Tipe: Koran
Tanggal: 1997-12-14
Halaman: 18
Konten
Color Rendition Chart Halaman 18 Bali Post APRESIASI Musik Pertinggi Inteligensi Anak MUSIK khususnya lagu adalah bagian dari kehidu- pan manusia. Musik dapat mengubah situasi, dan musik juga dapat mengubah sikap atau perilaku manusia. Jadi musik merupakan kebutu- han manusia. Pengenalan musik khususnya lagu telah dilakukan oleh orangtua Bali dulu mendidik anaknya. Se- jak kecil sang anak telah di arahkan dan diperkenalkan dengan budaya Bali lewat lagu-lagu Bali, mulai dari dolanan, sekar rare, sekar alit, sampai ke sekar agung. Na- mun, anak-anak sekarang boleh dikatakan jarang mendapat arahan seperti dulu itu. Anak zaman global ini lebih asyik dengan per- mainan "modern". Dalam abad modern ini, masih per- lukah lagu-lagu seperti itu? Perlu, bahkan orangtua se- layaknya mengarahkan anak anak sejak lahir untuk men- genal budayanya, di antaran- ya lagu-lagu Bali. "Orangtua harus mengarahkan anak anak sedini mungkin ke lingkungan musik Bali. Kalau sudah dibiasakan, anak akan mengenal. Setelah kenal mereka tentu akan mencin- tainya," kata IGBN Ardjana. Kabid Kesenian Kanwil Depdikbud Bali ini lebih jauh mengatakan, pada tahap pen- genalan lagu-lagu Bali ini anak tidak perlu diberi pen- jelasan makna daripada teks lagu-lagu, misalnya sekar rare. Yang penting dibiasa kan dulu. Setelah anak dibi- asakan dengan nilai-nilai teks, dan sering mengucap- kan, suatu saat anak akan menanyakan apa arti kata dalam teks lagu tersebut. Anak-anak tidak perlu diberi penjelasan, tetapi yang ter- penting adalah tindakan or- angtua dan lingkungan yang menjadi panutan," katanya menandaskan. Saat meninabobokan anak dengan menyanyikan "Bibi Anu misalnya, kata Ardjana, kita sudah menanamkan apresiasi. Kalau anak sudah dirasuki lagu-lagu, ia akan bertanya apa makna kata dalam lagu tersebut. Misaln- ya apa itu anteng, mesui, sesikepan, dan sebagainya. Dari sini anak sudah mulai belajar bahasa kemudian mengenal lingkungan. "Sete- lah anak terbiasa dengan lagu-lagu seperti sekar rare tersebut barulah diberikan lagu pop Bali," tandasnya. Karena musik merupakan kebutuhan manusia, kata dia, anak perlu disediakan alat musik sejak dini. Jika anak terbiasa dengan lingkungan musik, secara teori anak akan mempunyai apresiasi yang tinggi. Anak yang mempun- yai apresiasi yang tinggi akan yakin diri, percaya diri. Den- gan tingginya percaya diri anak inteligensi anak pun tinggi," katanya. Untuk mengarahkan anak cinta pada musik, menurut dia, tidak perlu alat yang mahal. "Manusia sejak lahir telah berbekal musik. Ada tiga faktor musik yakni ritme, melodi, dan harmoni. Kalau toh alat musik mahal, anak dapat diarahkan pada alat musik yang paling sederhana di daerah setempat, misaln- ya suling ataupun bumbung," katanya. Peran Keluarga Menurut tokoh permainan tradisional anak-anak Drs. Made Taro, orangtua (keluar- ga) memiliki peran utama dalam pewarisan budaya (ke- senian) daerah kepada anak- anak. Penerusan budaya tersebut, kata Taro, melalui proses sosialisasi, inkulturisa- si dan internalisasi. Idealnya, kata Taro, pen- genalan budaya daerah dim- ulai sejak dini atau sejak anak kontak pertama dengan ibu- nya. Dulu misalnya, pewarisan itu diberikan sang bentukan kepribadian anak anak. ibu saat meninabobokan sebagai sebuah institusi, me- anak-anaknya, Ibu-ibu sering miliki andil besar dalam pem- melantunkan lagu-lagu daer- ah untuk mengantarkan anak-anak ke pembaringan. Begitu juga menjelang tidur, kakek dan nenek sering mem- bekali nilai-nilai budaya ke- pada cucu-cucunya melalui cerita-cerita dongeng. Pen- yampaian cerita-cerita ini, kata dia lebih lanjut, sebe- narnya secara tidak langsung bertujuan untuk mengem- bangkan imajinasi dan fanta- si anak-anak. Di samping orangtua (ke- luarga), pewarisan atau pen- genalan budaya daerah bisa lewat lingkungan masyarakat atau