Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Solopos
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-10-31
Halaman: 10

Konten


Color Rendition Chart 2cm upt SOLOPOS, JUMAT WAGE, 31 OKTOBER 1997 Hasil Proper Prokasih Bapedal Pengelolaan limbah 16 perusahaan di Kota Bengawan kena "semprit" Baru-baru ini, Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal) mengumumkan hasil peringkat Proper Program Kali Bersih (Prokasih) dari 170 perusahaan di seluruh negeri ini yang disertakan pada program tersebut. Hasilnya, ada 16 perusahaan asal Solo dinyatakan mendapat peringkat merah. Artinya, kinerja pengelolaan limbah perusahaan terse but tidak memenuhi syarat baku mutu limbah. Berkait masalah ini, reporter Espos, Dwi Asih, Mediansyah dan Wahyu Susilo menurunkan laporan tentang hasil penelitian Proper Prokasih Bapedal serta kondisi Sungai Bengawan Solo yang konon dijadikan ajang buang limbah pabrik- pabrik di sekitarnya. udah jadi semacam tradisi bahwa seti- ap tahun, Bapedal selalu membuat perusahaan-perusahaan yang disertakan pada program tersebut. Sejauh ini, telah beberapa kali Bapedal melakukan penilaian atau evaluasi Prokasih. Pertama, pada bulan Juni 1995. Hasil dari peringkat Proper Prokasih tahap itu diumumkan terbatas kepada perusahaan yang bersangkutan. Kala itu, yang diikutkan baru 187 perusahaan. ondisi jembata dimakan usia puh Espos/Yoyok Sunarya Gethek, sudah jadi alat transportasi di Bengawan Solo semenjak zaman PB X puk, beberapa lo agar pengaman d anasnya alam mer Puluhan tahun yar ali Lusi. Dengan ac an Jetisari menjadi ang memiliki kepe Togorejo bisa dipas Orang-orang de Karangsari. Artinya sa Karanglor dan oyong, yang bakal asil bumi ke kota Sebelum jembatan ergi ke Tlogosari h ahulu. Kali Lusi ya Kali Pepe, misalnya, limbahnya berwar- Pengembangan Masyarakat (LSPM) dan au dan jika musim nemikirkan kapan na kehitam-hitaman, berbau dengan residu Ecological Studies Project (ESP) juga telah a cloklat kehitam- terlarutnya 469,0. Jurug, berwarna keabu- melakukan serangkaian penelitian atas kan- Sesungguhnya Penelitian tahun 1991 itu menghasilkan, iki. Kalau perlu abuan, berbau menyengat dengan residu dungan limbah di Bengawan Solo. terlarut 243,0. Ndalon, coklat kandungan BOD yang dimuntahkan ke lalui kendaraan Bengawan Solo tercatat 30.681,6066 kilo- lesa, semua warg gram/hari. Sementara, COD-nya mencapai atan yang baru. erkeberatan ditar 1.035.895,915 kilogram/hari. Bagi warga sekitar, analisis semacam itu Tetapi musim k tidaklah mereka pahami. Yang mereka tahu an di desaku yang setelah maraknya pembangunan pabrik di tengalami kemac pinggir sungai, banyak terjadi perubahan. "Dulu saya mudah memperoleh ikan, hing- erpaksa dibiarkan ga tiap kali ada waktu saya pergunakan untuk Berganti musim mengail atau menjalanya. Sekarang, susah naman, ganggua berbau, residu 510,0. Bewono, warna coklat berbau tekstil dengan residu 471,0. Kalianyar, coklat lumpur, tidak bau, residu 174,0. Evaluasi yang kedua dilakukan pada Desember 1995 dengan jumlah perusa- haan yang disertakan 213 perusahaan. Dan ketiga, pada bulan Oktober 1996 yang sebenarnya merupakan evaluasi par- sial dari kemajuan hasil sebelumnya. Laporannya memuat 120 perusahaan yang dalam laporan bulan Desember 1995 men- dapatkan peringkat Merah dan Hitam. 