Tipe: Koran
Tanggal: 1990-06-03
Halaman: 04
Konten
4cm HALAMAN IV Wajah yang buruk, apakah Pak Tua?. Ada rahasia di dalamnya. Kebesaran manusia dengan ke- seniannya hanya mampu me- nyingkap kain kecil pada ujung- nya untuk menonton rahasia itu. Dari hari ke hari tak meno- lak dirinya. Selalu menggoda dan misteri. Ilham terpanjang adalah kehidupan dan terpan- tul di wajah buruk, yang ternya- ta suatu dialog makna yang ter- pintal lebih dari 80 tahun. Dan lenyapnya misteri itu lenyap pula gerak itu untuk mengang- kat kain layar penutup misteri itu lebih luas. Wajah yang kaku, melebihi topeng kayu telah menjadi milik suatu yang lebih misteri yang tak dapat dijelaja- hi dengan warna. Apabila haki. kat kesenian adalah juga iba- dah karena kesenian bersum- ber dari kerja dan kerja seben- tuk pengejawantahan alam ku- dus manusia, maka hubungan dengan Ilahi adalah keakraban. PadaNya jualah seluruh anak Affandi Sukrasana dra. Tapi entah bagaimana jika Hendra muda misalnya melukis kehidupan Bali. Sebab tak sedi- kit orang yang tergelincir seka- dar erotik, artistik dan me- nyuap penggemar dengan objek yang serba unik dan merangkul penggemar. Dan saya masih me- nyimpan sebuah reproduksi Af- fandi, sebuah lukisan perahu di pantai Kusamba. Didapat dari majalah Tempo, ketika masih sekolah. sungai akan menuju. Dan haki- kat kesenian hanya mencoba merayu Tuhan dalam kekuatan Maha Pencipta untuk member- kati penciptaan yang kecil nyingkap ke Mahaannya. Jika cermin dipajang, yang muncul bukan lagi gaib dari ke- burukan. "Akulah itu, si Sukra- sana." Dan wajah berlembah di- ukir oleh nafsu raksasa cebol yang terasing dan berada pada sudut penciptaan yang sejati. Kini anak panah Sang Waktu menusuk di sukrasana. Dan api itupun padam. "Menjauhlah, kekasihku. Menjauhlah dari titik- titik air jatuh, biar hutan terseok dalam kemuraman dukamu, sebab tak lagi yang bisa kau jamah selain mimpi atau berbisik memintal letihku," ia mencibir kepak burung yang meninggalkan kemarau pada pangkal paruhnya. Padahal tikar terhampar bagi le- lap, tapi kantuk terlebih dahulu meninggalkannya ke negeri yang jauh lembah-lembah yang curam dan terjal, mengisap udara yang mengurung usianya mengenakan perhiasan mendung sebelum perih pun- cak bukit. Bunga-bunga jantan terkulai memandang senja yang hampir roboh ditindih ranting patah. Ia terpental dari kebisuan bahasa, membentur aneka kenyataan yang menjanjikan sejuta arti, pun me- nyanyilah lara mati. JAMINAN 1 TAHUN I Gusti Made Thangeb Mencari Perempuan di Lembah Putung elum genap senja mengandung di tubuhnya, keti- Belu ka jiwanya hampir sempurna menjilat pilar-pilar rumah putih. Terbata-bata akan rupa keserakahan kabut, ia menggeser masa lalunya ke sudut manik kenangan. Membilas jeda mantra yang mengukur segenap kedunguan tubuhnya yang pernah ia tawar- kan pada setiap jendela terbuka, berpeluk muara ke- sombongan ini lereng hingga puncak sukma. Siapa- kah perempuan kalau bukan kelahiran berkelamin betina, kalau bukan kematian bernafsujantan? la me- munggungi liat bumi waktu erangnya yang perta- ma, waktu masih jauh berkibasan dengan norma dan kepercayaan warna daun, pada