Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-02-09
Halaman: 04

Konten


MINGGU, 9 FEBR 2cm Halaman 4 "Wanitaku, Wanitaku" Rendra Oleh Jiwa Atmaja Puisi di atas terdapat dalam rekaman kaset berjudul "Serenada Merjan"; rekaman pembacaan puisi-puisi WS. Rendra yang terbit sekian tahun lalu. Sebelum dibahas secara tekture, sebaiknya diturunkan dulu transkripsinya sebagai berikut. WANITAKU, WANITAKU Gerimis menampar mukaku dan aku berseru kepadamu Dimanakah kamu wanitaku? Kamu menghilang di belakang hotel di dalam kabut kuburu kamu. Kamu lari ke dalam bis kota dan lenyaplah kamu untuk selama-lamanya Aku bernyanyi di kamar mandi dan tiba-tiba tubuhmu yang telanjang terbayang Apakah kamu mengerti kesepianku? Sukmaku mengembara di dalam rumah di antara buku-buku poster-poster butut meja makan yang berantakan ranjang yang berbau mimpi. Aku tersedu-sedu: hubungan kita sia-sia Sukmamu menjelma menjadi seekor kucing tua yang lalu mengembara luput ke dalam perkempungan Sudah sekian lama sudah berbulan-bulan sudah bertahun-tahun sudah berabad-abad melewati kepulan debu melewati angin panas melewati serdadu dan algojo melewati anjing-anjing aku memburu memburu berburu berburu di atas Harley-Davidson mencari sukmamu dan sukmaku yang lenyap bersama. Dalam puisi di atas, Rendra ti- dak menuangkan kesepian sebagai orang lain melakukannya. Kesepi- an yang diam dan tanpa gemerisik daun bagi kebanyakan penyepi, justru menjadi penuh kepak sayap sukma yang imajinatif sekali. Pe- nyair mampu membuat kita mem- bayangkan sayap sukma yang ke- sepian itu menggelepar-gelepar, terutama saat menjelang klimak penuturannya baris (25) s.d. (33). Pemakaian pengulangan pada bagian ini menimbulkan gema ke- jantanan muntahan Harley- Davidson namun disudahinya de- ngan frase bermakna kesia-siaan, "mencari sukmamu dan sukmaku yang telah lenyap bersama" (37). Betapapun realitisnya penutur- an Rendra manakala melukiskan berbagai simbol kejantanan dan kecendikiaan, "sukmamu meng- embara di dalam rumah, di antara buku-buku..." tentu bangunan ko- munikasinya tetap diwilayahi oleh komunikasi puitik. Ini menuntut kemampuan meneliti diksi yang khas Rendra, yang ditandai de- ngan berbagai kosa kata yang di- beri makna penuh namun kata- kata itu tetap bersumber-acuan pa- da bahasa keseharian. Ada kesan (1) Di antara pemerian-pemerian itu, muncul pula nada retoris yang tampaknya merupakan senjata pe- mungkas Rendra dan penyair ini (2) menyudahinya dengan teknik per- (3) ulangan yang tetap mengambil ko- sa kata yang melambangkan kejan- tanan dan kemarahan. Nada ke- (5) bosan bercampur kemarahan itu mulai terasa pada baris (24), "su- (6) dah sekian lama...." yang ditikam- (7) nya lebih lanjut dengan rincian dari baris (25) s.d. (27). Kata-kata yang melambangkan simbol kejantanan "serdadu", "algojo", motor adalah kata- (9) "Harley-Davison" (10) kata maskulin yang menandai bah- wa subjek tuturnya seorang lelaki (11) yang berjiwa menyejarah dan kla- sik. (12) Metafora yang dicuatkannya (13) pun sebenarnya bersumber dari (14) bahan kosa yang sederhana. Baha- sa puisi Rendra kadang-kadang (15) metaforis justru pada tingkat ma- (16) kro, mungkin karena kemampuan (17) rekatnya demikian kuat dan ber- tumpu pada kemampuan evaluatif. Pada baris (17) kita dapati metafo- (18) ra "sukmamu menjelma menjadi seekor kucing tua" masih menan- (19) dai sifat maskulin subjek tuturnya. (20) Pada ungkapan "ranjang berbau (21) mimpi kita merasakan suatu lom- patan image dari pernyataan dan (22) penyatuan mengenai indera pen- (23) ciuman yang digunakan untuk me- (36) (37) menilik I Wayan Arthawa: Bali Post Lempuyang IV duduk di bibir tebing dengan bayangmu Lelah menggergaji lelehan peluh padahal kita telah lupakan putaran jam bumi terus mengayun berkalung bara mentari aku risau saat mencari gubuk cintamu memulai perlu perjuangan menempuh banyak tikungan kau diam dicandai burung pipit dalam ketermanguanku ingin kulambungkan cintaku ke batas cakrawala untuk mengerti keberadaan hidup betapa kecil