Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1992-08-23
Halaman: 06

Konten


Halaman 6 BADAI DI AMBANG FAJAR Cerpen Suswanto SETIAP kali ada kecelakaan Debat marginer -- debat kapal laut, entah karena faktor orang-orang pinggiran -- lan- alam atau manusia, atau juga taran tidak mampu lagi untuk karena keduanya, jantungku merebut kenyataan terbaik yang berdegup keras. Ada simpul sya- layak, kadang lebih ramai dari raf yang ultra sensitif dari jari- debat kusir yang semakin tergi- ngan otak mengirimkan infor- las teknologi. Yang mampu me- masi ke jantung, setelah gende- reka lakukan: keterpaksaan rang telinga menyerap berita yang terbaik! Akhirnya bubar tentang kecelakaan itu. Seperti saat bel makan berdentang. berita menyedihkan lainnya, aku tidak mengalami guncangan yang hebat sebagaimana mende- ngar berita kecelakaan di laut. Bahkan aku tidak mengalami keadaan seperti itu ketika sau- dara yang nomor empat mening- gal dunia, lantaran kanker yang menyerang otak. Satu-satunya Nan!" usulku pada Nani. "Aku yang mengambil nasinya "Sekalian buatkan air asam, Kak," pinta gadis yang senang ku panggil Nani. beri kekuatan sambil menepuk bahunya. la diam. Air matanya terus bergulir semakin deras. San- daran tangannya dikuatkan. Ada gejolak kuat di lubuk hati- nya. Isak tertahan tenggelam da- Mahakan yang tak lagi hening. lam deru mesin dan riak sungai sekali speedboat melaju mener- jang riak, kemudian menghasil- kan riak. Longboat berpacu de- ngan waktu mengantarkan karyawan pabrik. Rumah berde- "Percayalah, akan aku laksa- nakan permintaanmu itu. Aku harap kau mengizinkan aku pu- lang dulu." "Aku ikut! Di sini aku sudah tidak ada siapa-siapa lagi," derai tangisnya semakin lebat. "Kakakmu?" "Ia bukan milikku lagi. Ia te- lah jadi milik orang lain. Ia pu- nya urusan sendiri dan telah oto- nom dengan rumah tangganya. Orang yang memilikiku sepan- jang kasih telah berpulang," ta- ngisnya semakin menjadi. "Satu- satunya harapanku hanya kau. Kak," sembari menghambur ke pelukanku. Bali Post dan ilmu tidak akan ketemu ke- benaran yang nyata. Sejauh mata memandang yang ada ha- nya kaki langit. Perjalanan di hari kedua bertemu matahari pagi bangkitkan keyakinan akan arah timur. Bulatan penerang Dari Dunia Pewayangan dunia itu muncul perlahan, keli Fenomena di Balik Kekejaman hatannya lebih besar daripada ketika aku melihat sunrise di Sanur. "Kapan kita sampai," tanya Nani. "Kata awak kapal, kita akan sampai dalam waktu tiga hari dua malam." "Kenapa aku gelisah sekali?" Aku tak berminat untuk me- reaksi lanjutkan dialog. Aku berusaha untuk menghiburnya dan meng- embalikan keseimbangan emosinya. "Bagaimana kakakmu." "Mereka melarangku tapi, juga menyerahkan keputusan ini kepadaku." Seperti kapal yang kutumpa- ngi, keterpaksaanlah yang mem- buatku untuk bisa menjalani dan menerima. Perlahan namun pasti, kapal melaju semakin jauh meninggalkan dermaga. Pemu- kiman dan Sawmill semakin ja- rang. Yang menghijau hutan ba- kau di kiri-kanan sungai, pohon rumbia yang berderet juga hutan lebat di kejauhan. Setengah hari perjalanan menyusuri Maha- kam, kami sering berguman da- lam kebisuan masing-masing. Berlayar dalam pikiran sendiri, menelusuri peristiwa demi peris- tiwa, dan dalam batas samodra rasio, ilmu pengetahuan, agama, filsafat, dan ilmu lainnya; tak mampu mengangkat layar ke- nyataan dalam sekejap untuk menerima apa yang telah terjadi ada anak sungai bercabang kegamangan! Apakah kegamangan itu juga sempurnanya suatu sistem? ta- nyaku pada diri sendiri. Aku be- Di palka, di buritan, dan tempat-tempat lain yang me- mungkinkan bisa digunakan un- tuk menelentangkan badan, pe- nuh dengan orang-orang yang ti- dak berdaya karena mabuk laut. Di kapal seperti tidak ada ruang yang longgar sedikit pun. Dalam suasana demikian orang sema- kin sibuk dengan kepentingan Bagaimana sendiri-sendiri. mungkin akan timbul rasa soli- daritas kalau dirinya sendiri juga selalu mendapat ancaman? Malam kedua dalam perjal- anan, sejak sore awan menggan- tung dengan kelam yang pekat. Sebentar kemudian hujan meng- guyur dengan derasnya. Kilat berkelebat sebarkan warna kee- masan dalam sekejap. Gemuruh angin bangkitkan badai, gelegar- kan gelombang. Kecipak air di ombak bercampur angin. Laju Pembuangan Tujuh Bayi di Sungai Gangga Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menyaksikan kejadian yang aneh-aneh. Bahkan tergolong kejadian yang tidak masuk akal. Karena kejadian yang terjadi itu boleh dikatakan menyimpang dari dharma atau pun aturan hidup