kata yang sesungguh- nya ia ucapkan begitu tergesa. Selingkuh kemelut nada, semakin murni menggesek petualangan angin dalam wujud perangkap doa, di mana kembara suka berpenghuni. Namun yang terasa kian tipis adalah ketajaman pisau pada takutnya. "Tak bertanduk ini langit, kekasihku. Sama sekali tidak....!, ia mencinta berulangkali di kediaman ang- an menasbihkan karunia keabadian matahari, seolah demikian bundar pelangi menyangga tubuhnya yang rapuh, cuma bertahan pada lidah yang gagap. Kei- nginannya memaku rel-rel kabut, jalang menggores gusar di tubuh siang. Tonggak hitam yang bertunas di ambang rasa mencuri keemasan perdu jalan, sedalam apakah tanah membenam nikmatnya cinta. eberapa tahun lalu almar- Guna- wan berpameran di Bali. Ia me- nampilkan wajah kehidupan Bali di kanvasnya. Sayang dia sudah tua. Dan ada yang tak se- gagah masa silam seorang Hen- "Siapakah perempuan kalau bukan kelahiran ber- kelamin betina, kalau bukan kematian bernafsu jant- an?," ia meniru kecipuk air sungai yang gagal mema- tuki batu-batu, senyap melengkingkan gemanya ke puncak kerinduan yang kian membubung, daun- daun pohonan juga oleng kemoleng oleh perubahan warna, bercumbu dengan bau umbi-umbian. Andai derita itu tak cuma runyam bagi cerita, begitu bertubi- tubi tombak kerajaan menikam bayangan bulan tak berdaging, darahkah yang mesti memekarkan kun- tum upacara? Di puncak kedua ia mengaum, mene- piskan api-api jelata di dahaknya diungsikan hewan- hewan berekor panjang nuju tanah yang menyimpan takutnya. Makam-makam berlarian mengabarkan kelahiran, haus dan lapar berjinjit di pintu kesunyat- un. Roboh dan roboh. Selembar angin berlumuran malam pada cadas putih lebat diteriaki angan anak- anak petani lada. Rahasia yang menggigil di daun pinus adalah kemuramarnya sendiri mendekap tanah saat ia berangkat lena menyulamkan ketiadaan yang mati, saat ia mulai enggan berteriak. Dan hanya per- mukaan tanah sajalah yang menyerap bayangan ge- lapnya dari cahaya bulan yang terus menghantam syriknya. "Jika aku cinta, kekasihku. Angan bersayap meng- epaki gerimis pagi hari, itulah aku menyerah terha- dap keindahan, mencumbu mendung merah di per- bukitan senja, perihnya tertusuk taji-taji ilalang se- mesra suara-suara yang memanggil pulang. Tahukah TOKO PALAPA AGUNG Jl. Sumatera No. 8. Tel. 25721 23551 Denpasar Bali ✰✰✰ TOKO AGUNG PLAZA JI. Veteran No. 44 Tel. 23216 Denpasar - Bali SHERWOOD HI-FI akan menjadi suatu Carana hiburan yang sangat menakjubkan, sebagaimana yang dapat Anda lihat dari buktikan. Ada yang tak lenyap dan takluk dari sekadar panorama Bali. Ada gema seolah-olah Affandi bukanlah lahir di tengah per- adaban Jawa dengan adatnya yang lembut. Jika menatap ek- spresi Affandi dengan kebinal- an garisnya, kebebasan gerak- nya, sronok dan semaunya, se- pertinya menikmati "Balegan- jur," sebuah musik setaraf rock gegap gempitanya. Nafsu Affan. di adalah segalanya demi objek TOKO OSAKA Jl. Sumatera No.7-9 Tel. 34665 Denpasar - Bali kau, apa yang aaa kini di rumahku, sayang?!," ia mengikatkan telanjangnya pada rambut sungai yang terus bergelora meskipun dijepit selaksa muskil atau keharuan