kami dalam kuasa-Nya bambu-bambu menyimpan air kehidupan tak pernah terusik sekalipun orang-orang berisik berteriak pecahkan pantai pecahkan tanah huma logam baja berdesingan di sudut-sudut bumi sampai bumi huma kami parah sakitnya aku harus memulai dari mana melambungkan cintaku padahal air mata kami mengayun sunyi kehidupan telah kami sematkan bercinta di bawah kuasa-Nya seruling dewata membisiki daun telinga menabur benih cinta memangku alam kenapa oleng-kemoleng di bawah cipta-Nya Amlapura, 1991 ODG Kumarsana MENYEKA HARI HARI bagi: G Kalau jarak hari enggan berdekatan mungkin aku tak jadi bermimpi mungkin aku tak jadi bersuara mungkin juga enggan melabuhkan janji Kepada siapa: bayangmu simpang gelap mungkin aku lupa kamu mungkin aku mencuri hari menduga datangnya mimpimu Sumpah Kami lukiskan mimpi yang sebenarnya tidak berbau menjadi terasa se- (24) kali bau kesepiannya. Baris (20) (25) dan (21) ini seakan menemukan a- cuannya pada citraan visual, (26) "sukmamu menjelma menjadi see- (27) kor kucing tua. "Ini memang sema- (28) cam pengkongkretan imajinasi yang tidak dapat dipahami menu- (29) rut hukum penalaran. Kalau (30) pernyataan- pernyataan dalam puisi itu, akan (31) kita dapati pernyataan yang bersi- (32) fat empiris atas kata-kata deskrip- tif yang dengan mudah kita dapati (33) dalam kehidupan keseharian, mi- (34) salnya kata kesepian (12), sia-sia (35) (19) dan kata lama (24) namun satuan rasanya tidak mungkin da- pat dipersamakan ketika satuan kata itu masih sendiri-sendiri, se- belum merekat ke dalam larik pui- si. Begitu suara penyair muncul da- ri rekaman kaset, imajinasi kita bahwa Rendra mengambil kekaya- selaku pendengar telah digigitnya an kosakata di sekitarnya namun dengan frase "Gerimis menampar dapat menjadi semacam tanah liat mukaku"; barulah disusul dengan di tangan seorang pematung yang berbagai isi pemerian lainnya. Di genius dan berbakat. Inilah sebab- antaranya pernyataan aku berseru nya mengapa kata-kata keseharian kepadamu yang maknanya meng- itu menjadi bertaksa makna jika acu kepada kediaman objek tutur ditempatkan di antara ruas kalimat dan alam semestanya. Pada saat yang padu. Kata-kata menjadi de- lain, pernyataan-pernyataan yang mikian terkonstruk dan tidak di- deskriptif itu menurun dan muncul biarkan liar meskipun isi tuturan- pernyataan-pernyataan metafisik nya adalah sesuatu yang terkesan liar. Kesan kesederhanaan memang sudah tampil pada bagian permula- an puisi itu. Misalnya, Rendra menggunakan bahasa sebagai alat pemerian, karena itu pemerian de- mi pemerian muncul sampai baris (11), lalu pada baris (12) baru mun- cul kata kesepian yang ternyata merupakan campuran pemerian penyair yang panjang di dalam me- . Sedang keringat yang sedari tadi dan penilaian (evaluatif), diterus- nentukan bobot rasa suatu kata. mengucuri ketakutanku semula kan lagi dengan pemerian sampai Jika rekaman itu diperhatiakn sa- kemudian muncul kata sia-sia (19); ngat jelas tekanan-tekanan emosif ini juga merupakan campuran an- yang diberikan pada kata sia-sia, tara teknik pemerian dan evaluatif. anjing-anjing, lenyap, berikut Setelah ini, kembali muncul teknik pengulangan yang menanjak terus pemerian sampai baris akhir. Larik dan mendadak berhenti: "Membu- penutup ini tidak saja konstruksi ru, memburu, berburu..." Kesepi kalimatnya bagus namun juga me- an pun semakin mengaga dan rupakan penegasan kesia-siaan membiarkan sang jantan sia-sia. Di yang muncul dalam baris (19). yang isi tuturannya tidak mungkin dapat diuji kebenarannya, "Sukmamu mengembara di dalam rumah..." Mataram, Januari 92 pernah kita lewatkan di sini. Beri aku kepastian Joe, agar purnama tak lahir pula di sini. Pila ilar-pilar zaman masih leluasa Dalam setegak nafas tiba-tiba ma- memeluk rapat langit-langit se- lam semakin lain, menghantui kami mesta. Kugaruk setiap lorong dan dari darah terkesiap. Kucoba me- trotoar dari kedunguanku yang nenangkan naif yang hampir Kuhitung kembang-kembang ma- dang Minah masih tetap menghiba purba. hampir