Tipe: Koran
Tanggal: 1996-05-05
Halaman: 03
Konten
Mei 1996 Minggu Kliwon, 5 Mei 1996 ar? ang gam- as makin berjubel, lantaran an terse a makan an-bisa alahgua- obil, bisa , betapa tewas di Majar pilli- m falin ini Eu, terlalu rini bisa Otek dan a belum. ja keras Bai, untuk rbitan di yarakat. sawak anyaan ndalam. nya, se- erkosa", gaja me- ibiarkan posisi ini a teman energik nternan , malah kreatif. si dalam as yang nak jadi visi den- gan-jan- wa. Be- tat den- , malah uji, sang an bela- a. Sadar a massa gkali pi- perkutat ara em- al penu- rampok misaln- r di Bali asional. Ji, lanta- tak ken- syarakat gsa ini, enekan emal itu bih pro- urusan kal. Kini, melepon naknya. erubah- tu yang rekuen- sering ya bisa auhkan godaan hi kiran- ggarap in mutu r siswa. irakan. f siswa i inilah, sebagai an dan ar. Pen- a pros keluar- ng per- spada harus Penga- mem- perser- ap ini, kurang an bagi engar, lapan- pemu- gi ber- makan Maka, a lebih ombal- Artha 24 Jam ting) Megah ar npasar NGAN ANAK itu teman orangtuanya. Pelajar itu teman gurunya, sebab dialog itulah yang diperlu- kan bagi anak yang masih berstatus pelajar. Anak adalah penentu masa depan, sedangkan masa depan orangtua kian hari menyuram. Karenanya, orangtua yang bijaksana harus mengubah sikap menghadapi anak masa kini. Dr. I Gusti Ngurah Gorda, M.S., mantan Rektor Undiknas, bicara soal anak, porsi belajar anak yang ideal serta tantangan hidup yang multidimensi. Cok Sawitri mewawancarainya, berikut laporannya Belakangan ini ada sinyale- men yang ditujukan pada kaum pelajar, tentang sulitnya kosen- trasi belajar lantaran beragam nya aspek yang dapat mencuri waktu belajar para pelajar. Mis- alnya, maraknya acara televisi, bentuk permainan baru seperti supernitendo dan sejenisnya, yang besar diminati kaum pela- jar hingga waktu belajarnya ter- lalaikan. Tarhadap permasalah- an ini, apa komentar Anda? nya. Bali Post FENOMENA Dr. I Gusti Ngurah Gorda, M.S. Orangtua harus Mengubah Sikap Hanya saja, saya amati terjadi dari usia 0-5 tahun harus di- suatu perbedaan ketimpangan manja, jangan disalahkan kare- nilai-nilai yang dianut oleh na dia berkreatif. Demikian juga bangsa kita. Nilai-nilai itu, nilai- dalam ilmu psikologi nilai budaya yang dianggap lu- perkembangan. Usia 6 12 hur oleh tiap kelompok manu- tahun, orangtua harus berani sia di Indonesia. Sebenarnya, menghukum kalau anaknya yang kesulitan itu adalah ke- salah. Berikan pujian bila anak mampuan mengadaptasikan diri itu benar. Tetapi tidak boleh terhadap lingkungan. dipuji terus, harus ditunjukkan kesalahannya kalau memang ia salah. Kesulitan ini memang diawa- li dari sistem atau budaya pen- didikan dalam lingkungan Setelah berusia 13 tahun, masyarakat dan keluarga. Menu- anak harus mulai dipandang se- rut pengamatan saya, masih bagai teman, baik dalam berdia- dirasakan atau berkembang log atau diskusi. Kenyataan di pendapat di masyarakat bahwa anak dianggap durhaka kalau berbeda pendapat, berdialog, berdiskusi mempertahankan pre- sepsi masing-masing dalam satu keluarga. dalam weda (secara teori) den- gan praktiknya ternyata berbe- da. Anak tidak ditempatkan se- bagai teman, saat ia ingin mengkaji sesuatu secara kon- ferehensif. Misalnya, anak usia SMP ingin mengetahui berbagai aspek. Nah, di sinilah orangtua harus bersikap sebagai