Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-02-09
Halaman: 06

Konten


Halaman 6 NA SEBATANG CERI DI SERAMBI Sudah Cerpen Fakhrunnas MA Jabbar Juara I Sayembara Penulisan HUT ke-43 Bali Post 1991 udah beberapa kali pohon ceri di dekat serambi itu urung dite- bang. Akulah yang selalu memper- tahankannya. Itu pun setelah adu pendapat yang berkepanjangan dengan Imah, isteriku. Sekali wak- tu, Imah benar kalau pohon ceri yang tak begitu rindang itu hanya mendatangkan malapetaka bela- kc. Dulu, pernah Fais, anak tua Haiti yang berusia delapan tahun, jah setelah bergayutan di salah satu dahan. Ia terkilir dan terpaksa dioperasi di rumah sakit. Ya, itu- iah pertamakalinya gagasan untuk menebang pohon ceri tersebut di- lontarkan isteriku. Dengan segala pembelaan, ternyata sang pohon dapat dipertahankan. Bukan apa-apa, pohon ceri itu telah menyimpan kenangan diban- ding buah yang dapat dihasilkan nya. Hampir semua catatan kehi- dupan rumah tangga kami tersimp- an di setiap lembaran daunnya. Se- tiap ada daunnya yg gugur, terasa gugur pula satu kenangan. Serasa ada saja kenangan yang terlepas dari tampuknya kemudian diter- bangkan angin atau dibawa hujan ke mana-mana. Tapi tidak, ke- nangan yang telah berubah sebagi- an menjadi rahasia kehidupan ka- mi tak semudah itu terluruhkan. Namun perasaan seperti itu ha- nya kurasakan sendiri. Imah, per- empuan yang lebih banyak meng- habiskan waktunya dari dapur ke sumur terus ke kasur - layaknya sebagian besar peranan isteri ter- nyata lebih merasakan dedaunan ceri yang gugur itu sebagai sampah yang memuatkan. Hampir setiap halaman termasuk mengusir daun- daun ceri yang berguguran. Tam- paknya, ia tak begitu perduli soal kenangan yang tersimpan di de- pagi, ia disibukkan untuk menyapu HADIAH LANGSUNG MA daunan itu. Mungkin saja, ia lebih punya kelebihan daya ingat ketim- bang diriku sendiri dalam me- nyimpan kenangan-kenangan hi- dup kami yaang sudah berlangsung 12 tahun. Ya, tentu saja, kenangan senda gurau sambil tertawa geli bi- la mengenangkan cerita-cerita la- ma. Itulah kebiasaan yang tak per- nah kami lewatkan sejak awal per- kawinan kami. Sampai sekarang, sudah ada pula kedua anak kami yang sedang menuju kedewaan- nya. Pohon ceri di serambi itu sema- kin akrab dalam kehidupanku. En- tahlah, bagi Imah. Soalnya, ia tak begitu bisa menikmati siratan mak- na yang muncul dari kehadiran po- hon itu. Imah lebih memandang- nya sebagai sesuatu yang kebetul- an. Ya, kebetulan saja ada ceri di situ dan kami menggunakannya untuk saling bersandaran dan ber- cerita tentang banyak persoalan. Kadang-kadang aku merasa kesal juga, kenapa begitu dangkal pema- haman isteriku terhadap ungkapan-ungkapan filosofis dari alam semesta? Sejak kedatangan mertua laki- laki beserta adik ipar laki-laki di rumah kami beberapa minggu lalu, masalah pohon ceri itu terangkat lagi ke permukaan. Adik iparku yang mengganggur meskipun su- dah tiga tahun meraih sarjana mudanya di bidang akuntansi, me- mang tak banyak berhubungan de- ngan sang pohon. Meskipun ia su- rah baru kehidupan kita ditu- dah cukup menggelisahkanku ka- liskn". rena terlalu sering begadang. "Abang sudah senu. Sudah di- perbudak oleh pohon tak berguna. Abang terlalu mementingkan se- suatu yang tak ada manfaatnya se- hingga mengabaikan kesulitan- kesulitan yang dapat ditimbulkan oleh pohon itu". "Kau salah mengerti, Imah. Bagiku, kesulitan yang terjadi bu- kan karena pohon itu. Justru, kita yang lalai. Kita kurang memper- itu baru kami ciptakan di saat di-hatikan Fais dan Arumi. Sebaik- mulainya kehidupan rumah tangga nya kita berhati-hati saja". kami. Paling akhir, Imah meradang padaku gara-gara pohon ceri itu la- gi. Soalnya, Arumi, adik Fais mengalami