Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-14
Halaman: 06

Konten


4cm Color Rendition Chart Malainan 6 DONY sebenarnya anak yang cukup cerdas di sekolah. Di lingkungan ru- mahnya pun dia termasuk anak yang punya banyak ide. Teman-temannya suka bertanya pada Dony tentang segala hal. Misal- nya, bertanya tentang cara-cara permainan yang akan mereka lakukan, soal-soal pelajaran yang sukar atau kegiatan meng- isi libur bersama pada hari Minggu. Itulah kelebihan Dony. Namun ada sifat jelek pada diri Dony. Dia suka bicara kasar. Tidak sedikit teman yang pernah men- erima dan terluka perasaannya karena sikap kasar Dony. Seperti misal- nya Agus, Yadi, Ima, Dewi, Bagus, Irfan dan Yani per- nah menerima kekasaran Dony. Seperti pagi tadi di kelas, Yani sampai menangis dibentak-bentak Dony. Gara-gara Yani ber- tanya tentang penggaris miliknya yang hilang. "Don, apa kamu lihat penggarisku?" tanya Yani dengan lembut pagi tadi. "Apa?!" sahut Dony keras. "Kamu menuduh aku yang mencurinya?" "Bukan, bukan, Don. Aku kan hanya bertanya. Apa kamu melihatnya. Tadi juga kamu yang pin- jam," kata Yani menjelas- kan. Tetapi Dony makin berang. Dianggapnya Yani telah menuduhnya men- gambil penggaris itu. Maka Dony menyahut den- gan kasar: "Emangnya aku pencur- inya?! Di kelas ini bukan aku saja yang meminjam penggarismu. Kamu pikir bapakku tidak sanggup membelikan penggaris un- tukku? Besok kubelikan dan akan kubawa selusin penggaris!" Mendengar umpatan Dony, Yani tidak bisa berkutik lagi. Yani menun- duk menatap meja dengan mata membasah. Dadanya pun terasa berdebar. Dia takut sekali mendengar suara Dony yang keras dan Bandel NIED U97 kasar itu. Seperti seekor harimau yang ingin me- nelan mangsanya, pikir Yani. Yani tidak bisa mela- wan kekasaran Dony kec- uali menangis tersedu- sedu. Namun berbeda den- gan Rahmat yang minggu lalu menerima sikap kasar Dony. Setelah Rahmat tak kuasa menyahuti Dony dengan baik-baik, dia pun bisa sekasar Dony. Siang itu sepulang sekolah, Rahmat ingin mengajak Dony ke toko buku untuk membeli cat air. "Aku mau ke toko buku dulu, Don. Apa kamu mau ikut bersamaku?" Begitu tawar Rahmat pada Dony. "Pergi saja sendiri! Pe- rutku sudah lapar. Lebih enak segera pulang ke ru- mah!" sahut Dony sengit. "Aku cuma ingin men- gajakmu. Kalau kamu tidak mau, ya sudah. Na- mun kamu jangan kasar begitu," sambung Rahmat kalem. "Kok kamu jadi sewot?" balas Dony. "Siapa yang sewot? Kamu kan yang sewot?" "Ah, diam kamu!" kata Dony dengan mata melo- tot. Dada Rahmat langsung menggelegar melihat mata Dony seperti mau me- nerkamnya. Mereka pun perang mulut. Saling men- gumpat kata-kata kasar. Akhirnya mereka be- rantem. Syukurlah keper- gok Bu Tuty, guru PPKN mereka yang sedang lewat dan langsung melerai keduanya. Ternyata terhadap ibu- nya pun Dony selalu kasar. Berkali-kali ibu me- nasihati Dony agar tidak PERMAINAN oleh: kesumat Adik-adik, Agung disuruh Ibunya mengambil kelapa diladang di belakang rumahya. Tolong tunjukkan jalan yang mana yang paling pintas agar agung dapat mengambil kelapa itu dengan cepat. SALUTONS selalu menyahut dengan kasar. Namun Dony tidak pernah mau menuruti kata-kata ibunya. Dia tetap saja menyahuti uca- pan ibunya dengan sikap kasar. Bahkan siang itu, sepulang sekolah Dony marah-marah