saja hilang pegangan. Se- lam yang jatuh berhamburan, dan memeras kebisuan malam, seolah nyaris aku terjerembab dibebukitan tak menanti fajar menggulung mim- limbah dan sampah. Konon adalah warisan tak terduga. Masih terasa bau ronggeng dan bi- Aspek musikalitas memang ti- dak dibangunnya dari tenaga yang dihasilkan atas korespondensi bu- nyi (rima misalnya), namun dicuat- rahi kelas tempe serta merta maut kan dari perekatan ruas-ruas frase yang datang bagi zaman mengki- yang menjadi hidup lantaran nafas lap. manakah kamu wanitaku? "Ladang Perminus" Novel Kontekstual Ramadhan KH Korupsi uta- dan uang hasil korupsi yang disim orupsi begitulah tema uta- ngan kanan Dirut ini meninggal, an kita. masih tetap kujaga jaraknya. Suara-suara yang tak pernah genap dalam ingatanku masih pula de- ngan leluasa menikam hulu bagi khilaf untuk kemudian tenggelam Dan akhirnya aku betul-betul ke dalam arusmu. "Sudahlah Joe, kita tak sedang bercanda, ini sudah larut tapi tak cinta di rahim cakrawala. nus karya Ramadhan K.H. ini sa- ngat kontekstual dan sangat berha- sil dalam memberi gambaran kehi- dupan yang tengah terjadi di nega- ra kita. Sangatlah tepat apa yang dianjurkan oleh Arief Budiman a- gar sastra lebih sadar akan publik- nya, sastra begitu harus berangkat dari kenyataan sosial masyarakat- nya. "Suatu dosa bila karya sastra tidak mempersoalkan masalah bangsanya, yaitu kemiskinan dan ketidakadilan" (dalam Heryanti. 1985). Dalam hal ini tidaklah salah ka- vel Ladang Perminus karya terba- pannya di Bank Simbashi Singapu- lau kita ikuti pandangan Luxum- ru dari sastrawan kita Ramadhan ra sebesar 36 juta dolar AS jadi burg yang mengatakan bahwa; K.H. ini. Novel ini menceritakan sengketa antara Perusahaan Mi- sambil membaca sebuah karya sas- tentang nasib seorang yang jujur, nyak Nusantara dan Devi Widuri, tra kita dapat mengadakan indenti- seorang bekas pejuang 45 yang sa- janda Kahar. Belum ada kepastian fikasi seorang tokoh dengan orang- Ladang Perminus berhasil me- ngat realis, bernama Hidayat. Hi- apakah uang sebanyak itu akan orang lain. Kalau kita lihat kasus nyajikan hal seperti itu dan sangat dayat bekerja di Perminus (Per- berhasil dikembalikan pada Permi- yang tengah dihadapi Pertamina aktual dengan situasi di Indonesia usahaan Minyak Nusantara) di nus atau malah sebaliknya jadi mi- akhir-akhir ini tentang kasus ko- sekarang ini. bagian Badan Koordinasi Kon- lik Devi Widuri janda Kahar sang traktor Asing. Ia sangat kecewa Koruptor. Cerita ini diakhiri dengan per- dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan tempatnya bekerja asaan optimis Hidayat, bahwa ha- Kahar, atasannya mendapat uang rapan zat asam kehidupan mem- suap sebesar puluhan juta DM dan bangkitkan semangatnya. uang tersebut dijadikan miliknya Kalau kita simak novel tersebut pribadi. Di tengah-tengah situasi dapatlah kita mengatakan bahwa yang demikian, Hidayat mencoba novel ini sangat kontekstual de- melawan dan mempertahankan ngan situasi kita di Indonesia seka- eksistensinya sebagai pegawai te- rang ini. Di mana pemerintah se- ladan dan sebagai bangsa. Hidayat dang berusaha untuk membongkar berhenti bekerja di Perminus. kasus-kasus korupsi yang tengah Tak lama kemudian Kahar ta- terjadi di tengah-tengah kehidup- PILIHANKU GURU ARYANTHA SOETHAMA Copy-right Ball Post pi. Lalu kami pun berlayar mengaru- ngi nafas yang kian berjubel. Mi- appet Valentine Day: Perlu Dirayakan, Asal.... OPPEL (Opini Pelajar) adalah rubrik khusus untuk para pelajar SMTP dan SMTA berpendapat tentang topik aktual. Topik mendatang: Valentine Day, Perlukah? Komentarmu sepanjang satu halaman kuarto ditik atau ditulis tangan dan selembar foto santaimu dikirim ke Pengasuh Oppel Bali Post Kotak Pos 10 Denpasar, paling lambat Kamis, 13 Februari 1992. Dyah Kencanadewi Kelas III AK 2 SMEAN Denpasar HEMAT saya, perayaan Va- lentine Day 14 Februari men- datang, boleh-boleh saja di- rayakan sebatas tidak me- nyusahkan orangtua atau orang lain. Jangan hanya karena me- rayakan Valentine Day, lalu