demam panas luar bia- sa. Tangannya membengkak. Se- muanya dimulai dari pohon ceri yang sama. Menurut penuturan teman-teman Arumi, mungkin sa- ja anak kami nomor dua itu terpe- gang ulat bulu. Setahuku pohon ce- ri itu memang banyak sekali ulat bulunya sehingga buahnya terasa begitu manis. "Sudahlah, bang. Kita tebang saja pohon itu," pinta Imah dalam situasi yang agak panik. "Jangan! Terlalu banyak peristi- wa yang kita lewatkan di sekitar pohon itu. Terlalu banyak kenang an yang tersimpan padanya. Kau tahu, kita tak punya catatan harian yang bisa mengabadikan setiap ke- nangan hidup kita. Tapi, daun-daun itu setiap waktu mengisyaratkan peristiwa demi peristiwa yang kita alami dulu”. Aku menangkis mati- Imah terdiam juga akhirnya. Matanya agak memerah. Sudah bi- sa ditebak, ia pasti menangis. Me- mang sikap yang sulit ditinggalkan Imah adalah bersedih, terlalu ce- pat bersedih. Padahal, dalam kehi- dupan rumah tangga, permintaan- permintaan yang tak dikabulkan a- dengan tau ditepiskan pertimbangan-pertimbangan lain merupakan hal yang lumrah bela- ka. Adakalanya suami yang meng- alah. Tapi pada kali yang lain, jus- tru suami yang meminta supaya is- teri pula yang mengalah. Tapi biangnya menyangkut mer- tuaku sendiri. Sejak kedatangan- nya, sudah terlihat gejala bahwa ia sangat menyenangi pohon ceri itu. Apalagi kebetulan, kamar tidur- nya tak berapa langkah dari sang pohon. Setiap habis makan baik siang maupun malam, ia pasti du- duk pula menyandar di pohon ceri itu. "Imah, tolong katakan pada Ba- pak supaya tidak duduk me- nyandar di pohon ceriitu," pintaku agak mulai berang pada Imah. "Bagaimana mungkin, Bang. Di mana lagi Bapak akan duduk san- tai." tangkis Imah dengan suara rendah. "Suruh saja nonton TV. Di situ ada kursi goyang. Cocok sekali ba- gi orangtua seusianya". "Aaa...... bagaimana mungkin aku memaksanya". "Bisa saja, kalau kau mau". "Atau, abang sendiri tak suka ini?" atas kehadiran Bapak di rumah Bali Post Serasa kebahagiaanku ikut teram- pas semenjak pohon ceri itu berada di bawah kekuasaannya. Hari-hari ceria yang biasa kuhabiskan bersa- ma Imah di bawah pohon ceri itu, tak bakal terulang lagi. Aku benar- benar telah menyatu dengan sang pohon. Bayangkan, sudah belasan tahun pohon itu menjadi saksi seja- rah. Betapa bersehatinya aku de- ngannya. Pikiranku sekarang jadi lain. Berubah. Kalau begini terus- terusan, aku sudah tak tahan lagi. Aku harus bertindak. Perubahan pikiranku yang dulunya tak akan menebang pohon ceri kini berubah seutuhnya. Pohon ceri itu ditebang saja. Ketika maksud penebangan po- hon itu kuutarakan pada Imah, tampaknya isteriku tak banyak bi- cara. Tampaknya ia berada pada pilihan yang sulit. Mempertahan- kan ayahnya sendiri berarti suami agak tersingkirkan. Sebaliknya, terlalu memihak pada suami, ba- gaimana mungkin menepiskan ke- dudukan ayah kandung yang sudah sejak lama kehilangan isterinya. Yang pasti, Imah sayang pada ke- duanya. "Apa tak ada jalan lain lagi?", suara Imah memelas. Sebenarnya ia ingin pohon ceri itu jangan sam- pai ditebang. Aku dapat membaca sesuatu yang tersirat di dalam ba- tinnya. tak "Maksudmu?" Aku agak tersen- "Ya, kita pikirkan jalan keluar yang terbaik. Tentu Bapak akan tersinggung bila pohon ceri itu di- tebang begitu ia mulai merasa be- tah tinggal di sini". "Semestinya kau yang member- ikan pengertian pada Bapak. Bah- wa, pohon ceri itu tak bisa disanda- ri secara sewenang-wenang selain orang yang sudah akrab de- ngannya. Yah, katakanlah orang- nya aku dan kau". "Aku tak sanggup, Bang Apa pun alasannya, Bapak pasti ter- singgung. Apalah artinya sebatang ceri dalam hidup kita dibanding ke- tenangan hidup Bapak sendiri, a- palagi usianya yang makin tua". "Iya, aku telah