pada umumnya. Sebelum kita memyonis baik atau buruk kejadian yang aneh itu, kita patut dengan arif menyimak dan mengkaji fenomena di balik kejadian yang kasat mata itu, sehingga kita tidak memberikan vonis yang keliru. DALAM Adiparwa, dikisah- negur dan menghalang-halangi, kan yang abhiseka dan bertahta pada saat itu juga Gangga Dewi di Hastinapura pada waktu itu akan meninggalkan Prabhu San- adalah Maharaja Pratipa, de- tanu. Sang Natha mengiakan ngan permaisuri Sunandha dan berjanji. Minggu, bulan dan tahun te- Dewi. Dari pawiwahan Maha- raja Pratipa dengan Sunandha lah lewat. Pasangan yang se- Dewi, lahirlah seorang putra. padan ini tak jemu-jemunya me- Kebetulan. saat kelahiran putra madu kasih. Gangga Dewi pun mahkota pada waktu itu, Maha- setiap tahun hamil. Tetapi be- raja Pratipa sedang berada da- gitu sang Jabang Bayi lahir, lam keadaan santa, (damai), terus dibuang ke dalam sungai maka putra mahkota abhiseka Gangga. Sampai tujuh bayi telah Nararya Santanu, dapat meng- dibuang ke dalam sungai uasai penggunaan berbagai ben- Gangga. Tetapi karena ingat ke- tuk dan jenis senjata. Setelah pada janji, Prabhu Santanu ti- tiba saatnya, Nararya Santanu, dak berani menegur dan dinobatkan sebagai raja Hasti- menghalang-halangi perbuatan napura, dengan abhiseka Gangga Dewi yang aneh dan ti- Prabhu Santanu. Sedangkan dak mengenal rasa cinta kasih Maharaja Pratipa pergi ke terhadap putra-putranya itu. Pada saat kehamilan yang ke- dan Wiku suci. Prabhu Santanu yang amat surga Dewi: "Hai Gangga bentuk dan jenis senjata adalah yang terkutuk dan jahat itu. Ka- penggemar binatang dan suka lau sudah lahir, janganlah bayi berburu ke dalam hutan rimba, kita dibuang lagi ke dalam su- di tepi sungai Gangga. Pada ngai Gangga. Hentikan perbuat- suatu hari Prabhu Santanu pergi anmu membunuh bayi yang ti- berburu seorang diri. Sampai dak berdosa itu!" jauh masuk ke dalam hutan be- Apa jawab Gangga Dewi? lantara, di tepi sungai Gangga. "Ampun tuanku Maharaja. Ru- Karena asyiknya, Prabhu San- panya sudah memang kehendak tanu terus masuk semakin ke Hyang Widhi. Sesuai dengan tempat di hulu sungai Gangga Maharaja berani berkata tidak dan berani itu, Prabhu Santanu bertemu de- senonoh, ngan Gangga Dewi, lengkap de- menghalang-halangi setiap per- ngan perhiasan dan busananya. buatan hamba, pada waktu itu MINGGU, 23 AGUSTUS 1992 lah kesalahan Astawasu itu, yang kena kutuk Mahrsi Wasis- tha. Karena Astawasu itu men- curi Lembu Nandhini, yang da- pat memberikan apa saja bagi pemiliknya. Ketujuh bayi yang telah hamba buang ke dalam su- ngai Gangga itu adalah penjel- maan Sang Dhara, Sang Druwa, Sang Soma, Sang Apah, Sang Anila, Sang Anala, dan Sang Pra- tyangga. Sedangkan yang ada dalam kehamilan hamba ini ada- Sang Prabhata, pemimpin Astawasu itu, karena menuruti kehendak Dyoh Dewi sang istri untuk mencuri Lembu Nandhini, milik Maharsi Wasistha." Bali Post/NOS. Prabhu Santanu Lalu lintas sungai ramai. Se- dengan rasa ikhlas. Selalu saja palka berubah jadi muncratan hutan, hidup sebagai pertapa delapan, Prabhu Santanu mene- bagai seorang kesatrya yang telah ada ulah wanita yang mem- rat di pinggir sungai beserta jalan-jalannya. "Kau kecewa?" tanyaku meng- gugah suasana. segera kapal tak lagi menentu arahnya, pintar dan menguasai berbagai Dewi, hentikan perbuatanmu gang dan berpijak kepada lau pun dengan fenomena dan la- "Bayi yang kedelapan ini, ti- dak akan hamba buang ke dalam makmuran dunia tetap tercapai; sungai Gangga, karena dialah sehingga santa jagathita selama- dosanya yang terbesar. Yang nya dapat dinikmati oleh hamba kandung ini adalah Sang rakyatnya. Apa yang dapat kita simpul- Prabhata, yang dosanya terbesar itu, yang karena kutukan Ma- kan dari kisah pawiwahan harsi Wasistha itu, akan paling Prabhu Santanu dengan Gangga lama menjelma menjadi manu- Dewi, sebagai bayangan yang sia di dunia. Karena perbuatan-ngewayaang hidup dan kehi- nya yang mencuri itu, bukanlah dupan sehari-hari di dunia ini? Kita menjadi maklum, bahwa perbuatan Dewa-dewa lagi." "Putra Maharaja yang hamba pada zaman Dwaparayuga pun, kandung ini, kelak akan lahir se- atau pada Zaman Mahabharata shakti, dan selalu teguh berpe- buang bayi ke dalam sungai. Wa- dharma. Selama hidupnya dia ti- tarbelakang yang berbeda-beda. dak kawin, dan selalu akan me- Termasuk pada generasi ber- nuruti kehendak dan perintah ikutnya, pada zaman Kunti bapanya. Demikianlah feno- Dewi, yang membuang bayinya mena di balik kekejaman hamba juga ke dalam sungai, karena membuang tujuh