tetangga. Anak-anak da pat mengenal budaya daerah- nya lewat permainan (pela- lian) tradisional dari teman- teman sepermainannya. Secara formal pewarisan budaya tersebut melalui lem- baga sekolah. Jadi semua ko- mponen, keluarga, sekolah (pemerintah), masyarakat bertanggung jawab terhadap pewarisan budaya ini," ujar Pimpinan Sanggar Kuku- ruyuk Denpasar ini. Namun yang paling berpe- ran, menurut Taro, adalah pihak keluarga, sebab sebagi an besar waktu anak-anak berada di rumah. Keluarga Kendati orangtua sibuk, paling tidak mereka bisa memberikan motivasi atau menyalurkan anak-anaknya untuk mencintai pendidikan kesenian, baik lewat sanggar atau menyediakan fasilitas berupa buku bacaan atau kaset-kaset rekaman lagu lagu daerah. Apalagi bebera pa hari belakangan ini di Bali sudah mulai beredar lagu anak-anak (gending-gending rare) berbahasa daerah Bali. budaya yang sudah terlupa kan itu. Lagu-lagu tersebut akan punah, jika tanpa adan ya pendokumentasian baik lewat penerbitan maupun re- kaman. Apalagi permainan tradisional anak-anak sudah masuk dalam kurikulum muatan lokal, dengan adan- ya usaha itu akan memudah- kan para guru dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Sebab, selama ini para guru harus merekam sendiri lagu- lagu tersebut dengan fasilitas yang seadanya. Dulu, kata Taro, orangtua (keluarga) merupakan satu Taro menyambut gembira satunya sumber media untuk atas upaya pihak produser pewarisan budaya, sekarang untuk merekam lagu-lagu dengan muncul media TV, ra- rare daerah Bali. "Hal inilah dio dan audio visual lainnya, yang kita harapkan, guna justru akan terjadi pergeseran mengajak anak-anak menc- peran tersebut. Orangtua den- intai budaya daerahnya,' gan kesibukan aktivitasnya ujarnya. Ini, menurut dia, akan terbentur masalah merupakan langkah maju. pewarisan ini. Mereka tidak Karena itu, ia mengimbau sempat lagi mendongeng, dan agar langkah ini diikuti oleh mengenalkan budaya daerah produser-produser lainnya. kepada anak-anaknya. Ken- Selain gending-gending rare, dati demikian, katanya, orang. kata dia, juga penting dilaku- tua minimal mendorong dan kan perekaman terhadap memotivasi anak-anak agar lagu-lagu permainan (pela- mengenal budaya daerahnya. lian) tradisional anak-anak Dalam proses pengenalan yang sekarang jumlahnya tersebut otomatis akan mun- sudah mencapai ratusan cul apresiasi terhadap milikn- buah. Ini penting sebagai up- ya", yakni budaya daerahnya aya untuk memasyarakatkan sendiri. Mendengar Anak-anak Menyanyi Meong...meong. alih ja bikule Bikul gede-gede, buin mokoh-mokoh Kereng pesan ngerusuhin Juk meng.. juk kul... SEORANG anak, nun, di sebuah dusun di Gianyar sana, menyanyi lagu tersebut den- gan riang. Tak peduli apakah suaranya ba- gus atau fals. Pokoknya menyanyi dan men- yanyi karena kesenangan itulah yang ia mil- iki. Begitu pula ketika berangkat ke sawah mengikuti ayahnya. Dengan capil menudun- gi kepala dan keranjang besar bergayut di punggung, anak itu masih saja menyenand- ungkan lagu-lagu Bali lainnya. Itu di desa yang terbilang cukup terpencil. Bagaimana anak-anak di kota-kota besar menyanyi? Rasanya susah buat disamakan. Perhatikan, misalnya, sebuah lagu yang din- yanyikan seorang anak kota: Namaku Maissy suka di televisi Melenggak lenggok Persis pragawati cilik Hai teman-teman akulah Maissy Si Ratu Cilukba di TV Pintar menari, pintar menyanyi Dan juga tinggi prestasi Hadiah ku terima, untukku semua Terima kasih buat papa, buat mama Teman-teman semua, yes Happy birthday cerio Happy birthday cerio Berbeda bukan? Tetapi banyak pakar men- yangsikan bahwa perbedaan itu akan lestari. Dua lagu yang dikutip terakhir, misalnya, bukan tak mungkin akan dengan mudah di- dendangkan anak-anak desa, sekalipun di desa terpencil. Dengan perantaraan media televisi yang kini nyaris menjadi benda biasa di tiap rumah, lagu-lagu anak-anak kota