kehilangan kebe- basan dan ketenangan itu. Bapak telah merenggutnya". kata abang didengar Bapak. Pasti Bapak akan pergi dari sini," but isteriku cepat. "Abang! Bagaimana kalau kata- sam- Aku diam saja. Terasa ada yang berbenturan di dalam batinku.I- mah bisa benar. Tapi, keyakinan- ku pada alasan-alasanku terdahulu tentang keberadaan pohon ceri itu membuatku tak begitu memper- dulikan dugaan Imah. "Suka. Siapa bilang tak suka. Ja- Biasanya perdebatan yang me- ngan campur-adukkan persoalan- nya. Yang aku tak suka cuma per- nyangkut keberadaan pohon ceri itu terjadi bila ada musibah yang ilakunya yang merampas ketena- baru saja terjadi. Sejak peristiwa nganku di pohon ceri itu". yang menimpa Arumi, setidak- Imah tak menyahut lagi. Aku tidaknya sudah lima bulan berlalu, terdiam. Malam berangkat sema- hampir tak ada lagi pertengkaran kin jauh. Pikiranku diam-diam ter- di antara kami. Meskipun daun- us berjalan. Memikirkan taktik daun yang berguguran itu tak kalah terbaik untuk dapat menanamkan "Bang, bagaimana kalau kita ta- gencarnya dari hari-hari terdahulu. pengertian pada mertuaku agar ja- serambi itu", tiba-tiba suara Imah nam sebatang ceri lagi di pojok kiri Imah menyapunya dengan yang ngan duduk menyandar di pohon melemah. Gagasannya membuat- terlihat tenang. Ia tak banyak pro- ceri itu. Kalau dikatakan padanya ku tercengang juga. Antara per- tes lagi. Aku bahagia karena dapat bahwa ceri itu menyimpan banyak menyimak kembali setiap kenang-kenangan atas perkawinan dan ke- caya dengan tidak. Bagaimana an yang pernah kami alami dari se- hidupan keluarga kami, jelas ia tak mungkin menunggu pohon ceri bakal tunduk begitu saja. Apalah yang tinggi sejengkal untuk tum- Seperti biasa, aku menyandar- artinya kenangan bagi lelaki tua buh dan membesar hingga layak apa. Pohon ceri bagiku dan se- kan diri di pohon itu sambil meng- seusaianya. Kalau kubilang bahwa untuk disandari? mestinya juga bagimu, sama saja isap belasan batang rokok cerutu pohon itu banyak ulatnya. Toh, "Kita kita tanam saja, Bang. Po- artinya sebagai baku sejarah. Kau berganti-ganti. Kunikmati pula aku sendiri pun tak pernah merasa hon ceri muda itu laksana kertas lama di situ. matian. "Aku tak tahu, musibah apa lagi yang akan didatangkan oleh pohon sial itu". "Imah, kau tak mengerti apa- rambi. pandang daunnya satu-satu, seja- malam yang menyebarkan aroma rah apa yang tak kau temukan di dan angin semilang. Bila selesai situ? Meski ada daunnya yang gu- mengemasi sisa makan malam, I- gur, tapi daun-daun baru segera mah pun datang menghampiriku. bermunculan. Pada daun itu, seja- Kami bercengkerama. Kami ber- Brush Up Your English Oleh Soejono Ts NOMOR 6 TAHUN 1992 Ada dua pekerjaan rumah di BUYE Minggu lalu. Lebih baik saya mengerjakannya dulu I'd better do it first. I. 1. The light in the room is bright enough to read a book. 2. The examination was easy enough for the pupils to do. 3. The fruits are ripe enough to pick. 4. The book is easy enough for the children to read. 5. The house is big enough for us to live in. 6. The song is good enough to get a prize. 7. You are old enough to understand this secret. 8. Your story is interesting enough ti listen to. 9. The car is cheap enough for father to buy. 10. The problem is easy enough to solve. Pembicaraan terakhir Minggu lalu sampai kepada salah satu cara untuk memberi saran atau nasihat. Saya harap cukup saudara mengerti. Sekarang sebelum saya meneruskan pelajaran ini, cobalah terjemahkanlah berikut ini: 1. Kalau engkau ingin melamar pekerjaan itu, lebih baik engkau memperbaiki bahasa Inggrismu, karena bahasa Inggris penting di kantor itu. 2. Ada kursus bahasa Inggris untuk Adisti tiap-tiap hari Selasa dan Kamis pada pukul 5 sore. Kalau engkau ingin menemuinya di rumah, engkau lebih baik tidak menemuinya pada hari-hari itu. 3. Patung terlalu mahal untukmu membelinya. Lebih baik engkau tidak membelinya. 