belaka. Lelaki-lelaki berwajah merah ma- sih berdiri tegak di lereng berkabut nan pekat, meng- ibarkan tantangan bagi matahari yang mengerang tertusuk duri-duri kaktus, menciptakan cawan-cawan getah-aduhnya. Ia perlahan menaiki tangga-tangga awan yang kian menebal membingkai nista kesendiri- an itu. "Di daun jendela, kekasihku: janji-janji waktu kita mengerak, memburu lambang-lambang perkasa de- ngan kesombongan maut mencederai bau mawar sampai sukma angin. Gamelan berdentang, memu- kau-embun-embun jatuh dalam umur penantian mimpiku. Sebagai apakah masa lalu kalau bukan bara yang memerahkan ranjang-ranjang kita dalam muslihat fajar?," ia berlakon kesakitan hidup. Men- jajarkan sisik-sisik cahaya di lereng-lereng berkabut, tapi justru di sana makna terus berulang nuju tempat kosong, waktu kosong, gairah kosong. S'Sherwood "Pada dinding-dinding yang retak, kekasihku. Masih tersimpan kegaduhan kita memakukan potret tak berbingkai, lalu apakah itu ajal kalau bukan nyawa? Makanya, jangan berkata dengan suara apa- apa, karena diam itu sudah ujaran lebih lapar dari dendam, lebih dahaga dari cinta, lebih pasrah dari kerinduan....!", gema detak kakinya semakin keras memacu debar yang terkurung sempurna di bawah atap semu. Perhiasan warna emas menyusu gaun- gaun di kerajaan pedang membabat kegelapan mata- hari dalam riwayatnya pasti. Hanya ringkik menepis jamahan tanda-tanda gerhana merangkaki menara emas seraya mengisap aksara tandus di benang jantan. Hewan-hewan pesisir memburu jalangnya pada tanduk kakinya yang berantai di kesendirian wujud. Taji dan belati kaki adalah pijatan manis ke dada bunda yang menyemai ketiadaannya meragukan se- nyap. Api halus terlentang meniduri akar bunga- bunga antara kegaiban dan kegaliban doa perempuan berlari mengusung tempurung tanah makam. Kebe- basan yang menariknya kedua arah seolah menjepit bayangan kekasih yang selingkuh dalam mangkuk merah. Rindunya membulat dari serpihan petaka dan derita, ia tak kuasa menepiskan rambahan perah tu- lang kabut menebar di kerajaan padang-padang. "Telah kukibarkan telaga malam di isyaratmu, ke- kasihku. Pada diri yang menghilang di balik cermin. Mungkin, mungkin itulah awalmu membedahi mur- tad," ia meraba-raba ketiadaan tubuhnya. Dan jen- dela-jendela kesepian menghisap hari pada tanah, bagai burung merajah sayap sendiri. "Tapi aku bukan lahir dari kandungan duri ma- war, sayangku. Kau juga, nunggu rama-rama melin- tasi jendela yang kerap menegur anganmu beranjak jauh," lakunya meneguk sedu di tawar hati. SUPER LASER 230 TER Tersedia beberapa Model/Type lainnya. Kebanggaan Amerika Untuk Indonesia Tetapi itulah, cuma jejak-jejak telanjang kaki per- empuan-perempuan lembah mengabarkan ketergesa- an waktu mengeringkan air mata percintaan. Ia ter- mangu, tubuhnya menggigil dirubung batas tipis nya- ta kemarahan dan kesabaran pada angannya yang biru itu. Atap-atap putih, serabut bulan putih, hanya sekali ini tak kuasa menghindar dari waktu mencari. Berulangkali pula ia menjenguk kegaduhan penat ejaan kasta, pada kampung-kampung yang me- nyemat tanda baginya. Dan ia menangis, menjodoh- kan nyawa yang bergelayutan pada sesosok