Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1996-03-31
Halaman: 11

Konten


1996 Minggu Kliwon, 31 Maret 1996 Bali Post A PRESIASI HALAMAN 11 gdan mod- amar eren- halus pada gura- dan batin lam- vital ridu- Jika Ι ΠΙΑ min. tara ang arah onis- ang- dan lam gan rasa ang itu. kah tika akai me- nuh ang ru- ita. ng- Ling tak uki aja eti- kini eni. On- lah aja in. au Su- ata - n- உத m- er- ng n- i- ya al n- n- e- g h - k n- ng - SINGARAJA Gde Artawan DERMAGA KAYU SAKTI Sajak-Sajak mengapa di atas puing jasadmu tak bisa' kujaring nafas para pemancing dan ikan- ikan kecil yang menyeret serpihan lumut dibuang dari kota tempat cinta kehilangan terminal selalu saja kau jawab pertanyaanku dengan diam bersikap semadiding bagai petapa air matamu yang tumpah ke laut tak pernah menyeberangkan perahu diri Si ke pulau siang ke pulau malam a 11 h 7 ke pulau pulau tempat orang-orang mulai sangsi pada daratan dan lautan yang sekali waktu menggelar prosesi persembahan kurban dengan nyanyian apa harus kubangun tubuh dan rohmu sepasukan kera masing-masing dengan satu rusuk sepasukan perempuan dan lelaki kampung masing-masing dengan sepatah tulang mungkinkah bisa kukembalikan tubuhmu, dermaga kayu yang membentang menyilang cakrawala di atas kota tua mengapa di atas puing jasadmu buih ombak tak bisa menggantikan air mataku biar bisa kubangun dermaga baru dari tumpukan kesedihan, dermaga terapung ayunan air membentang menyilang cakrawala di atas pencarian diri ●Ketut Wirata Sindhu SINGARAJA SAKTI Semangat yang telah tertanam disini Adalah semangat perjuangan sejak bahari Bumi Den Bukit Singaraja yang Sakti Kita kembangkan dengan bakti dan bukti Apinya Ki Barak Panji kita kobarkan Dalam persatuan dan pembangunan Kesejahteraan bersama kita wujudkan Singaraja Sakti kita tumbuhkan Hai, semua rakyat, taruna goak yang setia Kibarkan panji-panji Singa Ambara Raja Kita bergerak seperti ombak samudra terus maju mengejar cita-cita Demi kemuliaan nusa dan bangsa ●Wayan Silur TAMBLINGAN Buat Pencari Bahagia Sejati. Tamblingan Kecil purba Gemintang lelap dalam gelap Tertelan danau mencelup bukit Dikaki Mu aku pasrah Lebur dalam cakra Mengental dalam jiwa Bapa Kucari Kau kemana mana Dirimba gelap Kalimantan Dimulut buaya dan mantra mantra Kucari Kau di lorong lorong Jakarta Antara rumah kumuh dan rumah surga Tapi Kau tak ada disana Bapa didanau kecil ini Kudapat Kau kembali Pada Bahagia Yang Tertinggi Agenda Kantong Apresiasi 96 392 empat BPM/ Suharnanto TAHUN generasi Sunaryono Basuki KS ISTANA PASIR DIPANTAI AIR SANIH SINGARAJA segumpal pasir di pantai yang dibasuh ombak laut yang memburu ujung cakrawala siapakah menunggu di sana? beritanya terdengar sampai di sini pada butir-butir pasir g yang tergelincir mendengar bisik angin pada jendela istana yang mencoba menangkap makna yang kau berikan pada wujud angan menantang mataharimu, bertahan dalam badaimu hancur dalam hempasanmu, yang membawa warta dari sana dari ujung cakrawala tanpa suara segumpal pasir di pantai yang dibasuh ombak laut yang diturunkan dari langit siapakah kan mendengar jeritku di sana? bisiknya terdengar sampai di sini pada butir-butir pasir yan tergelincir mendengar sisik angin pada jendela istana yang mencoba menjala suara yang kau berikan pada wujud beban mencari mataharimu, menyerah dalam badanmu tegar dalam