Tipe: Koran
Tanggal: 1992-02-09
Halaman: 05
Konten
GGU, 9 FEBRUARI 1992 kepada si doi, tetapi juga ada orangtua kita. Biaya- ? Ya, tidak harus mahal- mal atau sampai membuang g banyak. Kita mesti mak- jika kita belum bisa menca- uit sendiri. eberapa kegiatan yang da- dilakukan tanpa harus ngeluarkan biaya besar mi- ya sepeda santai dengan an-teman sekelas, lintas a- , jalan santai dan lain-lain. ng penting adalah ketulusan untuk memberi kasih ang kepada sesama yang ha- makin ditingkatkan. Putu Supialeni A Saraswati 2 pasar ERINGATAN Hari Valen- tidak semata-mata dituju- kepada doi, tetapi untuk ua orang, ya orangtua kita, bat dan anggota keluarga. annya, agar kita dengan bat dan keluarga makin de- dan akrab. Mungkin ada se- an dari kita yang "kurang" dapatkan kasih sayang ka- orangtua sibuk. Nah, apa mnya jika pada saat ini kita ama-sama menyediakan tu untuk membagi kasih ng yang seutuhnya dan se- nya, yang selama ini ku- dirasakan. Supialeni menyejukkan. Aku terkulai tak berbuat apa-apa. Ooo senyum- menghanyutkan. Aku pun se- in terperosok ke dalam mau- Lalu ia menunduk seperti me- h hormat padaku dan me- mami tanganku, sekali lagi aku mandangnya penuh kesima. ngkuhnya lenganku, diajak- aku keluar, sekali lagi aku tak berbuat apa-apa kecuali meng- langkahnya. Esepanjang jalan orang-orang ung berbaris memandang ka- enuh haru, terlihat dari wajah ka menyimpan kepedihan dan esalan yang dalam. Tak lagi mat rasa takut atau asing pada Aku hanya bisa diam meng- terus sosok tua itu. pat di depan rumah mertuaku at Elly istriku dan anakku paling kecil meraung-raung inya. Sekali lagi aku tak bisa uat apa. Sepertinya ia ingin eluk-meluk diriku tetapi apa seperti ada lingkaran disekeli- u, hingga dengan susah payah w dan Elly menggapai-gapai te- sia-sia tak satu pun yang dapat yentuhku. terus berjalan mengikuti arah kah sosok itu. Sesekali aku me- lang ke belakang tampak Ber in Elly semakin jauh dan kecil nya betul-betul lenyap. Sekali aku tak bisa berbuat apa-apa. betul-betul terkulai dalam so- atanya..... sayudhi, Januari 1992 , ERY erator .Kirloskar 361)-87016 angan (untuk wilayah Dps). ng kita jual. Soundproof (optional). KVA C. 165 curiga. Anda takut tokek?" idak cuma takut. Tapi tokek angat mengganggu. Kalau bu uaranya berisik sekali." Calau begitu akan saya usir." "asti ia akan kembali lagi ke Kita coba mengusirnya dengan -baik." ku bersiap bertepuk tangan mendesiskan bunyi hus-hus, ak usah. Saya mau pindah ka- saja. Sekarang" ku tersenyum. Tidak apa-apa as." begitu. Silakan berkemas- esokan paginya, pagi-pagi se- ia mendatangiku. clamat pagi," sapanya. "Saya a maaf." Maaf?" cristiwa tadi malam membuat tak bisa tidur. pa di kamar yang baru Anda ati ada tokek lagi?" , bukan, bukan. Saya tak e- dengan tingkah saya tadi ma- erhadap Anda. Terlalu ka- u tersenyum. "Biasa, kalau sedang panik." (Bersambung) MINGGU, 9 FEBRUARI 1992 POS ANAK- ANAK Janjiku pada Mama Oleh Putu Dewi Ekayanti Aku masih ku masih ingat tahunnya berusia 4 tahun. Mama lulusan dari fakultas hukum. Waktu mama diwisuda ikut menyaksi- kan. Sayang waktu itu papa be- lum pulang. Terpaksa mama diwisuda tanpa disaksikan pa- pa. Mama sungguh cantik me- makai pakaian wisudanya. Aku dapat merasakan kebaha- giaan mama. Aku pun tahu maka kecewa papa tidak hadir. Beberapa bulan setelah di- wisuda, mama kelihatan tidak enak badan. Aku tidak pernah diajak mama jalan-jalan seper- ti biasanya. "Ma....mama sakit ya...? Ka- lau mama sakit harus ke dokter