tugu yang nyaris gosong terbakar dingin.... (I Gusti Made Tha- ngeb, Candidasa Beach - Amlapura Bali). AUDIO HI-FI OF USA SINCE 1953 Ⓡ Diciptakan dari negara yang canggih dalam memimpin teknologi di dunia, Amerika! Kini, SHERWOOD HI-FI tampil di bumi Nusantara untuk membuktikan kecanggihannya diantara yang lain. TOKO SURYA JAYA Jl. Gajah Mada No. 128 Telp. 2225424182 Denpasar Bali TRIO ELECTRONICS Jl. Diponegoro No. 102 Tel. 28451 Denpasar Bali TOKO SUMBER MAS JI. A.A. Gde Ngurah Tel. 23274-23091 Cakranegara-Lombok-NTB C. 870 nya. Jika dia diangkat ke se-: buah panggung dan disediakan sebuah layar sebagai kanvas, yakin akan melahirkan bentuk teater seni rupa yang total dan indah. Gerakan garis Affandi meyakinkan hal itu. Ya, sesung- guhnya ia memang tokoh dari sebuah panggung besar kehi- dupan yang unik dan menarik. Menarik karena utuh sebagai manusia, sadar akan realitas, keterbatasan dan kelebihan di- rinya. Menghormati masa lalu dan kegetiran sebagai suatu lencana di dadanya yang me- nyatu benar dengan gaya hidup- nya, rumahnya, cara berpikir- nya dan cita-cita humanisme da- lam keseniannya. Seorang pelukis Dullah berko- mentar bahwa Affandi itu tokoh penuh kontradiksi dalam ke- senian. Dullah mungkin salah sa tu orang yang berbahag dengar keinginan Affanc melukis dengan warna cera Tapi apa yang terjadi di kas lah kekusaman dan ber nya at. Apakah karena Affand su dah tua tatkala ia mengas- Ce- mikian pada Dullah?. Entariar. Tapi yang jelas, jika direnung kan, memang ada yang tak sa dikalahkan pada dirinya Se rang pelukis boleh mengeta kan warna terdiri dari warna ce rah, tapi dalam satu proses kreasinya ada yang tak bisa... pastikan. Gerakan bawah $22. dan dorongan emosional ser.ne melupakan segala rencana keindahan yang ingin dib ngun. Asli kehidupan dalam in nusianya muncul. Dan hal ini pun sulit. Karena menjadi juju: adalah juga persoalan sulit di dalam proses kreasi kesenian. Kejujuran itulah milik Affandi. Dan biasanya jika orang-orang ingin jujur barangkali ada yang terbata-bata, karena jujur itu dikonsepkan bukan meluncur dari dalam dirinya secara spont- an. Proses penyulingan adalah lewat perjalanan hidup seorang Affandi. Proses yang amat pan- jang bahkan mungkin melelah- kan karena di dera persoalan hidup kesehariannya. Dengan pernyataan itu Affan- di memang seorang yang sulit menghindar dari tuntutan jiwa- nya. Manusia yang sulit kom- promi dengan situasi-luar diri- nya dalam ia berkarya. pakah dasar estetikanya yang paling layak adalah karyanya. Jika ia berangkat dari naluri bu- kan otak, ini menurutnya, maka persoalan seni adalah suatu yang melompat dari kesadaran- nya akan hak hidupnya. Tak ada lagi yang perlu dipertimbang- kan, apa kuning, merah birukah langit itu. Entah dengan alasan apa, ia menekan cub warna hijau pada ruang bagian atas kanvasnya dalam sebuah lukis- an panorama. Semuanya ada- lah kebebasan. Dia tengah di- berikan mahkota pencipta n dari mahkota agung Sang Pen- Bali Post ● M'A DEPT. STORE. Jl. Diponegoro 50 Denpasar - Bali Reina Caesilia : MUSIM GUGUR, SUATU HARI Selamat pagi Honey, bunga rumput di depan rumah mulai berbunga Engkau