Tipe: Koran
Tanggal: 1996-10-08
Halaman: 08
Konten
kung, anyak Musta- 4cm HALAMAN 8 Pembayaran Sistem Konsinyasi, Ketidakadilan Kemitraan Program kemitraan antara perusahaan besar dan kecil gaung- nya begitu menggema sejak digongkan pemerintah beberapa waktu lalu. Sudahkah program ini berjalan sesuai harapan? Dilihat dari kuantitas, mungkin sudah banyak pengusaha besar menjalin kemitraan dengan yang kecil. Namun dari segi kualitas, masih perlu dipertanyakan. Terutama menyangkut pembayaran yang dilakukan si pengusaha besar kepada pengusaha kecil, contohnya sistem pembayaran yang ditempuh kalangan pe- ngusaha pasar swalayan. Bahkan apabila ditelusuri, masih banyak (kalau tidak dikatakan umum) pengusaha besar tidak membayar kontan pasokan barang yang disetorkan pengusaha kecil. Padahal para pengusaha atau produsen kecil justru sa- ngat menggantungkan periuk nasinya dari pembayaran itu. Sejauh mana dan bagaimana liku-liku sistem pembayaran pengusaha besar kepada pengusaha kecil, Bali Post melapor- kan dalam beberapa tulisan berikut. P mereka serahkan ke toko bahan bangunan. Ini diakui beberapa pemilik toko bangunan. "Ya, me- mang kami tidak langsung mem- bayar barang mereka (pemasok batu bata dan genteng-red). Mak- lum saja, kami pun terkadang harus melayani pembelian dengan pembayaran tunda atau kredit dari pembeli," ujar beberapa pemilik toko bahan bangunan di ara pedagang, pro- Hal yang sama terjadi dalam dusen, petani kecil kemitraan produsen bahan ban- ini tentu sangat gunan seperti pedagang genteng, mengharapkan begi- batu bata dan sejenisnya. Mereka tu menyerahkan harus menerima pembayaran tun- barangnya ke pen- da untuk barang produksi yang gusaha besar seperti swalayan dan sejenisnya, dapat langsung men- erima pembayaran. Namun ken- yataannya tidaklah demikian. Mereka harus menunggu bebera- pa minggu bahkan beberapa bu- lan, untuk dapat menerima uang pembayaran. Tak heran, kalau Menteri Urusan Pangan Ibrahim Hasan, mengingatkan agar para pengusaha swalayan, toko serba ada, atau pusat perbelanjaan lain- Klungkung. "Namun pasti kami nya membayar pedagang kecil bayar," tambahnya. yang menjadi pemasok secara kontan dan jangan dengan sistem konsinyasi (pembayaran tunda/be- lakangan). Hal yang sama terjadi dan dikeluhkan pemasok sayur may- ur di hotel-hotel. Sistem pembaya- ran konsinyasi yang diterapkan "Kasihan pedagang kecil, sep- pihak hotel selama ini dirasa erti pemasok buah-buahan kalau memberatkan pihak pemasok. harus mangikuti sistem konsinya- Seperti dituturkan I Made si. Mereka terlalu berat bila harus Suardana, seorang pemasok sayur- menunggu satu bulan baru terima mayur asal Kediri Tabanan, men- uang," tutur Menpangan bebera- gakui pembayaraan yang dilaku- pa waktu lalu di Jakarta. Pengusa- kan pihak hotel sering memberat- ha seperti tukang buah itu, lanjut- kan pihak pemasok (suplier). nya, rela memilih makan buah Mengingat, harga sayur sewaktu- yang jelek agar yang baik dapat waktu bisa melonjak mahal, se- disetorkan ke pengusaha besar. mentara pihak hotel baru mem- Pengorbanan ini harus dihargai. bayar kemudian. "Belum lagi soal Kasus pembayaran di belakang sayur yang mutunya kurang ba- (tidak membayar kontan) ini se- gus, biasanya pihak hotel sering benarnya tidak hanya terjadi ant- menolaknya. Masalah ini tentu ara swalayan dan sejenisnya den- saja menjadi tanggung jawab para gan pedagang buah. Banyak ka- suplier," keluh pria yang sehari- sus kemitraan yang menerapkan