16 Perusahaan Yang menarik, dari 116 perusahaan pemeroleh peringkat Merah, yang terse- bar di seluruh wilayah Nusantara, 16 di antaranya adalah perusahaan yang berdomisili di Solo dan Eks Karesidenan Surakarta. Pencemaran yang terjadi di Bengawan Solo memang bukan kabar baru. Bahkan, semasa Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup masih dijabat Emil Salim, Bengawan Solo telah ditetapkan menjadi salah satu sungai utama yang perlu dilin dungi dan dikendalikan tingkat pence- marannya. Bengawan Solo bersama 19 su- ngai lain di Indonesia dimasukkan dalam program kali bersih (Prokasih). mengobrak-ab Kali Ngelo, coklat muda, tidak bau, residu 158,0. Bengawan Solo Hilir, coklat muda, tidak bau, residu 131,0. Indo Acidatama I, hitam kecoklatan, sangat menyengat, residu 134,0. Indo Acidatama II, berwarna putih susu, tidak bau, residu 153,0. Sritex, berwar- na coklat, tidak bau, residu 202,0, Tyfontex, berwarna abu-abu kebiruan, berbau kapor- Dan, sebagian besar merupakan jelas. Alasannya, pertama, apakah Bapedal bulan Maret 1997 lalu Bapedal kembali industri tekstil, masing-masing CV Maksudnya, dalam Prokasih, apakah telah ini, tandas dia, tidak hanya evaluasi pering. Namun, berdasar data terbaru di Dinas ah kehitam-hitaman, berbau menyengat, Slamet, 60, penduduk Pucangsawit. Setelah ketiga tahapan di atas, pada perusahaan yang bergerak pada sektor benar-benar mendekati pelaku industi. garnya jera. Yang dibutuhkan sekarang disebut pencemar utama Bengawan Solo. it, residu 1443,0. Batik Keris, berwarna mer- nya minta ampun, banyak yang mati," tandas am, hama weren melakukan evaluasi kinerja Proper Duniatex, PT Aidi Sutanto, PT Alladintex dilakukan upaya sosialisasi penggunaan kat seperti itu saja. Pemerintah harus Perindustrian Pemda Kodya Surakarta, ter- residu 333,0 dan Sari Warna Asli, berwarna prit jelas tidak akan membuat si pelang- Tak jelas pabrik mana yang paling tepat vereng dapat dius Prokasih. Kali ini, yang disertakan telah membengkak jadi 270 perusahaan dengan perincian, perusahaan dari evaluasi sebelumnya 213 buah, tambahan Abadi, PT Asatex, PTPN X PG Mojo, PT Putri Sakti Mahkota Kresna, PTPN XPG Colomadu, PT Indovetsin, PT Ku- sumahadi Santoso, PT Sabar Santosa, PT unit pengolah limbah (UPL). nonteknis maupun keuangan untuk pem- "Demikian juga pemberian bantuan buatan telah dilakukan. Ini lebih melangkah maju dengan mem- perusahaan pelanggar Prokasih. berikan sanksi secara tegas terhapa catat ada sekitar 108 anak industri tekstil, kain dan makanan, 9 perusahaan kecil, 5 perusa- haan kimia dasar dan 9 industri logam. itu Penuturan Slamet boleh jadi bukan isapanim paceklik sepe hijau kekuning-kuningan, berbau menyen- jempol. Sejak berdirinya pabrik-pabrik di saku yang terpe pinggir-pinggir Bengawan Solo, telah terja- Mereka bertanya-ta gat, residu 2070,0. Penelitian yang dilakukan tahun 1992, di banyak perubahan. Paling tidak hal itu to sebagai zama selain memuat kandungan lim- bisa disimak dari kasus PT Indo Acidatama esulitan. haan yang baru dimasukkan 59 buah, Palur Raya, PT Sari Warna Asli Textile yang saya kira masih belum jelas benar," beraya mengusukan pemerintah harus layak ditengarai sebagai biang pencemar, bah secara menyeluruh, juga menyebut I maupun II yang pernah diseret ke penga-Sampaig baru t perusahaan yang tidak dievaluasi kem- bali 2 buah. Kedua perusahaan terakhir adalah PT Karya Tulada di Jawa Barat dan PT Pagina Cita di Jawa Timur yang sudah tidak berproduksi lagi. Industry, CV Suburtex, PT Batik Semar, PT Iskandartex dan PT Sawah Karunia Agung Textil. katanya. selain limbah rumah tangga. te uduk desaku. Se khusus Solo (di luar pencabangan). Yakni, BOD Solo. mencapai 12,0 mg, COD 47,50, DHL 545, SAR 2,22, Na 55,0, dan Mg mencapai 32,32. Padahal, berdasar klasifikasi Wang dan Kuo, suatu sungai pantas disebut telah ter- cemari bila kandungan BOD-nya mencapai lebih dari 3,0 hingga 4,9 mg. Dan disebut telah tercemar kritis bila menginjak angka 5,0 lebih dengan ambang batas toleransinya, 15,0 mg. Struktur kepesertaan ke-270 perusa- haan yang dinilai kinerjanya, dimasukkan ke penelitian program dengan latar belakang yang berbeda. Sebanyak 217 perusahaan memiliki latar belakang dari Prokasih, perusahaan yang masuk secara sukarela 38 buah, dan perusahaan yang masuk kategori khusus 15 buah. Sementara, dari segi kelompok indus- tri berdasarkan penggolongan