4. Saya tidak akan di rumah minggu depan, karena akan ada pertemuan keluarga di Jakarta. Lebih baik engkau membicara- kan persoalanmu dengan saya bulan depan. 5. Pak Gonjak seorang guru, tetapi ia sidang tidak mengajar sekarang, karena ia cuti. Lebih baik engkau membicarakan pendapatmu dengan dia sekarang. 6. Saya menyukai patung Bali itu dan patung itu cukup murah bagiku untuk membelinya. Saya akan membelinya. 7. Pukul berapakah ia akan di rumah besok pagi? Saya tidak tahu. Lebih baik engkau menilponnya. Nomor telponnya 12345. 8. Saya bukan berasal dari Bali, tapi saya sudah berada di Bali sejak tahun 1960. Saya berasal dari Sumatra. 9. Lebih baik ia tidak melamar lowongan itu. Ada pekerjaan yang lebih bagus untuknya. 10. Ia seorang petenis. Ia bermain tenis dengan baik. Ia bermain tenis dua kali seminggu. Sekarang ia sedang tidak bermain tenis. Ia sakit. Sudah agak lain pekerjaan rumah saudara kali ini. Agar saudara tidak mengalami kesulitan mengerjakannya, cobalah berpedoman pada pelajaran yang sudah-sudah. Dari sanalah saya membuatkan latihan itu. Selamat mengerjakan. ini: Cobalah sekarang perhatikan kalimat bahasa kita seperti berikut Saya amat lelah. Saya ingin tidak menghadiri rapat itu. Saya ingin Gonjak mengikutinya. Yang perlu bimbingan menterjemahkan ialah kalimat kedua dan ketiga. Kalimat kedua dapat saudara terjemahkan berdasarkan pola kalimat berikut ini: Subject verb (not) to infinitive - etc. kita membutuhkan buku kedua". "Maksudmu?" "Ya, biarlah buku pertama yang sudah tamat itu menjadi milik Ba- pak saja. Kau setuju?" Aku kembali tertegun. Bagai penuh kenangan kehidupan kami mana mungkin, pohon ceri yang itu bisa dialihkan pemilikannya pa- da orang lain. Sementara pohon ceri muda yang bakal ditanami itu terasa begitu lambat bertumbuh. Ke mana lagi aku menyandarkan diri dan menikmati irama kehidup- an dengan leluasa? Tidak! Tidak, aku kurang yakin hal itu bisa kuterima secara terbu- ka. Batinku tetap memberontak. Pemilikan pohon ceri yang kian menua itu bukan hanya sekadar kenikmatian menyandarkan diri. Melainkan nilai kesejarahannya ja. tak mungkin kuabaikan begitu sa- membujukku. Maksudnya, agar aku merelakan saja pohon ceri itu menjadi milik ayahnya. Aku benar-benar berada di antara dua pilihan yang begitu rumit. Merela- (Bersambung ke Hal 11, kol 4) Sepanjang malam, Imah terus ketakutan duduk menyandar lama-kangan apa-apa. Anggap saja po- Teka-teki Silang Nomor 361 Sudah genap sebulan, ayah Imah hon ceri pertama sebagai buku per- berada di tengah-tengah keluarga tama dari kehidupan kita. Anggap kami. Aku lebih banyak bungkam. saja buku pertama sudah tamat dan Happy Valentine's Day Model: Know How fashion group DEPARTMENT STORE JL.DIPONEGORO 50 DENPASAR BALI Tgl. 3% 14 Pebruari '92 ♥ Ungkapkan kasih sayang anda Kepada orang-orang tercinta Dengan koleksi warna ceria ♥Dalam nuansa kemesraan Bersama gaya dan pesona M'A Dapatkan souvenir cantik : *T. SHIRT *GELAS *ASBAK dan lain-lain. POINT PERIODE XII MULAI Tgl. 1 Januari - 30 April 1992 EXTRA BONUS TETAP BERLAKU: 18.00 99 00 Wita. SELAMA PERSEDIAAN MASIH ADA !! Gaya & kelamnya ... jelas istimewa !! Pertanyaan: Mendatar : 1. Senjata khas orang Bugis; 5. Se- bangsa Monyet; 8. Alat penangkap ikan; 9. Letnan Satu; 10. Nama lain. 15. Ibukota Yordania; 17. Pengarang angkatan 45; 18. Peng- asuh; 20. Palang merah Indonesia; 21. Pikiran, Otak; 24. Pengharga- an tertinggi perfilman di AS; 26. Bagian tubuh yang terlarang; 27. Mudah bergaul; 28. Saling mem- beri ganti; 30. Ikhtiar, usaha; 32. Runtuhan