Tipe: Koran
Tanggal: 1993-01-24
Halaman: 08
Konten
2cm Halaman 8 SKETSA Raker SEORANG teman bertanya, "Siapakah yang paling disayang rakyat Indonesia?" "Presiden!" jawab saya sekenanya. "Salah!" katanya. "Lalu, siapa?" Saya mencoba memotong teka-tekinya. "Jawabnya ma-ha-si-swa!" "Alasannya?" Saya penasaran. "Tanya saja pak Fuad Hassan," tuturnya, "Setiap mahasiswa di Indonesia memperoleh subsidi negara sebesar Rp 2 juta per tahun. Jadi, kalau kita selesai kuliah lima tahun, Rp 10 juta uang negara dihabiskan masing-masing mahasiswa. Bayang- kan saja, ada berapa ribu mahasiswa di Indonesia, lantas kali- kan lima, kalikan Rp 2 juta, sekianlah habis uang negara. Dan, jelas, uang negara itu diperoleh dari siapa lagi kalau bukan dari rakyat, baik melalui pajak maupun penghasilan lainnya. Bagai- mana sekarang? Setuju?" Sejenak saya terdiam. Sementara teman saya itu begitu saja ngeloyor ke luar ruang kuliah. Dalam hati saya membenarkan kata-katanya. Lantaran, saya pun pernah mendengar "perhi- tungan" semacam itu dalam sebuah acara resmi di kampus. Ini berarti, dengan SPP yang dibayarkannya, sesungguhnya seo- rang mahasiswa PTN belum mampu membiayai kuliahnya. Ia masih butuh subsidi negara, baik dalam bentuk sarana, prasa- rana dan fasilitas lain. "Kemanjaan" lain yang juga diberikan negara kepada "makh- luk" yang sering menggetarkan pemerintah negara-negara ber- kembang di dunia ini, adalah dana percuma untuk "menyuntik" kegiatan kemahasiswaan. Dana itu bisa berupa SPP/DPP, DIP atau proyek kegiatan pusat yang dilaksanakan di masing- masing kampus. Jumlahnya bisa ratusan juta. Dalam sisi yang lebih luas lagi, anggaran universitas, angka- nya bisa mencapai deretan bilangan nol sejumlah sembilan. Ia mencakup bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Lantas, sisi mana yang menarik membicarakan soal rupiah di kampus? Lagi-lagi seorang teman saya memberikan jawaban- nya. Teman saya itu -- yang adalah mahasiswa Ekonomi -- ber- ucap, bahwa isu yang diangkat Presiden Soeharto pada pidato pengantar APBN awal Januari lalu relevan untuk diterjemah- kan ke kampus. Isu itu, soal pembatasan acara-acara seremonial baik rapat kerja, dan sejenisnya yang tak penting. Uang negara harus dihemat. Begitu bahasa awamnya. Soal ini, teman saya itu punya cerita. Katanya, jangan harap kegiatan kemahasiswaan berjalan mulus, jika tak keluar pulus. Untuk apa? Ya, buat memperlicin keluarnya perangkat keras semacam overhead, wireless, karpet, mike dan sejenisnya. Kalau tak keluar "Kartini", niscaya barang tak keluar. Atau, boleh jadi keluar, tetapi kualitasnya ngak-ngik-ngok. Padahal, ujarnya se- ngit, mahasiswa bikin kegiatan kan bukan buat bisnis, tetapi demi kepentingan mahasiswa kebanyakan lainnya, bahkan ma- syarakat. Dengan retorikanya sahabat saya ini bertanya: apa sih yang didapat mahasiswa dari bakti sosial, kecuali memang ingin bermanfaat sebesar-besarnya buat masyarakat? Nah, ma- sak untuk kegiatan macam begini kita mesti mengeluarkan ru- piah untuk meminjam fasilitas milik kampus sendiri. Beh.. beh...beh! Cerita "pemborosan" lain, tentang rapat kerja dan sejenisnya. Acapkali para mahasiswa atau civitas lainnya, sekadar rapat kerja, sekadar membicarakan program kerja setahun -- catat : ini baru membicarakan, rencana -- harus mengambil lokasi dan biaya yang seabrek-abrek. Angka Rp 7 juta sampai Rp 15 juta bisa habis. Seandainya saja acara macam begitu digelar di kam- pus, dan cuma habis seperlimanya, maka biaya tersisa, rasanya bisa dibagi-bagikan kepada para mahasiswa yang mengajukan proposal penelitian mahasiswa, untuk lebih memberi nuansa il- miah di kampus. Perihal pemborosan ini, pernah teman saya itu menjadi bahan tertawaan aktivis lainnya. Gara-garanya, ia mengajukan gagasan pelantikan pengurus organisasi kemahasiswaan masing-masing fakultas atau unit kegiatan, sebaiknya dibuat terpusat, dengan sekali upacara saja. Tak seperti sebelumnya, sampai lima belas bahkan 25 kali pelantikan, lantaran masing- masing organisasi membuat acara sendiri-sendiri. Ia ditertawai karena gagasannya dianggap tak