melihatnya bukan ? Warnanya keemasan seperti rambutmu bila tergerai mentari Dua Sajak Budaya Pekan Ini : Menyelusuri lorong rumah-rumah Embun terasa begitu hampa menyanyikan perpisahan Mata bening burung-burung di dalam sangkar sudah lama tiada. Lorong begitu sunyi Aku tak lagi melihat cakrawala bernyanyi seperti yang du kita saksikan bila senja mengintip dari jendela tua berbingkai kaca hitam, lalu kita berlari menu perbukitan memek tembang ! Musim gugur Honey, Flamboyan berjatuhan di akhir tahun hujan be kepanjangan mengantar kepergian tahun silam Jalan panjang tempat kita melangkah masih tersimpan jejak tanar Suara mikrolet yang membisngkan kota, kertas-kertas tempat kita menuliskan banyak berita. Semua masih sama Tetapi honey, Ketika angin bergerak dari arah perbukitan pohon-pohon mawar merunduk cipts Dia berbuat dan dengan demlisen kemerdekaan adalah miliknya. Tarian hidup bagai penari api yang menari di atas bara keseharian dan bara nafsunya menggelinjang kesu- rupan. Kini baranya sudah le- nyap. Penari api itu telah tiada. Hanya sisa yang mungkin ter- garap oleh cerita dan mitos seorang anak manusia yang sa- ngat suka menyebut dirinya Su- krasana yang akan menjadi buah bibir. Dan pada suatu hari, hipnotis jaman akan mem- berlakukan kembali nilai agung dari kehidupan untuk membeningkan keangkuhan. Keburukan adalah ironis yang dipajang Affandi. awan tak lagi bergerak, Mengapa wajahmu begitu dingin dan pucat ? Demikian ia suka benar melu- kis wajahnya. Suatu yang artis- tik dari keburukan adalah sisi lain dari filsafat keseniannya. Ibaratnya kita menggambar se- buah sepatu, agaknya lebih enak untuk memilih sepatu rombeng daripada sepatu baru. Karena pada wajah yang buruk ada unsur waktu, puitik dan ke- beranian untuk menyuguhkan yang buruk. Karena mungkin kehidupan ini lebih suka meli- hat yang baik, maka ironis ob- jek Affandi mungkin di situ, ji- ka ia menangkap seorang gelan- dangan, pelacur, wajahnya yang diburukkan, rumuh ku- muh, tukang becak yar.g mera- na dan kemiskinan lainnya. (Nyon:an Wira.a).- PAKET CERIA.... RUMAHKU Reina Caesilia Rumahku selalu biru di bawah gantang langit warna warni ia yang senantiasa mengembun dengan jemari akar masa lalu. Tapi ia tak pernah lupa pada janji seribu waktu Seribu angan dengan keinginan menggebu Acapkali tanah tempat berpijak menanamkan benih Bukankah ia yang lebih dahulu menyapa ? Tanah siapakah ? Benih yang mana telah tertanam dalam rahim? Sedang kanak-kanak masih juga sembunyi di bawah atap dengan senandung seribu tahun Catatan Budya Minggu Ini Menghitung pelarian yang menghabiskan abad waktu demi waktu menyapa dan menyanggah diri Seperti terbang pada lautan darah dengan tubuh mengembara, Sepenuh liar ! Mengulum sabana dengan angin meredam ilalang Warisan Gajah Mada ebuah besar. SLayaknya sebuah warisan, dia harus hadir di depan kita. Me- nerima atau tidak. Persoalannya kemudian, mestikah kita mene- rimanya sebagai sesuatu layaknya barang jadi yang tak mesti digugat, diolah minimal diperbincangkan 'penggak-penggak'? Se- bab kenyataannya tak semua warisan bisa menentramkan batin. Bisa bikin tidur nyenyak, dan tidak membuat