perintahmu yang membawa warta dari sana, dari ujung cakrawala tanpa suara kau selalu tersenyum pada ombak pada pasir pada bayang-bayangmu yang gelisah mencari penawar yang kau simpan dalam senyummu Singaraja Kota Kelahiran Kedua ●Putu Wijaya dinyanyikan tetapi nafas bertindak pribadi atas seluruh kehidupan yang harus kamu kapal yang memuat segala sembur-semburkan. Kecuali macam pikiran, ide dan wawasan kalau kamu sudah mati." yang dari seluruh antero titik bidik. ninggalkan saya dengan Kau sebagai manusia individu berbagai pertanyaan. Saya adalah seorang raja. Kau berhak dibiarkannya mencema sendiri. menjarah seluruh pikiran yang merapat di darmagamu. Kau seorang kaisar di dalam dirimu sendiri. Namun tidak berarti kau bisa merajalela keluar dirimu sendiri. Satu hal boleh kau renungkan." SAYA bangun terlalu pagi. Ketika membuka pintu untuk Lalu ia ngumpat dan merasakan udara subuh saya memaki-maki saya dengan kata- terpesona. Di teras rumah sudah kata kasar dan kotor. Seluruh menunggu seseorang. Rupanya rasa malu saya dibetotnya. dia sudah lama di situ. Seorang Bagaikan maling saya sahabat lama. Saya tanyakan ditelanjangi lalu dipaksa berjalan kepadanya ada apa. Dia tidak di depan orang banyak. Takut, hanya menjawab. Hanya segan, sedih dan sakit menjadi matanya memandang tajam, tidak penting. Karena kalau itu sehingga saya jadi berpikir dalam. Saya teringat 37 tahun yang lalu. Ketika pertama berjabatan. Waktu saya masih sangat muda. Tak tahu apa yang akan saya lakukan di dunia. Waktu itu dia berkata. "Anak muda, dengarkan. Kalau berjalan naikkan sedikit dagumu. Supaya matamu bisa menatap ke arah tepi langit. Dan kau pandang orang tepat di matanya. Kalau bicara buka mulutmu lebih lebar. Agar apa yang ingin kau katakan tidak hanya menjadi isi telingamu sendiri. Kau harus bicara kepada orang lain, tidak hanya menggumam untuk dirimu sendiri. Karena kau tak perlu menjadi katak dalam kantong bajumu sendiri. Kau harus menjadi ayam jago yang bersuara lantang untuk membangunkan orang-orang yang masih tidur ketika fajar sudah memanggil orang bekerja." Saya dengarkan apa yang dikatakannya. Tetapi tiba-tiba kedua tangannya yang kukuh memegang kedua pundak saya, lalu mengguncangnya. Seperti pohon yang lembek saya terangkat dan bergoyang. Daun- daun yang layu berguguran. Bunga-bunga yang tidak kuat tangkainya jatuh. Badan saya menjadi ringan. bukan dirasakan kau bukan saja akan ditertawai tetapi dimakan oleh lingkunganmu yang semakin buas. Dunia ini semangkuk bubur yang tinggal kau hirup dari cawannya. Dunia ini adalah tembok bebal yang harus kau tembus dengan semangat sebatang paku, gertaknya lantang. Pilih titik yang tepat. Lalu pukul berkali-kali semakin cepat dan deras. Kalau meleng sedikit kamu akan bengkok dan mubazir. Saya tersiksa oleh perkenalan itu. Tetapi saya tidak pernah membencinya. Saya tahu dia orang pantai yang berdarah panas. Angin laut yang kering, debu-debu yang beterbangan setiap hari dibawah sengatan tajam matahari, membuat hati saya menjadi keras. Seluruh gertakannya itulah membuat saya menjadi membara dan penasaran. Waktu itu, di menatap kembali tepat ke hulu hati. Jiwa saya gemeletuk seperti dijalari arus listrik. Baru hari ini, setelah puluhan tahun ia datang kembali. Tetapi dia begitu pendiam. Seakan- akan ia menyuruh saya untuk menyapa dan