ma....," kataku pada mama. "Iya Wan.....mama memang sakit.... nanti sore diantar ke dokternya Wan....!" kata ma- ma. Walaupun aku masih kecil, tapi mama telah mengajarkan padaku tanggung jawab. Ter- utama sewaktu tugas papa di- nas. Aku masih ingat, setelah apa. Sejak mama sakit aku diti tipkan pada adik papa. Walau- pun putranya sendiri empat, tetapi aku tidak dibedakan de- ngan saudara-saudaraku. Aku memanggilnya bapak dan ibu. "Bu..... mama apa sudah sembuh....?" tanyaku pada ibu. "Mama belum sembuh Wan. Mama menunggu papa agar ada pengawal bila ke dokter," kata ibu. "Buh, mama sakitnya kok lama." kataku pula. "Iya Wan, mama sakit per- ut.... mungkin harus dirawat di Yogya," jawab ibu. Benar kata ibu. Setelah papa pulang mama dirawat di rumah sakit Sarjito Yogya. Katanya mama sakit tumor di usus. Se- tiap hari aku mendoakan agar mama lekas sembuh. Tetapi aku tidak pernah menyangka penyakitnya begitu panjang. Selama dua tahun mama ke- luar masuk rumah sakit. Rupanya doaku dikabulkan beberapa kali ke dokter mama Tuhan. Beberapa bulan sete- juga belum sembuh. Aku tidak lah operasi, mama mengantar- tahu mama sesungguhnya sakit kan aku ke sekolah. Aku se- sebuah desa di pinggir Dhutan, hidup seorang jan- da dengan dua orang anaknya. Anak yang tertua bernama Ba- khil, adiknya bernama Adab. Bakhil sifatnya pemalas, se- tiap hari kerjanya makan dan tidur saja. Berbeda dengan a- diknya. Adab rajin membantu ibunya mencarikan kayu dan bekerja di sawah. Tubuh Adab kecil dan kurus sekali karena seringnya melakukan puasa. Suatu hari janda itu jatuh sa- kit. Sudah berkali-kali kedua meriksa keadaan ibu mereka. Ini membuat hati Bakhil dan Adab berdebar-debar cemas: "Ibu kalian tidak bisa sem- buh sebelum makan buah apel emas," kata Tabib memberita- hu. "Di mana kami bisa menda- patkan buah apel emas terse- but kakek tabib?" "Berjalanlah terus ke tengah nang sekali. Setiap hari me- nyelusuri jalan yang berbukit tetapi mulus dan bersih. Aku pasti berjalan mendahului ma- ma sambil loncat-loncat kecil di trotoar yang tratur rapi. "Wawan.... hati-hati nak, nanti jatuh...." kata mama. "Tidak Ma. Wawan melom- patnya kecil kok Ma." jawab ku. "Mama di sini saja ya, tung- guin Wawan" kataku sambil berlari masuk ke kelas. Walau hanya dua jam dalam kelas rasanya lama sekali. Sebentar-sebentar aku melihat mama. Aku takut mama pergi. Pulang sekolah senangku bukan main. Mama mengajak- ku mampir ke toko kue. Aku boleh memilih kue kegemar annku. Sayang, beberapa hari kemudian mama sakit lagi. Ia masuk rumah sakit lagi. Aku pun dititipkan pada ibu, ber- kumpul lagi dengan keempat saudaraku. "Tuhan, jangan ambil Mamaku. Sembuhkanlah dia ya Tuhan," doaku selalu tiap pagi dan malam. mama. Bali Post Sisa Uang Ibu Oleh Bibo ketika penjual itu memandang nya, dan menyodorkan burung itu kepadanya. Gede mengayuh pedal se- rumun itu ha ditawarkan de pedanya lambat-lambat burung yang ditawarkan de- karena lalu-lintas di Jalan Di- ngan penuh rasa ingin tahu tan- ponegoro saat ini agak ramai. pa membelinya. Gede terkejut Sesekali matanya melirik ke a- rah kanan karena khawatir a- kan tertabrak kendaraan lain yang menyalip sepedanya. Se- benarnya, ia malas keluar ru- mah pada saat hari begini pa- nas. Tetapi karena ibu me- mintanya pergi ke toko untuk membeli jarum dan benang ja- hit, terpaksa ia keluar juga. Se- sampainya di toko tujuan, sete- lah memarkir sepeda di tempat yang teduh, ia masuk ke da- lam. Seorang pelayan toko da- tang menghampirinya. "Mau