bayi ke dalam merasa malu, akibat cinta gelap- sungai Gangga." Begitu selesai nya dengan Dewa Surya. Tetapi berkata, seketika itu juga dalam usaha mendalami konsep- Gangga Dewi ievap dari pan- konsep ajaran Upaweda, sebe- Sungai lum memvonis suatu kejadian dangan dan kemba Maharaja Santanu, dalam ke sendiriannya, menanggung ke- sep ajaran tripramana, yakni sedihan, tetapi tidak bisa ber- at wartamana dan anagata. buat apa-apa. Tetapi dalam ke- Sehingga kita tidak terjebak itu, Prabhu Santanu segera ja- belum meninggalkan Maharaja, suri, tidak sampai melupakan itu, selaras dengan konsep tuh hati kepada Sang Dewi. sebabnya hamba membuang kewajiban dan tanggung jawab- ajaran sradha, adalah merupa- Prabhu Santanu pun segera bayi sampai tujuh kali, karena nya sebagai raja. Tugas sebagai kan mata rantai yang tak terpi- bertanya, siapa sebenarnya hal itu sesuai dengan perjanjian raja kesatrya untuk menjaga ke- sahkan, antara yang satu de- Sang Dewi, yang cantik itu. Bak hamba dengan Astawasu, putra tertiban dan ketenteraman du- ngan yang lainnya. Dewi Sri turun ke dunia. Gangga Dewa Dharma. Ceritanya, ada- nia, sehingga kedamaian dan ke- Dewi segera menerangkan diri- nya. Dan kedatangannya di hulu sungai Gangga yang suci itu, me- lumnya, Gangga Dewi telah di- mang sengaja menyambut keda- tang Sang Prabhu. Karena sebe- kehendaki sebagai mantu oleh ayahanda Sang Prabhu, pada Sejak peluit kapal bergema, pikiranku tak henti bergulat de- ngan sejuta tanya dan kega- mangan. Bahkan sejak kedata- porandakan keseimbangan ke- ngan telegram itu. Kecemasan akan keadaan ibu di Malang, ke- sadaranku ketika aku menerima kalutan untuk pulang secepat- nanyakan masalah tersebut. bangan dinamisitas kehidupan, tangnya. Seirama kesibukan ke- hulu lagi. Sehingga pada suatu perjanjian kita dahulu, kalau Gangga yang suci itu. Tink, "ah adalah baik atau buruk, kita ha- mampu berita yang memporak- la cuma menjawab dengan ge- lengan kepala. Sebuah jawaban absurd dalam hal ini. Aku juga menyesal kenapa aku juga me- Perjalanan telah berlalu lima be- las menit, Nani belum berucap sepatah kata pun. Seperti juga saat menunggu di dermaga. Aku lum bisa menjawabnya. Kega- mangan hadir saat sebuah kepu- tusan harus dilaksanakan. Sempurnanya suatu sistem: ada motor pengge- rak, ada cakram pengendali, dan ada aksi. Kalau saja kega- mangan diterima sebagai im- kehati-hatian merupakan sikap yang perlu di perhatikan. Udara terasa dingin dengan suasana khas di samodra. Kapal bung kapal memecah kesunyian malam. Kemudian sepi. tikar. Di palka penuh sesak de- ngan penumpang yang sebagian timbul-tenggelam, oleng mene- gangkan. Deburan ombak terus memburu dari segala pusaran. Gelegarnya bangkitkan kesa- daran, kapal dalam bahaya. Jerit pilu membahana, mata hati ber- padu tingkatkan perenungan: menyebut nama-Nya! Arah kapal hanya berusaha untuk menghadang gelombang yang seinakin sulit ditebak da- lasi yang memuncak, jerit tangis bersaing dengan gelegar badai dan hantaman ombak di lam- bung kapal. Orang berlarian ajaran penjegalan bagi sesama rus betul-betul menelusuri kon- telegram dari kakak, yang meng- abarkan bahwa ibu sakit. Waktunya, mengurus izin cuti dari per- itu aku bermukim di Samarinda. usahaan, juga negosiasi yang ga- Telegram aku terima seminggu gal dengan Nani, pacarku. sebelum hari raya Fitri. Pikir- kali pertama di sebuah kapal menyadari suasana ini. Kema- melaju mulai berguncang. De- tanpa tujuan yang pasti. Tempat Melihat kecantikan dan kegemi- lah kita akan berpisah. Rupanya sendirian dan kesedihannya itu, memberikan vonis yang keliru. Nani kukenal pada perjalanan enak berkabut kenyataan yang tidak lagi mengenal kompromi Satu-satunya kesimpulan yang ada dalam kekusutan tersebut: pulang! Pulang secepatnya. Dan pakan persoalan yang serius. Ba- gaimana tidak, gaji yang hanya memenuhi standar minimum ke- butuhan hidup sehari-hari, itu saja masih membutuhkan kiat khusus untuk memanfaatkan- nya, mana mungkin digunakan untuk biaya pulang secepatnya? Naik pesawat udara? Jalan ter- pulang secepatnya bagiku meru- cepat untuk mengejar kei- nginan pulang secepatnya de- ngan menumpang kapal laut. Kutepis jauh-jauh kenyataan tercepat untuk naik pesawat udara. Bagiku itu merupakan realita yang membutuhkan waktu dan kesanggupan. Anehnya, pilihan tercepat yang mampu kulakukan masih memuat pilihan yang lebih jelek, bahkan terjelek. Hal ini disebab- kan mendesaknya kesempatan. Sehingga angkutan kapal laut khusus untuk penumpang tidak mampu memuat penumpang yang mau