bercerita. Seakan- akan ia ingin mendengar pertanggungjawaban langkah- langkah saya. Seakan-akan ia ingin bertanya, apakah usaha- usahanya menggebrak saya dulu tidak sia-sia? Saya termenung, lalu duduk di sisinya. Saya pegang tangannya. Lalu berbisik. "Satu hal harus kamu camkan di dalam dirimu. Kalau kau memandang ke selatan, ke arah bukit-bukit itu, kau akan bertemu "Singaraja, kota kelahiranku dengan "kaja" (baca kaje). Kita yang kedua. Kau telah semua sepakat itulah kaje. Dan memberiku darah. Kau sudah kalau kau memandang ke utara menanamiku dengan api. ke arah laut, kau akan bertemu Tawan-karangmu memberikan dengan "kelod". Kita semua sepakat itulah kelod. Tetapi anakku, jangan lupa kita berada di belahan Bali Utara. Kalau kau pergi ke Bali Selatan di sana berbeda. Kalau mau memandang ke selatan, kau tidak menemukan bukit, tetapi laut. Mereka menyebut selatan adalah "kelod". Sebaliknya baru kalau mereka memandang ke utara mereka akan menemukan bukit dan menemukan "kaja". Jadi "Kaja" di sini adalah "kelod" di sana. "Kelod" di sana adalah "kaja" di sini. Kau tahu apa maknanya?" "Jangan menyerah sebelum kalah. Bahkan sesudah kalah pun kalau masih bisa menggigit, gigit saja. Karena berjuang tidak Saya tak menjawab, karena harus selalu berakhir dengan dia tidak benar-benar bertanya, menang. Berjuang adalah Kemudian ia melanjutkan. mempertahankan kehadiranmu. "Itu berarti banyak hal, Berjuang adalah ibadahmu sebagai seorang pekerja. Karena kau tidak bisa lain dari mesin kerja karena lahir di tengah gelora kesibukan ini. Terima apa yang sudah menjadi bagianmu setelah itu baru kau gebrak apa yang sesungguhnya kau mau." aku kesadaran untuk menawan dan mencekal segala yang sesat kedalam dermaga pikiranku, untuk diolah. Konsep kaja- kelodmu yang berkebalikan dengan kaje-kelod orang-orang di selatan memberikanmu keinsafan bahwa segalanya relatif. Bahwa segalanya selalu bergerak sehingga kebimbangan adalah pertanda hidup sehat. Kau telah mengoyak-ngoyakku dan memberiku keberanian untuk mencoba berpikir lain. Bukan agar sekadar berbeda, tetapi karena setiap saat segala- galanya harus diuji dan dipertimbangkan kembali sesuai dengan desa-kala-patra. Sahabat yang datang pagi itu kemudian berdin. anakku. Kau boleh menjadi raja "Aku dengar apa yang kau di dalam dirimu. Tetapi orang lain katakan. Sekarang aku juga adalah raja di dalam dirinya. berangkat. Karena masih ada Di dalam hidup raja bertemu ratusan ribu orang akan dengan raja. Kedaulatan kukunjungi. Untuk mendengar bertemu dengan kedaulatan. apa yang sudah mereka Kemerdekaan bertemu dengan dapatkan dariku. Setiap tahun "Kau tidak cukup hanya kemerdekaan. Kelod dan kaja pada hari-hari begini, aku akan mendengar. Lakukan cepat apa "Bertahun-tahun yang lalu kita bertemu dalam satu arah. Hidup datang kembali untuk yang sudah menjadi tugas- punya hak tawan karang bukan adalah jutaan kebenaran. mendengar, apa saja yang sudah tugasmu. Kedua tangan dan karena kita serakah atau biadab Semua itu membingungkan kalian peroleh dariku." kakimu gerakkan. Otak di dalam seperti kata orang-orang kolonial karena harus kau perhitungkan. Aku pegang tangannya untuk kepalamu fungsikan sebelum jadi itu. Tetapi karena kita ingin Tanpa memperhitungkan itu, kau menahannya lebih lama. Tetapi tape. Rasa di dalam hatimu mencetuskan kedaulatan