harinya memasok sayur mayur sistem pembayaran konsinyasi untuk hotel di Kuta dan Sanur. seperti itu dan mengorbankan pen- gusaha kecil. Ketika penulis berkunjung ke Lingkungan Indus- tri Kecil (LIK) di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Sukabumi mis- alnya, pengusaha kecil di sana menuturkan hal yang sama. Kerterlambatan Pembayaran yang memasok daging ayam ditemui Bali Post di sebuah hotel berbintang di Sanur mengatakan, pasokan daging ayam yang dikir- imnya ke hotel-hotel biasanya ter- gantung dari musim ramai tamu. Makin ramai tamu hotel makin banyak pula daging yang dikirim- nya ke hotel (sesuai pesanan). Menurutnya, sistem kontrak yang dilakukan pihak hotel cuk- up baik untuk kelangsungan dan kelancaran usahanya. Ini bertu- juan jika sewaktu-waktu persedi- aan daging ayam terbatas, semen- tara kebutuhan akan daging men- ingkat. Demikian sebaliknya akan menguntungkan pemasok jika sewaktu-waktu harga daging ayam anjlok (rendah), maka para pemasok akan tetap untung, kare- na pihak hotel membelinya den- gan harga standar sesuai dengan perjanjian. Lain halnya yang dituturkan Komang Sadya, seorang pemasok bunga asal Marga Tabanan. Ia tidak mempermasalahkan sistem pembayaran di belakang oleh pi- hak hotel, asalkan barang-barang- nya (bunga dan gebogan) tetap laku dijual ke hotel. "Saya kira hampir semua hotel menerapkan sistem pembayaran di belakang, karena itu perlu pintar-pintar me- milih langganan. Yang tidak kalah pentingnya adalah relasi kita ban- yak," katanya. Selain dengan sistem kontrak, pihaknya juga menerima pesanan dari hotel. 'Untuk pesanan ini, harganya dua kali dari harga kon- trak," tambahnya. sudkan untuk menghindari di Pasar Badung, sebagian besar putus. Ini juga menyangkut pem- kekurangan persediaan buah di atau sekitar 80 % dari mereka bukuan atau giro dan sebagainya Bali, bukan untuk mematikan pro- melayani pemasok. Sedangkan, sehingga tidak dapat dilakukan dusen (petani) lokal. kalau mengandalkan menjual begitu ada barang langsung diba- sayur-mayur kepada konsumen yar. secara individual, mereka men- gaku sulit mendapatkan untung. 'Keuntungan dari pembeli peror angan kecil sekali," jelas Sridani wanita kelahiran Bangli itu. Pemasok Nakal Namun, di sisi lain pemasok sering juga nakal. Adakalanya pemasok mengambil barang di pedagang/pengecer kecil di pasar- pasar tradisional seperti Pasar Badung dengan sistem pembaya- ran seperti diterapkan pihak hotel kepadanya. Pemasok yang melay- ani hotel, restoran, dan swalayan hanya bermodalkan kepercayaan dari pihak hotel, restoran dan swa- layan itu. Mereka tidak begitu ru- mit memikirkan permodalan, karena dapat mengambil barang pada petani atau pengecer kecil lainnya tanpa harus membayar ter- lebih dulu. Pemasok nakal ini kemudian berdalih belum menerima bayaran dari pihak hotel untuk menunda pembayaran kepada pedagang/ pengecer kecil. Di sini yang men- jadi korban tentunya para pengec- er kecil di Pasar Badung tadi. "Para pedagang eceranlah yang sering memeras keringat menung- gu hasil penjualannya dari para pemasok," ujar I Nyoman Kan- dri salah seorang pedagang sayur- mayur yang melayani pemasok bersama pedagang eceran lainnya di Pasar Badung. Kandri menjelaskan, harga yang berlaku baik untuk pemasok maupun konsumen individu tidak dibedakan. Harga yang disetujui pemasok biasanya bervariasi, ter- gantung keadaan pasaran. Cara pembayaran pemasok juga ber- variasi, di antaranya ada mengam- bil barang