beli apa, Dik?", ta- nyanya ramah. Ada jarum tangan dan be- nang merah, Mbak?" "Ooo...... ada. Mau jarum yang besar atau yang kecil?" "Yang kecil saja." "Ada lagi...... Gede menggelengkan ke- palanya. Setelah membayar Aku tak tahu pasti mama sa- kit apa. Tahuku hanya sakit u- sus. Baru sekarang aku tahu penyakit Rupanya menderita tumor ganas. Maka sampai tiga kali operasi. Se- minggu sekali aku mengunju- ngi mama di rumah sakit. Ka- dan mengambil barangnya ia sihan sekali. Tubuhnya kurus. la selalu diinfus. beranjak ke luar. Segera pan- dangan matanya tertarik pada Pada suatu hari mama boleh kerumuman orang di seberang pulang. Mama bisa merayakan jalan. Mungkin dagang obat, hari ulang tahunku yang ke-5. pikirnya. Lalu dituntunnya se- Aku senang sekali. Banyak peda BMX-nyaketempat keru- teman yang datang. Tetapi.. muman itu. Ternyata orang- kegembiraanku tiba-tiba ma- orang itu sedang mengerumuni "Naa...... mari sini, Dik. Ini burung perkutut yang amat ba- gus suaranya. Lihat juga bulu- nya indah, 'kan?", katanya. Gede mengelus-elus burung itu. Hatinya makin tertarik ke- tika melihat burung itu ternya- ta amat jinak kepadanya. Apa- lagi bulunya yang amat bagus itu berkilau ditimpa sinar ma- tahari. Tak didengarnya lagi penjual itu terus mengoceh. "Berapa harganya, Pak?", tanya Gede pelan. Penjual itu tersenyum lalu menjawab. "Waahhh..... murah, Dik. Untuk adik saya berikan sehar- ga delapan ribu lima ratus ru- piah saja. Murah kan?" lahnya persis sama dengan yang disebutkan oleh pak pen- jual burung. Penjual itu segera menerima uang yang disodorkan kepada- nya sambil tak lupa mengucap- kan terima kasih tiga kali. Da- lam perjalanan pulang, kemba- li terbayang di pelupuk mata- nya betapa teman-temannya a- kan bagum melihat burungnya. Pasti mereka juga menanyakan tempat membelinya dan juga harganya. Tak terasa sudah sampai di halaman rumah. Sambil mengelus-elus kepala burungnya, ia memasuki ruang makan dan berteriak memang- gil ibunya yang berada entah di mana. Tak lama muncul ibu- nya yang kelihatan terburu- buru. "Oh..... kamu sudah da- tang, De," sapa ibunya "Iya, Bu. Ini barang pesanan Ibu." sahut Gede. "Sekarang kamu pergi ke a- potek di ujung jalan ya..... beli obat panas untuk adikmu. Dia sakit!", kata Ibunya. Lalu lan- jut beliau. "Gunakan sisa uang yang ta- di Ibu berikan. Cepat!" Gede tertegun. Uang itu........ gu. Tapi Bu..." katanya ra- Terdengar suara orang ber- guman ramai, mengomentari jawaban penjual itu yang di- anggap pantas. Gede terce- nung. "Semahal itu?", pikir- nya. Dari mana ia memperoleh uang sebanyak itu. Padahal ia ingin benar memiliki perkutut tapa Rudi ataupun Amat akan kagum melihat burung itu. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. saku celana. Lalu ketika ta- ngan itu keluar, di telapak ta- ngan itu sudah tergenggam be- berapa lembar uang yang jum- "Tunggu apa lagi?" "Tapi uang itu sudah Gede belanjakan Bu...... untuk beli perkutut ini". Kini giliran ibu- nya yang bengong. "Astaga..... Gede..... Ge- de. Lalu apa yang kita pakai itu. Di matanya terbayang be- untuk beli obat?" lam itu lenyap. Mungkin kare- seorang pedagang burung yang Cepat tangan kirinya merogoh na kelelahan, mama jadi kam- sedang berusaha menawarkan buh penyakitnya. Dan malam dagangannya, seekor burung perkutut yang bulunya amat in- (Bersambung ke Hal 11, kol 1) dah. Orang-orang yang berke- Dongeng Buah Apel Emas bawa cukup banyak karena mengurungkan niatnya. Mere- perjalanan yang akan