berhari raya Fitri. Ti- dak ada rotan, akar pun jadi! Ini- lah kenyataanku. Akhirnya de- ngan pertimbangan terjelek, pi- lihan dengan menumpang kapal barang, maksudnya kapal laut yang biasa digunakan untuk niaga. "Aneh, negeri yang pernah jaya dengan ketangguhan keba- hariannya, ratusan tahun yang lalu, masih juga nyawa manusia dicampur aduk dengan kayu dan rotan," ucap seseorang di buritan kapal. "Tapi, lebih aneh lagi jumlah manusia yang ada dalam kapal ini, melebihi batas kemampuan," ucap yang lain menimpali. "Mereka kan ekonom-ekonom ulung." "Jadi, ketangguhan pelaut- palaut ulung dimanfaatkan un- tuk melegalisasi mengeruk keuntungan tanpa memperhati- kan keselamatan jiwa manusia?" "Siapa yang salah?" "Kita." "Kita!" "Kenapa?" "Kenapa Anda naik kapal niaga ini. Seharusnya naik kapal laut khusus untuk penumpang atau pesawat udara. Bukankah ini kesalahan Anda sendiri kan?" "Mungkin....Tapi, bukankah orang-orang seperti kita selalu menanggung dan merasakan akibat secara langsung dari suatu.... " gianku waktu itu dengan dalih mencari pengalaman. Aku tidak tahu pengalaman apa yang akan aku cari. Tapi, dorongan utama aku ke Samarinda karena sta- tusku sebagai pengangguran. Sedang Nani menyusul orang tuanya. membuat jiwanya terguncang, juga kematian ayahnya tiga ta- hun yang lalu saat ia baru tiba di Samarinda. Kepergian ibunya masih membekas, kini gun- cangan menimpanya. baru datang "Sudahlah Nan, izinkan aku pulang ke Malang. Aku harap kau mau mengerti kesulitanku. "Aku telah mencoba untuk mengerti. Namun, pilihanku aku harus ikut," jawab Nani "Ikut!" aku terkejut. "Tidak- kah kau mengerti isi telegram itu," Dari perkenalan yang singkat itulah kami saling mengenali diri masing-masing. Keakraban cepat terjalin karena faktor ko- munitas yang terbatas. Komuni- tas dalam sebuah perjalanan di bersungguh-sungguh. atas geladak kapal menumbuh- kan rasa aman dari segala gang- guan. Apalagi bagi seorang gadis seperti Nani. Dua hari satu ma- menciptakan keintipan yang lam dalam perjalanan mampu kental. Sebuah perjalanan pa- ling mengesankan yang pernah aku jalani. Selamat Datang di Bumi Etam', sebuah spanduk me- nyambutku di Balikpapan kami penumpang bus menuju Sama- rinda seberang, kemudian naik ketinting menyeberangi sungai Mahakam. Sampailah aku di tempat tujuan. Setelah tiga tahun di Sama- ankan itu terjadi lagi. Tapi, tele- rinda, perjalanan yang menges- gram itu terngiang terus: cepat pulang Ibu sakit! Seiring bunyi peluit, kapal Ganda Suli yang kami tumpangi merenggang menjauhidermaga Pasar Pagi. Setelah memutar ha- lus 180 derajat, hentakan bunyi mesin kian membesar, diiringi dengan lajunya kapal menuju hi- lír. Kelasi sibuk dengan tugas masing-masing. Orang-orang di palka, di bu- ritan kapal, di lambung, atau tempat lain yang memungkin- kan untuk sekadar melambai- kan tangan kepada sahabat atau siapa saja yang ada di dermaga. Atau mungkin juga sebagai ke- nangan terakhir untuk meman- dang dermaga Pasar Pagi de- ngan masjid Agung di seberang- nya, kantor gubernuran atau kesibukan lalu-lintas sungai yang penuh dengan ketinting. Aku berdiri bersebelahan de- ngan Nani. Kami juga melambai- kan tangan seperti yang dilaku- kan kebanyakan orang. Lam- baian tangan Nani terlihat tanpa daya, tanpa gairah. Ada beban berat dalam jiwanya. Hal ini ter- cermin dari bola matanya yang memerah, bergulir air mata su- sul menyusul." "Berdoalah, semoga kita di- beri keselamatan!" ucapku mem- lanjutku memberi pengertian. "Aku mengerti." "Lalu...." "Lalu...., pernahkan Kakak mengerti keadaanku sekarang." "Masih juga kau tidak percaya dengan cintaku, Nan? Terus aku harus berbuat apa?" "Aku percaya dengan semua iut..." "Terus, apa lagi yang harap dariku. Seperti yang kukatakan dulu, jangan lihat cinta kita de- ngan gelora muda yang mem- bara. Biarlah kita bercinta se- adalah seni kehidupan yang ber- perti mencipta puisi. Cinta kita skenario etika; panggung yang mementaskan romantisme tapi tidak terjebak nafsu yang meng- hancurkan nilai intinya." "Aku telah paham semua itu. Justru dari Kakaklah, aku bisa mengasah ketajaman kesabar- anku. Aku mengerti kemandi- rian bahkan aku menemukan ke- bahagiaan untuk tidak terjebak dalam selera pasar atau orang kebanyakan. Bukankah kau se- lalu mengajarkan untuk bisa me- nemukan diri sendiri?" "Kau semakin dewasa, Nan. Aku senang itu." pujiku. "Kau juga semakin arif, kan?!" balasnya. "Kalau demikian, kau tidak jadi ikut ke Malang." "Siapa bilang!" "Aku." "Aku harus ikut, titik!" "Koma dulu, ya." "Aku