hari ini dan membayar keesokan harinya. Bahkan, tidak jarang diterima dalam jangka waktu satu sampai tiga bulan. Ini tak terlepas dari kondisi pemasok itu sendiri, yang menerima pem- bayaran dari pihak hotel, restoran atau swalayan sesuai perjanjian kontrak yang disepakati. Pengecer ini biasanya membeli langsung sayur mayur kepada para tengkulak di Bali dengan tunai. "Tidak ada istilah ambil dulu ba- yar di belakang dengan tengku- ak," ujar Kandri. Sayang, lanjut- nya, istilah ambil barang dulu ba- yar di belakang justru berlaku di tingkat bisnis elite seperti hotel, restoran dan swalayan. yang Keuntungan melayani pema- sok, katanya, barang cepat laku. Namun, hasil penjualan baru bisa diterima dalam jangka waktu satu, dua sampai tiga bulan. Belum ter- hitung pemasok yang memakai sendiri hasil penjualan terlebih dahulu untuk memenuhi keperluan pribadinya dengan ke- dok belum menerima hasil pen- jualan dari hotel, restoran dan swalayan. "Imbauan itu saya nilai bagus dalam rangka memajukan pen- gusaha kecil. Tetapi itu rasanya sulit sekali dilakukan terutama untuk swalayan. Sebab, tiap swa- layan mempunyai mekanisme sendiri dalam menyelesaikan masalah pembayaran itu," kata Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali, Si Ketut Mandira Natha sembari berjanji akan menyampaikan hal tersebut dalam rapat pengurus DPD Aprin- do Bali. "Tergantung pendapat pribadi," tegasnya. Bayangkan saja, lanjut pemil- Ketika Bali Post mengintip ik Alas Arum Mini Market ini, sejumlah pemasok yang mema- jumlah pemasok swalayan itu bisa sukkan barang-barang di salah mencapai ribuan. Jadi, sangat su- satu swalayan di kota Denpasar, lit kalau itu semua dibayar secara ternyata penuturan para pedagang tadi ada benarnya. Para pemasok ini ternyata juga kesulitan menag- ih dari pihak swalayan. Salah se- orang pemasok yang tidak mau disebut namanya mengatakan, se- mestinya sudah menerima hasil penjualan sesuai kontrak tepat waktu. "Tetapi sudah satu bulan leb- ih dari perjanjian waktu yang dis- epakati sebelumnya, diberikan alasan barang belum laku. Pada hal, setelah diamati barang yang diberikan kepada swalayan ber- sangkutan berupa sayur-mayur dan buah-buahan persediaannya sudah menipis," ujar pemasok bersangkutan. Mengandung Kelemahan Dalam perjanjian kontrak barang antara hotel, restoran, swa- layan dan pemasok barang, juga mengandung unsur kelemahan. Kelemahan itu di antaranya, jika perjanjian sebelumnya sudah ditetapkan satu jenis barang den- gan harga Rp 1.200/kg, setelah barang lancar diterima terjadi pe- rubahan harga di pasaran. Kata- kanlah, barang sesuai perjanjian itu harganya naik di pasaran. "Persoalan ini menjadi risiko pe- masok, sehingga pihak pelanggan memiliki peluang menunda pem- bayaran kepada pemasok dan pe- langgan mengambil alih hasil pen- jualan itu untuk membeli barang di tempat yang lain," demikian pemasok tersebut. Menanggapi usul pembayar kontan ini, banyak pengusaha swalayan, Toserba dan sejenisn- ya mengatakan sulit menerapkan. Mereka berdalih, konsinyasi itu untuk tetap menjaga hubungan dalam arti menjaga kontinyuitas pasokan. Kalau dibayar kontan, Menurut para pedagang sayur dikhawatirkan hubungan akan "Kamilah yang menderita, mengingat pengecer yang men- gambil barang kepada tengkulak harus membayar tunai. Tanpa ada uang tunai, barang sulit diperoleh dari tengkulak, apalagi langsung dari petani malah tambah sulit," ujar Sridani, yang juga sebagai pengecer sayur-mayur