Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-03-31
Halaman: 03

Konten


1996 gin lebih pen- n ini alah- elalu Hunia a in- dan upun adap m itu usan ri, di etun- Hapat angsa saan. den- enge- mbari teta- duan seks etapi yang mun, as di yang jarn- terus muka Minggu Kliwon, 31 Maret 1996 Bali Post FENOMENA Misbach Yusa Biran: HALAMAN 3 Pemerintah harus Ringankan Beban Orang Film tuk selera masyarakat dan membawa manusia untuk sebagai karya bernilai seni kita mengikuti selera masyarakat. Un- berkembang. tuk perdagangan, orang mengata- kan ikutilah selera masyarakat agar mereka beli. Tetapi tugas or ang film sebagai seniman adalah mengembangkan selera masya- rakat. Kalau hanya me-ngikuti selera masyarakat, tentu tidak akan ada perkembanga Tugas seniman adalah meningkatkan sel- era itu. Yang penting sekarang meningkatkan tetapi bisa diterima. Seperti film-filmnya almarhum Wim Umboh, bermutu dilihat dan laku. Almarhum Wim dapat men- ingkatkan selera ma-syarakat teta- pi tidak cengeng dan jelek. Den- gan demikian, selera masyarakat meningkat, dia pun dapat uang. Tugas utama seniman adalah membawa manusia maju ke depan terus, itu seniman. Kalau peda- gang, yang penting laku dapat uang. Omzet berkembang atau tidak berkembang, itu soal bela- kangan. Dengan demikian, tugas seniman, membawa manusia un- tuk lebih maju, sama dengan in- telektual, dengan pengetahuannya Akhirnya, solusi apa kira-kira yang Anda perkirakan akan men- dongkrak film nasional kembali mengibarkan kejayaan? Masalahnya kompleks, yang utama adalah merombak salah pengertian akan keberadaan film. Banyak yang mengatakan film nasional sudah mati atau mati suri. Anggapan ini pernah menimpa dunia surat kabar. Konon tahun 1900, di mana radio sedang berkembang, orang kalau sudah mendengar berita di radio tidak akan membaca surat kabar lagi. Tetapi kenyataannya, surat kabar tetap ada. Karena dengan menden- gar, orang mempunyai keter- batasan untuk mengingat, tetapi dengan membaca koran, median- ya tertulis jelas kan dapat disim- pan sebagai dokumen sehingga tetap menjadi kebutuhan. Sampai sekarang, sehebat-hebatnya radio, televisi dan media lainnya, koran tetap dibutuhkan. Begitu juga den- gan film, hanya karya yang utuh rangkul. Dalam langkah, andaikan film nasional bangkit kembali, siapa yang semestinya mengawali? Biasanya begini, tiap kebang- kitan harus dimulai satu dua or- ang, diikuti adanya gagasan dan kemudian diikuti pihak lain. Bagaimana dengan bioskop di Indonesia di masa depan? Menurut saya, pada saatnya nanti dunia bioskop Indonesia harus beralih kepada sinema ele- ktronik. Artinya, bioskop Indone- sia harus menyesuaikan diri den- gan teknologi mutakhir. Karena wilayah Indonesia yang dihuni ribuan pulau, bagaim- ana mungkin hanya mengandal- kan kopi film. Indonesia sewak- tu-waktu harus mengandalkan satelit untuk mensuplai film-film di bioskop. Karena itu, buat ban- yak sinema agar masyarakat ban- yak pilihan. Sebab, keinginan masyarakat tentu berbeda-beda. inya pen- Cari juga alah. erot. aluri cecil. oku. ksa- kan ahal, alam juk- idup pen- yum dan ang ka- alah kita akin , itu am- n ini usia. ilai- muan aran rena Bah- akan ikan perti hati- kan wang aku, ang, tapi gan nilai vab. sila- ang nas, ang ggal dup ebih ama iba- en- i di a lite- Cara any- ardi anto