industri, struktur kepesertaan masing-masing ter- diri dari perusahaan Karet 26 buah, Minyak Sawit 19 perusahaan, Tapioka 7 buah, Gula 19 buah, Kimia, 14 buah, Makanan dan Minuman 14 buah, Farmasi 10 buah, Perminyakan 3 perusahaan, Pulp dan Kertas 29 buah, Tekstil 71 buah, Kayu Lapis 27 buah, Pengolahan lain-lain 31 perusahaan. pakan perusahaan milik swasta nasional (PMDN), perusahaan milik swasta asing (BUMN dan BUMPD) sebanyak 40 perusahaan. Hasil evaluasi yang dilakukan atas 270 perusahaan itu menyebutkan, tidak ada satu pun perusahaan yang memperoleh peringkat kinerja Emas, atau yang ter- baik. Sedang penghuni peringkat Hijau ada 14 perusahaan. Peringkat Biru 135 perusahaan. Peringkat Merah 116 perusa- haan dan Hitam ada lima perusahaan. Ka alau di India ada sungai Gangga yang dipercaya rak- yat India, karena airnya dianggap membawa berkah kebahagian dan kesehatan, maka di Solo pun dahu- lu ada sungai yang memiliki khasi- Kenyataan ini tentu saja amat men- cengangkan. Menurut Direktur LSM Gita Pertiwi, Agus Dodi, hal tersebut mem- buktikan bahwa banyak perusahaan tek- stil masih belum taat terhadap program kali bersih. Itu lantaran perusahaan yang bergerak di sektor industri tekstil merasa dibutuhkan oleh Pemda. Sebab industri tekstil selaku perusahaan padat karya selama ini dianggap mampu mengatasi persoalan pengangguran. Dia bisa menampung ratusan tenaga kerja lokal sehingga meminimalisir pengganguran di kawasan setempat. "Sehingga persoalan lingkungan dire- duksi jadi persoalan ketenagakerjaan. Hal ini tentu saja tidak tepat. Masalah lingkun- gan dan tenaga kerja mestinya tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus menyatu," ungkap Agus Dodi kepada Espos Kamis (30/10). Dari jenis kepemilikan, mak Walau begitu, Agus melihat bahwa pen- kepesertaannya, 166 perusahaan meru- dekatan prokasih selama ini juga belum Pabrik Konimex Danliris Sandang Agung Moratex Tyfountex Indonesia Sri Rejeki Isman (Sritex) PG Tasikmadu Duniatex Aldi Susanto Alladintex Abadi Asatex PG Mojo Sragen Putri Sakti Mahkota Kresna Indovetsin Kusumahadi Santosa Sabar Santosa Palur Raya Sari Warna Asli Suburtex Batik Semar Iskandartex Sawah Karunia Agung Tekstil PG Colomadu Espos/Yoyok Sunaryo GATAL-Para penambang pasir di Sungai Bengawan Solo kini kerap mengeluh. Tiap kali habis men- cari pasir di sungai tersebut, sekujur tubuhnya terasa gatal-gatal. Mereka menduga, itu lantaran air su- ngai telah bercampur limbah buangan pabrik-pabrik sekitar Bengawan Solo. "Biasanya ramai dilakukan tiap bulan Muharam atau malam Jumat Kliwon. Kalau sekarang, mana ada orang yang kungkum di sana, wong airnya saja nggak ada, bau lagi, kungkum di sana malah bikin penyakit kulit nantinya," sambungnya. Sanksi Selain itu, Agus juga berpendapat dalam Prokasih, pemerintah dalam hal ini Bapedal hanya sekadar meneliti daerah pembuangan limbah di UPL-nya saja. Tidak sampai melihat seberapa jauh kon- disi sungai-sungai sekitar pabrik. Jalan penghubung ke Istana Nyi Roro Kidul "Selama ini hanya evaluasi hanya dili- hat dari UPL. Tidak dilihat dampak lingkungannya," tandas dia. Menurut Agus, dalam penilaian Prokasih, di samping penilaian terhadap UPL, juga harus dilakukan penelitian atas lingkungan sekitar dan persoalan sosial. Artinya, masukan dari masyarakat sekitar juga mesti dimasukkan dalam penilaian Prokasih. "Sehingga ada timbal balik antara pemerrintah, masyarakat dan pengusa- ha," tutur dia. Mengenai 16 perusahaan yang terkena "semprit" pemerintah lewat pemer- ingkatan Merah, Agus memandangnya sebagai peringatan. Sama halnya dengan pelanggar lalu lintas, kalau hanya disem- dengarkan keheningan) agar mendapat wisik," cerita dia. Dahulu kungkum, jelas Mbah Wito, menjadi kebiasaan masya- Pintu Ratu Kidul rakat Solo yang disebut sebagai Konon bengawan juga berkait Tirta Yatra Yoga (meditasi sam- erat