mereka ka tetap bertekad mencarikan tempuh cukup jauh. Sebelum berangkat, kakek tabib sekali lagi menyampai- kan nasihatnya. "Setelah kali- an temukan pohon itu, cepat obat bagi kesembuhan ibu. Hutan pun mereka jelajahi. Tanpa takut dengan binatang nah, agar buah apel emas yang mereka cari bisa cepat dike- temukan. "Ini dia buah yang kita cari itu Bakhil." Adab menemukan buah apel emas, obat dari pe- nyakit ibunya. Gede hanya terdiam dan ter- duduk lemas di kursi. Ia me- nyesal telah membelanjakan uang ibunya. Kasihan Kadek, pikirnya, ketika ingat adiknya yang sedang sakit. Dalam hati ia berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi. nya perintah kakaknya. Adab berlari meninggalkan kakak- nya yang keasyikan menikmati buah apel. Perjalanan pulang sendirian membuat Adab lebih cepat sampai dibanding ketika berangkat, karena tidak ter- ganggu oleh kakaknya yang se- ringkali minta istirahat dan menghabiskan bekal selama di perjalanan. Janda itu akhirnya sembuh setelah buah apel emas dari Adab, anaknya sampai di tangannya. Sedang Bakhil tidak pernah pulang lagi ke rumah, karena anaknya membuatkan obat da- hutan. Di sana nanti akan kali- kalian cari apel emasnya. Lalu pohon bila cahaya matahari ngut sebuah apel dan mema- ular naga penjaga pohon da- ri berbagai macam ramuan de- daunan dan akar-akaran. Tapi janda itu tidak kunjung sem- buh, malahan semakin bertam- bah parah. Melihat usahanya tidak memberikan hasil, oleh Bakhil dan Adab diputuskan untuk memanggil Tabib yang terkenal di daerah mereka. an jumpai pohon apel yang tinggalkan tempat itu. Jangan berbuah lebat. Di sanalah bisa, sampai lewat tengah malam, kalian temukan apa yang kali- karena penjaga pohon itu akan an cari. Buah apel emas itu ada datang dan siap menelan siapa di antara ratusan apel yang ber- saja yang ada di tempat itu. gelantungan. "Siapa ya kakek tabib penja- ga pohon itu?" Penuturan kakek tabib itu membuat Bakhil dan Adab se- gera mempersiapkan segala Tabib yang dipanggil kedua keperluan untuk menjelajah bersaudara itu menggeleng- hutan mencari obat bagi ibu gelengkan kepala setelah me- mereka. Bekal yang mereka Mari Bermain Pohpohan Bali Post Made Taro POHPOHAN-Anak-anak sedang bermain "Pohpohan", satu butir buah mangga masuk perangkap. Seekor naga." Berdiri bulu roma mereka mengetahui penjaga pohon a- pel emas. Tapi rasa cinta pada ibu, membuat mereka tidak jenis peran yaitu sebagai peng- alih yang bertugas mencari a- tau memetik buah mangga. Jumlahnya dua orang dipilih dari pemain yang kalah sut. Pemain lainnya bertindak se- bagai pengeleb, yaitu pemain lepas yang berperan sebagai buah mangga. Pengalih kemudian mere- gangkan kedua tangannya ke depan setinggi kepala, saling berpegangan, sehingga mem- bentuk sebuah perangkap. Perangkap itu dipergunakan menangkap pengeleb yang le- wat di bawah perangkap. Sambil menyanyikan lagu Pohpohan, pengeleb berbaris tanpa putus-putusnya lewat di bawah perangkap. Tiap pe- main harus memegang ping- gang atau punggung pemain di depannya. Untuk memudah- kan memegang, sebaiknya pe- main menggunakan selendang yang diikatkan pada pinggang- nya. Selendang itulah yang di- pegang erat-erat oleh setiap pemain di belakangnya. Barisan pengeleb diatur se- Permainan yang melukiskan yang berarti mangga. Bermain demikian rupa, berputar-putar kehidupan binatang ba- pohpohan berarti bermain nyak sekali terdapat di Indone- mangga-manggaan. Permain- mengelilingi pengalih, sehing- sía. Tidak demikian halnya