lazim, melanggar tradisi. Pa- dahal, tuturnya kepada saya, ia cuma berpikir sederhana: kalau masing-masing acara pelantikan menghabiskan dana Rp 500 ribu, dikali 25, total jendral Rp 12,5 juta. Kalau dibuat sekali, setidak-tidaknya, angka Rp 10 juta bisa dihemat. Ini bisa men- danai 100 proposal penelitian mahasiswa. Jika masing-masing tim peneliti beranggotakan 5 mahasiswa, maka 500 mahasiswa terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan yang amat positif. Te- tapi, sampai hari ini gagasannya itu tetap menjadi gagasan semata-mata. Seremonial dengan biaya tinggi tetap berlang- sung di kampusnya. Kamis lalu, saya bertemu dia di kantin kampusnya. "Mau kemana? Koq bawa tas besar segala?" tanya saya. Dengan enteng ia menjawab, "Maaf, aku menginap di Bedu- gul selama tiga malam." "Untuk apa?" "Pimpinan organisasiku bikin acara rapat kerja di sana. Ang- garannya Rp 8 juta!" Ia ngeloyor ke luar. Nah! •IG Putu Artha Universitaria Studi Banding UNUD Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar mengadakan acara studi banding, mulai be- sok sampai 2 Februari. Rute yang ditempuh Jakarta - Yogya- karta dan Semarang. Para mahasiswa yang berjumlah 50 dan 5 dosen pembimbing yang menjadi peserta acara itu, direncana- kan mengadakan kunjungan dan diskusi di FH UI, UNDIP dan UGM. Selain itu, mereka juga akan mengunjungi tempat- tempat bersejarah dan objek wisata di tiga kota itu. Menurut Made Dwita, ketua panita, acara tersebut dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa dan meningkatkan kepekaan sosialnya. (art). Wisuda Sarjana ke-3 UNDRA -- Rektor Universitas Dwijendra Denpasar, Prof. Drs. I Gusti Gde Ardana mewisuda 129 sarjana dan melepas 44 di- ploma tiga bertempat di Gedung Narigraha Denpasar, Jumat (22/1). Rincian masing-masing wisudawan menurut fakultas- nya sebagai berikut: FT 17, FP 12, FIKOM 21, FH 5, FKIP 74 S1 serta 44 D3. Sampai wisuda sarjana ketiga dan pelepasan D3 ke-4 ini Undra telah meluluskan 266 sarjana dan 288 D3. Wi- suda kali ini, menurut Putera Semadi, mengalami kenaikan 40 persen dibandingkan wisuda sarjana ke-2 tahun lalu. Pada wi- suda tersebut tercatat sebagai wisudawan terbaik masing-ma- sing: I Putu Gede Suata dari FKIP (IP= 3,45), I Wayan Widana dari FP (IP=3,13) dan Ni Ketut Seni Astuti dari FKIP (IP=2,87). (art). Dharma Tula Agama Hindu UNMAS-Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Uni- versitas Mahasaraswati menyelenggarakan Dharma Tula (Di- skusi) Agama Hindu, Jumat (22/1) di kampus setempat. Acara yang dimaksudkan untuk merayakan Hari Ciwa Ratri tersebut, menghadirkan tiga pembicara. Mereka adalah Drs. I Gusti La- nang Oka (mantan Kakanwil Depdikbud), Drs. Ida Bagus Mayun (staf Unmas) dan Dr. I Gusti Made Tamba (Rektor Un- mas). Acara yang berlangsung selama enam jam itu dihadiri 50 mahasiswa dan dosen di lingkungan kampus setempat. (art) Mahasiswa Unmas Latihan KSR UNMAS Tiga orang mahasiswa Universitas Mahasaraswati masing-masing Putu Gede Pasek, Sri dan Sri Ratnani, meng- ikuti latihan Korps Sukarela Remaja (KSR) PMI di IKIP Malang sejak 22 sampai 25 Januari mendatang. Acara yang diikuti ma- hasiswa seluruh Indonesia itu, menurut PR III Unmas Drs. I Made Legawa, dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan keterampilan kepada mahasiswa Unmas dalam bidang kepa- langmerahan dan P3K. (art). Porseni STISPOL Wirabhakti STISPOL WIRABHAKTI Perguruan STISPOL Wirabhakti Denpasar, dalam rangka Dies Natalisnya ke-20 dan Wisuda Sar- jana ke-7 menyelenggarakan Pekan Olah Raga dan Seni (Por- seni) 25-30 Januari mendatang. Tujuan kegiatan ini, menurut Drs. IGB Wiradharma selaku ketua umum panitia, untuk me- ningkatkan rasa solidaritas di antara civitas akademika, me- ningkatkan kesegaran jasmani mahasiswa dan ikut serta meng- olahragakan masyarakat kampus. Adapun cabang-cabang olah raga dan seni yang dilombakan meliputi: bola voli, tenis meja, catur, tarik tambang, lari karung, lari pengantin dan menggam- bar sket. Diperkirakan sekitar 400-an peserta akan terlibat da- lam kegiatan yang dipusatkan di kampus setempat (Art) Bali Post