risi. SEJARAH mencatat, Gajah Mada, sang Mahapatih, ketika me- lancarkan ekspansi politiknya ke Balı, harus berhadapan dengan kegigihan Patih Kebo lwa, yang perkasa tanpa tanding bak kerbau yang sakti. Sejarah pula mencatat, Gajah Mada tak mampu me- nundukkan kesaktian Kebo Iwa beserta bala wadwanya. Merasa kalah sakti, Gajah Mada mencoba muslihat. Kebo lwa dijebak dengan suruhan membuat sebuah liang besar di tanah. Dan tokoh sakti dari Bali itu ternyata menggali liang untuk dirinya sendiri, ketika Gajah Mada menimbunnya hingga rata dengan tanah. Ter- kuburlah kebesaran dan kesaktian Kebo Iwa. Seekor kerbau, barangkali memang kulturnya, lahir dengan tubuh besar tapi bo- Joh hingga mudah dijebak. IN! salah satu 'kehebatan' Mahaputih Gajah Mada dalam me- lancarkan ekspansinya ke berbagai sudut wilayah Nusantara tem- po dulu. Kita kini menerima buahnya. Sebuah persatuan dan kesatuan. Tapi sejarah itu tetap menyakitkan. Sebab ternyata ada permainan curang di sana. Atau kita sudah saatnya bersiap diri menerima kenyataan, bahwa sejarah kepahlawanan tak selalu mengandung nilai-nilai satria? MINGGU, 3 JUNI 1990 Segala seteru. Segala nyawa tempat pertaruhan malam-malam. Mengapa? Rumahkukah tempat bersarang segala ilmu hitam dan roh-roh Sementara tubuhku masih berselimut air mata dengan darah yang mengembun APA PUN dalihnya, Gajah Mada telah mewariskan rasa sakit selain kebanggaan. Gajah Mada adalah lambang ambisi besar yang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan, termasuk memanfaatkan kerakusan Hayan Wuruk terhadap wanita. Syu- kurlah sejarah kemudian mencatat, Gajah Mada punya ambisi yang bermuara pada suatu cita-cita yang sangat penting dan Tapi siapakah yang mengeluh sepanjang hari dan mengotori rumahku dengan tabir kelam? Sedangkan waktu masih juga diam, mengembara sepenuh arah berpetualang dengan warnanya masing-masing MA Gaya & Kelasnya DEPARTMENT STORE. mampu menyelimuti sisi suram itu, sehingga kini kita mencatatnya sebagai tokoh yang menjadi tonggak penting sejarah penyatuan Nusantara. BERPACU dalam GAYA ANDAI saja Gajah Mada tak menyalurkan ambisi besarnya yang didukung kelihaian memanfaatkan muslihat itu bukan untuk tujuan menyatukan Nusantara apa jadinya? Tapi betapapun. Ga jah Mada ternyata tak seluruhya menampilkan sosok pahlawan dengan sifat ksatria yang murni. Masih ada warna suram di antara keluhuran cita-cita yang menggelega di balik kebesarannya yang kita terima saat ini. KITA tak menggugat sisi suram itu untuk menjatuhkan nilainya sebagai pewaris cita-cita yang mulia itu. Minimal untuk rambu- rambu agar selalu waspada dan senantiasa mencungai din sebe- lum menerima segala sesuatu sebagai suatu dogma. Sebab, sela- lu persoalannya kemudian kita harus berhadapan dengan per- tanggungjawaban bagi anak cucu yang boleh jadi akan merasa sakit oleh sisi-sisi suram yang mewarnai sejarah semacam itu. Maka apa salahnya, jika anak cucu kemudian tak terlalu fanatis pada segala yang tercatat dalam sejarah? Suatu saat kita toh dituntut untuk lapang dada. Sebab betapapun, warisan sejarah yang ditinggalkan Gajah Mada cukup menyakitkan jika kita berbicara soal kesatriaan