ki- ta minta dana kepada orangtua. Ini agaknya tidak wajar. Di samping itu, perayaan Valenti- ne Day yang berlebih-lebihan sepertinya kurang baik. Saya kira merayakan hari kasih sayang itu tidak berarti kita bo- leh hura-hura yang sekadar Dyah Kencanadewi Sugesti udah hampir seminggu ini o- Sudah rang tua itu menjadi tokoh a sing di kampung ini. Setiap orang yang lewat di depan rumah pang- gung itu tak pernah lepas dari tang- kapan matanya. Sorotnya begitu ta- jam terasa pedih bagi mereka yang beradu pandang dengannya. Seper- tinya sosok itu menyimpan pember. ontakan dan dendam berkepan- jangan. Aku pun hampir-hampir menjadi heran. Sukar kutawarkan senyum pahitnya, setiap aku berte- mu pandang dengannya. Bayang wajah tua itu senantiasa hadir dan selalu memenggal sesak nafasku hingga ke tepi malam, sampai-sampai aku terjaga dalam kelelahan yang sangat. la Suatu ketika, seperti biasa setiap aku melintas di depan rumah itu selalu saja keanehan itu merambah kujurku. Dan sukar untuk meng- elak dari pandangannya yang selalu lemparkan di antara tirai jendela. Tapi kali ini aku bertekad untuk tidak melihatnya sama sekali. Tak ada yang luar biasa semestinya, ka- lau saja suara-suara burung tak ter- lalu dibesar-besarkan. Seakan membangunkan sebuah misteri. Kulangkahkan kaki, kuhilang- kan semua rasa dan praduga. Benar-benar aku telah membunuh kesadaran untuk itu. menghabiskan biaya saja. Teta- pi, makna Valentine Day itu a- dalah ungkapan rasa kasih sayang kita kepada para seha- bat dan orangtua kita sendiri. Karena itulah, bagi mereka yang tidak punya acara terten- tu, merayakan Valentine Day ini dapat dengan saling kirim kartu ucapan. Sebagaimana tahun lalu, saya bersama teman-teman se- kelas merayakan - Valentine Day dengan saling tukar kado yang cukup sederhana. Acara ini bagi kami memberi kesan dan makna yang cukup menda- lam. Prima Dewi kali hanya sugestilah yang mem- buat sesuatu menjadi pasti dan ter- jadi. semakin keras dan IGAA. Prima Dewi Kelas III A2 SMA Pandawa Blahkiuh Badung HARI Valentine memang pantas dirayakan oleh kaum re- maja di negara kita, walaupun itu merupakan budaya barat. Hanya saja, kita memang di- tuntut untuk memberi makna yang tepat dan menerapkan makna tersebut sesuai dengan kondisi kita di Indonesia. Ini berarti, tidak harus Hari Valen- tine tersebut diarayakan de- ngan mengobral kata-kata cin- ta, yang berbau kemesraan, a- tau dengan foya-foya. Tetapi, perayaan Hari Valentine hen- daknya diselaraskan dengan norma agama, etika dan rasa kemanusiaan kita. Sebagai contoh kongkret, bi- sa saja Hari Valentine tersebut dirayakan dengan saling bertu- kar kartu baik kepada sahabat maupun famili, agar terjalin keakraban dan persaudaraan. Dessy Anggreni S Kelas II Bio 1 SMA PGRI 6 Badung MESKIPUN tidak menjadi keharusan, Hari Valentine per- lu kita rayakan. Pada hari ini kita dapat memberikan kasih sayang kita dengan tulus. Kasih sayang ini tidak hanya dituju- MINGGU, 9 FEBRUARI 1992 kan kepada si doi, tetapi juga kepada orangtua kita. Biaya- nya? Ya, tidak harus mahal- mahal atau sampai membuang uang banyak. Kita mesti mak- lum jika kita belum bisa menca- ri duit sendiri. Beberapa kegiatan yang da- pat dilakukan tanpa harus mengeluarkan biaya besar mi- salnya sepeda santai dengan teman-teman sekelas, lintas a- lam, jalan santai dan lain-lain. Yang penting adalah ketulusan kita untuk memberi kasih sayang kepada sesama yang ha- rus makin ditingkatkan. AA. Putu Supialeni SMA Saraswati 2 Denpasar PERINGATAN Hari Valen- tine tidak semata-mata dituju- kepada doi, tetapi untuk semua orang, ya orangtua kita, sahabat dan anggota keluarga. Tujuannya, agar kita dengan sahabat dan keluarga makin de- kat dan akrab. Mungkin ada se- bagian dari kita yang "kurang" mendapatkan kasih sayang ka- rena orangtua sibuk. Nah, apa salahnya jika pada saat ini kita bersama-sama menyediakan waktu untuk membagi kasih sayang yang seutuhnya dan se- tulusnya, yang selama ini ku- rang dirasakan. Supialeni dan menyejukkan. Aku terkulai tak