den- gan mudah ditirukan anak-anak desa. "Un- tuk sebagian orang," tulis Don De Lillo dalam bukunya "White Noise" (1985), "hanya ada dua tempat terpenting di dunia, yaitu tem- pat mereka hidup dan tempat televisi dile- takkan (via Garin Nugroho, Kekuasaan dan Hiburan, 1995). Mendengar anak-anak menyanyi bagai- kan melihat keseluruhan diri mereka berada dalam tata tertib "dunia orang dewasa" teru- tama ketika semua itu berada pada ukuran- ukuran material. Kegemaran menyanyi pada anak-anak kota direduksi hanya di kamar maupun ruang-ruang kelas. Di luar itu telin- ga mereka seperti dilatih untuk mendengar Atau, coba simak lagu anak-anak kota yang serba asing, tak membumi (ke dunia yang lain, seperti ini: Papa, cium pipi kanan Karena hari ini ulang tahunku Oh ya Mama, cium pipi kiri Karena hari ini ulang tahunku Gembira kugembira, aduh asyiknya anak-anak) dan membuat sebagian dari mereka hanya sanggup menganga. Banyak pakar mengeluhkan lagu anak- anak yang dinyanyikan di televisi, teristime- wa cara mereka berdandan dan membawa- kan lagu tersebut. "Mengapa kita harus mengeksploitasi mereka untuk menjadi ce- pat dewasa?" keluh seorang pakar di sebuah majalah berita. Pakar itu menambahkan, Jejak Hitam Cerpen Ribut Wijoto anak-anak sekarang ini dirasakan amat aneh. "Tak seperti ketika Bu Kasur mencip- takan lagu anak-anak," tambahnya. Ya, mengapa? Menyanyi adalah bagian dari cara anak untuk berekspresi. Juga bisa sebagai seka- dar kesenangan. Inilah dunia anak yang tak boleh direnggut. Sebagai bentuk ekspresi maupun kesenangan, anak di mana-mana sama saja, seperti yang sering mereka nyayn: Di sini senang, di sana senang Di mana-mana hatiku senang Namun bagi para pencipta lagu anak yang dibia, pencurahan perasaan dalam bentuk nyanyian saja belumlah cukup. Secara subtil, mereka menerjemahkan moralitas ke dalam pemahaman yang amat sederhana kepada anak-anak, lewat penciptaan lagu untuk mere- ka. Itu bisa dirasakan pada lagu anak-anak ciptaan Bu Kasur, atau Titik Puspa. Lewat nyanyian boleh jadi seorang anak memahami keindahan alam, kebesaran Tu- han, bagaimana seharusnya bersikap yang wajar terhadap orangtua, kawan-kawan dan sesama, atau betapa kecilnya dirinya di hada- pan Tuhan dan alam. Pelangi di kaki langit itu memanglah merupakan proses alam, na- mun dalamnya si anak juga ditanamkan dasar-dasar religiusitas, pelangi itu adalah ciptaan Tuhan juga, seperti yang terdapat pada lagu "Pelangi". Jauh sebelum Titik Puspa menciptakan lagu tentang menabung yang belakangan ini kerap ditayangkan televisi, pada lagu daer- ah Bali pun sesungguhnya telah lama dicip- takan, yakni seperti yang terdapat pada salah satu tembang ginada, seperti ini: Yen mangelah pipis papat jadi mobil. Tiap kali sore men- ah kata itu tak pernah dise- jelang, awan berarak mem- bentuk mimpi. Angin meng- goyang dedaunan menerobos pori dada dan bersemayam di hati. but oleh ibu. Mungkin dia merasa tidak pernah punya dan butuh anak. Lalu aku, si anak ibu, berencana kembali ke tanah itu. "Ibu, aku akan kembali, Di tanah itu masih ada kakek. Dadua sepel apang ilid Adasa madue jinah Lalima sepel di bungbung Makelo ada antosang Beliang baju Eda bogbog bodag amah (goa/lun) Gending tersebut, jika dimaknai secara bebas berarti bahwa jika memiliki uang, sep- aruhnya sebaiknya disimpan, sehingga ada bekal buat masa mendatang. Intinya, moralitas dalam pengertian ini tidak harus dipahami secara verbal, menje- jal-jejalkan nasihat tanpa memperhatikan tata tertib musikal. Bagaimana pun dunia anak adalah dunia bermain, dan menyanyi adalah bagian darinya. Realitas semacam ini sebaiknya kita pahami benar, jika tidak kita dunia orang dewasa hanya akan menjadi semacam perampok' bagi kebebasan anak- anak, entah itu bentuknya pengeksploitasian komersial, logika-logika yang tidak sehat, pemanjaan yang berlebihan dan kurang pada tempatnya dan