Dwi Nik- tini, ade var: Sin- an: Kar- sius am- Nur TT: O. ya Jam 3) ah asar AN ya ang DUNIA film Indonesia tidak lagi marak. Kelesuan film nasional demikian mencolok mata. Misbach Yusa Biran (63), mantan pengajar penulisan skenario di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang juga dikenal sebagai kritikus dan pengam- at film, dengan gamblang bicara soal kelesuan film nasional. Dari apa penyebabnya sampai permasalah- an apa yang sebenarnya terjadi di dunia perfilman Indonesia, yang kini ramai dikabarkan hidup segan mati tak mau. Berikut Trin Supatriawati dan Sri Wulandari melaporkan hasil perbincangannya dengan Misbach Yusa Biran. Kelesuan film Indonesia kian hari kian menjadi. Menurut Anda sebagai kritikus dan pengamat film, dapatkah dunia film nasion- al kembali pulih dengan situasi dan kondisi perfilman seperti sekarang? Karena ini bukan ramalan Jay- abaya. Tentu sulit untuk men- jawabnya dan ada syaratnya. Sebab, sesuatu itu akan berubah jika ada syaratnya. Kelesuan film Indonesia berlangsung sudah 10 tahun lebih. Untuk bangkit lagi bukan main susahnya. Kelesuan ini kalau tidak di- rangsang, perfilman Indonesia akan tidur terus. Tidak terjaga lagi. Maksudnya? Ya... tidak bisa dengan mudah mudahan. Tidak bisa kira-kira. Harus ada sebab. Sebab yang cuk- up besar. Sebab jatuhnya film na- sional adalah tidak adanya keingi- nan penonton kita menonton film nasional. Menurut saya, hilangn- ya simpati penonton pada film nasional, karena film itu ibarat makanan. Kalau suka makanan itu, tentu akan makan. Jadi bila orang suka kan jadi enak. Dengan demikian, masalah perfilman na- sional berhubungan dengan masalah selera. Kalau selera sudah tidak ada, tentu simpati juga akan hilang. Artinya ini semata masalah selera penonton? Ada anggapan dari masyarakat sendiri, film nasional tidak laku. Kemudian mengatakan begini dan begitu. Hal ini tentu mempengaru- hi masyarakat. Apakah masyarakat semudah itu terpengaruh anggapan-angga- pan mengenai dunia film Indone- sia? Anggapan seperti itu seperti snow ball (bola salju), makin lama tentu makin besar. Sebetulnya, ada kalangan menengah atas berang- gapan film nasional kurang baik. Kata siapa? kata orang. Padahal dia sendiri tidak pernah melihat film Indonesia. Kemudian ada ditambah anggapan film nasional tidak laku, begini-begitu. Padahal dia tidak melihat sendiri. Akhirn- ya masyarakat percaya, film na- sional itu jelek. Tetapi banyak juga yang ber pendapat, kelesuan film nasional dipengaruhi maraknya film im- por? Kalau diperhatikan, lima tahun yang lalu film kita masih bisa bersaing dengan film impor, tetapi bukan bersaing dalam arti kualitasnya, hanya pasarannya. Seperti di bioskop 21, saat film nasional main di bioskop 21, pasarannya cukup bagus, walau- pun di kiri kanan layar bioskop tersebut diputar film impor yang lebih bermutu. Kalau demikian, membangkit- kan film nasional dengan cara bagaimana? Harus dibangkitkan rasa kecin- taan terhadap film nasional. Apre- siasi harus dibangkitkan. Kalau ingin kembali menayangkan film layar lebar, harus dengan gerakan yang luar biasa. Artinya, bikin film cerita harus bagus, begitu juga teknis penyajiannya. Apa komentar Anda mengenai film seks, yang seolah-olah kini menjadi lahan alternatif dunia film nasional? Yang terjadi sekarang