karena ibu belum selesai memasak. "Aku sudah lapar seka- li nih. Kenapa ibu jam seg- ini belum siap masak?" sungut Dony dengan wa- jah cemberut. "Ibu tadi ke rumah Bu Mirna yang tiba-tiba ma- suk rumah sakit karena serangan jantung. Kasi han beliau, sakitnya sudah payah betul. Jadi ibu ter- lambat memasak," kata ibunya menceritakan. sangat berat. Kakinya terasa pegal, pinggangnya sakit, lidahnya keras dan terasa makin tebal. Dony sudah tidak tahan lagi. Dia pun sadar akan peran- gainya yang selama ini sangat tidak disukai ibu, ayah, adik dan teman-te- mannya. Sambil menang- is Dony mengatakan pada ayah: "Ayah... Dony kapok. Dony berjanji tidak akan berkata kasar lagi kepada siapa saja. Dony menyesal, Yah" Dony terus mengiba- iba kepada ayah. Akhirn- ya ayah menghentikan hukumannya. "Kamu berjanji tidak akan mengulangi peran- gaimu yang jelek itu!" tan- ya ayah mendekati Dony. Anak itu mengangguk den- gan tulus dan mengulan- gi dengan janjinya. "Be- nar?!" kata ayah lagi. "Benar, Yah," sahut Dony sambil mengusap- usap matanya. Setelah yakin dengan janji Dony, barulah ayah menyuruh- nya makan malam. Sejak menjalani huku- man itu, Dony tidak per- nah lagi bersikap kasar kepada siapa saja. Tutur katanya pun menjadi lem- but, dan penuh sopan san- "Ah Ibu. Kok ngurusi or- ang lain. Urusin Dony yang lapar ini dong!" "Dony. Tidak boleh kamu ngomong begitu. Baru siang ini kan ibu ter- lambat memasak. Apa per- nah sebelumnya ibu lalai mempersiapkan makanan untukmu? Tengok adik- mu, dia mau bersabar menunggu masakan ibu dengan membaca buku di ruang tengah. Kamu pun harus bisa bersabar seper- ti adikmu itu," sahut ibu sambil membalik-balik ikan mas di penggorengan. tun. Sesungguhnya ibu sudah sering mencerita- kan soal perangai Dony kepada ayahnya. Ayah pun sudah menasihati Dony agar tidak bersikap kasar kepada ibu dan ke- pada siapa saja. Namun Dony selalu lupa dan sea- kan tidak peduli akan nasihat-nasihat tersebut. Dony tak pernah merasa bersalah sedikit pun. Itu membuat ayah yang akhirnya marah kepada Dony malam ini. Ibu sudah berkali-kali menyu- ruh Dony untuk segera makan sebelum belajar dan mengerjakan PR, teta- pi Dony tetap saja duduk di depan TV dan menyahut dengan kasar. "Ibu mengganggu Dony saja! Filmnya bagus nih!" teriak Dony. "Dony!" bentah ayah sambil berdiri dari sofa dan mendekati Dony. "Berapa kali harus Ayah bilang, kamu tidak boleh kasar terhadap ibumu. Sekarang kamu harus menjalani hukuman Ayah. Ayo berdiri di sana dekat pintu dengan satu kaki dan kamu harus pe- gang lidahmu yang suka bicara kasar itu!" Ayah menarik lengan Dony dan membawanya ke pojok pin- tu ruang tamu. Dony dis- uruh ayah berdiri dengan satu kaki dan lidah terju- lur keluar, sementara jari telunjuk dan jempolnya menekan lidahnya. "Ini hukuman bagi anak ban- del yang tidak mau men- dengar nasihat orangtuan- ya," kata ayah. Setelah berkata begitu, ayah melangkah ke meja makan di mana ibu dan Dina adik Dony sudah menunggu untuk makan malam. Sampai makan | malam usai, juga saat |ayah, ibu serta Dina men- onton TV, Dony tidak boleh bergerak dari tempat | hukumannya. Anak itu terus saja berdiri dengan satu kaki sambil menekan lidahnya yang terjulur ke | depan. Diam-diam Dony merasakan hukuman itu Eka Sathy Jln. Hasanuddin 42 Singaraja 