de- an itu menceritakan tentang se- ga nantinya pemain yang pa- ling depan memegang selen- ngan permainan yang meniru kelompok anak-anak yang i- kehidupan tumbuh-tumbuhan. ngin memetik buah mangga. tut. Agar tidak menjemuka.., dang pemain yang paling bun- Walaupun tumbuh-tbumuhan Setiap saat mereka bertanya, banyak digunakan sebagai apakah mangga sudah bisa di- arah putaran dapat diganti- bahan atau alat permainan, te- petik? Mereka harus lama me- ganti, ke kiri atau ke kanan tapi jarang sekali diangkat se- nunggu, mulai saat menanam pengalih. Apabila lagu poh- bagai lakon permainan. Dalam sampai berbuah ranum. Cara memainkan nyanyian pun, nama tumbuh- tumbuhan banyak digunakan, Jumlah pemain yang diper- tetapi nama-nama itu jarang lukan antara 6-12 orang. Kalau pohan sudah berakhir dengan kalimat "Mara kenken pohe je- ro?", "Suba mulungan", maka pengalih segera menurunkan "Selesailah tugas kita. Seka- rang tinggal istirahat menikma- buas mereka terus berlari di ti buah apel yang berserakan siang hari dan istirahat di atas ini," kata Bakhil sambil memu- mulai bersembunyi. Setelah kannya. beberapa hari habislah bekal "Belum selesai tugas kita yang mereka bawa, untung sa- Bakhil, kita masih harus sece- ja pohon yang mereka cari su- patnya menyampaikan buah a- dah tampak di depan mata. pel emas ini. Agar penyakit ibu "Wah tidak aku sangka ada bisa lepas sembuh. pohon apel di tengah hutan, le- bat dan besar-besar lagi buah- nya. Mereka pun segera memetiki buah yang bergelantungan di pohon, dan menaruhnya di ta- pengalih. Pengalih yang perta- ma tadi, lalu menjadi pengeleb. Cara lain dapat dilakukan dengan model sebagai berikut. Kedua pengalih masing- masing diberi nama misalnya barak (merah) dan kuning, se- suai dengan warna pakaian a- tau tanda yang dipergunakan. Setiap pengeleb yang tertang- kap kemudian ditanyai oleh pengalih, "Barak napi kuning' (merah atau kuning)? Kalau pengeleb memilih "barak" ma- ka ia harus berbaris di bela- kang pengalih yang bernama Slandro "Kau saja yang menyampai- kan, aku nanti akan me- nyusul." "Tapi........" "Alah ayo cepat pergi." Dengan patuh dijalankan- "barak". Demikian seterusnya hingga semua pengeleb terper- angkap dan berbaris di bela- kang "barak" atau "kuning" Barisan yang jumlah pemain- nya lebih banyak, dinyatakan sebagai pemenang. tang ketika Bakhil sedang ter- lelap tidur karena kekenyang- an. Seperti yang dikatakan ka- kek tabib, naga itu langsung menelan tubuh Bakhil yang tergeletak di tanah. Diceritakan oleh Agus Kurniawan Jl. Olah Raga 1/04 Ambulu Jember Jawa Timur 68172 nya "baru saja menanam, lalu tumbuh, lalu berbunga, ber- buah, dan ....... berjatuhan." Nyanyian itu harus dilagu- kan oleh semua pemain selama permainan berlangsung. Kalau nyanyian ditutup dengan kali Nyanyian mat "Suba mulungan?", maka Di Bali terdapat banyak nya- pengalih menurunkan perang- nyian pohpohan. Satu sama kap, lalu "memetik" sebuah lainnya berbeda baik lagu mau- "mangga". pun kata-katanya. Di sini ha- Demikian seterusnya. nya diperkenalkan sebuah la- Selamat bermain! gu. Larik-lariknya mengan- dung pertanyaan, "Bagaimana keadaan mangga?" Jawaban- POH POHAN 24 Agak cepat NN Made Taro 3 1 1 35 5 3 3 2 2 1 0 1 1) Poh po 1 1 1 5 3 5 3 1 2 1 2 3 2 po he je YO Ma ra ma mu ri Ma ra ken ken BUAH HATI Wiwin, begitu nama adik yang manis ini. Lahir 15 Maret 1990 di bawah naungan bintang Fisces. Ala- mat rumah Br. Kalianget Banjar, Singaraja. Besar nanti bercita-cita seiring dengan harapan