sangat mencintaimu. Aku harap kau cepat-cepat....." "Cepat-cepat pulang?" sa- hutku memotong pembicaraan. "Bukan!" "Lalu..." "Meresmikan hubungan kita.' "Kawin!" Kami duduk di atas selembar besar membaringkan tubuh. Se- bagian main domino, membaca, dan kegiatan lain sekadar meng- isi waktu. Semua sibuk dengan muruh dalam diam di atas riuh pikiran masing-masing. Ada ge- ombak yang tak lelah pancarkan semangat. Ada gemuruh dalam diam di atas riuh akan ketakpas- tian. Sesekali ada orang muntah. Malam semakin pekat. Arah tak tahu dengan pasti. Deburan om- bak terus menggelegar, kadang percikannya membasahi orang di palka. Aku mencoba untuk memba- ringkan tubuh. Lebar palka yang dijadikan tempat tidur kira-kira delapan langkah. Tempat tidur yang berhimpitan masih dipe- nuhi dengan barang bawaan. Kupejamkan mata, yang terlin- tas peristiwa demi peristiwa muncul dalam anganku. Keti- dakmengertian demi ketera- singan yang hadir dan mengalir tanpa kantuk. tanpa ekpresi. "Silakan tidur, Nan," ucapku Ia tidak menjawab. "Kau mabuk." "Perutku mual. Kuambil sebotol air. "Minum- lah!" suruhku sambil menyodor- kan tablet obat anti mabuk. "Apa yang kau pikirkan." Yang terlintas bayang samar pe- "Aku tidak tahu dengan pasti. nuh ketidak mengertian. Aku ta- kut. Takul sekali!" "Takut pada siapa?" "Takut kepada kamu, kepada nasib...." jawabnya pelan. Aku tidak bereaksi spontan atas ucapannya itu. Pikiranku berlayar dalam sebuah samo- dera yang kasat mata. Menemu badai, menantang ketidakpas- tian. Aku kadang juga takut pada nasib. Tapi aku tidak mau menampakkannya. Ada banyak hal yang membuatku tidak mau penumpang, nafsu ingin meng- uasai mendengus dengan segala akal dan kekuatan. Dalam si- tuasi yang menggetarkan bulu roma, aku teringat kecelakaan perahu yang kutumpangi di su- ngai Mahakam beberapa bulan yang lalu; aku melepas semua dian melompat menjahui per- pakaianku celana dalam. Kemu- ahu, terus berenang ke tepian. Tanpa berpikir panjang aku me- lakukan hal serupa. Tiba-tiba keraguan mengetuk kesadar- anku; menceburi ke laut dalam suasana kacau dan gelap? Kemu- dian berenang ke tepian! Bagai mana dengan Nani? saat bertapa di tepi sungai Gangga. Pada saat itu juga Gangga Dewi bersedia Santanu, karena memang telah menjadi permaisuri Prabhu berjanji lebih dahulu kepada Ma- Prabhu Santanu. haraja Pratipa, ayahanda sang iklan mini Sarana promosi paling ampuh, MINI biayanya, MAXI hasilnya Tarip Iklan: IKLAN MINI Rp 2.500 per baris MINIMUM 2 baris, MAXIMUM 10 baris. Iklan Umum Rp 3.000 per mm kolom, IKLAN KELUARGA Rp 2.000 per mm kolom. Iklan Warna 1 warna Rp 5.000, 2 warna Rp 5.500, 4 warna Rp. 6.000 per mm kolom. RUMAH DIJUAL MESIN Mengetahui bahaya telah mengancam, aku mengingat tempat penyimpan pelampung. Hanya ada satu syarat, yang Dengan susah payah aku ber- diminta oleh Gangga Dewi. Se- usaha melewati orang-orang lama menjadi permaisuri Sang yang dalam kepanikan. Dalam Natha, Prabhu Santanu sama se- perjuangan antara hidup dan mati aku berhasil mendapatkan kali tidak boleh berkata yang ti- dua pelampung. Sesaat setelah dak senonoh, dan menghalang- JUAL SEGERA Rumah Jln. P. MENYEWAKAN/MENJUAL pelampung itu kukenakan tiba- halangi setiap perbuatan Sang Alor No. 73, luas tanah 2% are Genset s.d. 150 KVA, dan me- tiba lampu padam. Kini jerit ma- kian membahana. nusia Keadaan benar-benar dalam ke- kecelakaan di laut yang pernah kacauan yang sempurna, gelap- gulita. Mencekam. Sesekali ki- latan warna kuning keemasan terpendar terangi suasana. Langkahku tertahan untuk se- gera sampai ke tempat Nani ber- ada. Dengan rabaan dan kehati- hatian aku berusaha untuk mengingat jalan yang barusan terjatuh ditabrak seseorang. Be- kulalui. Beberapa langkah aku lum sempat aku bangun, menda- dak suara deru mesin kapal mati. Dewi. sampai Hub. alamat tsb. diatas. M. 9427 JUAL CPT Rumah 2½ are, lengkap. Jln. Melati Kediri, Ph. 91827. LOWONGAN M. 9389 kubaca. Tentang ikan hiu, hantu-hantu laut, dan misteri lainnya. Di celuk ombak ada ke- hidupan yang memaksaku un- tuk berdialog. Di atas badai dan nafas yang memaksaku untuk berpikir. Di kilat kuning kemilau ada deru yang menghentak. Di atas balkon samodera ada aku DIBUTUHKAN Tenaga pene- litian dan pengembangan bu- yang tidak berarti apa-apa........ Kehidupanku kembali ter- ku untuk Denpasar dan Singa- kumpul saat sebuah kapal niaga raja syarat minimal SLTA ada menolongku. Aku kian mengerti kendaraan, Lamaran ke Jln. artinya bersyukur. Aku mena- Lempuyang Gg. Gn. Slamet IV/ ngis. Air mata kebahagiaan ber- 149 Perumnas MM blok VII un- padu dengan kesedihan. Mena- tuk Dps Jl. Sahadewa No. 8 ngis tanpa air mata, tanpa suara. untuk Singaraja. tanpa berisik- Menjerit DICARI tk potong yg berpgl, Aku sadar, aku telah kehi- langan kontak dengan Nani. Tak ada tindakan yang kupikirkan dengan baik. Dalam riuh rendah jerit dan tangis, gelegar badai memekik. kad Balian No. 42 B. M. 9428 M. 9314 M. 9298 (Ngurah Oka Supartha). SALON ROMY HAIR STYLING Pim- pihan Mr. Romy Jl. Diponego- ro Dps. (Komp. M'A). M. 9429 DISEWAKAN RUMAH DISEWAKAN sebuah rumah di Tuban strategis, fas. PAM, list, telp, parkir luas, cocok utk disewakan, KM, WC, Dpr tiap blok. Yang berminat hub. Tel. 52199 antara jam 08.00-21.00 Wita. M. 9371 DIKONTRAKKAN Bangunan layani perbaikan. Hub: PT Toko di Jln. Teuku Umar 218 KRP, Telp. 22105. X, uk. 8 x 20 m, fas. AC, Telp, list, air, cocok utk kantor, Show Room, dll. Hub: Jln. I- mam Bonjol 386, Telp. 37877. M.8870 PRAKTEK M. 9266 SINSHE LIE PENGOBATAN TRADISIONAL Menyembuh- macam-macam kanker kan tumor juga menyembuhkan kencing manis, kencing batu, sakit lever ginjal, rematik, as- ma luka 2 & penyakit anak2 Jln. Letda Jaya 19 A telp. 35757. M.9123 TANAH DIJUAL DIJUAL/DIKONTRAKKAN Tanah 5 are, ada Telpon Jln. Raya Tuban, depan Bali Plaza, masuk 20 m. Hub: Telp. 51476. M. 93814 DIJUAL Tanah + Bangunan DIJUAL MOBIL terdiri dari Ls. 2350 m2, 6 unit Ruko, 3 Lt + 1 eks Hotel, Jln. SUZUKI Jimny, th 1987, Ban Kamboja No. 1 Denpasar, Telp, Rdl, cat mls. Hubungi: Telp. List, PAM. Hub: langsung di 32884. Dijual cepat butuh tempat, tanpa perantara. M. 9388 M.9426 M. 9295 SEGERA Tnh. 11.400 m2 Ds. Kalibukbuk (Lovina) sebelah brt. Hotel TOYOTA Land Cruiser Expat Ganeza Sgr. cocok U/Htl, penantian. Ia tidak kembali lagi. peng. Modes Kartini, Jln. Tu- turnus 17 Sanglah. Tak ada berita lain lagi. Laut kembali biru, kala langit Kuta. M.9159 MINGGU, 23 AGUSTUS 199 Prosa-pro Ida A. Oka Ru RUMAH-RUMA Persengketaan jiwa yang palin Telah berakar di rongga rohk (Sajak "POTRET", BPK 26-4-19 RUMAH RAHI PADA tatapan dua bentuk tubu lon roh baru yang berkubang di set rempuanan. Meneteskan warna b kebesaran warna yang ada. Kepere lakian telah membuatkan tunas. yang berenang di bilik-bilik rahin darahmu, membiarkan rohku me Pada tatapan laki-laki dan pe bergulung dan tertanam. Dan ak tahu, apakah aku tumbuh dari. Yang dimahkotai oleh "cinta". Pada kesakitan perempuan, al muncul. Tangisku memecahkan s Aku mulai mengenal sebuah den matahari yang menembus ubun-u bentukan manusia. Pada rahimmu, aku berharap b nya aku akan jadi manusia yang) nusia yang sesungguhnya man sering kudengar, ketika kelakian anan menyentuh dinding-dinding bertanya pada otakku yang mas kau juga bagian dari kemanusia tidak pernah kudapat. Sampai ketubanmu. Aku mengagumi dinding-dind bungkus kemanusiaanku, dan in nyikan dalam urat-urat dagingk luruh rohku. Kakiku terlalu naka terbungkus di dalam selimut. dinding yang aku kagumi. Unt aku berteriak! Aneh, mereka semua menyamb nyum. Kata mereka "aku bayi" sebuah r tidak mampu membungkus ke dinding-dinding pembungku dinding yang kuberi nama "Rum aku berharap banyak pada kepe kelakian yang membentukku. T semakin tebal dan membengkak. teriak, dan menjerit sekeras-kerd RUMAH BA AKU membuka mataku. Men mulutku. Aku tidak ingin berte menjerit dan mengulur-ngul yang kecil-kecil. Bayi? Nama mengganggu kreativitasku. Sina gambar di kaca jendela jatuh da mengejekku. Sinar itu benar-ben coba menyelimutiku deng Bayi! Katanya, mengejekku de paling aneh dan tidak pernah pembentukanku. Satu yang kuri sembunyi pada dinding-dinding biarkan tubuhku telanjang. Aku membuka mata. Aku gerah! S kain yang membungkusku men sempit. Aku berteriak! Peremp menjagaku, menyumpal dada Aku menolak. Tapi biji-biji itu te lam mulutku. Aku tidak lagi bi menyedotnya! Dengan kemar Tele Sang KUSWAHYO M. 9282 dan ombak, kapal oleng dan air Sejak itu aku berharap kalau tk jht. Jl. Turi Gg. Beji No. 1 N. memenuhi palka. Dan kemu- ada perkembangan baru di dian......, semuanya gelap. Se- posko. Dan menanyakan apakah muanya basah dan dingin. Se- ada seorang gadis yang berhasil DIPERLUKAN Tukang Jahit uang. gala jerit dan tangis terhenti. Se- diketemukan. Harapanku ting: Kaos, pria/wanita yang ber- SUZUKI GT 380 th. 75 Jln. Sa- DIJUAL belumnya bunyi beberapa kali gal harapan. Penantian tinggal menampakkan kegamanganku. ledakan yang diiringi bunga api Aku telah biasa untuk berpikir menuju angkasa yang menyeru- dan bertindak optimis dalam pai pesta kembang api. menghadapi