81114 Bali Post ANAK-ANAK Belajar bahasa Inggris Indonesia Bali MULUT ub ▲ ABULU MATA KAKI AMOUTH ▲ EYE LASH ▲ LEG CANGKEM Титик BUNGUT RINGRING A ▲ BULUN MATA COKOR BATIS ▲ SUKU aD Bub H❤t& Buah Ni Kadek Suarningsih Lahir: 24 November 1996 Putra dari: I Ketut Sukayasa dengan Ni Ketut Wami Ni Made Purnama Yanti Lahir: 15 Februari 1995 Fitri Astining Ratna Heryanti Lahir: 6 Maret 1996 nawati Dyas Putri Hapsari Lahir: 11 September 1994 Putra dan: I Wayan Pujastika den- Putra dari: Heryono dengan Sri Rat- Putra dari: Dra. Tri Ristiyoni dengan gan Ni Made Labiani Harimawan Budiharta, S.E. Alamat: Br. Kedewatan Ubud, Gian- Alamat: Jln. Kebo lwo, Gg. Gn. Lem- yar puyang 1 Padangsambian Kaja Dps Jane Chisna Hadi Bangun Lahir. 15 April 1995 Putra dari: Krisman Tama T. Bangun dengan Naniek Sri Sunami Alamat: Jln. Pintas Siligita 200 X Nusa Dua, Bali Putu Ayu Prabawati Lahir: 5 Juli 1996 Putra dari: Drs. I Putu Panca Adi dengan Gusti Ayu Sriwahyuni, S.E. Alamat: BTN Blok C/09 Banyuning, Dw Ngk Putu Raditya Sangga P. Lahir: 7 April 1997 Putra dari: Dewa Ngakan Pradmer- ta dengan Sri Umayanti Alamat: Jln. Kesatrian Gg. Parikesly 2 Gianyar I Made Ari Adnyana Lahir: 12 Agustus 1996 Putra dari: I Made Sudana dengan Ni Ketut Sukeming Alamat: Jln. Hos Cokroaminoto 18 B Alamat: Jln. Gn. Batur Gg. Salak 17 Denpasar. Denpasar Putu Natih Vera Cintia Lahir: 28 September 1995 Putra dari: Nyoman Teka dengan Komang Suarmini, S.E. Alamat: Br. Palak Keramas Gianyar Ni Komang Wita Dewi Lahir: 4 Juni 1996 Putra dari: Drs. I Nyoman Wirta Ar- sana dengan Dra. Ni Luh Suryani Alamat: Jln. Noja Br. Oongan Dps I Made Risnawan Adi Putra Lahir: 15 Mei 1992 I Gede Budi Santika Lahir: 6 Januari 1996 Putra dan: I Wayan Darmawan, S.E. Putra dari: Ketut Darmana dengan dengan Putu Sri Yuniari Wayan Suasti Alamat: Jln. Danau Beratan Gg. XIII Alamat: Jln. Jaya Giri XXV2 Denpasar 1 Sanur Denpasar RUBRIK ini terbuka untuk putra-putri Anda. Kirimkan foto-foto lucu mereka ke Redaksi Ball Post Minggu, JI. Kepundung 67 A Denpasar. Sisipkan data putra-putri Anda: nama lengkap, tanggal lahir, nama orangtua, dan alamat rumah. Jangan lupa cantumkan "Kupon Buah Hati" di sudut kiri amplop. TOLONG... TUBUHKU DIOBRAK-ABRIK ANGIN.... Alamat: Jln. Samuan Tiga Gg. IIV1 Legian Kuta, Bali KUPON Boch Hoti Minggu Pon, 14 Desember 1997 SERIAL WANTUX (10) PUTRI SARASWATI Jane Terseret Arus "Ya." "Jangan-jangan kerajaan za- man dulu hancurnya juga sep- erti ini," komentar Jane. HARI telah berangkat siang. Lihatlah matahari, ber sinar terik sekali. Pantai Kuta • terlihat lengang, kecuali beber apa bule masih tampak berje- mur dan berenang. Di antara mereka terlihat Jantuk dan nya. .Jane. Mereka berdua tampak sibuk membuat istana pasir. Kadan lungar dan m saha ti gadis Na pasan dahsy memis Jantu alang Jane tuk k sebela teriak Ta mata ke te Anak betap tengg guasa mem Aku pikir gup Ke mera kelih berap olehn T tuk. diri mun meny N berle Jant haba mem tidak on, e nena will Ja diam "Kurasa tidak," tukas Jantuk keca tanpa menoleh kepada teman- sara "Why?" men Jant "Menurut guru Ilmu Penge- bere "Hampir selesai, Tuk," seru tahuan Sosial-ku, kehancuran capa Jane gembira. kerajaan-kerajaan di dunia leb- mer "Ya," sahut Jantuk. Tetapi ih banyak oleh peperangan," pasi •kita masih perlu