bangunan; 33. Nomor, bilangan. Menurun: 1. Omong kosong; 2. Pakaian wa- nita; 3. Sungai di Kalimantan; 4. Gerakan Pengacau Keamanan; 5. Ilmu tumbuh-tumbuhan; 6. Bagian dari mata; 7. Cium (Ingg); 16. Lu- ka akibat benturan; 17. Institut di Bandung; 19. Gedung Olah Raga; 22. Klub Sepak Bola di Itali; 23. Perhiasan pada leher; 24. Ibu Kota Kanada; 25. Juragan; 27. Berhenti (Ingg); 29. Badan; 31. Kata tanya. Ketentuan menebak: 1. Jawaban ditulis di kartu pos sertakan Kupon TTS Nomor 361 dan kirim ke redaksi Bali Post, Jl. Kepundung 67 A Den- pasar 80232, selambat- lambatnya 25 Februari 1992. 2. Pemenang akan diumumkan pada Bali Post Minggu edisi 30 Februari 1992. MINGGU, 9 FEBRUARI 1992 Kata kerja atau verb di dalam pola kalimat itu dapat ditempati beberapa kata kerja tertentu, termasuk kata kerja ingin, yang want itu. Yang perlu saudara ingat ialah kata kerja want adalah kata kerja penuh atau full verb, jadi untuk membentuknya di dalam kalimat ingkat atau negative dan kalimat pertanyaan atau interro- gative dibutuhkan bantuan, yaitu kata kerja bantu DO. I don't want.... dan Do You want....... Kemudian ingatlah sesudah kata kerja want selalu ada to. I want to....., he wants to...... Hal ini saya peringatkan karena menurut pengalaman saya tidak sedikit yang sok suka me-"korupsi" kata to itu. I want buy.....; he wants write..... Kata not di dalam kuring saudara gunakan apabila saudara ingin mengingkarkan to infiviniti- ve. Contoh: - He wants to go to Jakarta. = la ingin pergi ke Jakarta. - He doesn't want to go to Jakarta. = la tidak ingin pergi ke Jakarta. - Does he want to go to Jakarta? =Apakah ia ingin pergi ke Jakarta? He wants not to go Jakarta = la ingin tidak pergi ke Jakarta. Dapat saudara rasakan perbedaannya, bukan? Coba saya ber- ikan contoh lain dengan kata kerja lain: - I pretend to understand English. =Saya berpura-pura mengerti bahasa Inggris. I don't pretend to understand English. = Saya tidak berpura-pura mengerti bahasa Inggris. I pretend not to understand English. Jadi kalimat kedua dapat saudara terjemahkan: I want not to attend the meeting. Kalimat ketiga pun memerlukan pola kalimat lain. Inilah pola kalimat itu: Subject verb (pro) noun (not) - infinitive Pola kalimat ini berbeda hanya pada kehadirannya object yang bisa sebuah kata benda atau noun dan sebuah kata ganti atau pronoun. Kata kerja yang dapat digunakan dengan pola kalimat tersebut juga banyak. Nanti akan saudara ketahui di dalam latihan-latihan. Kalimat ketiga menjadi: I want Gonjak to attend it, Coba latihan berikut ini saudara kerjakan: 1. Ada sebuah surat di kamarku. Saya ingin membacanya tapi saya berusaha tidak membukanya. Itu bukan hak saya. 2. Saya meminta (= ask) sopir saya untuk berkendaraan dengan hati-hati. 3. Ia telah memutuskan tidak menyuratnya lagi dan saya ingin ibu tidak memaksa saya lagi. 4. Saya menasihati teman saya untuk berhenti merokok, sebab merokok itu kebiasaan jelek. 5. Saya ingin menghadiri pesta itu tapi ibu saya ingin saya tidak menghadirinya, karena ia memerlukan saya. 6. Adisti ingin pergi ke Bali, tapi ibunya tidak menginginkannya pergi sendirian. 7. Ibu tidak suka saya mengenakan jaket itu. Ia lebih suka saya tidak mengenakannya lagi. 8. Menejer saya memperingatkan semua pekerja tidak terlambat bekerja, 9. Adik saya meminta-minta saya tidak meninggalkannya sendiri di rumah. Ia takut. 10. Jangan memintanya untuk datang kemari lagi, dan jangan mengizinkannya menelepon saya. Sekian dulu. Sampai Minggu depan. 1 3 10 9 15 16 18 19 20 17 21 22 23 26 27 30 31 32 3. Bali Post menyediakan hadiah uang sebesar Rp 30.000, diber- ikan kepada empat pemenang masing-masing sebesar Rp 2. Pt. Ekayana Swidiadha 7.500. 