DIALOG Mencari Format Demokratisasi Belum Berkembang BAGAIMANAKAH wujud demokrasi di tanah air kita? Kalau mau jujur, agaknya ma- sih belum berkembang sepe- nuhnya. Kehidupan politik kita masih memiliki ketergan- tungan yang tinggi. Masyara- kat belum terlibat banyak da- lam pengambilan keputusan dan perencanaan pemba- ngunan. Misalnya, tentang ke- naikan harga BBM baru-baru ini. Wakil rakyat belum sepe- nuhnya memainkan peranan. Lantas bagaimana format demokratisasi kita? Arahnya telah ada yaitu Demokrasi Pancasila. Hanya saja, kita bersama perlu dengan penuh kejujuran untuk mengevaluasi pelaksanaannya. Bagaimana pun masyarakat haruslah dili- batkan dalam setiap kepu- tusan pembangunan. Yang se- lama ini terjadi, seakan-akan ada "jarak" komunikasi antara tingkat pejabat dan rakyat. Se- karang memang tergantung dari kemauan baik dan kong- kret, bukan konsep semata- mata. Iwan Nuswantoro Ketua Sema FT Undiknas Denpasar Bebas Terbatas DI Indonesia format demo- krasi kita telah jelas : Demo- krasi Pancasila. Ini harus men- jadi pijakan dan kerangka ber- pikir setiap warga negara. Ka- rena, dengan konsep inilah kita sebagai bangsa bisa kokoh berdiri dengan berbagai po- tensi konflik yang dimiliki. Ti- dak seperti negara-negara yang majemuk lainnya di du- nia, yang mulai ambruk. Ini berarti, implementasi de- mokrasi dan keterbukaan di Indonesia haruslah dalam ke- rangka mengutamakan kepen- tingan bangsa yang majemuk ini. Boleh bebas, tetapi hen- daknya terbatas. Batas-batas- nya adalah, apakah kebebasan itu tidak menggoyahkan sendi- sendi kehidupan kebangsaan kita. Prinsip yang harus dipe- gang adalah mengutamakan musyawarah dan mufakat. Konsep ini saya kira merupa- kan nilai budaya bangsa kita yang telah dianut sejak lama. Putu Astuti Maharini Sekretaris Umum Sema STISPOL Wirabhakti Denpasar Bagian Integral FORMAT proses berdemo- krasi di Indonesia mengacu pada budaya Indonesia yakni Demokrasi Pancasila. Sejarah telah mencatat, bahwa Demo- krasi Pancasila telah tumbuh berkembang di tanah air dan tetap akan dipertahankan. Format ini sangat sesuai de- ngan kondisi objektif bangsa kita yang majemuk. Landasan Bhineka Tunggal Ika dan Wa- wasan Nusantara merupakan bagian integral dari Demo- krasi Pancasila. Di dalamnya terkandung makna keterbu- kaan dan kebebasan -- sesuatu yang tak lagi tabu dibicarakan. Di era globalisasi ini, kita cu- kup melihat bahwa suasana keterbukaan dan kebebasan telah mulai tumbuh dalam ke- hidupan berbangsa dan berne- gara. Keterbukaan yang di- maksud tetap bertanggung ja- wab dan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila. Kita bo- leh vokal, tetapi asalkan didu- kung date yang akurat. Jadi ti- dak lagi sekadar vokal tetapi tak bermakna. I Gede Agus Astapa Sekretaris II HMTS Universitas Udayana Denpasar "Gelang Karet" DI Indonesia proses demo- krasi yang dianut memakai po- litik "gelang karet". Ini pernah dikemukakan Dr. Alfian. Mak- sudnya, konsep yang memberi- kan kebebasan yang terbatas pada lingkaran gelang karet itu. Pada suatu ketika, gelang itu bisa dilenturkan sehingga proses demokrasi mekar. Te- tapi, jika "keadaan memaksa gelang itu dikerutkan lagi. Lantas, apa kriterianya ge- lang tersebut bisa lentur dan kaku? Saya kira persoalannya sudah jelas, bahwa kepen- tingan nasional di atas segala- galanya. Ini berarti, jika Demo- krasi Pancasila dipakai untuk perjuangan dan kepentingan kelompok, maka jelas kepen- tingan nasional akan teran- cam. Bangsa akan dipertaruh- kan. Perihal ini, bangsa kita sudah cukup banyak mempe- roleh pengalaman sejarah yang cukup baik dan bahkan sangat pahit. Lantas, harus- kah kita mengulangi kekeli- ruan yang sama? I Nengah Mertha Ketua Senat Mahasiswa STISPOL Wirabhakti Denpasar Pura memang bukan Objek Wisata TAK dapat dipungkiri, nama Bali memang memiliki reputasi tinggi. Saking tingginya reputasi Bali, orang-orang luar negeri ko- non lebih mengenal Bali ketim- bang negeri induknya, Indone- sia. Tak heranlah, bila kepada para orang asing yang memang masih banyak yang asing dengan nama Indonesia, sering berta- nya; "di