teman, sparing partner untuk berdisku- Yang kedua, kalau seorang anak bertanya terus terhadap persoalan-persoalan, sering dis- ebut cerewet. Padahal, bertanya itu adalah titik awal memenuhi si. keingintahuan. Bila keingin- tahuan makin tinggi sensitifnya, manusia akan menjadi kreatif. Maksudnya, budaya pendid- ikan kita terkait dengan faktor domestik, keluarga dan masyarakat? Begini, anak didik itu mulai tidak mengadakan suatu respon, tidak mampu melihat sesuatu dari hal yang bersifat multidi- mensi, tetapi harus mengiyakan. Padahal persoalan hidup sekarang sudah berkembang menjadi holistik- atau istilah- nya multidimensi. Misalnya, be- ras kalau secara tradisional han- Saya kira, situasi sekarang ini telah terjadi berbagai interaksi informasi di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolo- gi memberi kemudahan interaksi bagi manusia. Kemudahan ini, baik melalui media cetak, me- dia elektronik maupun jenis lain ya bisa dijadikan nasi. Padahal, Itulah situasi yang dari beras bisa dipahami multi- berkembang sekarang, yang dimensi tujuannya. Bisa dijadi- menyebabkan konsentrasi bela- kan kue yang bermacam-macam jar mahasiswa atau pelajar men- jenisnya. jadi berkurang. Namun, saya kira tidak akan selamanya demikian. Itu akan menjadi hambatan bagi mereka. Padahal, di sisi lainnya aktivitas belajar Untuk menghadapi globalisa- para mahasiswa maupun pelajar si perlu kedisplinan di rumah. masih dalam porsi yang ideal. Dalam weda dinyatakan, anak Jadi kosentrasi belajar itu terkait erat dengan pengalaman belajar dari rumah? Prof. Dr. Nyoman Dantes: Begitu pula para guru di SMP dan tingkat ke atasnya, jangan anak-anak dipandang belum tahu apa-apa. Anak itu harus di- pandang sebagai teman, orang yang telah tahu sesuatu. Apa manfaatnya bila anak diperlakukan sebagai teman pada usia yang tepat? Memperlakukan anak se- bagai teman di usia yang tepat, mereka akan berani mengeluar- kan pendapat secara terbuka. Di samping soal kosentrasi belajar, sekarang di Bali juga muncul semacam kekhawatiran akan bias perilaku pelajar di Jakarta yang sering melakukan tawuran. Bagaimana menurut Anda? depan itu adalah si anak. Dari sanalah orangtua bisa masuk untuk berdialog. Orangtua yang bijaksana itu yang bagaimana? Menyoroti soal kemampuan guru, kenapa kini dinilai guru kurang sanggup berdialog den- gan anak didik? bersifat destruktif. Mengapa? bicara historis. Ini kan sudah Pilih kursus yang baik, sehing- Tuntutan hidup terlalu tinggi, kontradiktif. Nah, sekarang or- ga bisa menunjang kemampuan dan tingkat stres sangat tinggi. angtua yang bijaksana harus anak. Sedikit saja tersinggung, kese- memahami, yang memiliki masa imbangan jasmani dan rohani akan terganggu. Apalagi di Jakarta penghargaan terhadap seseorang lebih bernuansa ma- teri daripada non-materi. Di Bali juga akan mengarah ke sana. Hanya saja perkembangan kota di Bali berbeda fisik dengan Jakarta. Jakarta itu berkembang sebagai negara dagang, kota in- dustri. Yang memiliki modal dan teknologi sangat menentukan. Di Bali bukan teknologi dan modal yang menentukan, tetapi perilaku. Touch yang menentu- kan. Bali kan berkembang se- bagai daerah pariwisata, keber- ingasan dihindari. Melayani pelanggan itu harus dengan senyum, dengan perilaku yang memenuhi etika-etika ter- Juga tentu. kehidupan masyarakat