4. Bagi para pemenang yang ber- domisili di dalam Kota Denpa- sar harap mengambil hadiahnya di kantor Bali Post setiap hari kerja dengan memperlihatkan tanda pengenal diri yang sah. Luar kota akan dikirim lewat pos Pemenang TTS Nomor 359: 1. Selly Aryanthi Prm. Unud 56 Menguntur Batubulan, Gianyar, 80582. Mahiman Wilatikta CIGNATIUS SUHARTO Terkenang Meghiya (131) Ringkasan cerita yang lalu: Emban Mandraka memperkenalkan Manipura Cakra dan Muladara Cakra. Yang pertama meluweskan dan yang kedua menyentosakan. Dengan demikian, tujuh cakra utama telah diperkenalkan. Jl. Angsoka I No.1 Mataram, NTB. 3. Ni Kadek Suwardani Jl. Pekandelan Kerambitan Tabanan, 82161 4. I Nyoman Sumartha > 24 25 28 33 HR JAJ; 7. PELIKAN; 8. BANGKAI; 11. SINAR; 14. MERIAH; 16. PONDOK; 18. NOVEL; 19. TRAGEDI; 22. TAMBANG; 24. RATUS; 25 RINGKAS; 26. TA- RIF. MENURUN: JI. Soka Gg. Kertapura II No.5 1. REBAB; 2. SEJUK; 3. CA- Denpasar 80237. JAWABAN TTS Nomor 359 MENDATAR: PAT; 4. GNI; 5. KONTRAK; 9. NUR; 10. ACHE; 12. ION; 13. IPAR; 14. MONITOR; 15. IDE; 17. DIE; 19. TEGAS; 20. AU- 1. REMIS; 3. CANGKOK; 6. BA- RAT; 21. INSYAF; 23. BAG. sang Buddha supaya ikut memba- jak dan menanam padi. Bharatvaja sendiri juga turut bekerja supaya dapat ikut makan hasilnya. an itu menyentuh air sungai, terde- ngar suara gemercak, dan terlihat- lah nyala api dan asap di atas per- mukaan air. "Pertapa, aku membajak dan Bharatvaja menjadi kagum se- menanam benih. Setelah bekerja, kali. Sambil berlutut di kaki Sang aku makan," kata Bharatvaja, lalu Buddha, Bharatvaja menyatakan bertanya kepada Sang Buddha, dirinya sebagai pengikut Sang "Apakah Anda juga membajak Buddha untuk seumur hidupnya. dan menanam benih, dan kemudi- 1) an makan?" Ratna Sutawan heran, mengapa "Benar," jawab sang Buddha. tiba-tiba saja ia menjadi teringat "Aku juga membajak dan mena- akan kisah Bharatvaja dan Sang nam benih, dan setelah membajak Buddha. Setelah menimbang- dan menanam benih aku lalu ma- nimbang sejenak, ia lalu berkata. kan. "Aku teringat akan kisah itu kare- "Benarkah itu? Kami percaya na aku merenungkan 'apa yang di- bahwa Anda selalu berkata benar. tanam, itulah yang akan dituai- Tapi, kami tidak pernah melihat nya!" Anda membajak. Kami tidak per- Ia merasa bersyukur karena me- nah melihat orang-orang Anda rasa dibimbing oleh kecerdasan se- yang membajak, bajaknya, peng- mesta alam. Karena rasa terima hujam bajak, cambuk dan sapi An- kasihnya, ia ingin melakukan se- da." madi. Namun apa yang terjadi? Ia Setelah mendapat bimbingan etelah mendapat bimbingan madya dan cakra alit, Ratna Suta- wan sering menyendiri untuk memperhatikan, menggiatkan dan memberi kekuatan kepada cakra- cakra itu. Caranya, tentu saja me- lalui oleh pernapasan sejati. Ketika ia merenungkan tentang Suryaprabha Cakra dan Suryap- rabha samodra, dalam hati ia ber- kata, "Diri batin manusia sebenar- nya jauh lebih agung, lebih rumit dari apa yang selama ini dibayang- kan oleh manusia sendiri. Secara samar-samar Ratna Suta- wan teringat akan ajaran dan urai- an ascaryanya ketika masih di kra- ton Singhasari. Jika manusia me- rupakan buana alit yang mempu- nyai samodra pengetahuan, de- mikian pula bhuana agung. Samo- dra pengetahuan semesta alam ju- ga merupakan gudang pengetahu- an, yang di antaranya merupakan rekaman atau catatan segala ke- jadian di masa kini dan di masa lampau. "Jika Suryaprabha samo- dra merupakan rekaman pribadi manusia, maka gudang pengetahu- an semesta alam adalah kumpulan rekaman seluruh manusia sejak zaman dulu sampai sekarang," ka- ga ditentukan oleh perbuatan yang menghaturkan sebuah mangkuk rian, lalu berdiri mencari emban dilakukan oleh bangsa itu. Ung- besar berisi nasi campur susu. Te- pengasuhnya. Hanya kedua emban kapan 'apa yang ditanam, itu pula tapi, Sang Buddha menolak pem- pengasuhnya pantas menjadi ka- yang akan dipetiknya', berlaku berian itu, dengan berkata, "Seo- lyana mitta. baik sebagai manusia secara per- rang Buddha tidak pernah meneri- orangan maupun sebagai himpun- ma imbalan untuk wejangan yang Catatan: an yang disebut bangsa. disampaikannya. Buanglah ma- 1) = Pandita S. Widyadharma, Ratna Sutawan lalu teringat ceri- kanan itu ke sungai!" 