setiap persoalan. Aku tidak tahu dengan persis berwarna biru. Pelabuhan Tan- DICARI SGR bbrp tk jarit & tk owned well maintained. Soft Hub. Boddy/Budhi Ph. (0361). Aku punya keyakinan untuk op- kejadian selanjutnya. Yang ter- jung Perak bernafas dalam kesi- control yg berpglm, langsung roof, large whells Tel. 71210 36046. Ext 753. timis dan mengsubordinasikan pateri dalam ingatanku, kei- bukan bahari. Aku mematung SEDIA tanah kapling siap di- diri pada keyakinan itu. nginan untuk selamat dan sela- menatap jauh hamparan air: di dtg ke Jl. Tanjungsari 9 X M. 9369 TOYOTA Starlet 1300 1986, bangun lokasi Jln. Buana, har- Detak waktu terus berdenyut. mat. Dingin menggigil seluruh celuk ombak ada nafas kehi- LB-metalik, Saturnus No. 8 ga pariasi bisa diangsur 5 th. Laju kapal terus merambah laut tubuhku. Keinginan yang utama dupan yang mengelusku untuk Nani hanya mengangguk. biru. Tidak ada lagi batas nyata mengharap pertolongan selan- sadar, aku tak berarti apa-apa SIM B1 dan B 1 umum, penga- Dps. M. 9313 Hub: Arya Sekarsana, Br. Sari Buana, Jln. Gn. Sari No. 43 brt Awan hitam di kelopak matanya yang bisa dicapai oleh mata. jutnya. Dan memohon ada kea- kini menetes memercikkan Juga kesimpulan tentang kebe- jaiban atas diri Nani. Halusinasi tatapanku. laman minimal 3 tahun, pemi- MAZDA Interplay '90, Lancer Jln. Gn. Cemara Perumnas Mo- nat hubungi: Jln. Gatot Sub- '89 VR/AC/TP, C. Wonder HB nang Maning (antara jam radaannya, tanpa petualangan hadir akan cerita petualangan Denpasar, Maret 1992 roto 340 X (sebelum perempa- '84/SL '87, Kijang Stn '89, AC/ 09.00-18.00 wita). tan ke IHD) pk. 00.10 s.d. TP, Suzuki Jimny '89, AC/TP/ 15.00. VR, Hardtop '79 AC/TP/VR, Ze- bra Stn '86 Dijual/TT/Cash/ DICARI RUMAH kredit. Baru: Isuzu Panther, Mazda 323 Fml. Hub: Jl. Imam DICARI Rumah / Dikontrak 3 Bonjol 211 Dps. M. 9312 K. Tdr. PAM, listrik, Km Tm, Garasi. Hubungi: Ibu Ani San- jaya, H. Artha, Jln. Serma Ka- wi Dps. kesedihan. Suteja Neka dalam Patung "SAYA sendiri tak tahu persis mengapa banyak seniman meng- abadikan wajah saya ke atas kanvas." Pernyataan ini terlon- tar dan bibir Pande Wayan Su- teja Neka (51 tahun) ketika Bali Post bertanya seputar lukisan potret dirinya yang terpajang di Museum Neka, Ubud, Gianyar, Pelukis Belanda Rudolf Bon- Bali Post/Ist Patung potret Pande Wayan Suteja Neka, karya Wayan Winten. (Sambungan Hal. 2) lantaran ada sumbangan patung Kera ---- potret dirinya dengan bahan kayu suar. Adalah pemahat muda Wayan Winten (30 tahun) yang juga asal Peliatan secara te- natang percobaan baru tersebut kun selama empat tahun masih memerlukan penelitian 1988-1992) telah "mentransfer" lebih lanjut. wajah Pande Wayan Suteja Neka "Kami tidak mengatakan kedalam bentuk patung realis. bahwa kera jenis "pigtail" meru- Barangkali dari benak Wayan pakan satu-satunya binatang Winten inilah bisa sedikit dising- percobaan untuk pengembangan kap mengapa wajah mantan HIV, melainkan merupakan bi- guru dan tokoh pencinta seni ini natang percobaan baru yang kerap menjadi sasaran mata memberikan banyak keunggul- anan," kata Pprof. dr. Lawrence Corey dari Universitas Washington. net yang lama tinggal di Bali, juga sempat menjadikannya mo- del. Karya Bonnet yang bertahun 1973 itu ikut menghiasi dinding Museum Neka di Sanggingan. Di bagian dinding tersebut juga ada lukisan potret diri Suteja Neka Theo Meier pada 1977. Pada tahun yang sama tercatat pula garapan pelukis Jeihan, sa- para seniman. Kebisuan menyelimuti HIV-1. "Infeksi HIV-1 terhadap bina- tang percobaan ini lebih banyak persamaannya dengan manusia daripada simpansi," kata Corey. namun sejauh ini, para peneliti belum dapat menentukan meng- apa kera pigtail lebih mudah di- jangkiti HIV-1 daripada jenis kera lainnya.(Anspek) SMPN. 7 - (Sambungan Hal. 4) sia, Matematika, IPS, IPA dan lah seorang pelukis yang membi- "Saya mengagumi Pak Suteja, Bahasa Inggris. dik Suteja neka dalam posisi se- "ucap Wayan Winten mengenai Berbagai prestasi yang pernah tengah terlentang. Perupa kela- latar belakang membuat patung Tim dari Universitas Was- diraih sekolah dengan 18 kelas hiran Solo 1938 itu juga wajah Pande Wayan Suteja hington dan Universitas Nort- ini di antaranya, juara III lomba menuangkan sosok Nyonya Neka. Tokoh yang satu ini dini- hwestern di Chicago mengada- paduan suara (diwakili SMP Gusti Made Sirmin Suteja. Lan- lainya mampu tampil sebagai so- kan percobaan terhadap delapan PGRI XI), ranking ke-7 dari seko- tas terpangpang pula goresan sok cukup berperan di kancah ekor