melayani pemasok. kontan. Selain itu, umumnya un- tuk swalayan yang tergolong pe- rusahaan menengah ada waktu- waktu tertentu yang ditetapkan untuk melakukan pembayaran (pengeluaran uang). Jadi tidak dapat dilakukan begitu mengam- bil barang langsung membayar seperti halnya kalau seseorang berbelanja di pasar. Kesulitan lainnya, menurut- nya, dalam pembuatan cek bagi sekian banyak pemasok kecil itu. Kalau dapat, maka sebaiknya pe- masok-pemasok kecil itu dikum- pulkan jumlahnya berapa. Dia mengakui, umumnya swalayan membayar secara konsinyasi sem- inggu sampai sebulan setelah barang diterima. Namun, terk- adang ada juga yang menerapkan pe9mbayaran, berapa barang yang laku dijual oleh swalayan sekian yang dibayar kepada pemasok. Sisanya, akan diambil kembali oleh pemasok atau tetap ditaruh di swalayan, tergantung kesepaka- tan masing-masing. Saat ini, di Bali terdapat seki- tar 50 swalayan dan minimarket yang menjadi anggota Aprindo. Keberadaan organisasi ini di daer- ah Bali diharapkan dapat berman- faat bagi masyarakat, pengusaha kecil, pemerintah maupun anggot- anya. Salah satunya, seperti dipro- gramkan melakukan pembinaan kepada pengecer kecil agar mampu meningkatkan diri. "Kami ingin Aprindo benar-benar dirasakan man- faatnya," papar Mandira Natha. Salah satunya, mungkin melalui ke mitraan yang dilakukan tadi. Na- mun, kualitas kemitraan tersebut perlu lebih dibenahi sehingga tidak terjadi seperti ungkapan masyarakat Bali, nyebit tiying, ngamis ke cenik (ibarat membelah bambu, selalu mengorbanakan bagian yang kecil- red). (sug/sua/dra) bdidates www Bali Post SELASA UMANIS 8 OKTOBE Pedagang kecil yang memasok barang dagangan ke swalayan sebenarnya mendambakan pembayaran putus (kontan) untuk mengatasi permodalan mereka. Monopoli oleh Distributor Te KEPEDULIAN pengusaha besar terhadap pen- gusaha kecil tampaknya bukan sekadar memberi sun- tikan dana. Namun tidak kalah pentingnya, kepedulian dalam membantu di bidang pemasaran. Di bidang ri- tel misalnya, banyak pusat perbelanjaan atau swalay- an menampung produk dari pengusaha kecil, seperti industri kerajinan. Sayangnya, sistem pembayaran yang dilakukan swalayan adalah dengan konsinyasi, sehing- ga pengusaha kecil yang lemah modal itu pun tak mam- pu keluar dari permasalahan yang menghimpitnya, khususnya menyangkut permodalan. Sebaliknya, swa- layan bisa menikmati keuntungan lebih besar dengan cara tersebut. Tak mengherankan, kalau akhirnya Men- teri Urusan Pangan Ibrahim Hasan menyarankan, sistem pembayaran itu diubah, agar pengusaha kecil memiliki modal sehingga bisa berkiprah dengan lebih leluasa di percaturan bisnis yang cukup ketat dewasa ini. mah Apalagi, sebagian industri kecil atau industri ru- tangga bukan hanya kesulitan modal, juga sering Tiga Hal Ia mengaku tidak terlalu mem- Sementara itu, I Komang Dar- permasalahkan sistem yang diter- mana seorang staf Fuchiser di se- apkan pihak hotel, asalkan se- buah hotel berbintang di Kuta muanya bisa berjalan lancar. mengatakan, para pemasok harus Para pengusaha kecil di LIK Menurutnya, yang memberatkan memperhatikan tiga faktor dalam Sukabumi, harus membayar kon- para pemasok antara lain sering- hal pengadaan barang-barang un- tan bahan baku yang dibelinya dari nya terjadi keterlambatan dalam tuk pemenuhan kebutuhan hotel. PT Krakatau Steel. Sebagai pema- hal pembayaran ke pemasok. Ketiga faktor tersebut adalah, BUKAN sekadar ramai-ramai "Di Hero memang ada kebijak- ha kecil