1989, p. 106 dan 108. ta acaryanya tentang Bharatvaja. (Kelak orang akan tahu bahwa (bersambung). Sang Budda mengunjungi Bharat- tak ada orang yang dapat men- vaja pada upacara menanam padi. cernakan makanan yang pernah di- la berdiri di dekat tempat pem- persembahkan kepada Sang Bud- bagian makanan para petani yang dha). ini dengan nama manunggal. Jika memang demikian, aku tidak perlu merasa heran apabila ada seorang "Keyinanku adalah bibitku. heran, mengapa begitu sukar me- yogiswara bisa mengetahui apa Hujan adalah tatatertibku. Pan- musatkan perhatian dan pikiran- yang telah terjadi yang dialami o- dangan terang adalah bajakku di- nya. Ia lalu teringat akan peng- leh orang lain. Segala perbuatan sertai kayu lengkung yang sesuai," alaman Meghiya. Meghiya pergi manusia, baik melalui pikiran, u- jawab Sang Buddha. "Tahu malu bersamadi sendiri di kebun mang- capan dan perbuatannya direkam adalah tiang bajakku dan pikiran ga. Tetapi, ia sukar memusatkan dan dicatat oleh suryaprabha sa- adalah talinya. Pemusatan pikiran perhatian dan pikirannya. Ia lalu modranya; demikian pula semua adalah pengunjam bajakku dan menemui sang Bhuddha. nya itu direkam dan dicatat oleh cambukku. "Meghiya, untuk membebaskan samodra pengetahuan alam semes- Waspada dalam perbuatan. Was- pikiran yang belum matang, diper- ta. Jika demikian, manusia tidak pada dalam ucapan. Sederhana da- lukan lima hal yang berguna sekali akan bisa mengingkari segala per- lam makan dan minum. Aku men- untuk menjadikannya matang," buatannya di masa lalu. Samodra cabut rumput dengan kesunyatan tutur Sang Buddha. "Carilah seo- pengetahuan tidak sekadar menca- dan menyelesaikan tugas. Semua- rang kalyana mitta, artinya sahabat tat, seperti halnya Suryaprabha sa- nya itu yang selalu aku dambakan. yang baik. Kedua, lakukan tingkah modra juga menumbuh- Kemampuan keras adalah 'orang- laku bajik yang dibimbing oleh kembangkan dan mewujudkan da- orangku yang membajak', peno- sila-sila yang penting sebagai latih- lam bentuk yang sesuai dengan apa pang bebanku, yang menarik ba- an. Ketiga, temukan nasihat yang yang pernah dilakukannya. Yang jakku menuju pelabuhan yang a- baik yang menuju kepada peng- baik akan ditumbuh-kembangkan man, yang selalu maju terus pan- ekangan hawa nafsu, artinya yang dan diwujudkan dalam bentuk tang mundur. Di tempat yang dila- menuju ketenangan, pembebasan, yang baik dan yang menyejahtera- lui tak akan ada lagi yang mena- Penerangan Agung dan Nibbana. kan, sebaliknya yang jahat juga a- ngis. Itulah caraku membajak. Keempat, upayakan untuk me- kan ditumbuh-kembangkan dan Buah yang akan dipetik adalah ma- nyingkirkan pikiran yang tidak diwujudkan dalam bentuk kejahat- kanan abadi. Siapa saja yang me- baik, dan untuk memperoleh pikir- an dan penderitaan. Jika sejahtera laksanakan cara membajak seperti dan tidaknya manusia di masa da- ini, akan terbebas dari penderitaan tang ditentukan oleh apa yang di- dan kesedihan." perbuatnya, demikian pula sejah- tera dan tidaknya suatu bangsa ju- mendengar ajarannya. Ia segera Betapa gembira hati Bharatvaja ra Ratna Sutawan dalam lamunan- nya. "Apakah aku bisa memasuki gudang pengetahuan itu? Inikah yang diupayakan oleh para yogis- wara yang melakukan yoga? Jika para siswa berupaya menyerap pengetahuan guru-mereka dengan melalui pertemuan, demikian pula manusia hanya bisa menyerap daya kekuatan yang berada di dalam sa- modra pengetahuan alam semesta. Manusia harus bersedia melebur bersama semesta alam. Bibi Emb- an Mandraka menyebut peleburan ikut menanam padi. Ia melihat Bharatwaja lalu membuang ma- sang Buddha, lalu minta kepada kanan itu ke sungai. Begitu makan- an yang baik. Usahakan untuk memperoleh pandangan tentang timbul dan lenyapnya kembali benda-benda." 