ayahnya Putu Pastika menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat keluarga di Kalianget semoga sejahtera sela- lu. Ni Wayan Juniawati, begitulah nama adik manis ini. Lahir 11 Juni 1989 dan besar nanti bercita-cita ingin menjadi pemandu wisata. Alamat rumah Jln. Calonarang No.2 Nusa Dua Bali. Salam sayang dan manis selalu buat kerabat cilik di seluruh Indo- nesia. Semoga Tuhan memberikan sinar sucinya kepada kita semua. Halaman 5 Cah manis yang bahenol ini bernama Ni Luh Eka Parwati. Lahir 2 Oktober 1989 dan besar nanti diharapkan kedua orang tuanya menjadi Polwan. Putri kesayangan pasangan Kadek Mertha Sujati dengan Kadek Budiantara ini tinggal di Br. Ban- tangbanua Jln. Jelantik Gingsir Sukasada- Singaraja. Lewat ruangan buah hati ini ia nitip salam buat semua keluarga di rumah. Selamat hari Minggu semoga asung kerta raharja. Dewa Putu Yudi Parditha, nama adik kita yang gagah dan lucu ini. Lahir 30 Juli 1990 dan cita-cita besar nanti ingin jadi orang pintar. Putra ke- sayangan dari Dewa Gede Kumarajaya dengan Desak Ketut Partiasih tinggal di Desa Pelapuan Kecamatan Busungbiu-Singaraja. Melalui rubrik ini ia nitip salam buat semua keluarga di rumah. Selamat hari Minggu semoga sejahtera. han poh po han Na ga sung Sang na ga sa I Wayan Sutrawan, nama bocah cakep ini. Lahir 26 Mei 1991 dan besar nanti bercita-cita ingin men- jadi petani profesional. Putra kesayangan pasang- an Ketut Rajan dengan Nyoman Sutri tinggal di lingkungan Prathama Mandala Tegaltugu Gia- nyar. Lewat rubik ini ia nitip salam buat keluarga di rumah. Semoga sehat walafiat. Bocah yang bernama Kadek Yudiana ini ingin ke- nalan buat teman-teman dimana saja berada. Ala- mat rumah Jln. Raya Sesetan Gang Rajawali No.2 Denpasar. Lahir 27 Januari 1988 dan besar nanti ingin menjadi pesilat yang terkenal. Lewat rubrik ini nitip salam buat Mbak Ari, Dek Eka, Ayu dan Wi De tercita. Selamat hari Minggu semoga sehat sejahtera. KUPON "BUAH HATI" BALI POST BUKU-BUKU SEMESTER GENAP Terbitan GANECA EXACT BANDUNG 0 1 la 2) Mara mentik 3) Mara mabunga ya 4) Mara mabuah dihubungkan dengan permain- kurang atau lebih tentu saja perangkapnya dan menangkap SMAK Swastiastu Denpasar an itu sendiri. boleh, tetapi akan terasa ku- seorang pengeleb. Kalau peng- ⚫Di Bali terkenal sebuah per- rang menarik. Dapat dimain- eleb yang tertangkap sudah mainan yang melakonkan kan oleh anak-anak berumur mencapai jumlah dua orang, buah-buahan. Namanya Poh- antara 5-12 tahun. maka kedua orang tersebut di- Para pemain dibagi atas dua hukum menggantikan peranan pohan. Berasal dari kata poh Bali Post/DM MENGINTIP Dra. A.A. Istri Sri Indrawati, guru biologi, nampak sedang mengajar siswa SMAK Swastiastu praktek laboratorium, mengamati ciri kehidupan makhluk kecil yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga diperlukan mikroskop untuk mengintip binatang kecil tersebut. 5) Suba mulungan Raih Predikat "Disamakan" Lagi SMAK Swastiastu Denpasar longkan dalam predikat disama- tentukan dan lain lain. Di sekolah yang berdiri sejak 1964 hingga kini kan," tuturnya. Namun demikian, itu ada istilah guru piket, yang siap tidak pernah luput dari berbagai kepahitan itu dapat ditebusnya setiap saat menggantikan guru macam cobaan. Lebih-lebih lagi kembali dengan adanya akreditasi yang tidak masuk. Seandainya gu- dalam meningkatkan prestasi se- yang dilakukan dua tahun berikut- ru piket itu tidak bisa mengganti- kolah tersebut. Pada tahun 1985, nya yakni tahun 1992. Predikat