tertentu, seperti kel- ompok masyarakat home indus- try, seniman, semua itu nuansan- ya kan budaya. Di Bali itu cul- ture touch, bukan culture teknol- Etika dan ogy. estetika berkembang, tanpa itu manusia di Bali tidak hidup. Berbeda dengan Jakarta, manusia tidak hidup bila tidak ada uang. Di Bali kan tidak demikian. Kembali ke soal pelajar kita di masa kini. Bagaimana meny- ikapi mereka terutama dari pi- hak orangtua? Hilangkan pandangan orang- tua, bahwa anak itu baru lahir kemarin. Atau hilangkan pikiran yang menganggap orangtua leb- ih dulu makan garam. Kita harus mempunyai suatu presepsi, or- Di Jakarta memang terbuka angtua tidak memiliki masa peluang untuk itu. Ditinjau dari depan, atau masa depannya satu segi, di sana jumlah pen- makin lama makin suram. Or- duduknya sangat padat. Jumlah angtua hanya memiliki masa penduduk yang padat diperparah lalu. Anak adalah dominan me- peluang-peluang kehidupan miliki masa depan. yang terbatas. Di situ akan ter- Anak bicara secara imajiner, jadi kekuatan-kekuatan yang Orangtua harus merubah sikap dan mawas diri. Dengan kemajuan teknologi, nuansa-nu- ansa liberalisasi, dan globalisa- si, kadang-kadang pengalaman orangtua tidak relevan. Ini harus kita sadari. Sebagai pendidik dan men- gelola lembaga pendidikan, Anda tentu paham benar mem- berlakukan strategi agar anak terjebak di dalam suasana yang menggiring ke arah kosentrasi belajar. Bisa dijelaskan caran- ya? Karena guru tidak ada kesem- patan berdialog. Hanya sedikit ada ruang untuk dialog. Rasio guru dan murid terlalu tinggi. Bagaimana para guru bisa ber- dialog dengan anak didik, se- mentara guru mengajar satu kelas yang muridnya 50-an or- ang, bahkan ada yang lebih. Ka- lau rasio itu diperkecil, kan sudah menyangkut biaya. Ini bak buah simalakama. Tetapi toh tetap ada kesempatan untuk ber- dialog, misalnya guru harus me- meriksa tugas-tugas anak did- iknya dan kemudian dikembali- kan dengan komentar tertentu. Bagaimana dengan angga- I Gusti Ngurah Gorda HALAMAN 3 BPM/cok Pada awalnya kita memulai sesuatu harus membuat rules of pan masyarakat tentang pem- kosentrasi penerapan pelaja- mpetitifnya berbeda. Tahun 50-an bajakan waktu belajar oleh tele- ran? visi? the game. Saya mengajukan atu- ran, Anda setuju atau tidak. Ka- lau terjadi kesepakatan, aturan harus berlaku. Guru dan murid harus tunduk terhadap aturan. Di lingkungan sekolah misal- nya, rules of the game yang diperkirakan akan meningkatkan kosentrasi belajar anak, ternya- ta menjadi beban bagi si anak. Bagaimana pendapat Anda? Apakah rules of the game itu untuk kepentingan kemajuan se- suatu? Atau menciptakan rules of the game untuk kepentingan keuntungan pribadi? Misalnya ada yang menyarankan anak anak harus les, membayar untuk kepentingan pribadi, kan lebih baik les secara umum di sekolah. Bukan di rumah-rumah guru atau di rumah-rumah dosen. Apakah ikut les itu kurang baik? Itu tetap positif, asal jangan dipaksa. Kita mengimbau agar sedang orangtua lebih banyak lebih memprofesionalkan diri. Tidak Logis, Siswa Bodoh Televisi yang Disalahkan mereka berada di rumah. Untuk itu, dalam usaha mengawasi jam belajar anak-anak, orangtua harus mengambil fungsinya seoptimal mungkin. Apakah harapan Bapak itu sudah dilakukan orangtua siswa? SMU, yang secara psikologis bil peran yang menjadi