1) Ratna Sutawan tidak mau sendi- KUPON TTS NO 361 MINGGU, 9 FEBRUAR RUANG Benarkah SAYA seorang gadis usia 1989, ketika saya duduk di dekat semester V, saya mengal lam di sungai, dan ditolong yg sebaya. Kebanyakan ora saya disembunyikan oleh jin. menjadi mundur dalam mera pala saya tiba-tiba pusing apa lah dan merasa malu melihat Yang ingin saya tanyakan 1. Mengapa saya dan lelak merasa malu bila bertemu (sa 2. Benarkah saya disembu 3. Apakah akibat kecelak saya bisa berkurang atau men atas? 4. Bagaimana caranya me pada (nomor 1) dan bila mel Demikianlah masalah saya cara pemecahannya sejelas-jel saya nanti. Terima kasih atas Bapak. PERISTIWA tenggelam And pada saat itu membuat orang menjadi kalang kabut, menca mereka tidak menemukannya yang sebaya dengan usia A Anda. Padahal orang-orang telah berusaha mencari mau mampu menemukannya. Akh ka mengatakan bahwa And jin. Mereka yang menyimpulk disembunyikan oleh jin, mer yang dianut oleh sementara a kan bahwa tahapan berpikir berpikir "praoperational" at maginatif. Cara berpikir yan kejadian dianggap benar a sungguh, sungguhpun benarn rut anggan-angan atau imagi Atau dapat juga mereka ya Anda telah disembunyikan ol gai mekanisme pertahanan di dan menutupi kekurangan d dalam berusaha mencari men Anda tenggelam. Jawaban d merupakan jawaban yang pa Lebih Jau ENNY HARDJANTO buka nama yang asing bagi peme kartu kredit Citibank, karena i ce President Marketing Dir Credit Card Centre Citibank J ta, orang yang berada di bela layar terciptar ya Visa atau m cards Citibank. Ditemui di Kenanga Me Room Holiday Inn Bali Hai, d rangka penar.datanganan ko kerja sama promosi kartu k Citibank dengan sebuah ban Denpasar, Enny bersedia luangkan waktunya untuk wa cara ekslusif dengan penulis janji pun dibuat untuk men kan percakapan santai di S Lobby Taracce dari Holiday Bali Hai, di sela-sela hembus ngin pantai Kuta untuk men Enny dan aktivitasnya lebih Wanita ini memulai kari sebagai juru ketik. Dokter lu Belgia tersebut memilih bisn bagai jalur kariernya oleh ka ia tidak dapat praktek kembalinya dari Belgia temp mana ia menyelesaikan sekola dokterannya, dan setelah se tahun menggeluti dunia bisn merasa cocok, karena menuru ny bisnis tidak jauh berbed ngan dunia kedokteran yaitu s sama memberikan jasa kepad langgannya. Sebagai Vice President M ting Director Kartu Kredit, E lah yang bertanggung jawab t dap penciptaan suatu produk kartu kredit di Citibank, meny strategi pemasarannya sampa MAH Sekretaris Nama Usia Jenis rambut Tinggi badan : Ny : 26 Bentuk muka : Bu : Ha : 163 : Sek Jln Pekerjaan Alamat Dengan adanya rubrik kons si rambut di Harian Bali Post M gu saya pribadi sangat meras adanya manfaatnya. Apabila renungkan jawaban-jawaban pengasuh dapat dikatakan n bantu seseorang untuk memper bangkan jika ingin potong ram tujuannya supaya hasil poto nampak lebih pantas untuk diri Memang potongan rambut zaman modern ini sangat dibu kan untuk menunjang penamp apalagi bagi orang bisnis, per pilan tidak boleh diabaikan ma an diutamakan begitu juga yang profesinya sekretaris di dang jasa sangat dituntut be nampilan yang prima. Karena peka dalam penampilan maka Selalu mencari citra diri, di bid potongan rambut dan berbusa 2cm C169 Color Rendition Chart