kita akan sesat. Aku ingin ia sudah berjalan ke pintu rumah hidupkan. Nyala di dalam dirimu terhadap kebebasan kita sebagai memberimu peringatan, bukan warganya yang lain. Hari ini kota kobarkan. Hidup harus garang orang yang merdeka. Jiwa tawan larangan, jangan pernah yang pernah menjadi ibu kota tak ada lebih merana dari embun dan menyerang bukan karang itu di dalam kehidupan bertindak tanpa kebijaksanaan." Propinsi Bali itu berulang tahun. tentang kesetiaan menunggu ditendang. Berjuang masa kini adalah sebuah simbol Setelah itu dia tak menga- menjelmakan diri dalam gelap itu bukan slogan yang cukup dari kebebasan berpikir dan takan apa-apa lagi. Dia me- Jakarta 29 Maret 1996 penjaga malam I Wayan Arthawa AIR SANIH MENJELANG MALAM da asb demikianlah gde ditepian tanah ini duduk mendengkur di pojok warung mengeja bintang saat kelelawar melesat menjerit di pohon-pohon diamku daun-daun menggugurkan diri sepotong cinta penyair jatuh di kolam berlayar dalam kerumunan ikan duduk di pojok warung angin gemetar di jemari beku menyisir sepasang patung dihuni kupu-kupu setiap saat mengubah sayap kita mengapung gde: melahap sepiring nasi goreng dentang garpu sendok menohok denyut malam rama-rama berhamburan menanggalkan sayapnya yang tak memerlukan lagi bagi sepotong cintaku masuk ke liang-liang tanah untuk menyemadikan diri pada pertiwi kita beringsut gde: pada jarum jam pekat malam tak pernah tahu saat seekor kupu-kupu terbakar di hutan kesayanganku lahir abu yang kusimpan pada sepotong puisiku Menguji K dalam SAKTI SAR PERSIBU Menyisir Pesisir Bali Utara PESTA PUISI DERMAGA BULELENG GAYA BALI UTARA PUNYA CAGCAG Minggu SORE 31 Maret '96, pukul 17.00 WITA Sumber Daya bersambung SEMALAM SUNTUK di Kampus STKIP Kawasan Terluas Pelataran Monumen Yudha Mandala Tama.... Setandan Pisang di Rumah Panggung Loloan GRADAG GRUDUG APRIL 1996 KELIR KAYON KPSJ BALI BARAT Cagar Aksarawarasa Kenegaraan Pengundang: Muslihin dkk KATE Loloan Barat jln Kenari Gang 1/5 Loloan Barat Negara (atau telp PONDOK SENI-40031 (0365) Menjelang Gelaraya Air Hayat Kaliunda PESTA SENI SROMBOTAN KLUNGKUNG 88 TAHUN PUPUTAN KLUNGKUNG Tukad Kaliunda 27-28 April 1996 Menuju Telaga Gunung di Hutan Jiwa OPESTA SENI BANGLI BANGKIT MENIMBANG 792 TAHUN BANGLI JAGA di Taman Bali 11-12 Mei 1996 SEPARUH dari Bali! Apanya yang set- di tengah-tengah hutan 'Makam Jayaprana', engah bagian itu? Adalah wilayah teritorial banyak dilakoni para insani negeri ini, bahkan kekuasaan pemerintah di Buleleng, Bali Ut- mereka banyak datang dari seberang, Jawa ara. Di sebelah utara deretan perbukitan (den- Timur. Sejak dulu memang dan ada aktivitas bukit) Pulau Bali seluruhnya milik masyarakat perjalanan suci ke pulau Bali. Pendeta Dang pelestari dan pendukung kesenian Sapi Hyang Nirartha, mampir di Gili Menjangan Gerumbungan itu. Buleleng membentang di suatu hari. Terhadap peringatan ini akan didiri- sepanjang pantai utara, berbatasan hampir den- kan Pura Gili Kencana? Pendeta itu singgah gan semua kabupaten di Bali. Lalu, langit, gu- itu singgah juga di Pulaki, terus melakukan per- nung, bukit dan pasir utara ini memang ber- jalanan suci di Bali Timur, akhimya mampir di beda. Ombaknya tak seganas pantai selatan. Ponjok Batu sebelum meninggalkan Bali Ketenangan? Meruakan kebutuhan batin sang menuju Lombok. petualang. Coba