kewa- menginjak dewasa, tentu paket jibannya. Cuma, dari dulu saya unggulan itu menjadi lebih penting dari waktu belajar. dengar kesibukan menjadi ala- san mengapa mereka tidak sem- pat mendampingi anak-anakn- Langkah apa yang harus di- ya. Saya sudah berkali-kali bi- ambil para orangtua? lang, bagaimana pun sibuknya Minimal menjadi teman dis- orangtua harus meluangkan kusi dan menjelaskan bahwa waktu untuk anak-anak. Ken- film itu tidak lebih dari sebuah yataannya, coba lihat berapa skenario yang sengaja dibentuk orangtua yang masih mau men- oleh sutradara. Bisa saja men- ceritakan cerita daerah seperti I cari hiburan di televisi, namun Bawang teken I Kesuna saat jangan lupa mengawasi anak-anak mau tidur? Banyak yang anak belajar. Kalau anak-anak tidak sadar, beralihnya minat nonton jam 19 sampai 21, arah- anak-anak belajar dan pergi kan mereka agar menebus ke- nonton televisi, lantaran kondisi hilangan jam belajarnya. Mis- keluarga memungkinkan untuk alnya, geser waktu belajar agar itu. Apalagi sekarang tiap ru- tidak berbenturan dengan pa- mah ada televisi, sampai ante- ket-paket unggulan televisi. na parabola segala. Apakah kehilangan jam be- lajar bagi siwa di Bali sudah parah? Tergantung melihatnya, Maksudnya? mencari pekerjaan masih gam- Di negara-negara maju seperti pang. Sekarang, satu kursi untuk Lingkungan semacam itu Jepang, lima tahun sekali kuriku- orang banyak. Di sinilah kekeliru- tidak bisa ditolak, senang atau lum diganti secara total. Pergan- an orangtua bila tidak mampu tidak senang. Itu akan terus tian itu selalu ada. Perubahan step mengarahkan anaknya. Mereka muncul. Kita tidak bisa by step itu pasti selalu ada, kare- ikut-ikutan teknologi, ke mana melarang mereka menonton na situasi terus berubah. Per- arahnya? Mereka tidak tahu. Or- televisi. Kalau dilarang, justru soalannya, kondisi kita di sini angtua harus bisa memberikan akan terjadi secara diam-diam, dibandingkan Jepang atau Ameri- gambaran pada anak, situasi apa karena itu suatu fenomena yang ka, sangat berbeda. Kalau kita yang kelak akan dihadapinya. tidak bisa ditolak. Persoalannya, tidak tahu ilmu itu, tetapi ingin bagaimana kita menjelaskan mempelajari dan menciptakan se- pada anak didik agar mereka suatu. Di luar negeri tidak belajar Anak itu harus diarahkan, tahu cara memanfaatkan semua ilmu pengetahuan, tetapi mencip- diberikan gambaran, alternatif- itu untuk dirinya sendiri. Susah- takan dan menggunakan. Kita kan alternatif situasi masa depan. nya, kemungkinan orangtua belum terkondisi demikian. Kalau Tanpa itu, anak akan tidak tahu, tidak tahu manfaat daripada kita tidak mempunyai kosentrasi karena hal itu masih imajiner. teknologi itu, lebih dikenali belajar yang tinggi, akan terjadi Bagaimana mengkonretkan hal manfaat negatifnya saja. Pada kebingungan. Kenyataannya, kita itu? Dari suatu khayalan, ide hal, kita harus sadar, tiap ciptaan memang harus belajar lebih keras. manusia ada plus dan minusn- ya. Ya, bagaimana mungkin kita menutup udara ini dari semua informasi? Bagaimana dengan seringn- ya pergantian kurikulum yan terkadang menjadi salah satu sorotan sebagai penyebab dun- ia pendidikan sulit menciptakan Sekarang mau menjadi dok- ter, insiyur bukanlah sesuatu yang menggetarkan hati. Ini bagaimana? Saat ini kita harus bangkitkan jiwa