bisa berbuat apa-apa. Ooo senyum- Dessy Anggreni nganku sekarang. Aku tak bisa ber- buat apa-apa kecuali mengurung diri di dalam rumah, sebab aku tak nya menghanyutkan. Aku pun se- Belum genap langkahku sepuluh ingin orang-orang lari ketakutan se- makin terperosok ke dalam mau- depa dari rumah itu, seperti ada tiap menjumpaiku. Hampir sebul- nya. Lalu ia menunduk seperti me- yang memanggil dari arah itu. Ku- coba untuk berpura-pura tak risau. an ini aku mengurung diri. Dalam naruh hormat padaku dan me- keadaan seperti begini terasa kebe- nyalami tanganku, sekali lagi aku Aku terus melangkah, tapi suara itu tahan untuk berdiam diri di dalam memandangnya penuh kesima. jelas rumah begitu nyamannya. Aku ha- Direngkuhnya lenganku, diajak- nya membolak-balikkan badan di nya aku keluar, sekali lagi aku tak atas ranjang selebihnya aku hanya bisa berbuat apa-apa kecuali meng- melengokkan kepala di antara ikuti langkahnya. sekat-sekat tirai jendela. Disepanjang jalan orang-orang Tiba-tiba suara ketukkan pintu kampung berbaris memandang ka- mengarah dari persembunyianku, mi penuh haru, terlihat dari wajah mereka menyimpan kepedihan dan mengernyitkan ketakutan yang me- rembes lewat pori-poriku. Sambil memanggul tanda tanya besar, ge- metar di antara kedua pijakkan aku bergegas menuju suara diluaran. "Apa kalian sudah mulai sa- memanggil-manggil namaku. Dengan keyakinan yang bulat aku yakinkan diri bahwa à cuma ilusi. Seperti kemenangan yang luar bia- sa aku pun akhirnya dapat meng- alahkan sugesti yang hampir mem- berangus kujurku. Benar juga suara itu telah benar- benar hilang sama sekali. Merdeka lah aku, karena aku telah menak lukkannya. Saat setelah kejadian itu kuka- barkan berita gembira pada orang- orang kampung. Aku sadarkan se- mua, agar tak membuat suatu peni- laian yang luar biasa terhadap o- rang asing itu. "Itu hanyalah sugesti." Demiki- an penegasanku pada setiap orang yang lewat. Selang beberapa hari keanehan itu telah menyelimuti diriku. Setiap orang yang bertemu denganku sela- lu menghindar, bahkan takut untuk bertemu pandang. Keganjilan itu semakin menjadi-jadi bahkan kini anak dan istriku ikut-ikutan menja- penyesalan yang dalam. Tak lagi terlihat rasa takut atau asing pada kami. Aku hanya bisa diam meng- ikuti terus sosok tua itu. dar!". Tapi tak ada jawaban sama kulihat Elly istriku dan anakku sekali. "Kalian harus lebih percaya padaku dari pada orang asing itu, kalian betul-betul sudah termakan sugesti. Suara ketukkan makin keras sa- ja. Sedang batas kesabaranku telah melahirkan kejengkelan. Lalu aku gebrak pintu itu dengan kasarnya. Brakk! Ya Tuhan. Tepat di depan rumah mertuaku yang paling kecil meraung-raung sejadinya. Sekali lagi aku tak bisa berbuat apa. Sepertinya ia ingin memeluk-meluk diriku tetapi apa daya seperti ada lingkaran disekeli- lingku, hingga dengan susah payah Berty dan Elly menggapai-gapai te- tapi sia-sia tak satu pun yang dapat menyentuhku. Aku terus berjalan mengikuti arah Sosok tua yang telah menjadikan langkah sosok itu. Sesekali aku me- aku selama ini termakan sugesti mandang ke belakang tampak Ber- orang-orang kampung kini telah ty dan Elly semakin jauh dan kecil akhirnya betul-betul lenyap. Sekali betul-betul hadir didepanku. di takut atas diriku dan betul-betul Aku bringsut selangkah ke bela- lagi aku tak bisa berbuat apa-apa. telah mengungsi pada orang tua- kang dan tentu akan lebih baik ka- Aku betul-betul terkulai dalam so- nya. Benar-benar aku telah menja- bur, tapi sosok itu menahanku de- rot matanya..... Issayudhi, Januari 1992 nah mengepak-ngepakkan rambut- Tepat di depan rumah itu, benar nya yang terjurai dengan kukunya juga perhitunganku. Tak terlihat lentik dan memainkan layar biduk keanehan yang selama ini mengusik di asing bagi keluarga dan lingkungan sorot matanya yang sempurna yang mulai terombang-ambing di perhatian banyak orang. Barang- tengah samudera. Sesekali me- "Joe, beri aku keyakinan agar e- mandang langit yang telah menjadi silau mengaburkan warna gulita. sok