sebagainya. Menyanyi bagi anak-anak sungguh suatu bentuk kegembiraan, tetapi juga tak salah menjadi suatu bentuk permulaan dimulain- ya pendidikan. Mereka masih begitu lemah, dan karena itu tak mungkin bergantung sepenuhnya pada diri mereka sendiri. Mere- ka, anak-anak kita, mengutip ucapan Eddie Adams, they must depend on what is given to them (Reader's Digest, Oktober 1989). Oleh karena itu, berikan anak-anak nya- nyian yang baik, terserah apakah kemudian mereka menyanyikannya keras-keras di ru- ang-ruang kelas TK atau dilagukan dengan sepenuh sendu. Dengan cara begitu telah kita lakukan secuil kebaikan buat mereka. I Wayan Suardika "Hai gadis, namaku Adi. Datang dari kelompak mawar, singgahlah dan jan- gan hanya tersenyum. Demikian aku selalu menya- pa sebelum dia mengecil dan lenyap di ujung jalan. "Aku hanya ingin menga- nggap dirimu sebagai aku, Adi, Kita bertetangga, se- harusnya membagi rasa sekujur mawar." Tiada bosan aku menyapa dan tiada lebih tabah dia tersenyum. Aku Minggu Pon, 14 Desember 1997 Dr. I Wayan Jendra: Sejak Lahir Anak perlu Dididik Kesenian PENGENALAN lagu-lagu Bali dalam bentuk seni suara, kemudian seni bercerita perlu diberikan pada anak-anak se- jak awal, ketika anak mulai bisa memahami bahasa secara sederhana. Demikian di- ungkapkan Dr. I Wayan Jen- dra ketika ditemui di rumah nya, Jl. Ir. Ida Bagus Oka, Ju- mat (12/12). Menurut Hindu, kata Jen- dra, anak yang baru lahir pun perlu dibisiki mantra Gayatri di telinganya. "Pembisikan mantra Gayatri bukan hanya bersifat religius, juga jika dit- injau dari segi guru lagu yang disebut canda, mantra Gayatri adalah rajanya," kata dosen FS Unud ini. Dalam Bhagawadgita bab 10 sloka 5, lanjutnya, disebut kan bahwa Tuhan dalam wu- jud Krisna mengidentifikasi dirinya di antara canda, dialah Gayatri Canda. "Gayatri Can- da itulah yang terlebih dahulu dibisiki agar dia mengerti ira- ma, guru lagu sekaligus anak mendapatkan nilai-nilai re- ligius," kata ayah tiga anak ini. Kalau diwujudkan lebih menukik ke lokal Bali, menu- rut Koordinator Sai Baba wilayah Bali-Nusa Tenggara ini, lagu-lagu lokal seperti sekar rare dan cerita-cerita Bali pent ing sekali. Hanya, cara-cara seperti itu jangan sampai dide- sak oleh media massa yang lain, seperti TV. "Kalau TV luar. Itu pun harus selektif, se- yang dominan, lingkungan hingga budaya kita berakar juga tidak mendukung, sekar rare atau lagu-lagu lokal Bali itu tidak akan dikenang lagi. Walaupun demikian, saya yakin itu bisa terekam dalam alam bawah sadarnya," katan ya meyakinkan. kuat pada anak. Yang teruta- ma diperkenalkan kepada anak adalah sembahyang, spir- itual. Sebab di dalam pendidi kan budi pekerti, ada empat metode yang diajarkan yaitu meditasi, bernyanyi, kerja kel- Pada zaman sekarang ini ompok, dan cerita. "Lewat ke- rupanya kehadiran media empat metode itulah anak- massa yang lain tidak dapat di- anak mendapat ajaran nilai- hindari. Oleh karena itu, un nilai kemanusiaan yang ber- tuk menyikapi agar anak tidak dasar pada lima pilar, yakni terlalu dicekoki oleh media TV, satya (kebenaran), dharma (ke- yang dipentingkan anak ad- bajikan), prema (kasih sayang, alah panutan dari orangtua, shanti (damai), dan ahimsa pemerintah, dan orang-orang (tidak dengan kekerasan. Tan- besar atau pemuka pa itu kita akan kalah," tandas- masyarakat. Orangtua nya seraya menambahkan, hendaknya jangan hanya bisa berdasarkan penelitian, kelom- melarang anak melakukan ini pok anak yang diajarkan ber- itu, sementara si orangtua sendiri melakukannya. "Kurangilah menyetel TV, apalagi yang ditayangkan han ya cerita-cerita fiktif. Karena untuk mencari yang positif, leb- ih banyak dipengaruhi oleh yang negatif, dan anak tidak mampu untuk menjaringnya," tandasnya. Jadi, kata dia, yang dipentingkan dari lagu dan cer- ita itu adalah hikmahnya. Untuk mengarahkan anak agar mencintai lagu-lagu Bali maka