adalah beli putus, maksudnya ba- sok bahan baku logam ke tempat "Pembayaran dua atau tiga bulan menyangkut kualitas, kuantitas latah memperhatikan pengusaha sanaan mendahulukan pengusaha yar tunai. Makanya, dengan pengusaha kecil tersebut, PT Krakatau Steel menu- ke belakang tidak menjadi dan rutinitas barang yang dikirim kecil atau koperasi, terutama set- kecil atau koperasi," kata Anton, tidak pernah sistem konsinyasi. rut pengusaha kecil di sana, juga masalah asalkan lancar dan benar- pemasok ke pihak hotel. Dari ke- elah imbauan Menpangan Ibrahim Sabtu lalu. Pada prinsipnya, pem- menjadi pelanggan/pemesan benar ditepati. Tetapi sesungguh- tiga faktor itu yang sering menja- Hasan pada tanggal 22 September, bayaran Hero adalah tunai. Han- barang produksi mereka. Namun nya akan memberatkan pemasok di kendala para pemasok adalah ketika membuka festival ikan ya perlu dijelaskan pengertian tun- dalam membayar barang pesanan- bila keterlambatan pembayaran masalah kualitas dan rutinitas pen- yang diselenggarakan PT Mataha- ai, tetap memerlukan rentangan nya, PT Krakatau Steel tetap terjadi berlarut-larut," ujarnya giriman. "Seringkali pihak pema- ri Putra Prima di Mega M Lippo waktu delapan hingga 10 hari. melakukan dalam jangka waktu sembari menambahkan, sebagai sok mengirim barang yang satu bulan. "Ini kan kurang adil," pemasok harus bermodal cukup. tasnya rendah, sehingga kami Menurut dia, banyak temannya tidak segan-segan mengembali- tidak mampu melanjutkan profes- kannya," ujarnya. inya sebagai pemasok lantaran tidak mampu membayar utang kepada produsen (petani sayur- red). gologase nominox insaged de revelpuze dolum uchu didst libee by loud Hero sejak Awal Bayar Tunai Pemasok Kecil ungkap Dadang, Yodi dan bebera- pa pengusaha kecil di LIK Suk- abumi saat menerima kunjungan wartawan peserta lokakarya pe- liputan dan penulisan berita ekonomi dan bisnis bagi wartawan media cetak Indonesia, akhir Mei lalu. kuali- Karawaci, Hero Supermarket "Tidak ada yang namanya tunai usaha kecil. Ketika itu, Menpan- pulang membawa uang," tegas sudah sejak awal membayar tunai hari ini menyerahkan barang lalu bayar kontan atau tunai pasokan gan minta agar pengusaha mem- Anton. pengusaha kecil. Toleransi waktu itu lebih ban- yak digunakan menyelesaikan Hero Anton Lukmanto, jauh sebe- bukan bermaksud menahan berla- Menurut Direktur Kelompok segi administrasi keuangannya, tel juga bekerja sama dengan pe- lum imbauan itu, pihaknya sudah ma-lama. Sebab, dasarnya hubun- seorang pemasok yang khusus masok dari luar daerah. Ini dimak- melaksanakan pembayaran tunai. gan dagang Hero dengan pengusa- Sementara itu, Putu Sarma Sementara soal rutinitas pen- giriman umumnya tergantung musim, khususnya buah-buahan. Mengatasi masalah itu pihak ho- SUDAHKAH ANDA TERIMA TANDA KASIH SUZUKI SEBUAH MINI COMPO Shogun FD 110 4LANGKAH a.go.t SUZUKI Inovasi Timela Hanti DATANGLAH SEGERA : atau SEPEDA SUZUKI Akari ET. 90 Double Cassete UANG MUKA dari Rp. 475.000,- KREDIT 5 TAHUN khusus untuk type BRAVO, TORNADO GX, TORNADO GS, saksikan ... STAND PAMERAN SUZUKI ●NDA PASARAYA GRAND SUDIRMAN (1-12 Okt. '96) TRAGIA NUSA DUA DAN STAND PAMERAN KAMI SELURUH BALI • DENPASAR : PT. CAHAYA SURYA BALI INDAH, Jln. Thamrin No.25 Telp. 431926, PT. CAHAYA SURYA BALI INDAH, Jln. By Pass Ngr. Rai 110C Kuta Telp. 753887, PT. CAHAYA SURYA MEGAH ABADI, JIn. Teuku Umar 110 Telp. 231133, PT. CAHAYA PRIMA PERKASA, Jln. Patimura 57B Telp. 221343, VARIA