kita catat perjalanan panjang Pengembala sapi? Memang, petani mem- menyusuri Bali Utara, lewat darat, mengintip butuhkan sapi sebagai kerabat untuk mengo- pantai, sawah, kebun anggur, jeruk, gunung lah tanah sawah di areal subak. Sapi adalah te- dan mungkin juga bukit berbunga. Jika kita man paling setia masyarakat agraris. Sekali tem- intip mereka dari jendela bus selama perjalan- po sejak tempo doeloe, ada pesta pora, rasa an, mereka itu datang bergantian seperti ade- syukur mereka, lalu ada pacuan sapi. Semua gan dalam suatu film. Dari atas feri di Selat manusia membutuhkan seni, rasa indah. Para Bali, Semenanjung Perapat Agung berpasir kaum tani juga. Sehari, para petani ganti busa- putih, habitat Jalak Putih nan alami sebagai na, tidak kumal alias berlumpur. Busana adat titik awal teritorial Bali Utara. Berawal den- Bali membalut insan petani di atas lampit. Sapi- gan wajah putih...ya pasimya. Warna-wami sapi bermahkota, berpacu di alun-alun. Ada laut di Teluk Terima adalah enak buat santa- waktunya di areal berlumpur. Genta kayu pan rohani. Mengakrabi Hutan Taman Nasion- berukuran besar tergantung di leher, namanya al Bali Barat sepanjang 25 km, mengakrabi 'gerumbungan'. Aduan sapi milik petani itu kera-kera jenaka, kerabat manusia paling de- diberi nama 'Sapi Gerumbungan', kesenian kat. Air pembersih jiwa dan raga di Banyu- khas Buleleng. Ayunan langkah sapi, kepala wedang, air panas berfungsi medis. Tak sedi- diangkat ke atas dan ekor pun demikian. Suara kit kandungan air di Bali Utara: Air Sanih gerumbungan dan tembang sang joki bersatu maupunAir Terjun Gitgit yang semuanya san- padu. Ada sejenis monumen di ujung barat gat berfungsi guna kelangsungan hidup manu- kota, 'Patung Sapi Gerumbungan" mengucap- sia. Gili Menjangan, sebuah gili tanpa peng- kan selamat datang. "Welcome in Singaraja", huni memiliki kekayaan alam bawah laut, re- jika sempat ia berkata di sebuah kota yang se- kreasi para pecinta alam. Ya... turis dan kita, dang ultah. Patung itu adalah sebuah duplikat penghuni jagat ini. Perjalanan suci? Meditasi kebudayaan lokal. Aslinya? Gelar seni gerum- di bawah langit, di bawah sinar rembulan dan bungan demi pelestarian tradisi petani, juga ke- banggaan masyarakat dan juga kepedulian para petinggi, secara formal min- imal 3 kali setahun. Satu warsa tiga pacuan! Gerumbungan terkait ultah kota, trofi bupati saat Hari Proklamasi dan piala sang penguasa tunggal Bali. Pereb- utan trofi Gubernur Bali sekali setahun. Sekali-sekali, ada pacuan turistik untuk atraksi komersial. Lalu, kenapa dilestarikan? Agar Bali memiliki aneka war-" na budaya. Ambang punah kesenian lokal ini bukanlah masalah baru, ia da- tang sejak dulu. Sebuah dokumentasi foto pada "Island of Bali" tulisan antropolog Miguel Covarrubias di tahun 1937 membuktikan bahwa 'Sapi Gerumbungan' eksis dan unik pada zamannya. Petualang, pengarang dan seniman Meksiko itu, saat itu telah mencatat bahwa budaya petani berupa Sapi Gerumbungan mulai berkurang. Era 1930-an pasca petualangan Co- varrubias hingga kini, terlalu banyak para penulis perjalanan yang menulis dalam sebuah buku panduan Bali Utara. Sebut saja Tony Wheeler dan Bill Dalton. Turis pun bertandang mencari ketenangan dan menyaksikan budaya. Akankah mereka, para petualang itu terus berdatangan? Selama ada Gedong Kirtya (sejak 1928) bagi petualang sejarah melalui koleksi lontar. Selama ada: genjek, megoak-goakan, upacara bukakak dan wayang wong di Tejaku- la. Ya... Selama Sapi Gerumbungan dkk masih ramah dan selalu 'welcome'. Yahya Umar I Ketut Lanus Sumatra SAJAK SINGARAJA melihat jendela pada tubuhmu mimpi-mimpiku menggenang sejak kapan tidurku dalam angin yang mengalir tak lagi jujur kepura-puraan tak pernah henti meludahi sejarah hingga kapan kau mampu menyimpan senyum padahal isak langit telah menjelma tangis dan angin mulai keras menjerit kepura-puraan agaknya tak akan henti meludahi sejarah bagaimana dapat kutulis prasasti pada batinmu sedang tubuhmu telah demikian renta bahkan untuk sekadar meneteskan airmata Asep Syahmid NAFAS PESISIR Lembaran zaman merangkul senja dan suka membalik lara saat doa menyentuh tirai nafas pesisir baladanya nelayan yang terpinggirkan oleh pelaku liuk zaman dan penimbun harta Bisikan kepunden harta akhirnya menikam dada nelayan tak gunung tak jua pantai telah dijadikan agenda dan arena kepunden harta oleh liuk pelaku zaman Yahya Umar DENDANG DERMAGA laut biru yang membangun rangkaian gelombang bergerak perlahan menuju tepi dengan sabar dirayunya setiap perahu agar menciptakan tarian-tarian rindu siapa yang bisa menghindar dari kenang-kenangan? kini, dermaga sedang mendendangkan rasa gembira sambil melukis senyum-senyum di wajah-wajah nelayan sedang matahari tampaknya sedang terkesima pada kemesraan gelombang memeluk pantai dan angin berbisik merdu; berdendanglah dermaga dan terus berdendang hingga dapat membangunkan batu-batu yang tengah lena dalam dekapan waktu KAMPUSTKIP SERIBU JENDELA parade sajak 392 THN SAR ●I Komang Ardana BULELENG POTRET DIRIKU Ayam jantan berkokok ria entah untuk siapa Fajar menyingsing menyapu gelapnya malam Bergegas anak petani menapak pematang diantara batang Seakan berkayuh melawan waktu Sementara lautan manusia berlomba mengadu nasib diantara tetes keringat yang mengutuk hari Jerit tangis menyatu dengan panas mentari diantara keluh yang semakin berpeluh Jejak-jejak langkahmu terhapus deru debu jalanan Buleleng tempat tumpahan darahku dari tetesan Ki Barak Panji Sakti ●Muhamad Ridwan BUMI PANAS Dari belahan bumi utara Kupijakkan kaki dari tiap putaran waktu Kutelan cerita-cerita lama yang menggelitik geliat tubuhku Kadang aku terhanyut dalam belaian canda anak-anak kecil yang bermain di bawah terik mentari Mereka bergelut dengan peluh diantara jilatan ombak lautan Suaramu lantang menyibak cakrawala ciutkan nyali-nyali namun tahukah kamu kemana peluh-peluh itu kualirkan Karena saat musim berganti peluhku berpancar diantara desah-desah nafasku ●Lalu Wirantanip BULELENG Kepak sayapmu mengembang merengkuh lebih sejengkal tanah moyang Tajam kukumu kaku mengukir prasasti di lembaran sejarah persada tanah tercinta Pancaran sinar matamu berlayar jauh berlabuh ke telinga penguasa-penguasa kota menebar sauh cerita puncak menara Genderang Panji bungkus kata melekat di lempengan-lempengan tanah tua diantara tonggak-tonggak kukuh yang runtuh yang lekat yang tak lagi angkuh yang patah yang lemah Saat matamu meredup kalah tergelincir mengiringi senja yang mulai bergulir Sudah. Masih adakah Sais-sais perkasa kuasa mencambuk punggung singa tua Agar berpacu lebih kencang lalu mengejar istana yang dulu kau tinggal di hulu 4cm