sebelah mananya Bali Indonesia itu?" Namun kini, di balik keterke- nalan Bali, seperti halnya kebe- radaan sebatang pohon, semakin menjulang tinggi pucuk- pucuk- nya akan kian keras dilibas angin kencang. Maka begitulah analoginya, apa yang sudah, se- dang dan akan dialami Pulau Bali ini, kelihatannya memberi petunjuk ke arah perkembangan yang cenderung memerosotkan pamor Bali. Modal dasar kepopu- leran Bali di mata dunia yang an- tara lain bersumber dari kein- dahan alam, sehingga Bali acap kali disebut-sebut sebagai "sepotong sorga yang jatuh ke bumi", kini tak dapat ditutup-tu- tupi, sebagaimana pernah dice- tuskan Guruh Sukarno Putra bahwa "Bali Bopeng". Begitu pula sikap keramah- tamahan orang-orang Bali yang demikian dipuji, sekarang cenderung ber- ubah menjadi "keramah- tamakan". Senyum keramahan- nya, khusus "hanya" untuk tamu-tamu bule. Sebab senyum untuk turis sama dengan "mena- nam dollar di bibir." Lalu kean- dalan beraneka ragam corak seni Bali sebagai manifestasi sema- ngat berkebudayaan yang juga kaligus tak risi untuk juga nga- tak kalah dibangga- banggakan lih bati. Kalau bentuk-bentuk sebagai cerminan ketinggian kesenian yang dijadikan lahan tingkat peradaban masyarakat Bali yang nota bene berakar kuat pada nilai- nilai ajaran agama Hindu, sekarang ini banyak pi- hak yang mengakui bahwa telah terjadi arus kuat komersialisasi terhadap apa yang sebelumnya dijunjung tinggi. Sehingga per- tumbuhan kebudayaan Bali, seakan-akan "diproses karbit" agar secepatnya matang dan bisa ditawarkan demi gemirincing- nya dollar. ngalih bati masih terbilang profan tentu bukan persoalan, itu lumrah. Tetapi bila bentuk- bentuk seni- budaya yang berni- lai sakral mulai dikomersialkan, jelas sial dan fatallah akibatnya. Setidaknya hal itu merupakan proses desakralisasi sekaligus usaha profanisasi terhadap nilai-nilai ajaran agama Hindu yang memberi isi, visi dan jiwa terhadap bentuk seni- budaya Bali. Semisal saja, mempertun- jukkan Tari Rejang, Baris Gede, Sanghyang, Sutri, Barong Ket, Topeng Pajegan, Wayang Sapu- leger dan lain-lain untuk kon- sumsi turis, jelas hal itu tidak le- MINGGU, 24 JANUARI 1993 Mahasiswa Sastra Rusia Iri terhadap Sastra Cina "Kami iri terhadap Jurusan Sastra Cina. Mereka punya ahli pengajian wilayah Cina, sedang kan kami tidak," keluh Singkop Boas, M.A., Dosen Jurusan Sas- tra Rusia Fakultas Sastra Uni- versitas Indonesia. Selama ini analisis masalah Rusia (dulu Uni Soviet) selalu di- dapat dari pakar politik yang ti- dak dapat berbahasa Rusia. Me- reka lebih banyak mengandal- kan referensi dari Barat sebagai bahan analisisnya. Akibatnya, "analisis tersebut kadangkala kurang tepat karena seringkali pakar ini tidak dapat menangkap nuansa budaya yang mempengaruhi karakter masya- rakat Rusia," kata Singkop. Rusia saat ini sedang kacau. Reformasi yang ditawarkan Bo- ris Yeltsin seringkali ditentang kongres. Tetapi, kata Abdullah Saleh, M.A., liberalisasi politik dan eko- nomi di Rusia dipercaya akan membawa negara ini pada satu Menjadikan saat menjadi negara adidaya nyak tersebar di berbagai in- ekonomi, setelah sebelumnya stansi pemerintah dan swasta, mengecap julukan negara adi- misalnya sebagai wartawan. Ha- daya politik. "Mungkin sekitar nya sayangnya, ilmu mereka se- 25 tahun lagi," katanya. ringkali tidak terpakai. Menyadari pentingnya per- "Mereka ditempatkan di ba- anan Rusia dalam peta politik gian yang tidak menggunakan dan ekonomi dunia kelak, dosen secara langsung kemampuan ba- senior pada jurusan yang sama hasa Rusia, sehingga ilmu yang itu mempertanyakan bagaimana bertahun- tahun dipelajari itu kesiapan para ilmuwan Indone- menjadi tidak berkembang," sia untuk melakukan pengajian kata Abdullah. wilayah tersebut. Sekarang ini, kata Abdullah, masih terdapat kesulitan seperti ketakmampuan pengamat Rusia untuk berbahasa negeri itu, serta masih kurangnya sarjana sastra Rusia di Indonesia atau setidak- tidaknya mereka yang dapat berbahasa Rusia. "Bayangkan, sejak jurusan ini didirikan di UI pada 1960-an hingga sekarang, kami baru me- wisuda sekitar 40 sarjana. Ba- gaimana