dengan "istana"-nya Nyi Ro- bil merendam raga). Tujuannya untuk membangkitkan aktivitas jiwa agar menemukan kehe- ningan. ro Kidul. Salah satu "lubang" di tubuhnya, disebut-sebut mampu mengantarkan siapa saja yang memasukinya untuk berkunjung ke "dunia lain" di Laut Selatan. "Lubang" mukjizat tersebut berupa gua, terletak sekitar sera- tus meter dari jembatan Jurug. Tepatnya di pojok belokan Bengawan Solo atau lebih dike- nal dengan sebutan Panjangrejo. "Almarhum kakek saya per- Sebelum ada proyek pemban- nah mencoba masuk dan gunan Bengawan, menurut berhasil sampai ke Segoro Kidul Mbah Wito tepian Bengawan (Laut Selatan - red.)," ucap Tarso, Solo banyak ditumbuhi baron- 40, warga Pucangsawit Rt 04/02, gan (rumpun-rumpun bambu) Solo. dan beringin, sekarang setelah adanya proyek tersebut dan tak ada lagi pepohonan, bengawan tak lagi angker. Menurut Mbah Wito, raja dan keluarganya ser- ing datang ke pesanggrahan, karena kalinya bagus. Hasil akhir Proper Prokasih Maret 1997 (untuk Solo dan sekitarnya) Jenis Industri Farmasi Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Gula Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Gula Tekstil MSG Tekstil Tekstil MSG Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Tekstil Gula mandangan, mau lihat apa wong keadaannya sudah begini," tuturnya. at serupa. Sungai tersebut adalah Sungai Bengawan Solo. Sungai yang membelah Kota Solo itu memang menyimpan banyak legenda dan mitos. Hingga, tidak-sedikit orang melakukan kegiatan spir- itual disana. Dari sini lahir budaya-budaya seperti melarung ari-ari, sesaji, samp i kungkum di malam-malam tertentu, atau ben- tuk-bentuk permainan masyara- kat yang akrab dengan sungai, demikian penuturan Wito Soewiryo, atau yang biasa dipang- gil Mbah Wito, kuncen atau juru kunci pemandian Langenharjo pada Espos. Tarso tidak tahu secara pasti, Menurut Mbah Wito, adegan apa yang terjadi sewak- Pesanggrahan Langenharjo yang tu kakeknya itu masuk ke gua. letaknya di tepi Bengawan Solo Tapi menurut cerita orang dulu banyak didatangi orang tuanya, kakeknya itu sengaja untuk mencari berkah. Menurut masuk dan "hilang" di dalam gua Mbah Wito, pengunjung tidak selama 5 jam. Setelah keluar, dia hanya datang untuk ngalap "Dan tepian bengawan di- mengabarkan bahwa gua terse- berkah di pesanggrahan tapi juga pasangi rumpon yang menghasil but mampu menghubungkannya di tepian Bengawan Solo, kan banyak ikan, tapi sekarang ke "istana" Nyi Roro Kidul. "Banyak orang yang melakukan yang masih suka datang paling "Tapi menurut cerita bapak kungkum, atau menyepi di Benga- Gusti Moeng. Itu pun untuk ti- saya, kakek tidak sempat berte- wan, tujuannya untuk ngrungok- rakat di pesanggrahan, tidak lagi mu Nyi Roro Kidul. Hanya tahu ake heninge hawa meneng (men- untuk beristirahat melihat pe- istananya saja," ucap dia. REPORTASE Alamat Sanggrahan Grogol Skh Banaran Cemani Grogol Skh Langenharjo Grogol Skh Gumpang Kartosuro Skh Jetis SKH Ngijo Tasikmadu Kra Jl Raya Palur Kra Dagen Palur Kra Jl Raya Solo Sragen Km 9 JI Sam Ratulangi 20 Solo JI Waringin Sragen Tegalmulyo Sondakan Solo JI Ir Sutami 9 Solo JI Jaten-Karanganyar Dagen Jaten Kra JI Solo-Sragen Km 6 Teras Boyolali JI Solo Sragen Km 7-8 JI RM Said Solo JI Pakel 11 Solo JI Jaten Km 7 JI Adisucipto Solo dengan menerapkan sanksi-sanki ter- hadap perusahaan yang melanggar Prokasih berdasar UU Lingkungan No 23/1997," kata dia. Disebutkan, UU Lingkungan No 23/1997 memuat beberapa pasal keten- tuan pidana. Misalnya, pada pasal 41 dise- butkan bahwa kalau perusahaan mence- mari dengan sengaja diancam pidana paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta. Kalau menyebabkan kematian atau luka berat, bisa dipidana 15 tahun atau denda Rp 750 juta. Bila mencemari tapi merasa tidak sen- gaja, yang rata-rata dilakukan industri sekarang ini, dikenakan