ini, di- lakukan sebagian orang film, den- gan membuat film pornografi ad- alah jalan pintas. Adanya film porno tersebut membuat film nasional makin ter- perosok ke dasar bumi. Jalan pin- tas ini, makin menjatuhkan citra film nasional di mata masyarakat Indonesia sendiri. Tanggapan untuk menjelek- jelekkan film nasional jadi tam- bah menyakitkan. Apa yang Anda maksudkan dengan jalan pintas? Maksudnya ingin potong jalan, karena film nasional sedang lesu. Bagi mereka, yang membuat film tersebut, masalah kan hanya uang. Kan kalau membuat film, yang penting dapat duit. Menurut saya, ini menjeru- muskan dunia perfilman ke jurang yang lebih dalam lagi. Atau barangkali idealisme in- san film yang sudah kendor? BPM/nda an yang diinginkan orang film hendaknya pemerintah kabulkan, seperti pajak, bea masuk, pajak bioskop, dan sebagainya harus lebih diringankan. Selain itu, adanya dorongan meningkatkan sumber daya manusia (SDM). SDM ini mau tidak mau harus dit- ingkatkan, sebab kita perlu orang- orang yang kreatif. Tidak cukup hanya berbekal bakat, harus juga mempunyai ke- mampuan teknis, jadi perlu ada pendidikan yang memadai. Apalagi saat ini, di mana per- filman Indonesia habis jatuh dan terpuruk perlu dorongan yang be- sar. Lalu kondisi yang bagaimana, yang Anda nilai dapat membang- kitkan perfilman nasional? Bagi saya, kalau mau kembali seperti dulu, dunia perfilman na- sional harus melakukan hal yang lebih baik dibandingkan dengan yang dulu. Orang-orang film da- pat dikatakan tidak mati, masih ada keinginan untuk hidup. Sa- mar-samar masih suka dengan film nasional, contohnya film "Sesal" diputar di televisi, pen- onton masih suka film nasional. Cuma, kalau pergi ke bioskop dan bayar karcis, itu yang tidak disu- kai penonton. Upaya yang lain? Sebagai orang film, kita harus memberikan masukan kepada pe- merintah. Sebab, pada dasarnya pemerintah belum jelas apa man- faat film itu dan apa problemnya. Jadi pemerintah tidak tahu ba- gaimana mengatasinya. Yang per- tama-tama harus dilakukan pe- merintah, yakin bahwa film itu perlu, untuk bioskop itu penting. Penting untuk membina budaya bangsa. Ini harus diyakini. Kare- na selama pemerintah berangga- pan, film mati, matilah. Jadi per- lu diyakinkan, bukan hanya Dep- pen, perlu juga instansi lainnya. Hendaknya film itu menjadi kep- erluan nasional. Bagaimana dengan posisi bio- skop dalam kondisi film nasional yang lesu dan ditambah lagi mar- aknya siaran televisi? Karena mereka berpikir, titik tolak itu hanya duit. Bukan ke- sadaran untuk mengembangkan Bioskop masih dibutuhkan seni. Karena memang membuat masyarakat. Keinginan tiap orang film mempertaruhkan uang yang untuk menonton bersama pasti besar sekali. Makanya, kalau or- ada. Seperti keinginan tertawa ang film tersebut idealismenya bersama saat menonton film hu- tinggi, risikonya tinggi dan nilai mor di bioskop. Apalagi bagi or- komersialnya lebih tinggi. Beda ang Timur, kebersamaan itu pent- dengan orang teater, risikonya ing. Amerika saja, yang ma- lebih sedikit. Jadi orang teater syarakat individualistisnya tinggi, bisa idealis, tetapi kalau orang bioskopnya. tetap penuh. Sebe- film ada risiko besar. Artinya, narnya, yang penting itu, kalau orang film kalau kejepit bisa-bisa filmnya bagus, tentu penonton gila nantinya. akan berbondong-bondong