kompetitif, tidak seperti za- man dulu. Jaman tahun 50-an be- lum kompetitif, atau makna ko- Nyoman Dantes visi) itu datang, masyarakat harus PENDIDIKAN MODELLING M'A CLUB agar menjadi konkret. Ini yang penting, harus ada dialog antara anak dan orangtua. Bagi orang- tua yang kemampuannya mem- berikan informasi tidak mema- dai, bisa minta bantuan konsul- tan. Misalnya, guru BP itu ada, kan dengan tujuan demikian. Bahkan sekarang di Jawa kon- sultan swasta pun banyak. BPM/wen Wah.. ini yang parah. Ten- tang peran orangtua dalam memberikan bimbingan pada anaknya saat nonton televisi, sangat minim. Apa yang saya katakan bukan praduga, melain- kan sebuah kenyataan di masyarakat. Kebetulan kasus ini menjadi orasi ilmiah saya. Coba lihat di masyarakat, ketika RCTI atau SCTV menayangkan paket unggulannya (film), or- angtua justru ikut larut di sudah siap menerima. Sederhana harus mau menghargai pendid- tu harus berkembang dari kri- dalamnya. Padahal, tidak jarang Apakah tidak memperkosa saja, mari kita bicara pada aspek ikan. Katakanlah untuk penye- stalisasi animo masyarakat. anak-anak dihadapkan pada jam belajar anak-anak? intern- dalam skup yang lebih diaan fasilitas yang diperlukan Saya yakin, SMUN 1 Singaraja produk yang belum tentu bisa Ini risiko, yang penting kecil, fungsikan pola asuh kelu- se-kolah, menjadi bagian tang- atau SMUN 1, 3, dan 4 Den- disaring. Orangtua yang kita sistem itu kita yang mengatur. arga. Sekolah juga begitu, jangan gung jawab masyarakat ter- pasar, tanpa kelas unggul pun harapkan bertindak selektif, Memang, kalau bisa diusulkan, membandingkannya dengan menunggu pengaruh itu datang hadap perkembangan dunia sudah direbut masyarakat. Ini SETELAH lebih dari setengah abad perjalanan pendidikan menemani dan menjelaskan apa mestinya paket-paket unggulan daerah mana? Kalau dengan baru ramai-ramai bicara unsur pendidikan. Bagaimana mau yang lebih baik. Jika memben- Proses pembelajaran yang yang sedang ditonton anak di televisi jangan mengambil pelajar di Jakarta, Bali masih negatifnya. Singkatnya, fungsi- maju kalau sarana tidak men- nasional, perayaan Hardiknas, 2 Mei 1996 marak diwarnai dia- bagaimana Bapak maksudkan? anak, malah memperparah waktu bersamaan dengan jam tergolong aman. Setidaknya, kan pola asuh dan jangan saling dukung ? tuk kelas unggul dalam kondisi log segar seputar eksistensi lembaga pendidikan di Indonesia. Oh.... yang kita harapkan keadaan. Bagaimana membuat efektif untuk belajar. Katakan- prestasi yang ditunjukkan pel- lepas tangan. normatif, saya khawatir sekolah Salah satunya, Guru Besar STKIP Singaraja, Prof. Dr. Nyo- tiap sekolah mau menyadari, siswa kritis membagi waktu be- lah mulai pukul 22, atau paling ajar Bali masih mampu bersa- Tentang kelas unggul, boleh itu memaksakan kehendak. saja dan saya mendukung. Na- Harus kembali pada proses tadi, man Dantes termasuk paling getol bicara tentang mekanisme orientasi mekanisme pendidi- lajar, wong orangtuanya lebih tidak pukul 21.30. Sekarang, ing dengan daerah lain, malah dan permasalahan dunia pendidikan di Bali. Harus diakui, dari kan sekarang jauh berbeda den- dulu nongkrong dan berteriak- malah ada dari pukul 19.30. Na- menduduki rangking I bersama kelas unggul dan sinyalemen unggul dari kondisi yang nor- Masak membentuk kelas ung- Bagaimana dengan