anak harus dikenalkan pada lagu-lagu tersebut atau budaya Bali. Setelah dia kenal dengan budaya Bali, barulah diperkenalkan dengan budaya dasarkan keempat metode tersebut mempunyai inteligen- si yang lebih tinggi daripada anak yang tidak diajarkan den- gan metode tersebut. Untuk mengenalkan anak pada lagu, orangtua jangan hanya menyanyikan lagu-lagu tersebut. Orangtua juga perlu menjelaskan makna yang ter- kandung dalam lagu-lagu tersebut, dengan catatan cara membahasakan makna lagu secara sederhana. "Makna apa yang dapat kita petik dari lagu atau cerita Bali dan apa tujua- nnya, itulah yang dijelaskan dan kita tekankan berulang- ulang," katanya. (goa) Pameran 22 Pelukis di Gedung Pelayanan Kandatel Denpasar Meramu Gema, Getar dan Senyum Denpasar sebagai ibu kota Pulau Bali yang terkenal akan seni budayanya-tern- yata minim dalam pameran seni, khususn ya seni lukis. Demikian disampaikan Ted- dy Nuryana, Kepala Divisi Properti PT Telkom Unit Properti-VIII Denpasar kepa- da Bali Post di Denpasar, Kamis (11/12). Dan untuk mengangkat kembali citra Denpasar sebagai kota seni-menurut Nuryana-pi- haknya bersama Kantor Daerah Telekomu- nikasi (Kandatel) Denpasar memamerkan 83 lukisan, buah karya dari 22 pelukis yang telah memiliki nama dan pengalaman ber- pameran, baik di dalam maupun luar negeri, mulai dari 10 sampai 16 Desember 1997, pukul 10.00 sampai pukul 22.00. Pameran yang dibuka secara resmi oleh Wagub Bali Ahim Abdurahim dengan pe- motongan pita dan goresan kuas di kanvas ini bertemakan Meramu Gema, Getar dan Senyum diadakan di lantai dasar gedung baru pelayanan Kandatel Denpasar yang terletak di Jalan Teuku Umar No.6 Den- pasar. Nuryana menjelaskan bahwa sebagi- an dari hasil pameran akan disumbangkan untuk program Biaya Anak Berbakat (BAB) yang dikelola Kandatel Denpasar. Kata Nuryana, pameran lukisan ini merupakan partisipasi PT Telkom pada pe- lestarian dan peningkatan aspirasi masyarakat terhadap seni budaya. Dan se- bagai tindak lanjutnya, pihaknya akan ter- us mengadakan pameran seni, baik lukis, patung maupun karya seni lainnya di ge- dung lama Kandatel Denpasar di ka wasan Renon. Dia menjanjikan untuk me- nyiapkan berbagai fasilitas pameran se- cara lengkap, seperti sistem lampu dan katalog pameran, "Pokoknya lebih me- narik dan lebih besar," ujar Nuryana yang logat Sundanya cukup medok. Lukisan yang dipamerkan di dinding lan- tai dasar dengan penerangan yang cukup baik-walau rencananya akan dipakai se- bagai tempat parkir tersebut-terlihat cuk- up beragam-baik tema, gaya dan bahan lukis yang dipilih, ukuran kanvasnya pun cukup bervariasi mulai dari 30 X 40 cm sam- pai 200 X 150 cm. Harga yang ditawarkan berkisar dari Rp 1,5 juta sampai Rp 35 juta. Tema yang dipilih kebanyakan bernuan- sa Bali, seperti Atjeng yang merupakan anak didik Hendra Gunawan ini salah satu lukisannya memilih Pantai Belih sebagai objek-di mana dia gambarkan mulai dari manusia, sapi sampai jukung khas Bali. Selain itu nuansa Bali ini juga ditekuni oleh I Gusti Putu Mantra, Wahyu Srikandi, Gus- tu, G Tirtayasa, I Gusti Ngurah Wedaga- ma, Nunu Nugraha. Tema lainnya adalah binatang, dan ter- lihat ada tiga pelukis yang memilih ikat se bagai objek ekspresinya, masing-masing M Yusuf, Nurzeiny dan Nandang J Abdulwa- hid. Kemudian manusia, khususnya sosok wanita sebagai tema sentral digagas oleh pelukis Pranoto, Redi Slamet Soeroto dan Agus. Sedang abstraksi warna dan simbol adalah ruang emosi seni dari I Wayan Su- tarta, Y Yuhana, INR Ardika, W Cameng dan I Wayan Sujana, Jamil Supriatna, Sony serta Pirate. Rentang gaya yang ditampilkan mulai dari yang realis-naturalis sampai abstrak ekspresionis. Beberapa terlihat masih men- gangkat gaya tradisional seperti yang di- lakukan I Gusti Ngurah Wedagama, namun kebanyakan telah terlihat dipengaruhi oleh arus modern seni rupa. Sedang bahan yang dipakai dalam