aku dapat bersamamu menu- Tiba-tiba Minah mengeliat naikan titikkan embun." -geliat, lalu menggenggam kepedu- - Pelayaran semakin jauh dan kecil aku tak berdaya. Lalu ia menghisap Dan kami pun singgah di Pulau Ka- lianku kuat-kuat hingga dibuatnya menguyupkan selaksa rasa kecemasanku yang terbit kemudian rang untuk mengiyakan sumpah la betul-betul berlutut di telapak kami. Issayudhi, Januari 1992 kakiku. Keterangan-keterangan para ahli kan hal demikian? Apa nilai-nilai mengenai kita, mengenai banyak hidup sudah demikian dijungkirba- negeri berkembang seperti kita, ke- likkan? (hal. 311). terangan seperti yang dikemukakan oleh Myrdal, Gunnar Myrdal, bagiku masih bicara. Ia katakan, Demikianlah Ramadhan K.H. se- korupsi adalah bahaya paling uta- lalu ingin membongkar masalah ma bagi pembangunan. Aku per- korupsi ini. Tidaklah mengheran- caya dengan keyakinan itu. Meng- kan kalau pada karya-karyanya da- enai pandangannya tentang hal lam bentuk novel Ramadhan selalu yang lain, aku masih was-was. Tapi mengangkat masalah korupsi, se- mengenai pernyataannya, bahwa perti pada Royan Revolusi, Ke- korupsi adalah bahaya utama bagi luarga Permana, Kemelut Hidup pembangunan, itu aku percaya. barunya ini, yang sempat tertahan dan Ladang Perminus novel ter- (hal. 288). Lihatlah saja nanti, sepandai- hampir sepuluh tahun, menunggu pandai membungkus yang busuk, saat penerbitannya yang tepat. akan berbau juga. Lihat saja nanti. Ramadhan lewat karya- Pada suatu saat kejahatannya akan karyanya selalu berharap; kita ber- ketahuan. (hal. 291). cermin, supaya kita bisa memper- halus jiwa kita dan tidak menem- puh jalan yang salah lagi, sekalipun ia tahu bahwa manusia mengulang sejarahnya dengan tak henti- hentinya. Tapi tugas sastrawan; untuk menjadi pelita dalam hidup ini. Tiada keinginan yang lain dari Ramadhan di usianya yang sema- kin senja ini kecuali untuk menulis dan menulis. Karena menulis bagi- rupsi dan sengketa antara Ny. Kar- Ramadhan sendiri mengakui bah- tika Thaher atas uang senilai 80 ju- wa ia sangat alergi mengenai ko- ta dolar AS, yang kini dideposito- rupsi. Inilah penyakit yang terus kan di Bank Sumitomo Cabang Si- membusuk di tengah kehidupan ki- Sebagai bekas pejuang 45 yang nasionalisme ngapura di gugat Pertamina. ta. Begitu ia melihatnya dan sangat mempunyai rasa Kalau kita baca novel Ladang Per- jijik untuk dirasakannya. Tak ada yang tinggi hidayat tak rela kalau minus dapatlah kita katakan sangat sistem pemerintahan yang sebe- seorang koruptor mesti dikubur di identik dengan kasus tersebut. La- narnya mentolerir korupsi, tetapi taman pahlawan. dang Perminus melukiskan kasus korupsi terus berjalan di tengah korupsi dan gugatan Perminus ter- kehidupan kita. Celaka! hadap Devi Widuri atas uang sim- Dalam tulisan ini sedikit penulis panannya di Bank Simbashi sebe- kutipkan tentang suatu keyakinan sar 36 juta dolar AS. dari Hidayat tentang kasus korupsi Bagaimanapun Ladang Permi- pasti akan terbongkar juga. .33. "Mereka memang tamu kurang ajar, Pak," katanya sengit. "Mere- ka sengaja berbuat begitu biar bisa tak bayar. "Siapa mereka?" "Kecoak ada dalam kuah sayur?" Kalau pahlawan sudah dicampura- dukkan dengan koruptor, akan apa jadinya dengan kita? Aku jadi bi- ngung, sungguh bingung. Atau, a- pakah abad kita ini yang menentu- (Bersambung ke Hal 10, kol 7) "Tapi kamu yakin kalau mereka bayarnya karena ini bukan kesa- menaruh sendiri kecoak itu dalam lahan kita. Saya temani Bapak ke "Benar Pak. Tapi itu tak mung- kuah sayur?" sana." kin terjadi. Kita selama ini bekerja "Yakin sekali Pak. Saya yakin Aku diam menimbang-nimbang sudah sangat bersih, amat hati- mereka itu bersandiwara. Ketika usul Wayan Ngenteg. hati." yang seorang marah-marah ada ke- "Kita jangan menyerah Pak. Ki- "Lalu, bagaimana kecoak itu coak, dua rekannya berpura-pura ta berhak mendapatkan uang me- masuk ke dalam sayur?" hendak muntah dan memegang reka." "Mereka sendiri yang melaku- perut mereka seperti mulas-mulas. Sangat kuhargai keberanian Way- "Mereka