seo- rang yang patut dinobatkan sebagai pahlawan. Sang penakluk itu ternyata membangun sejarah dengan menenggelamkan sejarah orang lain. Menjulangkan kebesarannya dengan menghancurkan keberadaan orang lain. Maka apa salahnya jika kita risi meman- dang sejarah macam ini? INI barangkali hanya satu dari banyak kasus sejarah. Kasus- kasus lain tentang tenggelamnya suatu fakta sejarah masih terlalu banyak, yang seakan cukup pantang untuk dibongkar. Demi apa sesungguhnya ini? Toh batin akan selalu digedor oieh pe- nyelewengan macam itu? Sebab kebohongan, betapapun, dia tetap bikin risi dan tak tentram. Kecuali jika nurani sengaja dibuat tumpul! (Allt S. Rini). MUNGKIN SERUPA TETAPI JELAS TIDAK SAMA KOLEKSI FASHION ANAK MUDA CERAH......... HANGAT & MEMIKAT UNTUNG TAK DAPAT DITOLAK, MALANG TAK DAPAT DIRAIH SEMOGA DEWI PORTUNA MENYERTAI ANDA. HANYA DENGAN Rp. 5.000. ANDA MEMPUNYAI KESEMPATAN MEMPEROLEH SALAH SATU PAKET CERIA PERIODE VI (serie B). I HADIAH I HADIAH I HADIAH I HADIAH I HADIAH 5 HADIAH 5 HADIAH 5 HADIAH 10 HADIAH 50 HADIAH 250 HADIAH XI: HADIAH HIBURAN. I: MOBIL TOYOTA KIJANG STATION. II: SEPEDA MOTOR YAMAHA ALFA. II: TV BERWARNA MITSUBISHI 18 INCH. IV: LEMARI ES MITSUBISHI. V: TV BERWARNA MITSUBISHI 14 INCH. VI: RADIO CASSETTE TAPE RECORDER SONY. VII: KIPAS ANGIN. VIII: JAM DINDING. IX: WALKMAN SONY. DIUNDI Tgl. 15 JUNI 1990 * Masukkan kupon anda selambat lambatnya Tgl. 14 Juni '90 jam 14.00 wita. X: KUPON BELANJA GRATIS Rp. 25.000.- * Dan sesudah itu..... Belanja gratis ke M'A Dept. Store!! Setiap kupon bernilai Rp. 100,-/ lembar. Berlaku mulai Tgl. 16 Juni - 14 Juli 1990 75 * kreatif dalam mode * selektif dalam mutu * prima dalam gaya komang jelas istimewa !! C.961. MINGGU, Mata atahari Latas, ket ku diketok sih?!" tanya asyik berbar jang. Serau muncul dari ngan takut-t "Ada apa ket "Eng... tole buku, Kak. buku." "Antar lag kamu tidak b Terus aja mi tahu ngegar ku sambil me Herlien, adil duk ketakut "Sekarang mu? Pergi de lagi. Sambil m berjalan men ku. Matany cak-kaca m yang siap tu Ini sudah kalinya Ha bentakan-bez -minta diant Herlien tak la kubentak kemarin. Na ru dibentak menangis. E "Pit, kamu tadi?" Tahu- nongol di ka "Biasa, Kisa (C i tengah Dhon besa bat. Banya hinggap di s taranya hing hon. Gagah, tampaknya.. jai burung-b Menjelang berpesan pac "Jaga poh Jangan sam rung hitam berdahi ben walaupun ha ka ini terjac seanak turu Sesudah ber masuk dalam tuk beristi hampir ten; datang buru bermalam di Dengan cepa bajan menga burung itu benjol dahin usir, begitu "Ampun, Hari ini aku tak sanggup gi. Habis sud sihanilah ak hitam itu. Dan burun iba hatinya. hat sifat bur ma sekali tic kan watak ja pak tak be rupanya. Kel wa burung h bertenaga lag rung-burung nya burung- malam. Esok pagin ngun, lalu pada pungga marahnya R punggawany apa yang terj "Tapi bagin Cerita Be Ary Oleh Adhi liga haril berl merasa pesimi Hum siap. Tidal dan Evan yan belajar. Sore eposkan naska di lebih ringan daknya ia tida soal naskah ya rim. Sejenak akan Aldo. Ta padanya. Pe membuat Jak Rupanya Aldo selama dua m begitu sibuk mengurus diri ka juga harus mahnya. Tanpa seper Color Rendition Chart