penjara tiga tahun atau denda Rp 100 juta. Ketentuan terse- but termuat pada Pasal 42. Bagi Sido, peringkat Merah, yang disan- dang 16 perusahaan di Solo mestinya juga dianggap pelanggar. Kalau bisa dibutkikan, maka penerapan Pasal 42 bisa dikenakan. Rating Biru Biru Biru Biru Biru Biru Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Bengawan Solo yang diandalkan, kini justru jadi momok bagi kesehatan sekujur tubuh para penam- bang pasir. Adalah Tarso, 40, salah seorang penambang pasir yang tinggal di kampung Pucangsawit Rt 04/02, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Banjarsari, Solo. Setiap hari, dia selalu menyusur pinggiran sungai dengan rakit yang dibuat dari ban- ban bekas, drum serta bambu dan kayu. Ia mengais butiran pasir, mengumpulkan hing- ga menggunung. Bila beruntung, tumpukan pasir tersebut akan dibeli pedagang pasir dengan har- ga Rp 9.000/kubik atau yang diistilahkan per colt. "Setiap hari, paling banter satu colt saja yang bisa saya dapat," tutur Tarso, bapak tiga anak ini sem- bari menyebut untuk membuat rakit dia telah merogoh tabungan Rp 100.000. Dua colt Sebenarnya, untuk ukuran kehidupannya yang sederhana, hasil mendulang pasir sebanyak itu sudah tergolong lumayan. Namun, bila diban- dingkan dengan hasil-hasil sebelum tahun 1980, masih jauh dari lumayan. Kala itu, tiap hari paling sial dua colt bisa dia peroleh. Katanya, itu bukan lantaran saat itu usianya masih muda. Bukan pula karena beban hidup Bengawan Solo kini jadi tempat buang limbah ulu, orang kerap menyebutnya "Sang persis mengapa sungai Bengawan Solo menyandang julukan seindah dan semanis itu. Tapi yang jelas, dalam piagam Dyah Balitung untuk Tambangan Telang yang tertulis tahun 903 M Bengawan Solo jelas-jelas disebut "Sang Hyang Mahawan". Konon, Raja Mpu Sindok pun kepincut dan memberi sebutan Luah Prasidda, artinya sungai yang disucikan kare- na manfaat bagi kepentingan irigasi, pela- yaran dan persawahan. Jadi, sungai terpan- jang di Pulau Jawa itu memang memiliki perjalanan sejarah yang monumental. Dia sempat menjadi jalur niaga utama semasa Majapahit hingga Mataram. Pernah pula dipuja sebagai sahabat sekaligus tem- pat sandaran hidup para nelayan di seki- tarnya. Seiring dengan perkembangan zaman, sebutan "Sang Hyang Mahawan" lenyap. Tersisalah nama Bengawan Solo, lengkap dengan kondisinya sekarang yang tidak lagi "suci" dari serbuan limbah. dari itu, ada kenangan-kenangan masa kecil dan masa muda, bahkan kenangan sepanjang hidup- nya. Gesang merupakan anak kelima dari Martodiharjo, pengusaha batik di Solo. Dulunya, ia bernama Soetadi. Tetapi karena sering sakit- sakitan, namanya diganti menjadi Gesang Martohartono. "Saya lahir di Solo 1 Oktober 1917. Dan seperti anak-anak Solo pada umumnya, tem- pat bermain saya, salah satunya, ya di sungai Bengawan Solo, kami mancing, main gethek, atau berjalan-jalan di pinggir sungai," tuturnya. Maraknya pembangunan pabrik-pabrik di bantaran sungai, juga menjadi faktor lain. Sebab, limbah industri pabrik-pabrik terse- but banyak ke badan Para pencari pasir tidak berani berlama-lama mengarungi sungai, takut diserang gatal- gatal. Alhasil, perolehan pasir merosot, yang berarti berkurang Alasannya sederhana, umumnya perusa- haan-perusahaan itu menempati bantaran sungai atau kali yang mengalir ke Bengawan Solo. Hingga tahun 1990 lalu saja sudah ter- catat 43 industri terbangun di pinggir sungai. 