berekspresi mulai dari cat air di atas kanvas, cat minyak, avcrylic sampai media campuran. (wan) rambutnya sendiri. Gadis, Siapa sangka, akhirnya ingkupiku. Mungkin mere- pelajaran paling buruk se- aku berusaha dingin pada ka penasaran, kesal, lama hidup. Apakah mere- makhluk berjenis perem- senang, atau bahkan bunuh ka lupa asal mula kejadian puan. Lalu berulang kali ku- diri. Aku cuek. Dunia asma- perempuan, begitu sombong coba dekat dan meraihnya ra seperti lepas dari yang nya tebarkan benih-benih sekadar membalas dendam. aku gariskan, seperti se- kutu busuk di rambut ke- menyiksanya, agar mereka suatu yang berada di balik palaku. Ataukah sekian ban- tahu pahit sepahit-sepahit- biru langit. Dan ketika dulu yak perempuan tergoda un- nya pahit. Belasan perem- penasaran, aku seperti ter- tuk memasukkan aku ke lo- puan telah kuikat, kutelan- bang ke langit membawa untuk bang telinganya yang kotor jangi dadanya. Kini hampir pisau dan penuh racun. Harus setiap tanah didiami perem- menyobek layar luas itu. kuakui kebenaran ungkapan, puan simpananku. Mungkin di dalamnya ada kecantikan perempuan itu Namun semua hanya surga, neraka bidadari, Tu- candu. Perempuan pandai membuatku jenuh serta han yang perkasa. Bila in- merencanakan maksud jahat. muak terhadap perempuan. dah aku akan tinggal di Dan perempuan adalah laki- Aku tinggalkan semua pe- dalamnya. Ternyata semua laki yang cacat. rempuan yang pernah mel- buruk. tar jenazah mungkin kian dekatkan aku ke liang lahat, tetapi aku mesti bertahan sebab aku cucu lelaki kakek. Dan hidup atau terputus nya- wa di luar kehendakku. Tia- Sementara pertemuan itu, da perlu berinisiatif mungki- orang-orang sering menemu- ri perjalanan. Aku sadar. kan kelebat Adi di samping Dia merindukanku," Ibu han- Pagi hari, seratus kaki dari rumah. Ia sedang lukisan ya tersenyum. rumah kakek, aku duduk di sketsa ibu pada tanah. Den- tajam Aku tak bisa menghalang- rerumputan menghadap gan lidi sebatang, Adi men- imu, Adi." sawah. Matahari baru yatukan udara sore bersama Sebulan sesudahnya, aku sepenggal, embun masih ber- redup-redup keseharian rin- telah pulang ke rumah ceceran antara udara basah. du. Menjadi ibu yang nyata. kakek. Di mana ada tanah Alam seakan tersiram airma- Sampai kemudian berita yang kuanggap tempatku. ta. Kaki kutekuk dan kedua itu datang, ibu membesuk Aku terbuai kenangan ber- tangan kulingkarkan, ter- dengan sekantong kacang sama ibu. Perih. Keharusan menung. Sambil menunduk, tanah dan boneka lugu bua- menjalani masa lalu adalah kupejamkan kedua belah tan pabrik. Adi telah lulus perjuangan yang sulit dike- mata. Mereguk nikmat seke- menjalani tapa, seperti Ga- tahui selesainya. Karena liling. totkaca ke luar kawah Can- ada kakek, seseorang yang "Aku rasakan gerak alam dradimuka. Dia kenakan seperti ibu, pembunuh juga. dengan sunyi. Sekelompok pakaian tercantik, siap be- Bila ibu membunuhku den- burung pipit turun ke petak "Iya Bapak, eh atau Adi harus menyebut dengan nama lain. Terserah Bapak. "Baiklah Adi, Engkau cuk- up dengan kata 'suami ibu", setujukah?" keamanan. Sepanjang waktu, aku menanti gadis yang kini ha- dir di tiap pojok tanah. Bila aku makan, dia sedang membubuhi makananku dengan racun. Bila aku membaca, ditutupnya mataku dengan rekah bi- birnya. Kesemuanya penuh bayang-bayang nyata. Na- mun dia sendiri tiada per- nah lewat. rangkat ke rumah harap. gan sepi, kakek lebih suka sawah dan terbang lagi. An- Hidup dengan ibu yang ber- dengan kayu-kayu. Keselu- gin hanya malu-malu ber- suami pencuri. ruhan rumah kakek ibarat hembus, tidak sampai gugur- Hal menarik dari rumah got bawah trotoar. Kelam, kan daun-daun kuning. Seg- Kini tak ada senyum pagi ibu adalah suami ibu. selalu malam yang ada. alanya menjadi terang. Aku hari. Kecuali aku yang se- "Kenalkan namaku Oba, Waktu berhenti di situ. Pada tersenyum penuh keyakinan. makin