kan, mungkin karena bidang studi sekolah tersebut cukup mendapat yang semula diturunkan, kini men- yang dipegang berbeda dengan gu- nama lantaran predikat yang diper- jadi naik kembali dengan status di- ru yang tidak masuk, maka para olehnya yakni, disamakan. Presta samakan. "Saya tahu ada kenaikan si yang diperolehnya itu ternyata status melalui surat kabar Bali Post hanya bertahan lima tahun. Begitu terbitan bulan Januari," kata kepa- ada akreditasi yaitu tahun 1990, la sekolah itu. predikat yang semula disamakan Meskipun ada kenaikan dan pe- turun menjadi diakui. "Kenyataan murid dianjurkan masuk keper- pustakaan. Di sana mereka tetap diawasi oleh guru-guru piket. Begitu calon murid menginjak- kan kakinya di sekolah yang berna- nurunan status, sebagai lembaga faskan agama Katholik itu, diber- itu betul-betul membuat saya ter- yang bergerak di bidang pendidi- ikan buku saku yang isinya me- pukul. Namun demikian, saya te- kan tidak membuat sekolah itu pa- nyangkut tentang hak, kewajiban, tap introspeksi diri sambil mencari tah semangat. Peningkatan kuali- dan sanksi sekolah. Buku tersebut di mana letak kekuarangan lemba- tas pendidikan selalu dipacu. Se- harus dibawa setiap saat dan dian- ga pendidikan ini," ucap Kepala mentara itu, dari segi administrasi jurkan untuk dibaca oleh orangtua SMAK Swastiastu Denpasar, Drs. diadakan renovasi, yang semula murid. Dengan cara begitu, para YB. Soetikno ketika ditemui di menggunakan mesik ketik kini di- orangtua akan tahu akan keber- ruang kerjanya. ganti dengan komputer. Dengan adaan putra-putrinya selama komputer dapat lebih gampang mengikuti pendidikan di sekolah la sama sekali tidak menyangka, melihat permasalahan yang perlu itu. Dan, para orang tua tidak akan kalau dalam penilaian akreditasi ditangani. Khusus di bidang proses merasa tersinggung apabila ada itu ada beberapa komponen yang belajar-mengajar, penerapan disi- putra-putrinya diberikan peringat- sebelumnya tidak termasuk dalam plin tidak saja dikenakan kepada an, di-skorsing atau dikembalikan kriteria penilaian tahun berikutnya murid-murid juga para guru yang kepada orangtuanya. diikutkan. Padahal dari segi jum- mengajar. Dengan demikian, di se- Sudah ada beberapa anak didik lah angka, nilai yang diperoleh kolah tersebut tidak ada istilah jam yang dengan berat hati terpaksa SMAK Swastiastu hampir sama pelajaran kosong, lantaran ada gu- harus dikembalikan kepada orang- dengan akreditasi sebelumnya. ru yang tidak masuk. Mereka tidak tuanya, karena sekolah sudah ti- "Sekolah kami ada beda nilai lagi mengenal istilah bebas, lalu pulang sedikit saja dengan nilai yang digo- sebelum waktunya yang telah di- (Bersambung ke Hal 8, kol 6) DAPATKAN SEGERA!! GEOGRAFI PENUNTUN BELAJAR Bandung • Jakarta Semarang .Surabaya PENUNTUN BELAJAR BAHASA dan SASTRA INDONESIA SMA Keles Semester & PENURTON BELAJAR BAHASA dan SASTRA INDONESIA SMP PENUNTUN BELAJAR BAHASA INGGRIS SMP Kales Semester MATEMATIKA SMA SMP FISIKA SMP SMA SMA SMA MATEMATIKA SMP JI. Kiaracondong NO. 167 Telp. (022) 701903 Fax. 75329 Jl. Kayu Putih Selatan ID No. 10 Telp. (021)4891434 4899469 Fax. 4 7 11 972 Jl. Singosari Raya No. 6 Telp. (024) 313853 Fax. 313853 JI. Imam Bonjol No. 75 Telp. (031) 69531 Fax: 69531 Denpasar Jl. Raya Puputan No. 17X Renon, Telp. (0361) 25256 Fax. 25231 • Singaraja Jl. Diponegoro No. 68 Telp. (0362) 21203 Jl. Diponegoro No. 21 JI. Ngurah Rai No. 197 Telp. (0365) 41855 Tabanan - Negara C.51 2cm Color Rendition Chart