bertiga Pak. Tamu Ba- kannya. Menjelang makanan me- Mereka aktor-aktor yang ulung. an. Ia masih muda. Ia ingin bertin- "Di mana sayur dan kecoak itu dak mengandalkan kekuatannya. sekarang?" "Kita jangan mau ditipu Pak." "Tapi kalau mereka menyebar kan peristiwa tadi ke kawan-kawan mereka?" rat." "Menginap di sini?" "Tidak. Mereka mengaku tidur di Nyiur Cottage. Tadi mereka di- nner di tempat kita. Makannya ba- nyak." "Berapa?" "Itu cuma ancaman Pak." "Bisa saja benar. Dan restoran kita akan sepi tamu. reka sikat habis, salah seorang ke kamar mandi. Saya yakin ia me- nangkap seekor kecoak di sana lalu "Masih ada di dapur Pak." memasukkannya ke dalam sayur." Kuperiksa kecoak yang meng- "Apa ia mereka selicik itu?" ambang itu. Kuambil dengan sen- "Saya yakin Pak. Tapi mereka dok dan kudekatkan ke lampu. justru marah-marah ketika saya "Ini seperti benar-benar kecoak "Tujuh puluh ribu rupiah le- menuduh mereka menipu kita.' yang dimasak. Berarti memang be- bih." "Mengapa tidak kamu panggil nar masuk ke dalam sayur ketika "Tapi paling tidak kita harus me- "Ya? Sebanyak itu?" saya?" sayur sedang direbus." nunjukkan bahwa kita berani me- "Ya Pak. Tapi sehabis makan "Saya minta mereka bicara lang- "Bukan begitu Pak. Sebelum nentang mereka. Maksud saya, ki- mereka tak mau bayar." sung saja sama Bapak. Saya minta mereka menyelesaikan makanan, ta jangan sampai kelihatan begitu "Kenapa?" mereka menunggu. Tapi saya cari saya heran mereka meminta sayur lemah dan sangat mudah diper- Bapak ke mana-mana tak ketemu. satu porsi lagi. Mereka minta yang mainkan." Akhirnya mereka pergi." panas-panas. Ketika itu salah seo- Kami akhirnya mendatangi "Mereka bilang apa lagi?" rang masuk ke kamar mandi, dan Nyiur Cottage. Namun mereka ti- "Kita diminta jangan mengula saya yakin menangkap seekor ke- dak menginap di sana. Mereka ngi hal seperti itu lagi. Mereka coak. Lalu memasukkannya ke da- memberi alamat palsu. "Bagaimana mereka tak mau mengancam akan menyebarluas- lam sayur yang masih panas. Jadi- "Saya semakin yakin kalau me- kan peristiwa ini kepada turis-turis nya, kelihatan kecoak itu matang reka bersandiwara dan menipu ki- "Ceritanya cukup panjang Pak. lain, akan membeberkannya di dimasak." ta," kata Wayan. Ketika makanan sudah habis, salah koran luar negeri, sehingga restor- Aku mengangguk-angguk pada Sejak mengurus Kelumpu Cot- seorang berteriak dan memanggil an kita tercemar nama baiknya dan kejelian Wayan. tage aku memang sering merasa saya. Ia menunjuk bangkai kecoak tidak laku." "Saya ingin Bapak datang ke kan kepalsuan. Kepada karyawan- yang terapung di sayur yang me- "Mereka mengancam begitu?" Nyiur Cottage menemui mereka. karyawan selalu kuanjurkan untuk mang sejak tadi belum disentuh." "Benar Pak." Kita harus minta mereka mem- bersikap ramah, penuh senyum "Kata mereka masakan kita ko- tor. "Tapi mereka kan sudah mema- kan habis?" "Benar." bayar? dan utk wil. Denpasar SERVICE PANGGILAN 24 Jam (selama garansi) B BALI GENSET & MACHINERY Authorized Dealer untuk Diesel Generator • Mitsubishi • Isuzu .Fiat - Iveco ⚫ Kirloskar Jl. Raya Bypass Ngurah Rai 17x Telp. (0361) - SANUR - DENPASAR BALI 6000 87016 •Harga bersaing, termasuk Pengiriman, Pemasangan (untuk wilayah Dps). •Service panggilan 24 Jam (selama garansi). •Tersedia spare parts lengkap untuk product yang kita jual. •After sales service. •Pelayanan satu tangan termasuk ruang genset soundproof (optional). READY STOCK DI DENPASAR S/D 500 KVA pesona. Sebab semua itu untuk malam seorang wanita menda- memikat wisatawan betah tinggal tangiku dan berteriak-teriak ia tak lama-lama di Kelumpu Cottage. mau lagi tidur di kamarnya. Dengan begitu mereka akan ma- Wanita itu orang Indonesia. Ku- kan malam di penginapan, tak usah litnya halus. Cantik. Kalau bicara keluyuran cari restoran lain. logatnya gaya Amerika. Namun senyum itu kurasakan "Saya harus pindah kamar ma- senyum palsu. Senyum pelayanan lam ini," teriaknya sengit. untuk menggaet dolar yang ba- "Ada apa?" nyak. Aku memandangnya tak