membuat kan- sahut Jantuk. dang kuda. Masak serdadu ker- ajaan tidak mempunyai bany. ak kuda." Jane "Ya, aku pikir juga begitu," J Jane membenarkan. "Kamu teta suka perang?" nar Jane membenarkan. "Aku suka perang-perangan, Kan Mereka kembali sibuk mem- nonton film perang, dan kalau kam buat bentuk-bentuk bangunan perang sungguhan, aku kasihan dari pasir pantai itu. Tak pedu- pada ibuku. Ia paling takut ka- kam pada li betapa panas matahari meny- lau melihat orang berantem." ⚫engat kulit mereka. Tak peduli Jane hanya tersenyum. "Ayo, J pula betapa ombak Pantai Kuta kita berenang lagi," ajak Jane. coba Os mulai membumbung tinggi, "Ombak begitu besar. Laut se S dang pasang," tolak Jantuk. "Kamu takut?" Jantuk menggeleng. "Yang kutakutkan adalah kamu. Aku takut kamu terseret arus." lalu berdebur hebat di pantai. Malang, juluran lidah ombak • mulai menjilati sisi-sisi ban- gunan pasir itu. • • "Hei, Tuk!" jerit Jane. "Om bak mulai merusak dinding benteng istana kita!" Namun Jane tak mengindah- kan kecemasan Jantuk. Gadis Jantuk menoleh dinding pa- kecil itu malah berlari menyong- •sir benteng istana itu, lalu me song gulungan ombak. Jantuk mandang Jane. Mereka berdua terpaksa mengikuti sahabatnya bersitatap. itu. Ia khawatir sekali kalau-ka- "Daripada dirusak ombak, lau anak itu benar-benar terseret bagaimana kalau kita yang leb- arus. •ih dulu menghancurkannya?" tawar Jantuk. Jane menolak. "Jangan!" "Kenapa?" tanya Jantuk. "Kita capek-capek membuat nya, dan membiarkan ombak yang merusaknya?" Jane tetap menggeleng. "Bi- arkan semua terjadi alami. Dari alam kembali ke alam." "Kamu ngomong apa?" "Maksudku... sudahlah," elak Jane sambil menarik tan- gan Jantuk. "Kita lihat saja bagaimana ombak itu meng •hancurkan istana pasir kita." • Jantuk angkat bahu, tetapi tak urung juga anak itu berdi- ⚫ri di sisi Jane. Mereka berdua • memperhatikan bagaimana per lahan-lahan lidah ombak itu menghancurkan istana pasir .yang mereka buat. "Kasihan, ya," guman Jane • Gelar Karya Dengan gembira, Jane bere- nang dan bermain dengan om- bak. Kadang anak itu menerjang tubuh ombak lalu muncul di ba- lik ombak yang tinggi itu. bak B t fo OLEH: KESUMA.T HUP ADUH... ANGIN SIALAN..! KOK KERAS SEKALI... INI POHON APA...? AH... INI EKORNYA ILUTUNG, MAKANAN KESUKAANKU ADUH SAKIIITTT.... TUNGGU... TUNGGU KELUARKAN AKU DULU, BARU MAKAN AKU DARI KEPALA BAIKLAH... ITU TADI LOBANGKU, SILAHKAN MASUK DISANA ADA ANAKKU, DAN BOLEH KAMU MAKAN KAMU BOHONG DISINI GELAP, TIDAK ADA ANAKMU YANG HARUS AKU MAKAN. BIARIN..HA..HA.. SEKARANG DIA SEPERTI POHON KAKTUS...HA...HA.. OKELAH... SALAM BUAT GUNG GDE AKDIAN BAYU S. RAJIN-RAJIN BELAJAR YAA.. Nama: R. Selamet Muriadi Sekolah: SD 4 Kali Untu Singaraja Alamat: Jln. Rajawali 7 A Singaraja Nama: Ni Luh Pramitha Novalina Arya Umur: 7 tahun Sekolah: SD Swastiastu | Denpasar (Kelas II C) Alamat: Jln. Tk. Pancoran, Gg. II Panjer Denpasar RUBRIK "Gelar Karya dan Puisi" ini terbuka untuk anak-anak TK, SD dan SLTP. Kirimkanlah gambar atau | KUPON puisi karya adik-adik ke Redaksi Bali Post, ukuran kertas bebas. Lengkapi dengan keterangan nama, umur, sekolah, dan alamat. Jangan lupa tempelkan "Kupon Gelar Karya" di balik gambar. Gelar Karya L Nama: Ni Made Dia Umur: 9 tah Sekolah: SD 17 Dauh Puri (Kelas III) EEEEEEE 的