannya bersama Dini. Jika liburan kali ini Ade ting- gal di rumah Dini, liburan nanti akan dimintanya pada Bapak agar bisa mengajak Dini, kak Ima dan "Hasil kerja kamu di kebun, bang Ical ikut bersama mereka ke memang tidak banyak tapi Prapat. Ia ingin membuat liburan lumayanlah untuk tambah- Dini nanti tidak akan terlupakan tambah tabungan kamu. Untuk baik oleh Dini maupun oleh uang jajan liburan kamu juga dirinya sendiri. Mudah-mudahan bisa", jawab Om Wahyu, yang Bapak setuju dengan usulnya itu. diiyakan oleh tante Wahyu. Tapi yang pasti liburan kali ini Semula Ade enggan menerima adalah liburan terindahnya.