konsep mun, jangan membikin kelas row in put-nya bagaimana? dulu hingga kini kemelut dunia pendidikan tidak pernah habis. gan zaman dulu. Sekarang, guru teriak di depan televisi. Hal mun, permasalahannya terben- Yogjakarta. Namun, bukan be- pendidikan mahal di masya- matif. Sekarang kondisi pendid- gul dengan NEM yang pas- Masuknya paket unggulan televisi swasta, merebaknya dunia berdiri di depan murid, tetapi tidak jarang para orangtua men- tungan bisnis layar kaca itu. tidak mengambil langkah untuk bukan hanya sekadar dituntut yang lebih memprihatinkan, tur pada nilai profit dan perhi- rarti kita merasa aman lantas rakat? ikan Bali kan normatif, jika di- pasan. Atau karena pertimban- hiburan, memasyarakatnya alat-alat teknologi, adalah sederet berusaha agar bisa berdiri di geloni anak-anak tingkat SD Saya rasa tidak terlalu berdam- mengantisipasi kemungkinan dikatakan mahal. Artinya, untuk kecemburuan psikologis anak- miliki kelas unggul itu ada Saya setuju kalau pendidikan paksakan malah membuat gan tertentu, sekolah yang me- faktor yang diklaim "membajak" jam belajar para siswa. hati siswa. Artinya, figur seor- sambil nonton film-film asing, pak negatif, jika para orangtua negatif lainnya. Sebelum inter- mendapat mutu pendidikan anak. Artinya begini, keunggu- siswanya yang lolos dengan Bagaimana menyikapi kondisi pendidikan masa kini? Berikut ang pendidik akan terbawa silat, dan drama percintaan. mau menghayati dan mengam- vensi pengaruh globalisasi (tele- yang memadai, masyarakat lan yang diraih sekolah terten- NEM kecil. perbincangan Suentra dengan Prof. Dr. Nyoman Dantes. dalam segala sikap anak didik. Apalagi bagi siswa SLTP atau Saya contohkan, kalau dulu guru berjalan, murid-murid se- mua membungkuk. Itu tandan- Maraknya televisi swasta di ya mereka hormat, Sekarang, masyarakat, adalah dampak ke- tidak usah mengharapkan tra- Ada empat faktor dasar yang majuan teknologi. Permasalah- disi itu masih dilakukan anak tidak bisa dilupakan, di antaran- an yang muncul, banyak siswa didik. Apakah para siswa tidak ya row in put, instrumental in put, merasa kehilangan jam belajar hormat dengan gurunya? Belum enviromental in put, dan out put. akibat terbius tayangan unggu- tentu, jangan buru-buru di- Row in put atau aspek kemam- lan layar kaca. Terhadap hal ini hubungkan dengan perilaku puan siswa, menjadi modal awal bagaimana? masa bodoh masyarakat mod- bagi lembaga pendidikan atau Apapun yang ada di dunia ini, ern. Guru harus paham dan sekolah tertentu. Instrumental in tidak bisa lepas dari pengaruh mengerti struktur pergeseran put, menyangkut tenaga penga- faktor lainnya. Teknologi juga nilai etika dalam dunia pendid- jar (guru), sedangkan enviromen begitu, di satu sisi berdampak ikan nasional. Sekarang, kalau tal in put menjadi bagian proses negatif dan di sisi lain berpen- murid menunjukkan rasa hor- transformasi pendidikan. Tera- garuh positif bagi siswa. Saya matnya, bukan dengan jalan khir, out put akan menjawab se- melihat, pengaruh media elek- menunduk. Rasa bakti para jauh mana lembaga pendidikan tronik terhadap proses pembela- siswa terhadap pendidik akan memberikan kontribusi di jaran siswa bukan sebatas relasi tercermin pada penghargaan masyarakat dalam menciptakan penonton dan hiburan. Tantangan yang mereka berikan. Jangan