ke bio- skop. Lalu langkah apa yang di- harapkan untuk kebangkitan film Ini apa ada kaitannya dengan nasional? memutar film sesuai selera Pemerintah harus meringan- masyarakat? kan beban orang film, apa tuntut- Ada dua sebenarnya. Memben- PENGUMUMAN Nomor 420,5.61 Konsolidasi tanah perkotaan tahap I tahun anggaran 1995/ 1996 dilaksanakan di Subak Banyukuning dan di Subak Tegal- lantang, Desa Padangsambian Klod, Kecamatan Denpasar Barat Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar, Maka diminta kepada para pemilik/pihak yang menguasai tanah yang terkena pena- taan, baik cara perolehan dengan warisan, hibah, jual beli, tukar menukar, pemberian hak dan lain-lainnya yang belum dilaku- kan pendataan/identifiaksi oleh petugas, diminta untuk segera datang di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Bali, Bidang Pengaturan Penguasaan Tanah, Jalan Kapten Cokorda Agung Tresna Nomer 7 Niti Mandala Renon-Denpasar setiap hari kerja dengan membawa alat bukti hak/foto copynya untuk didata sebagai mana mestinya dan hasil pendataan terse- but akan dipergunakan sebagai persiapan pelaksanaan kegia- tan konsolidasi tanah tahap II tahun anggaran 1996/1997. Demikian pengumuman ini dibuat untuk dipenuhi dan diindah- kan dengan catatan apabila saudara tidak memenuhi kewajiban sebagaimana tersebut di atas maka segala resiko yang ditim- bulkan menjadi tanggung jawab saudara sepenuhnya. Denpasar, 27 Februari 1996 KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROPINSI BALI ttd Drs. RAKA SAPUTRA NIP. 010048754 U.953 TAHAPAN BCA TAHUN BARU '96 SELAMAT! SEMUA HADIAH INI JADI MILIK NASABAH TAHAPAN BCA DI WILAYAH KALIMANTAN, SULAWESI, AMBON, BALI, LOMBOK & KUPANG. 4 Sedan Suzuki Esteem 1.6 Pemenang No. Rek. 040-102973-6 BCA Denpasar Pemenang No. Rek. 027-150800-9 BCA Samarinda 025-005776-8 Pemenang No. Rek. 026-111385-5 BCA Manado Pemenang No. Rek. 051-140719-1 BCA Banjarmasin 40 Motor Suzuki Suzuki Tornado 040-112960-9 290-000499-3 027-153751-3 025-102336-0 040-113453-0 395-100781-0 029-001086-1 026-104714-3 040-114149-8 396-101076-2 029-104371-1 026-108607-6 044-102521-1 415-100766-4 029-113013-4 026-114574-9 056-003159-9 027-105974-3 029-131892-3 040-000810-8 110-153016-2 027-138950-6 029-133064-8 040-003096-1 170-000461-5 040-009300-8 232-100062-4 027-140588-9 027-150725-8 051-121901-8 051-130347-7 Hadiah Ketiga 1500 TV Sanyo 14" 051-131153-4 191-111239-1 191-112329-6 191 121817-3 254-000057-6 254-000171-8 254-103026-5 347-100397-1 Pengumuman pemenang selengkapnya dapat dilihat pada poster-poster disetiap kantor cabang BCA dan kantor cabang penyelenggara Tahapan BCA lainnya. Penarikan undian Tahapan BCA Gebyar Tahun Baru '96 periode 1 Desember '95 - 29 Pebruari '96, telah dilaksanakan pada tanggal 16 Maret '96 di Pontianak oleh notaris Tommy Tjoa Keng Liat, SH dan di Denpasar oleh notaris Made Puryatma, SH. Disaksikan pejabat Depsos, RSI BANK Kepolisian, dan undangan lainnya. Biaya balik nama untuk hadiah mobil dan motor serta pajak hadiah sebesar 20% ditanggung oleh pemenang. Warna hadiah sesuai persediaan. Ikuti promo Tahapan BCA Gebyar Sensasi 100 Mobil! Menggelar ribuan hadiah yang makin luar biasa, mulai tanggal 1 April - 30 Juni '96. BANK WINDU KENTJANA Bank Prima Ekspres GRUP BCA BCA U 961 KOMUNIKA-BCA-10-602 4cm