PRATAMA MOTOR, Jln. Imam Bonjol 79 Telp. 225325, SUZUKI GATSU, Jln. Gatot Subroto 25X Telp. 424542, SUZUKI GUNUNG AGUNG, Jln. Gunung Agung 138 Telp. 422887 TABANAN : PT. CAHAYA SURYA BALI INDAH, Jln. Pahlawan 24P Telp. 813114 GIANYAR PELITA AGUNG MOTOR, Jln. Kesatrian 26A Telp. 93043, WAJA UTAMA MOTOR, Jln. Udayana Blahbatuh Telp. 93254, CAHAYA SURAYA AGUNG, Jln. Cok Gde Rai Pelitan Ubud Telp. 96198 BANGLI: PT. CAHAYA SURYA BALI INDAH, Jin. I Gusti Ngr Rai 28 Telp. 91575 KLUNGKUNG: SURYA JAYA MOTOR, Jln. Flamboyan 3 Telp. 22703 SINGARAJA: JAPAN MOTOR, Jln. Dr. Sutomo 24 Telp. 41234, ASTINA MOTOR, Jln. Imam Bonjol 85 Telp. 21603 NEGARA: RAHAYU PERMAI, Jln. Ngurah Rai 109 Telp. 40855 WINDO BALI SAKTI (SUZUKI TOHPATI), Jln. Gatot Subroto, Simpang Utara Tohpati, Telp. 461490-461491 C 15191 ran keuangan yang harus disampaikan secara Prosedurnya, dari outlet (toko) ada lapo- berjenjang, sampai kontrol keuangan menge- luarkan perintah bayar. Hal itu memerlukan paling sedikit satu minggu. Kalau untuk pen- gusaha menengah dan besar lebih lama lagi. Eksekutif Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ri- Hal yang sama disampaikan Direktur tel Indonesia) Koestarjono, dari sisi sistem perbankan pun tidak bisa hari itu pemasok kecil membawa barang lalu dibayar, jelas prosedur pembayaran seperti harus mencar- tidak mungkin. Semua itu memerlukan ikan giro, paling cepat seminggu, begitulah yang disebut tunai dalam industri pasok-me- masok itu," jelasnya. Hampir sama pula dilakukan salah satu ritel terbesar di negeri ini, PT Matahari Pu- tra Prima (MPP). Menurut Komisaris MPP Herman Darmawan, sangat sulit melakukan cash and carry pada waktu bersamaan atau pada hari yang sama. Dalam perusahaan yang manajemennya telah profesional, itu tidak mungkin karena memerlukan tahapan- tahapan penyelesaian administratif yang tidak bisa dipotong kompas selayaknya pe- rusahaan kecil. Malahan, ujar Herman, sistem pembaya- ran seperti dagang di pasar yang langsung dibayar sesaat dikhawatirkan akan memu- tuskan tali hubungan. Kedua belah pihak berkepentingan untuk menjaga kelangsun- gan hubungan yang lebih lama. "Bisa-bisa ka- lau dibayar sesaat, hubungan jadi putus kare- na pemasok lari. Misalnya, karena barang yang dibawa tidak baik," ujar Herman. Memilah-milah Hero sendiri, tekan Anton, pada prinsip- nya tidak memberlakukan konsinyasi. Men- gapa? Sebab model itu bisa saja, tetapi barang belum tentu diminati. Malahan, ka- laupun ada yang menawarkan konsinyasi Hero tidak serta merta menerima. Lihat dulu barangnya, bisa cepat laku atau tidak? Kalau tidak banyak diminati konsumen, konsinyasi tetap ditolak, bila ada yang menawarkan. Oriflame Di sinilah pentingnya Divisi Merchan- dising (DM) memilah-milah mana yang di- minati banyak orang. Dari situ bisa diper- lakukan sistem beli putus. Pemilihan bisa dilakukan secara kategoris, misalnya ada food atau non-food, yang food masih dibagi lagi yang segar dan tidak segar. Dari situ pun bisa membuat kategori pemasok. Selanjutnya Merchandising dibuat tiga tipe. Pertama, diputuskan perusahaan baik order maupun pembayarannya. Kedua, or- der bisa dari outlet dengan tembusan peru- sahaan dan pembayaran oleh perusahaan. Ketiga, order dari outlet, demikian juga pem- bayarannya. "Nah, di sini biasanya peran mereka bagi yang kecil-kecil. Meski begi- tu, mereka tetap harus memberi laporan keuangan ke pusat," tutur Anton. Order bagi yang kecil dan menengah ant- ara dua minggu