intelektual muda, dalam hal ini itu sudah masuk dalam rumah, harap penghargaan itu datang tercermin lewat prestasi anak did- yang kalau tidak dikaji akan hanya karena masalah seniori- merebut jam belajar masing-mas- tas. Tingkat profesionalisme Proses transformasi pendidi- ing siswa. Kaitannya dengan du- masing-masing orang (guru- kan tergantung dari intervensi ke- nia pendidikan, masing-masing red) menjadi ukuran ketika ber- tiga faktor itu. Secara matematis, faktor yang terlibat harus ber- bicara masalah penghargaan di saya contohkan row in put itu X tanggung jawab. Optimalkan zaman modern. Makanya, tiap dan hasilnya (out put) X1. Ko- pola asuh, jangan saling lepas tan- guru harus saling berlomba mponen yang bertanggung jawab gan. Di sekolah, pendidik harus meningkatkan kemampuan terhadap kualitas XI, tidak bisa menciptakan pola pembelajaran hingga profesional dalam diberikan pada salah satu bagian, yang mampu merebut perhatian bidangnya. semuanya harus menunjang. siswa. Di rumah, orangtua siap Kualitas murid SD yang baik, be- mengantisipasi pengaruh tayan- Bisa dijelaskan mekanisme pendidikan yang berkembang di masyarakat? apan ik. ng karaya Baru pore ya arta F F g Baru arta n re andang Bagaimana dengan peran lum tentu pintar di SLTP kalau gan televisi atau minimal menga- orangtua dalam melakukan peran guru dan lingkungan tidak wasi anak-anak agar tidak lupa bimbingan terhadap anak- menunjang. Sebaliknya, kualitas pada kewajibannya. Adalah san- anaknya? guru yang tinggi juga sulit meng- gat tidak logis, kalau siswa men- Saya harap masyarakat harus hasilkan mutu pendidikan tanpa jadi bodoh yang disalahkan tele- lebih dulu sadar, tanggung jawab dukungan row in put dan faktor visi, apalagi menyebut kemajuan paling besar terhadap kemajuan lingkungan. Makanya, sekolah teknologi sebagai bumerang pen- siswa bukan sekolah. Orangtua tidak hanya cukup berbicara satu didikan nasional. Permasalahan- siswa hendaknya mulai paham segi, sinkronkan dulu ketiga fak- nya, yang perlu ditanyakan apa- akan tangung jawab dan kewa- tor itu. Untuk memngukur sejau- kah guru, lingkungan keluarga, jibannya sebagai pendidik perta- hmana tingkat pendidikan suatu dan masyarakat siap menerima ma dan guru kodrat. Di samping, bangsa, salah satunya biasa dili- pengaruh teknologi, yang me- anak-anak berada di sekolah tidak hat dari kemajuan perkembangan mang lahir dari kemajuan pendid- lebih dari enam dari 24 jam wak- teknologi. tu yang tersedia. Selebihnya, ikan. Dibuka ! 08 ANGKATAN X PENDAFTARAN MATERI PENDIDIKAN LAMA PENDIDIKAN MULAI SEKARANG JUGA. :A. PENGEMBANGAN PRIBADI 8. MAKE UP DIRI SENDIRI C. MODELLING 3 TIGA BULAN, DIMULAI MEI 1996 SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN. MA BALI 1. MEMBAYAR UANG PENDAFTARAN DAN UANG PENDIDIKAN SELAMA 3 (TIGA) BULAN A. REMAJA MULAI SMP) SEBESAR RP 175.000,- B. ANAK-ANAK (TK & SD SEBESAR RP 125.000,- BIAYA TERSEBUT SUDAH TERMASUK T-SHIRT & UANG UJIAN 2. MENYERAHKAN: 2 LEMBAR PAS FOTO UKURAN 2 X 3 CM 2 LEMBAR PAS FOTO UKURAH 4 X 6 CM 4 LEMBAR FOTO CLOSE UP UKURAN 4R 1 LEMBAR FOTO SELURUH BADAN UKURAN AR DISCOUNT Rp. 25.000,- UNTUK 20 PENDAFTAR PERTAMA KETERANGAN LEBIH LANJUT HUBUNGI : IBU ATIEK HARJANTO JI. DIPONEGORO 50 DENPASAR TELP. (0361) 227201 (HUNTING) .. jelas istimewa !! Gaya & kelasnya C 1000 4cm