13 Sampel Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam (PMPA) "Kompos" UNS, pernah meneliti 13 anak sungai Bengawan Solo. Sampel diam- bil dari Kali Pepe, Jurug, Ndalon, Bewono, Kalianyar, Ngolo, Bengawan Solo hilir, jalur limbah Indo Acidatama I, Indo Acidatama II, Sritex, Tyfontex, Batik Keris dan Sari Warna. "Dari 13 sampel yang telah diambil tim, hampir kesemuanya memuat limbah, asal nya mungkin dari industri maupun rumah tangga," ungkap Gunawan Wibisaono, man- tan aktivis "Kompos" yang kini aktif di LPTP. Hasil analisis parameter Biological Oxyigen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Daya Hantar Listrik (DHL), Sodium Absorbtion Rate (SAR), Natrium (Na), Calsium (Ca), maupun Magnesium (Mg) masing-masing anak sungai menunjuk kadar yang berbeda. "Sayangnya, Proper Prokasih itu kelu- ar bulan Juli lalu saat UU Lingkungan tersebut belum disahkan," tandasnya. Setelah berdiri banyak pabrik, kulit sering gatal-gatal arangkali, yang paling meratapi nasib Bengawan belum seberat sekarang, apalagi saingannya tidak dan Slamet hanya paham, maraknya pembangu- butir Kesaksian Masyarakat yang di terbitkan nelayan. Mereka yang sedari dulu menggantungkan bila berlama-lama turun ke sungai. Hingga hasil- Bengawan di seputar tempat dia mengumpulkan adalah sebagian dari kehidupan masyarakat. Waktu Marhum Tamsir kepulan asap dapur kepada Bengawan Solo itu kini nya cukup banyak," tandas Tarso yang mengaku pasir itulah penyebab awal timbul penyakit gatal- itu masyarakat memanfaatkan sungai untuk lungagung, pen harus tertatih-tatih menjalani hidup. sejak kakeknya dulu, hidup keluarga memang gatal. pemenuhan kebutuhan rumah tangga, baik untuk Tiwida di kotanya mengandalkan Bengawan Solo. memasak, mandi, dan cuci. ar karena kecin Bentuk sungai yang berkelok-kelok (meander) n budaya Jawa. membuat lubuk yang dalam tempat ikan dan sat- Konon sampai pe wa lain bersarang. Para nelayan bisa hidup dengan berapa kios dan ikan hasil tangkapan di Bengawan Solo. Kini nya digunakan kegiatan nelayan sebagai mata pencaharian pen- up satra dan buc duduk di sekitar bengawan praktis sudah punah. Marhum sendir Kerugian sosial-material antara lain, masyarakat Tngharapkan ses tidak bisa lagi mengkonsumsi air dan satwa air be- nginan agar gen ngawan. Kalau sekedar gatal-gatal saja, bagi dia, bukan hal yang perlu ditakui. Itu sudah jadi resiko peker- jaannya. Tapi, bila gatal-gatal itu kemudian meng- hancurkan kesepuluh kuku di ujung jari kakinya, tentu jadi persoalan. "Setelah banyak pabrik, selain sering gatal kuku- kuku saya ini banyak yang remuk," tuturnya sem- bari memperlihatkan kesepuluh kuku kakinya yang hancur berkat garukannya setelah didata ngi penyakit gatal. Januari lalu, penambang pasir di Sragen per- nah mengadukan pencemaran ini kepada Bapedal dan DPR, pasalnya mereka sangat terganggu dengan kondisi sungai yang terus memburuk. Keluhan warga antara lain, karena kulit mereka warisi apa yang gatal-gatal dan berbau sehabis menambang pasir. Sekarang masyarakat harus membuat sumurgai sikap proakt Menurut para penambang, limbah yang menye- kolektif maupun individu, itu pun masih terancaminggalan nenek babkannya berasal dari PT Indo Acidatama oleh intrusi sungai. "Beberapa daerah terbukti air (perusahaan kimia) yang berlokasi di Karanganyar. sumur tercemar limbah dari sungai," kata Eko Sapi pun tak minum Sulistyo dari Gita Pertiwi. Sabar, 24, mahasiswa UNS asal Bojonegoro aimajiner denga Memang, industri yang mencemari Bengawan ahan, 28 Septem Solo bukan hanya satu-dua. Menurut data departe diri dari sisi mik men Perindustrian Jawa Tengah, pada tahun 1993 hat sastra da di bagian hulu bengawan terdapat 108 industriakin suram kel yang termasuk dalam golongan Aneka Industri (tekstil, kimia, makanan), 5 industri Kimia dasar, 9 Industri Kecil, dan 9 Indusri Logam. estarikan warisa ampaknya tid suatu ketika Kondisi yang tidak jauh berbeda, diungkapkan Slamet, 60, rekan sekerja Tarso. Bapak satu anak yang mengaku sudah lebih duluan terjun men- dulang pasir daripada Tarso itu juga mengalami nasib sama. Selain kukunya tak lagi berwujud, di kulit tangan dan kakinya juga kerap muncul bin- tik-bintik merah. Tiap kali digaruk, malah bertam- bah jumlahnya. "Jarang saya periksakan ke dokter. Paling-paling