dan 30 hari, sementara untuk yang besar 30-45 hari. Hero selalu berusaha mendahulukan kepentingan order yang kecil dan menengah serta koperasi. "Ini memang sudah menjadi kebijaksanaan kami," ujarnya. selalu berusaha menjalin relasi yang saling Di luar berbagai kebijaksanaan, Hero menguntungkan untuk jangka panjang. Kare- saling percaya kedua belah pihak. Kalau ada ma itu, yang selalu ditekankan adalah rasa pemasok yang bermain' akan terseleksi oleh perusahaan. Maksudnya, bila dia hanya me- masok barang-barang yang tidak laku ke Hero, sementara yang laris justru ditaruh di toko orang lain, lama-lama akan ketahuan. Atau di saat peak season seperti menjelang Lebaran atau Natal, dia tidak memasok ke Hero, padahal dia bisa setor ke orang lain, dia juga akan terseleksi. Hero saat ini memiliki sekitar 200-300 pemasok untuk tiap outlet atau toko. Jum- lah outlet yang dimiliki 67, satu di antaran- ya berada di Denpasar. Hero Denpasar sendi ri masuk kategori menengah, karena mam- pu meraih angka penjualan Rp 1 milyar leb- ih tiap bulan. Hero mengkategorikan toko kecil bila angka penjualan di bawah Rp 1 milyar, menengah antara Rp 1 milyar dan Rp 2 milyar, di atas Rp 2 milyar merupakan toko besar. (wk) KOSMETIKA ORIFLAME TAMPIL BARU! Terj menghadapi kendala dalam menjalin kemitraan me juga enggan menjad masarkan produknya. Untuk modal, menurut Wayan Di Bali misalnya Diarta salah seorang pengusaha agrobisnis dari Peguy suka mengambil ba angan mengatakan, sebenarnya mudah mencarinya bang langsung denga Bagi petani, modal bisa didapatkan lewat KUT (Kred bayarannya yang bis it Usaha Tani). Lebih-lebih di Bali LPD (Lembaga mudah dipertanggu Perkreditan Desa) dan bank-bank bertebaran hampir bila produsen-produ di tiap perkotaan maupun pedesaan. Bahkan kerap di hasil produksinya jumpai para pegawai bank yang bukan hanya mencari "Melalui distributor nasabah untuk menabung tetapi juga menawarkan kred gan terutama kalau it. Akan tetapi, bagi petani tanaman hortikultura atau pun pengetahuan m home industry tawaran tersebut tampaknya kurang fesional," ujar salah mendapat respon. swalayan yang tak Pasalnya, untuk mendapat kredit, seorang pengusa Berbeda kalau b ha kecil kerap terbentur dengan jaminan pasar. Apala gusaha kecil, kata d gi untuk produk tanaman hortikultura. Beberapa wak nya banyak, cukup tu yang lalu Kakanwil Koperasi dan Pembinaan Pens ministrasi maupun gusaha Kecil Bali, Soemardi Widodo mengatakan, ya menjalin denga kredit untuk membantu petani dan pengusaha tanaman pengusaha kecil, b hortikultura sudah lama tersedia dalam jumlah yang ambil. Apalagi, kita cukup besar. Namun, belum banyak yang dimanfaat Sedangkan dengan kan. Belakangan diketahui alasan mereka (petani) layaninya," tambah kurang berani mengambil kredit untuk pengembangan Seperti yang diu usahanya, karena belum memiliki jaminan pasar. Bi Bahtera Wiraniaga asanya produk tanaman hortikultura itu sudah ada jan MBA., kepercayaan inan pasar bila petani atau pengusaha agrobisnishya yak keuntungannya menjalin kemitraan dengan hotel atau sejumlah pasar liki permodalan yan swalayan. an, pihaknya mamp Namun, bukan berarti pengusaha kecil yang tan, meskipun bara produknya bisa ditampung swalayan itu langsung tidak bisa langsung plong'. Seperti diakui Nengah Rata, salah seorang pe distributor besar itu masok lukisan dan kerajinan kayu di beberapa super kan distributor besa market di Denpasar. Menurutnya, kendati jaminan lebih luas baik