pengajian wilayah Ru- sia dapat berkembang." Alumni sastra Rusia ini ba- (Sambungan Hal. 3) kawinan ibarat perjalanan amat panjang dan berliku-liku. Agar selalu tegar menjalaninya, pela- kunya harus memiliki bekal (syarat) yang memadai. Sedikitnya jumlah lulusan Ju- rusan Sastra Rusia ini juga dike- luhkan Ketua Jurusan N. Jenny T. Hardjatno, M.A. "Rata-rata per angkatan di sastra Rusia orang, biasanya paling banyak hanya enam orang yang lulus," katanya. Menurut dia, hal itu terjadi karena sulitnya mempelajari ba- hasa Rusia. Bahkan karena su- litnya, alumni sastra Rusia yang baru lulus biasanya belum fasih bercakap-cakap. "Mereka baru (Bersambung ke Hal. 11, kol.1) pengkhianatan melakukan (penyelewengan). "Banyak kasus penyele- wengan suami atau istri yang berlatar belakang ketidakhar- monisan perkawinannya. Se- dangkan ketidakharmonisan perkawinan, merupakan wujud kekeliruannya sendiri. Misalnya karena mereka tidak berusaha untuk memelihara syarat-syarat yang diperlukan oleh perka- winan," ujar Lynch lagi. Jangan Pesimistis dan romantis memang memerlu- Perkawinan yang harmonis dipandang dari sudut agama, perkawinan adalah perbuatan baik, dan termasuk ibadah. De- ngan melakukan perkawinan, seseorang berarti telah melaku- kan kewajibannya sebagai Syarat yang diperlukan untuk makhluk sebagaimana yang te- melakukan perkawinan me- lah dikodratkan oleh Tuhan. nyangkut berbagai macam as- Yakni bercinta dan melahirkan pek. Misalnya persiapan mental keturunan untuk melanjutkan yang mantap, niat yang kuat, kehidupannya. Dan menurut pendapatan yang memadai un- agama mana pun, perkawinan tuk hidup berkeluarga, kesang merupakan usaha untuk meraih kebahagiaan, kedamaian dan ke- gupan bersekutu dengan pa- kan banyak persyaratan. Tetapi sejahteraan hidup secara aman dan sehat! sangan beserta keluarganya, dan kesanggupan menghadapi segala masalah secara mandíri (berdua dengan pasangan). Se- Perlu Syarat lain itu, syarat paling utama Tetapi harus disadari, bahwa adalah kesanggupan memeli- perkawinan yang dapat menjadi hara kesetiaan dan kasih terapi jiwa (menyehatkan jiwa sayang, kepada pasangannya. dan membahagiakan) memerlu- kan syarat-syarat. Menurut Lynch, syarat itulah yang akan menentukan apakah perka- winan itu membuat pelakunya bahagia dan sehat jiwanya atau bahkan sebaliknya membuat pe- lakunya tambah menderita. Per- nya keluar masuk pura. Maka jika kemudian mereka melaku- kan kegiatan-kegiatan pele- cehan semisal bercumbu di te- ngah pura, buang hajat dan seba- gainya, siapa yang tahu. Sebab, tidak semua turis datang ke pura saat piodalan. Seringkali mereka datang, justru ketika pura se- dang tak menyelenggarakan ke- giatan upacara atau yadnya. Maka untuk mengantisipasi ke- datangan turis freelance ini, se- mestinya pada setiap pura yang sudah kadung di-objek wisata- kan disediakan para pemandu khusus, dan turis harus memanfaatkannya. "Jika syarat-syarat tersebut sudah dipenuhi, perkawinan akan berjalan harmonis dan ro- mantis. Sehingga suami istri akan selalu damai, bahagia dan sejahtera secara lahir batin," ujar Lynch. Jika banyak perkawinan se- lalu dilanda konflik, atau mem- buat pelakunya makin mende- rita saja, biasanya perkawinan tersebut tidak dilandasi dengan syarat-syarat yang diperlukan- nya. Atau karena di tengah per- jalanannya, ada salah satu pihak Polemik waktu maupun tempat yang berbeda akan berubah, ter- utama pada wanita yang ba- nyak anak. Jelas mustahil di- cegah. Yang bisa dilakukan ha- nya dengan merawat secara tepat dan benar, agar arah ke sana jadi lambat, yaitu dengan memakai BH. Ini menurut me- reka yang mendukung mema- kai BH, yang merupakan ke- lompok mayoritas. bagi gadis atau bujangan (ter- utama yang pernah patah hati atau sedang kesepian) janganlah pesimistis melakukannya. Ba- gaimana pun, untuk meraih ke- bahagiaan hidup yang "ber- makna", perkawinan adalah medianya. Menurut hasil penyelidikan Lynch, banyak perkawinan yang baru dilaksanakan mengalami berbagai macam cobaan (kemis- kinan atau kesenjangan). Tetapi jika pelakunya selalu mantap dan serius