untuk menyembuhkan hanya saya bakar di atas kompor," tandas Slamet. HALAMAN 14 BOD tinggi Sedangkan pencemaran lingkungan menu- rut definisinya adalah masuknya atau dima- sukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tata lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam hing- ga kualitas turun sampai ke tingkat terten- tu sehingga menjadikan kurang berfungsi lagi sesuai peruntukkan. Baik Tarso maupun Slamet tidak tahu pasti, kapan penyakit kulit tersebut pertama kali diala- mi. Keduanya juga menggeleng ketika ditanya, apa penyebab munculnya penyakit tersebut. Tarso OLOPOS, JUMA Cerpen Jem "Apalagi tiap habis hujan, saya perlu menung- gu dua hari untuk turun ke sungai. Sebab, biasanya pas hujan itu sungai mubal dan pabrik-pabrik itu menambahnya dengan membuang limbah ke sun- gai," tambah Slamet. Sejak pabrik kimia yang berlokasi di Kebak angsur beban su Kramat, sekitar 500 meter dari Bengawan Namun sebelum re Solo itu beroperasi, mendadak muncul berba-batan yang ditetap gai gejala pencemaran. Penduduk sekitar melambung tinggi merasakan gatal-gatal dan pada pagi hari aru akan diajuka uruk. Konon, jem banyak ikan di sungai kedapatan mati. Espos sendiri mendapati banyak pabrik "Ini bukan berit berdiri megah di sepanjang bantaran ap. Kalau jembata Bengawan Solo. Di kawasan Pucang Sawit atan yang baru b saja misalnya, terdapat pabrik tekstil PT Sari kehidupan masya Warna Asli, lantas pabrik kulit PT Ber awan, enuh rasa khawa serta sejumlah anak industri tek il dan Ketika aku berta pabrik tegel. Yang juga berpeluang mencemari ben- gawan adalah Pabrik Saus dan Tomat Gandaria, Pabrik Bumbumasak MSG PT Palur Raya, Jamu Air Mancur, PT Kenca- natex, dan PTIACI (Indo Acidatama Chemi- cal Industri). Walau telah memiliki unit pen- Sebelumnya, "Kompos" bersama Asisten golahan limbah, laporan penelitian menun- Menteri KLH, Nabiel Makarim, serta sejum- jukan kurang sempurnanya pengolahan lim- lah LSM, seperti Wahana Lingkungan Hidup bah dijalankan, hingga limbah yang di buang Indonesia (Walhi), Lembaga Pengembangan ke Sungai Bengawan masih berwarna pekat Tehnologi Pedesaan (LPTP), Lembaga Studi dan berbau. menuturkan bahwa Bengawan Solo sering dialiri air warna hitam pekat. "Di sungai Bengawan Solo yang melewati daerah saya, airnya sudah hitam pekat. Ternak sapi pun tidak mau meminumnya" ujar dia. Kesan indah syair lagu Bengawan Solo mungkin sulit dimengerti oleh kebanyakan orang sekarang. Bahkan banyak yang tidak percaya pada apa yang dikisahkan Gesang dalam lagu itu. Dari limbah industri tersebut, ditambah limbah rumah tangga (padat maupun cair) yang bermuara ke Bengawan Solo, sangat mempengaruhi kuali- Tapi dari buku Sejarah Bengawan Solo, Butir- tas air dari hulu hingga hilir. Gesang "Sungai itu memberi kenangan yang indah di masa kecil saya" agi Gesang, Bengawan Solo bukan sekadar su- menurut Gesang, ia melihat dan mengalami banyak pabriknya tapi sungai-sungainya terjaga Bengawan Solo jadi sumber mata pencaharian baik kondisinya. "Maunya saya, Bengawan Solo masyarakat sekitarnya, untuk mencari ikan, meng- pun bisa tetap terpelihara, sehingga tidak sampai gali pasir, berdagang, dan sebagai transportasi. tercemar seperti sekarang, tapi saya ini orang Selain kenangan indah, Bengawan Solo juga kecil, nggak bisa apa-apa, omongan saya apa ada memberikan kenangan yang menyedihkan. yang mau dengar," rintihnya. Menurut Gesang, kadang ketika musim penghu- jan air sungai Bengawan Solo meluap sampai jauh hingga menggenangi kota Solo. "Namun banjir itu bukan karena air Bengawan Solo saja, tapi juga dari sungai lain. Kota Solo itu diapit dua sungai, Bengawan Solo dan Pepe, sehingga Solo menjadi langganan banjir, ujarnya. Merasa miris Melihat kenyataan Bengawan Solo sekarang, Gesang mengakui bahwa ia merasa miris. Apa lagi bila dibandingkan dengan syair Bengawan