di d pasarnya sudah jelas, karena produknya sudah tertam untuk kemungkinan pung tetapi bukan berarti tiap menaruh barang lang- Namun di zama sung mendapatkan uang pembayaran layaknya jualan tributor yang besar di pasar tradisional. "Bekerja sama dengan swalayan In Lien Herlina, M tidak bisa begitu, paling tidak menunggu satu hingga jemen Agribisnis In tiga bulan untuk mendapatkan uang," katanya. bahaya bagi produs n and bas nanti bisa dipas Distributor Besar luar negeri yang m Sistem konsinyasi seperti itu sudah biasa dilaku luar negeri tersebut kan swalayan, sebab menyangkut sejumlah adminis utor sendiri dari ne trasi serta peraturan swalayan itu sendiri. Umumya mahal. Selain itu, sejak awal pihak swalayan sudah mengeluarkan per lebih tahu dan mem janjian dengan calon pemasoknya tentang kapan pem- pelak lagi bila distr bayarannya, berapa persen terlebih dulu yang harus incarnya. dibayar dan sebagainya. Oleh karena itu, tak mengh- pung pengusaha kecil dan sebaliknya pengusaha kecil Kalau distributo erankan bila pengusaha ritel terkadang enggan menam- Di Mega M. Peng Dibayar sebelum D BARANGKALI Mega M Lippo Karawaci Meg M. Ini sangat meng merupakan satu perkecualian dari sekian pusat inya karena selama ini perbelanjaan yang menyediakan arena jajan pasar liling menjajakan cendol (tempat jualan makanan). Mengapa? Sebab, di Sami Parsiem (23) in tempat inilah untuk pertama kali pemasok kecil up memasok satu genton betul-betul diperlakukan sebagai mitra yang di- sung terima Rp 75.000, b hargai. Bukti penghargaan itu, mereka tidak diba- Sabtu dan Minggu, dia yar secara konsinyasi, tetapi malahan dibayar Rp 150,000, karena pihak ketika barang dagangan mereka belum laku. Let beauty happen disediakan dua gentong "Begitu dawet satu gentong saya tiba, satu hari itu sangat ramai. Ba jam berikutnya saya sudah terima uang penuh," berjualan di Mega M, cerita Pujiharyanto, pedagang dawet. Lelaki kela- karena panas atau hujan, hiran kota dawet Banjarnegara tahun 1970 ini laku. Sedangkan jika b mengatakan, jualannya langsung diborong oleh hujan belum tentu laku. Kami memang yang risiko pedagang cendol memborong dagangan Buyer Mega M Nawan E Kata dia, hampir se ketil di Mega M Lippo yar kontan. Anehnya, di justru ada yang minta mingguan, karena tak menanggung risiko kecop mad dibayar harian jus pemasok sendiri, cerit dikuatkan asistennya, Su Menurut Suharto, saa 15 pedagang kecil yang Naturally. Hadirilah peluncuran 50 produk terbaru berikut kemasan baru ORIFLAME, kosmetika terkenal dari SWEDIA yang akan digelar di 11 kota di Indonesia. Mulai 30 September 1996, ORIFLAME tampil semakin menawan, semakin lengkap, dengan harga semakin terjangkau. BUKTIKAN DAN SAKSIKAN DALAM PELUNCURAN PRODUK BARU ORIFLAME Catat waktu dan tempatnya! DENPASAR 10 Oktober 1996, Pk.16.30 WITA Pesaban Room - Plaza Kertawijaya Jl. Diponegoro 98, Denpasar Keterangan lebih lanjut hubungi, Kantor ORIFLAME Jl. Diponegoro Komp. Kertawijaya Blok D-15 Telp. (0361) 221-823 Fax. (0361) 221-823 C 13406 sat jajanan pasar Mega N telor toge goreng, gado pek-empek Palembang. mempertahankan agar di jual makanan tradisional! makanan internasional H pasar, ujar Nawan. Pujiharyanto sendiri b cendol sembarangan. Ke lan minuman tradision memberi penghasilan ke Rp 150.000/bulan bersih tidur, dan makan sudah Mega M dia melayani s adiknya, sementara di ru pekerjakan 11 penjual ce yang berkelilin hasil, tetapi tempat tid rokok dia yang menanga Kalau