serta jujur dan gigih "berjuang" akhirnya perkawinan tersebut makin lama makin da- mai, bahagia dan sejahtera. sudah dewasa dan punya penda- Nah, para lajang, kalau usia patan memadai, mengapa harus menunda perkawinan? (Ngatini Rasdi). (Sambungan Hal. 3) nita, misalnya. Terlepas dari siapa yang lebih rasional, yang jelas kini BH masih dianggap mencerminkan wanita yang mengenyam kehidupan mo- dern. Karena itu, sebagian be- sar wanita masih memakai BH. Meskipun banyak wanita mengalami gangguan kese- hatan karena BH, namun ha- nya sebagian kecil saja. Memang, siapapun pasti akan percaya dan yakin sepenuhnya, bahwa di tengah era agraris yang kian terjepit pembangunan fisik, industri pariwisata dengan me- manfaatkan "keunggulan" Bali bih sebagai usaha untuk meng- menjadi sektor yang sekarang komersialkan apa yang sangat diandalkan. Sebab, Bali seharusnya hanya layak ditam- itu sendiri sudah identik dengan pilkan pada saat rangkaian komoditi yang siap dipasarkan. upacara. Yadnya. Belum lagi Apa pun yang ada dan tersedia di menjual "paket perkawinan" ala Bali hampir tak ada yang tidak Hindu untuk sebuah "kei- laku dijual. Jika dulu, tanah di sengan" pasangan turis yang tepi pantai lazim dibangun sa- ingin enjoy nganten. rana hotel agar turis dapat me- Yang tak kalah "menyusah- nikmati suasana Matahari kan" lantaran seolah sudah di- "timbul-tenggelam" selain swi- anggap lumrah adalah masih te- ming, surfing ataupun diving. tap lekatnya pura sebagai tem- Maka kini tebing-tebing di grem- pat suci peribadatan umat beng tukad pun diuber bule yang Hindu, diembeli sebagai objek boleh jadi ingin menyaksikan wisata. Saking "biasanya" turis wong samar megending. Begitu mendapati dalam brosur- brosur pun dengan potensi khasanah bahwa pura itu adalah objek wi- seni budaya Bali, bila sebelum sata, sepertinya pura itu me- mulai berdatangannya turis- mang berfungsi sebagai objek wi- turis, masyarakat Bali berkese- sata. Padahal, dan ini telah se- nian didorong semangat ring dikemukakan, pura "bhakti", maka kini tak heran se- bukanlah objek wisata. pura se- bagaimana menjadi keyakinan umat Hindu adalah tempat suci untuk pemujaan Hyang Widhi dengan segala Prabhawa-Nya dan atau Atma Sidha Dewata (roh suci leluhur) dengan upa- cis, meski telah disampaikan membaca buku-buku ini di pon- cara yadnyanya sebagai perwu- aturannya, tetapi siapa tahu dok Karang Taruna tadi." judan dari Tri Marga. keadaan fisik turis, terutama Mendengar jawaban Lia ini Bahwa kemudian pura di- yang wanita. Dengan karcis itu Ana hanya manggut-manggut. objek wisata-kan tentu sesung- mereka merasa "sudah mem- Lalu ia lebih terperanjat lagi, ke- guhnya bukan kemauan umat. beli", sehingga bagaimana pun tika matanya tertumpuk pada Guru wisesalah yang mengambil kondisi dirinya, entah sedang ke- beberapa Piagam yang tertempel kebijakan untuk menjadikan se- datangan tamu bulanan misal- di dinding dengan rapinya. Ru- dalam paket pariwisata, terma- hirkan, tentu tak akan pernah Matematika untuk tingkat Ka- gala potensi Bali guna dikemas nya, atau baru saja habis mela- panya Lia juga pemenang Lomba suk pura. Kalau saja hasil Kepu- diperhitungkan. Apalagi kun- bupaten tahun lalu. Ana kini me- tusan Seminar Kesatuan Tafsir jungannya hanya selintas, maka nyadari betapa ia telah menilai terhadap Aspek-aspek Agama jelas kesempatan langka tetapi salah kepada anak-anak desa di Hindu yang bertalian dengan sudah di depan mata itu pasti tak sini yang serba sederhana "Tata Cara Masuk pura", dijadi- akan diangin- lalukan lantaran kehidupannya. kan acuan sebenarnya sudah se- ada aturan masuk pura. Lagi Dalam hati ia memohon am- cara tegas dikemukakan bahwa pula siapa peduli untuk "meme- pun kepada Tuhan, atas salah "ada larangan masuk pura bagi riksa" bersih- kotornya si turis. duganya itu! wisatawan". Tetapi karena di- Belum lagi para turis yang da- pandang "tidak menguntung- tang secara individual. Tanpa di- kan", maka dibuatlah kemudian pandu, mereka dengan seenak- Melihat semua ini, memer- Sampai kini polemik dam- lukan penelitian yang lebih pak dan tujuan memakai