cu- "Pokoknya saya harus pindah ma sekadar sebagai sebuah pe- kamar." layanan yang wajar, namun juga menempatkan mereka, tamu-tamu itu, di atas segala-galanya. Mereka selayaknya diperlakukan seperti raja. Lalu karyawan-karyawan itu, para room boy, seperti hamba sa- haya. "Bisa saja. Masih ada kamar lain yang kosong," jelasku. "Tapi mengapa mesti pindah?" "Coba Anda ke mari!" perintah- nya. "Ikuti saya!" Kuikuti dia menuju kamarnya yang dekat pantai. Dibukanya pin- tu lebar-lebar. "Silakan masuk, dan lihat ke a- tas!" perintahnya. Kuikuti permintaannya pikiran tidak mengerti. "Lihat kan? Di situ itu!" "Ada apa?" tanyaku. Mungkin Pelayanan harus kami tingkat- ada atap yang bocor, namun tak Tapi begitulah bisnis pariwisata. Kita menjadi pelayan bagi orang- orang yang mencari kenikmatan, yang membeli kesenangan. Pada- hal di negerinya mereka adalah buruh-buruh pabrik yang suka mabuk-mabukan. dengan C. 165 nuh curiga. "Anda takut tokek?" "Tidak cuma takut. Tapi tokek itu sangat mengganggu. Kalau bu- nyi suaranya berisik sekali." "Kalau begitu akan saya usir." "Pasti ia akan kembali lagi ke sana. "Kita coba mengusirnya dengan baik-baik." Aku bersiap bertepuk tangan dan mendesiskan bunyi hus-hus, hus. "Tak usah. Saya mau pindah ka- mar saja. Sekarang" Aku tersenyum. "Tidak apa-apa kalau begitu. Silakan berkemas- kemas." Keesokan paginya, pagi-pagi se- kali, ia mendatangiku. "Selamat pagi," sapanya. "Saya minta maaf. "Maaf?" "Peristiwa tadi malam membuat saya tak bisa tidur." "Apa di kamar yang baru Anda kan. Yang ada di benak setiap ka- jadi masalah karena tak ada hujan. tempati ada tokek lagi?" mi bekerja adalah servis, servis, Tapi bisa saja ia tak suka ada desir "O, bukan, bukan. Saya tak e- servis, agar tamu tidak pindah ke angin masuk dari celah-celah atap. lam terhadap Anda. Terlalu ka- nak dengan tingkah saya tadi ma- penginapan lain. Maka setiap ada "Itu!" teriaknya sambil menu- complain, aku selalu dag, dig, dug, ding dengan telunjuknya kencang- sar. " mereka akan pindah ke cottage se- kencang ke sudut atap. belah besok pagi. Aku tersenyum. "Biasa, kalau Aku tertegun dan tersenyum. orang sedang panik." Setiap hari aku menghadapi Seekor tokek diam dengan te- complain. Heran, bagaimana me- nang. Ekornya melingkar, mata- reka jadi begitu cerewet. Suatu nya mendelik menatap kami pe- (Bersambung) Janjik Oleh Aku masih ingat tahun 1983. W berusia 4 tahun. Ma dari fakultas huku mama diwisuda ikut kan. Sayang waktu it lum pulang. Terpal diwisuda tanpa disa pa. Mama sungguh makai pakaian y Aku dapat merasaka giaan mama. Aku maka kecewa papa t Beberapa bulan wisuda, mama kelih enak badan. Aku tic diajak mama jalan-j ti biasanya. "Ma....mama sakit lau mama sakit harus ma....," kataku pad "Iya Wan.....mam sakit.... nanti sore dokternya Wan....! ma. Walaupun aku m tapi mama telah me padaku tanggung ja utama sewaktu tuga nas. Aku masih ing beberapa kali ke do juga belum sembuh. tahu mama sesunggu sebuah desa Dan, hidup se da dengan dua orang Anak yang tertua be khil, adiknya bernar Bakhil sifatnya pe tiap hari kerjanya m tidur saja. Berbeda diknya. Adab rajin ibunya mencarikan bekerja di sawah. Tu kecil dan kurus sek seringnya melakuka Suatu hari janda it kit. Sudah berkali-k anaknya membuatka ri berbagai macam ra daunan dan akar-aka janda itu tidak kun buh, malahan semak bah parah. Melihat tidak memberikan H Bakhil dan Adab d untuk memanggil T terkenal di daerah n Tabib yang dipan bersaudara itu me gelengkan kepala se N Pol POHPOHAN-Anak- buah mangga masuk p Perm Dermainan yang me kehidupan binat nyak sekali terdapat d sia. Tidak demikian ha ngan permainan yang kehidupan tumbuh-tu Walaupun tumbuh-tb banyak digunakan bahan atau alat perma tapi jarang sekali diar bagai lakon permainan nyanyian pun, nama tumbuhan banyak dig tetapi nama-nama it dihubungkan dengan an itu sendiri. ⚫ Di Bali terkenal seb mainan yang mel buah-buahan. Naman pohan. Berasal dari MENGINTIP Swastiastu praktek laborat -Dra. A telanjang sehingga diperl Color Rendition Chart