kurus diserbu bay- suami dari ibumu." titik hitam, aku bangun Ibuku benar. Suami ibuku ang-bayang. Dia sendiri te- kembali tanahku. benar. Kakek benar. Bahkan lah dibawa angin jantan dan Namun masih lebih baik bapak yang belum pernah bermuara pada asap dapur. saat-saat aku menghisap kukenal pun benar. Mereka Kosong. Aku berdiri en- keramahan pohon dan bina- memakai selendang sendiri. tah di mana, mungkin tang piaraan kakek, mereka Meninggalkanku di pengasin- masih di rumah ibu saat- menjadikanku perkasa. Me- gan ini bukan kehendak sia- saat malam menanti tidur. Hari-hari selanjutnya tia- mang, kakek kadang-kadang pa-siapa. Tiada alasan untuk Maka kuhadirkan wajah da tegur sapa. Aku sibuk menghadiahi waktu untuk menuduh, apalagi menuntut ibu, kumaki dan kusobek mengamati ibu dan suami ibu mengakrabi piaraannya. Ia bermacam kesopanan. Bila kulit mukanya. Ketika sua- sedangkan mereka asyik selalu berucap. "Engkau laki- perlu, aku pun boleh mema- mi ibu datang, kusulap ia menghindari tanah-tanahku. laki, jadikan tanah ini piar- kai tubuh seperti mereka. jadi kucing hitam. Aku in- Kami memiliki ruang dan aanmu," Meski samar, jelas Misalnya tubuh kakek, laki- ginkan ia berlari-lari di waktu berbeda. Kalau malam aku menangkap ruas-ruas laki yang sangat gagah. bawah meja, almari, rak, tiba aku bercakap-cakap den- keinginan kakek. Tidaklah tempat tidur, atau apa saja. "Aku ikut ibu. Aku ingin gan penghuni kamar yang aneh, aku sering memanjati Mengejar tikus busuk yang berumah pada ibu, bukankah selain ibu dan suami ibu. Per- pepohonan hingga ke ujung- ternayta jelmaan ibuku set- kewajaran menggendong cakapan sunyi dan gelisah. ujungnya. Berpindah dari Tetanggaku seorang pe- elah kulitnya hilang. Aku anak sendiri. Aku ikut ibu." Keramaian yang ada hanya satu batang ke batang lain. rempuan berambut seping- suka. Sekeras-kerasnya aku "Engkau akan aku rumah dengus napas di sampingku. Sesudahnya, aku senang gang. Dia sering memberi se- tertawa. Tetapi aku ternya- kan Adi. Setelah engkau naik Aku kesepian. Di rumah mengejar ayam jago sampai bentuk senyum padaku. Bibir ta tak pernah beranjak, se- kelas, setelah rendah hati ibu tidak ada Adi. Di rumah ia lemas, mati. dan keseluruhan tubuhnya jak tadi bersandar pagar yang melepas tali-tali birahi. ibu aku justru kehilangan ibu. Keindahan kematian had yang sejuk membuat aku menanti gadis tersenyum. Sekarang pulanglah ke tanah Tiada siapa-siapa tempat di- ir menggumpal-gumpal be- senang menanami halaman Aku marah pada perem- tanya, kecuali beragam kesi- rebutan masuk mulutku, dengan bunga mawar. Seka- puan, Ibuku, sosok yang se- Maka Adi pun pulang. Ia bukan yang jauh dari per- memaksaku untuk mengun- dar mengikut laku kesopan mestinya mengelus ke- atau tiada. Ia yakini lewat rangkaikan kulit jeruk Bali soalan seorang anak. Anak, yahnya. Kebiasaan mengan- an, kesebut dia gadis. palaku, lebih suka memeluk KENAPA juga dulu aku ibu-bapak. lewati tanah itu, hingga kini Dan ketika dua puluh aku belum menyadari kena tahun lalu. Adi bertemu ibu pa orang banyak menyapaku di tanah pekarangan rumah Adi. Seperti yang pernah aku di sebelah kanan pintu atau bayangkan, mungkin salah di bawah jendela kayu reot, memakai tanda pada manu- ia berharap. sia, dan yang sebenarnya Adi hanyalah lelaki remaja yang kebetulan pernah mendiami tanah itu. Di mana bapak ibu- nya, dua sosok pelahir dan pembesar tanpa dia sendiri kuasa menolak. Sedangkan Adi sangat yakin, tidak ada bapak dan ibu. Bila dipaksa mengakui, mereka hanya itu." simbol ketuhanan. Tuhan ada **** Iklan terbaik Dindi Diundi Setiap Bulan Bali Post IuIsip бugune Memasuki Hari Ulang Tahun ke-50, Bali Post menyelenggarakan Pemilihan Iklan Terbaik oleh Pembaca setiap bulan sampai Desember 1997. Diundi setiap minggu pertama bulan berikutnya. Simak iklan - iklan di Harian Bali Post yang sedang Anda baca lalu pilih