kera pigtail yang dijangkiti lah menengah yang ada di Kabu- Arie Smit 1990, dan Navaro (Fili- kesenilukisan Indonesia. "Dari HIV-1. paten Badung dan ranking ke-26 pina) tahun 1989. "Kami belum mendapatkan dari sekitar 304 SMP di Bali. Se- Kata Pande Wayan Suteja lajar banyak," sambung Winten hasil penyakit aids atau sejenis- lain itu, pernah meraih juara III Neka yang dijumpai museumnya ketika dijumpai di Desa nya pada binatang-binatang per- dalam lomba karya ilmiah re- pada 31 Juli yang lalu, seniman Peliatan. cobaaan. Tetapi binatang- maja di tingkat propinsi, dan Abad Alibasyah (Purwakarta) Museum lukisan yang didiri- binatang ini telah menunjukkan juara I lomba gerak jalan mem- juga telah menyatakan keingin kan oleh Pak Suteja Neka kata- HIV-1 yang akut. keuntungan nal dan Puputan Badung. "Seko- adanya tanda-tanda infeksi peringati Hari Pendidikan nasio- annya untuk menjadikannya nya menebar hikmah ganda. model. "Sampai kini hasratnya Lembaga tersebut dikatakannya utama yang jelas dalam perco- lah kami juga mempunyai siswa itu belum kesampaian, lantaran tak hanya berfungsi sbg ajang baan ini adalah pengembangan teladan se-Kabupaten Badung masalah waktu, "tutur bapak penyelamatan dan pelestarian vaksin, kata Prof. Corey. kiprah Pak Suteja, saya bisa be- empat putra dan putri ini. Pakar- benda budaya melainkan bisa di- Para peneliti dapat mende. dengan menggondol juara II, dan nya seni yang umumnya sudah jadikan sumber memacu kreati- teksi HIV-1 dalam sel-sel darah "punya nama" tersebut secara vitas berkesenian. Jika demi- kera selama kurang lebih 24 tulus menyumbangkan lukisan kian halnya, maka pembuatan minggu, begitu pula daya tahan potret diri itu, sebagai koleksi patung tersebut bisa jadi sebagai tubuh terhadap protein-protein Museum Neka. Suteja pun baha- manifestasi rasa kagum dan ung- penerima beasiswa dari Pemda seuap tahunnya, disamping juga prestasi-prestasi lainnya seperti di bidang kesenian, silat dan pra- muka," tambah Suteja. Berkat bimbingan dari 60 staf guru dan 20 staf pegawai, SMPN gia dan bangga atas semuanya kapan terima kasih Wayan Win- Wayan Suteja Neka itu mungkin itu dan sekaligus ini merupakan ten kepada Suteja Neka. Barang akan dapat menghidupkan 7 Denpasar, kini ditunjuk men- ungkapan rasa hormat seorang kali benda seni patung yang kini ingatan orang terhadap nama penyelamat benda budaya ke- tersimpan di Museum Neka se- Suteja Neka yang telah men- pada seniman yang telah mem- makin mendekatkan angan- dharmabhakti dirinya lewat perhatikannya. angan Suteja untuk hidup dua Yayasan Dharma Seni bagi tu- kali yakni hidup jasmani selagi juan luhur berkesenian. Dibalik Satu-satunya jantung masih berdenyut, dan patung berukuran tinggi 75 cm Pada upacara peringatan hari hidup nama walaupun jasad su- dan garis tengah 60 cm itu pula jadi Museum Neka ke-10, keba- dah tiada. nama tokoh tersebut tetap hi- hagiaan Suteja Neka bertambah, Dan patung wajah Pande dup. (Made Surita). jadi proyek pengembangan "Hi- droponik" yang akan tampak ha- silnya dua tahun mendatang. Barangkali motto "terus berpacu meningkatkan mutu" menjadi ti- tik tolak keberhasilan sekolah bersangkutan. Bahkan setiap ta- hun ajaran baru, sekolah ini ba- nyak menolak calon siswa. (061) DICARI Sopir Dump Truck M.9294 AN INTERNATIONAL DELU. XE Hotel in Kuta look for ge- nius youths for staff posi- tions. Monthly guaranteed sa- lary is depending on capabili- ty and contribution to the company. Candidates are re- quested to submit application to P.O. Box 1101 Kuta Bali. M. 9290 SANITARY EXHIBITION di TIARA DEWATA LOBY BARAT 15 Agustus s.d. 2 September '92 SPECIAL BONUS SELAMA PAMERAN HAL MAR SGM 2 Susu Formula Lanjutan DENGAN MADU Untuk bayi usia 6 bulan hingga anak usia 3 tahun U 1375 GRATIS M. 9377 M. 9383 Dapatkan 1 (satu) Kaleng Bola Tenis TENS isi 4 untuk setiap pemasangan Snar Te- nis, segala Merk mulai 24-6-92 s.d. 30-8-92 Hanya di RUCI SPORTS KAM JL. VETERAN 27 D TELP. (0361) 27780 DENPASAR - BALI C. 999 HB SERIES-XH SERIES YAYASAN SANDHYKARA PUTRA P.T. TELKOM Menerima siswa baru untuk TOURIST INFORMATION COURSE Pendaftaran Jl. Diponegoro No. 144 Dps Jl. Serma Gede No. 13 Dps Penutupan pendaftaran Tgl. 23-8-1992 8000 PABX-KEY TELP DBS-A SERIES 1 s/d 36 PTT-2 s/d 196EXT PT INDO TIGATAMA PARAM (021) 6696836-6696838 Fax.-6695415 PT BANGUN INDOTIGA (021) 6695036-6690280 Fax. 6698526 -PT ELGATAMA INTI (021) 6690280-6690504 Fax. 6698526 PT INDOJAYA SWASTI PERM (021) 341988-341989 Fax. 372582 2cm Color Rendition Chart C 1344 C. 1303