ma- seksama dalam mengaitkan sih terjadi di kalangan dokter, BH dengan kesehatan. peragawati, disainer, dan wa- (Acuh). aturan masuk pura. Disebutkan, 1. Dilarang masuk pura bagi orang-orang yang (1) Wanita dalam keadaan datang bulan, habis melahirkan dan habis abortus, (2) Dalam keadaan se- dang tertimpa halangan kema- tian (sebel), (3) Tidak mentaati Tata Krama Masuk pura, (4) Menderita noda-noda lain yang karena sifatnya dapat dianggap menodai kesucian pura, (5) Me- nodai kesucian pura (berpakaian tidak sopan, berhajat besar/ kecil, bercumbu, berkelahi, mencoret- coret bangunan/ pe- linggih). Pada ketentuan nomor 2, dinyatakan; Hanya orang yang Namun sikap ini bukan di- terkait langsung dalam suatu maksudkan untuk menyetujui upacara persembahyangan/pio- begitu saja terhadap pengobje- dalan dan atau kegiatan peng- kan pura sebagai tempat wisata. ayoman pura bersangkutan, di- Sebab, persoalannya bukan lagi perkenankan masuk pura sesuai terletak pada setuju dan tidak kedudukan dan fungsinya setuju, tetapi bahwasannya pura masing-masing, dengan tetap dalam kenyataannya telah di- mengindahkan ketentuan- ke- tentuan larangan pada angka 1 umat sudah jelas, bahwa kebi- Operet objekwisata-kan. Komitmen di atas. Dan akhirnya pada butir ketentuan nomor 3 dipertegas; alasan, sebab mengarah pada ko- Anak-anak lain: menjawab seketika dengan lagu sbb: jaksanaan tersebut tidak ber- Orang yang tidak berhubungan mersialisasi pura sebagai me- langsung dalam kegiatan terse- dium spiritual umat Hindu. but pada angka 2 di atas, dila. Yang dapat kita lakukan dan rang masuk pura. tunjukkan sekarang hanyalah tetapi seperti sudah menjadi ke- hak, terutama yang berkepen- Begitulah keputusan umat, meminta "pengertian" semua pi- nyataan, pernyataan- per- tingan langsung dengan dunia nyataan dalam ketentuan belum pariwisata untuk secara sadar sepenuhnya dapat dilaksana- bersandar pada konsep benar, kan. Karena itu, tidaklah aneh apa sesungguhnya arti dan dan ini wajar-wajar saja, bila se- fungsi dari pura itu. sungguhnya banyak umat yang Semoga segenap pikiran yang merasa "terganggu" kekhidmat- baik dan benar datang dari se- annya saat ngaturang bhakti se- gala penjuru. mentara para turis asik dengan (I Gst. Ketut Wi dana). kegiatan melalinya. Keluhuran pura yang sama-sama kita mu- Ana liakan pun terasa dilunturkan taksunya. Lebih-lebih turis yang masuk ke pura dengan bekal kar- iklan mini Sarana promosi paling ampuh, MINI biayanya, MAXI hasilnya Tarip Iklan: IKLAN MINI Rp 2.500 per baris MINI- MUM 2 baris, MAXIMUM 10 baris. Iklan Umum Rp 3.000 per mm kolom, IKLAN KELUARGA Rp 2.000 per mm kolom, Iklan Warna 1 warna Rp 5.000, 2 warna Rp 5.500, 4 warna Rp 6.000 per mm kolom. LOWONGAN DISEWAKAN TANAH DIKONTRAKKAN tanah 26 DICARI Tng salon berpeng- are, Jln. Raya Seminyak, 20 m alaman, hub. 31093. M. 885 dari Goa Rest Tlp. 23526. M. 942 DICARI Tk. Jahit yang ber- pengalaman, pakai mesin juki. Hubungi: segera Jln. Suli No. 123 Dps. M. 166 DIJUAL MOBIL M. 941 DAIHATSU Zebra 88, AC, Jln. DICARI SEGERA Italian Cook Diponegoro 210 C, Tlp. 23526. dan beberapa karyawan Res- toran Waitris/ Waiter yang ber- pengalaman. Hub: Ciao Italia TOYOTA DX 82, lengkap, (Es Cream) Jln. Pura Bagus Ta- 12.750.000, Jln. Gilibiaha 4 runa Legian-Kaja. Sanglah. M.902 DICARI Tukang Jahit ber- pengalaman Overdeck Licra. Hubungi: PT. Progetti Indone- sia, Jln. Veteran No. 60 Denpa- sar. M. 1022 DICARI SGR a. Pramuniaga, b. Casir, c. bag. computer, d. Adm, e. Sales, f. Tugas luar, g. sopir, h. Accounting, i. Sat- pam, y. bag. gudang utk a,b- ,c,d,e min SMA, f min SMP, g SIM A, h. min D IV Hub. Jl. Teuku Umar No. 121 Denpa- sar. M. 961 HONDA Civic wonder 85, 2 pt, orsl cat, complit, Jln. Maruti 15 Bln Dps. M. 1060 RUPA-RUPA KONTRAK DIJUAL OVER SEGERA alat2 Restoran ber- upa kulkas Es Cream dan me- sin pembuat Es Cream, dgn. harga murah. Hub: Lily Furni- tur Br. Taman Marthanadi Basangkasa (Oboroi) M. 903 M. 1062 DAPATKAN COMPUTER PC/ AT. 286-25 Mhz (1MB) + mo- nitor SVGA Rp. 1.225.000,- DISEWAKAN RUMAH PC/AT.386 DX-40 Mhz (4MB) DIKONTRAKKAN