salah satu yang menurut Anda terbaik. Tulis pilihan Anda pada formulir yang tersedia di bawah ini (foto copy tidak berlaku) dan tempelkan pada kartu pos( tiap kartu pos hanya ditempelkan satu formulir jawaban) Tulis pada kartu pos nama, alamat, dan nomor KTP atau identitas diri Anda yang masih berlaku. Formulir harus kami terima selambat-lambatnya pada akhir bulan, dikirim ke: Bagian Promosi Bali Post PO Box 3010 Denpasar 80001 Kartu Pos Anda akan kami undi sebulan sekali. Pemenangnya akan kami umumkan di Harian Bali Post minggu ke-2 bulan berikutnya. Kami sediakan hadiah menarik bulan Desember 1 Pemenang pertama 1 bh. Spd. Motor YAMAHA Sigma 6 Pemenang II masing-masing jam tangan Seiko FORMULIR IKLAN TERBAIK BULAN INI PRODUK .............. 8 Pemenang III masing-masing jam dinding Bali Post. 48 Pemenang IV masing-masing T. Shirt Bali Post BULAN DESEMBER 7 Minggu Pon, 14 Desemb Ibu GALAI NIDESI AS GITA Semanggi semanggi ngambang pada genangan air diantara rimbun hijau padi padi mengantar langkahku ke puncak keyakinan cahayaMU, segalang matahari Dengan doa kubajak pematang hati agar cucuran keringat setulus buin buih ombak garami hampa jiwa BerkahMU, tak mungkin kubentang tak cukup tualang ke seribu pula semanggi semanggi ngambang pada genangan air diantara rimbun hijau padi padi suluh bagi ketajaman mataku agar tak melangkahi mata hati NYANYIAN BURUNG PANTAI SERANGAN Nyanyian burung kehilangan n ketika rantingranting makin ta seperti letih teriak gelombang tak punya keramahan makna pada dindingdinding pantai Nyanyian burung kehilangan in ketika daundaun setia digugurk sedang musim gugur tak musimnya mencukur dan gelisahi gelisah Di pematang gelombang angin malas bersulang karna daun daun yang biasa dilambaikan bagi semangat tualang anak anak sampan digusur dari semaknya galangi sarang nelayan tanpa jejak tanpa bayang GANGSANG Lalanglalang telanjang sisakan embun bagi kematangan rinduku merangkai seikat perjuangan Pada ladang lalang kutata dedaunan menjadi gub kutata suara suara menjadi ki kutata hari hari menjadi cermi kutata perasaan menjadi teka Tekadku, pagari ladang lalang agar burung burung tak enggan berkumandang sedamai ricik air pancuran nafasi anak anak sungai kabarkan cerita ke pantai Pada ladang lalang kurangkai perjuangan sehangat ubi ubi mematangkan kematanganku DI WANTILAN TAMAN BUDAYA II Debu debu rumahi rumah bud sebab baleganjur, pendet, dan menabuh, menari ketika pesta ketika pesta usai kesepian mulai bersahutan di panggung bisu, debu debu meneriakkan k sementara, kursi kayu makin kotor dan la Kutanya pada diam yang biasa mengapa kebisuan dirindukan mengapa kematian didiamkan mengapa aku makin tak meng ternyata diamku memilih dian TUKAD YEH SUNGI Tangga tangga tebing batu par subak gangsang menemani keseharianku bersu Ingat masa kecil ketika diajari ibu menembangkan tembang sambil girang bermain kecipak seperti betah akar akar pepoho menjaga retak tebing dari keru Ketika bertandang ke kota hanya gerah dapat kutuai dan akupun ingin segera p pada bening air tukad karena bertahun tahun kujalin tali kesetiaan sali bersama tebing bersama air Bagi tukad yeh sungi tembang sekar alit dan bermai adalah irama suka duka menjaga ricik bening air Membayangkan tukad yeh su ketika kuingat di kota ricik sungainya mengalirkan li akupun ingin bertanya pada ib sampai kapan kutembangkan DI WANTILAN TAM : kepada. Putu Wijaya Kata katamu mengalir, terus r seperti air salami batu batu bis dari mana asal kata katamu? kemarau panjang ini, gersang debu debu gumpali sesak dada suaraku dibenam tatah gairah mungkin aku batu batu bisu y dengan kata kata mengalir, te Dari mana asal kata katamu? kemarau panjang ini, kata kat mencari cari setelaga rindu, se sembur bening air ke ujung la menjadi guratan awan menjadi gerimis melahirkan sungai kata kata mengalir, terus mengalir sepanjang hari 4cm