Solo yang ditulisnya. "Jadinya ya memang kontras, dulu itu airnya jernih, sekarang jangankan meli- hat airnya, wong dari jauh pun kadang tercium bau tak sedap. Sudah jelas dari segi keindahan Kabarnya Jepang pernah memberikan bantu- an untuk pembangunan waduk di Wonogiri dan merehabilitasi kondisi Bengawan Solo, tapi kenya- taannya kondisinya makin parah. Gesang juga menyayangkan sikap pemerintah, dalam hal ini Dinas Pariwisata, yang menurutnya kurang mem- berikan perhatian pada kondisi Bengawan Solo. "Kalau hanya mengandalkan LSM atau Menteri KLH, ya nggak jadi-jadi. Harusnya semua ikut ser- ta termasuk Dinas Pariwisata. Dilihat dari segi pariwisata, Bengawan Solo bisa jadi aset yang dapat menarik wisatawan, apalagi turis dari Jepang, pasti tertarik untuk melihat, sama lagu- nya saja senang kok," ujarnya. Ada pengalaman lucu sekaligus nyelekit yang dialami oleh Gesang. Ketika itu ia diundang oleh Jakarta Japan School yang datang ke Solo, untuk bercerita dan menyanyikan lagu Bengawan Solo Sebenarnya oleh keluarga, Gesang diharapkan menjadi penerus bagi usaha batik orang tuanya, namun minatnya di bidang musik lebih besar. Usia 19 tahun, Gesang muda yang hanya lulusan SD 5 tahun di Solo, mulai suka menulis lagu dan bermain musik kecil-kecilan. Tahun 1938, ia menciptakan lagu Keroncong Piatu, yang merupakan lagu per- tamanya yang dipopulerkan. Kemudian, tahun 1939, ia bergabung dengan kelompok Orkes pat mangkal antara lain Langenharjo, Bacem, pun tak akan ada nilainya," tuturnya sedih. Kembang Kacang. "Di kelompok itu saya jadi dan Beton," kenangnya. Kondisi sungai Bengawan Solo yang kotor, vokalis, bukan karena suara saya paling bagus, Penyeberangan rakit penuh limbah, dan baunya tak sedap, memang tapi karena paling minus dalam memainkan alat pada akhirnya turut mempengaruhi kondisi di Hotel Sahid Kusuma Solo musik," ujarnya merendah. masyarakat sekitarnya. "Kalau dulu banyak yang Terpesona keindahan Bengawan Solo dan didasari berbagai kenangan tentang sungai terse- "Selesai makan-makan, bersama Di masa mudanya, ia banyak menghabiskan but, akhirnya pada tahun 1940, Gesang tergerak pasang rumpon, atau mancing, sekarang ini ya anak sekolah itu menuju sungai Bengawa anak- waktunya untuk melancong ke beberapa tempat untuk menulis lagu tentang sungai ini. Mulanya kasihan, ikannya juga nggak ada, Ganamau ikan Di kendaraan mereka antusias sekali bakal meli- di Solo musiknya. lagu tersebut limbah," ujar Gesang. zaman masa muda dulu, selain Sriwedari, orkesnya saja. "Ketika disiarkan di radio, ternya- Menurut Gesang, Bengawan Solo dibanding hat sebuah sungai yang besar dan indah. Begitu sampai lokasi, mereka terheran-heran airnya kering, berba melihat teman berkumpul, pacaran, atau sekadar untuk menyanyikan lagu itu. Akhirnya karena ser- jauh berbeda. Sewaktu di Jepang-dalam rang dan tanpa ada kegiatan masyarakat sekitarnya, menikmati pemandangan. Sepanjang pinggiran ing diperdengarkan, baik di radio maupun oleh ka pemberian penghargaan dan royalti atas hak berbeda sekali dari syair lagu Bengawan Solo Bengawan Solo dulunya teduh, karena banyak berbagai kelompok orkes, lagu Bengawan Solo digemari masyarakat Jepang Gesang melihat, yang saya nyanyikan di hotel. Wah malu Solo Saat menulis teks atau syair Bengawan Solo, walaupun Jepang adalah negara industri dan memang begitu," tutur Gesang tersenyang Pinggiran Bengawan Solo yang sering jadi tem- astra dan baha budaya adiluhu ng dipuja-puji, yam stab orang Jawa se ik wajib memelih agar tidak terca 6 tidak-tidaknya ni Pangastuti, da na sebagai caga arang tontonan. etapi pada sisi la harus dibangga za di Indonesia a dan dapat dile an budaya Jawa erapa ribu kata akukan sebag sanah bahasa apa pula tradis a Lentik-lenti And pakah d A masih ada ti itu?" Gunakanlah se erenung. Itu aka yang menur masjid, di disco lereng bukit."