Rest. Sea- food Jln. Bakungsari, Telp. 23526. M. 909 DIKONTRAKKAN Beberapa toko di Legian Kelod Kuta, ada telepone, cocok untuk res- taurant dan art shop. Hubungi segera Agung, 54412. M.857 + monitor SVGA Rp. 1.875.000,- Hubungi Rekaya- sa System Informatika, Jl. Dr. Soetomo No. 29 A Dps Tlp. (0361) 436236, 435911 (depan Puri Gerenceng). DIJUAL Parabola/dast receiver Cnn, Thailand, Malaysia, Pili- lia, Telp. 88481 Wed Or Thurs pina, Hongkong SCTV Austra- harga 1.4 juta. M.931 (Sambungan Hal. 5) * Erna Artini Kartini Terminal Wangaya No.4 Denpasar 80111 REKAYASA YAN KECEPLOS (INVESTIGASI) M. 1063 TANGKAS GAS (Sambungan Hal. 5) Pelog Cepat 0 1 3 4 1 3 4 1 3 4 5 1 3 Sing sa ja sing sa ja sing saja bu ka kel 4 to 0 Seorang anak yang lain lalu menjawab dengan irama lagu sama dengan "Mirib Saja". Yen ketimun telah amah lutung Kaki lakar kado jak makejang lakar kado Anak-anak: Serempak menjawab dengan lagu : Pelog 44 Cepat 0 14 . Be neh 457 sa ja 1 4 45 kē to be neh sa ja i i 7 to Ja lan tu 57 lung Ka i ki Cu ling • 0 في Semua anak-anak dan Kaki Cubling berangkat bersama-sama me- ninggalkan kebun, sambil menyanyikan berkali-kali lirik yang ter- akhir "Jalan tulung Kaki Cubling". Anak yang kecil juga ikut, dan dengan manjanya ia minta digendong Kaki Cubling. (Bersambung) Beredar: Jumat 22 Januari 1993 Dengar dulu kata Editor... MAJALAH MINGGUAN BERITA GAJI ANGGOTA DPR NAIK 300% Editor TUNTAS DEWI SOEKARNO ARYA DUERAN SIAPA MENGENDALIKAN ASTRA AHKIRNYA MASUKASTRA (Berita Utama) Konsorsium yang dipimpim oleh Prajogo Pangestu ahkirnya masuk Astra. Mereka sudah siap mengadakan perombakan, benarkah Edwin Soeryadjaya akan dicopot? Oscar Surjaatmadja atau Somala Wirya yang akan menjadi preskom? Ikuti wawancara EDITOR dengan Edwin Soeryadjaya. SAYA SIAP DIRECALL (Tokoh Pekan Ini) Sophan Sophian jengkel karena Rapim PDI dianggap ingkar janji? GAJI NAIK 300% (Indonesia) Gaji DPR naik dari 1,5 juta menjadi 4 juta. Bagaimana kaitannya dengan Si- dang Umum MPR? Reaksi rakyat? NEWS Make Gr THE Maleeva sisters n all three won through to t championships, the first s It was a hectic day for scampered from court to hters, Manuele, Katerina The younger two won Manuela, 25, had to battl plucky three sets win ove The injury to ninth see remarkable achievement Yulia who was nine tin Bulgaria. "It is very moving for r "We are hopeful Manu wise it will be no such go Manuela, who now pla nis coach Francois Fragn during her two hour 18- Maleeva-Fragniere see broken finger in 1991 and with a broken toe. "I don't want even to t be ready to play even if I Her younger sisters br Katerina, 23, beat Germ 6-1 while 15th-seed Mag Babel, 6-3, 6-2. The youngest sister w round, facing world num the last 16 when fellow ( after losing the first set Katerina plays seven who once again felt the battled to beat Natalia Z Capriati, 16, bidding women's singles here, sa 100 per cent and was ru Actress Hepbur Audrey Hepburn United Nations - Actress Audrey Hep whose slender grace and looks made her one of 1 wood's most admired stars on Wednesday at age 63 a long illness at her hor Driftin Banda Aceh, Indonesia - Fire and smoke poured turday from a ruptured fu den supertanker trailing a oil slick was drifting towar tiny Indian-owned Nicob lands in the Andaman Sea Five tugs and fire-fig ships surrounded the 25 tonne Maersk Navigator, is carrying nearly two m barrels of oil. "The flames do not appea large, but smoke is pouring the the ship. There are sma (of burning oil) on the w Reuter photogrpaher Enn raheni said after flying ov stricken ship. The Maersk Navigator ded with another tanker entrance to the busy M Strait early on Thu morning. Environmentalists say spill poses a major threat region which is home to hur of species of wildlife, incl rare turtles and the dugon "The oil slick is drifti wards the Nicobar islands 40 miles away," Nuraheni The tanker is now abo km (135 miles) north of Aceh at the top of the Indo island of Sumatra. Two ships were sprayi tanker, which is leaning to try to put out the flame 3. MEN Radio yg B7 Color Rendition Chart
