Tipe: Koran
Tanggal: 1990-06-03
Halaman: 10
Konten
4cm HALAMAN X Kampung Seniman P embangunan Kampung Seniman belakangan ini muncul lagi dalam pem- bicaraan seniman lukis di Bali, setelah lama tidak terangkat se- jak kelahiran CITRA, yang sem- pat menjadi salah satu program kerja. Bahkan tidak kurang dari Bupati Badung (Pande Made La- tra waktu itu) secara sepontan dan terbuka menyambut baik gagasan pendirian Kampung Seniman tersebut. Beliau de- ngan simpatik menyiapkan diri untuk berdialog dengan para se- niman dalam upaya memperce- pat terujudnya gagasan terse- but. Pada dasarnya semua pi. hak rupanya setuju akan keha- diran Kampung Seniman di Ba- li, tepatnya di Denpasar. Se- dangkan Bupati Badung sendiri dalam pernyataanya di harian Bali Post, Mei 1990 telah siap dengan lokasi serta dana awal pembangunannya. Mengapa be- gitu tanggap Pemda Badung ter- hadap gagasan pendirian Kam- pung Seniman tersebut, dapat dipetik dari ungkapan ini. "Keberadaan Kampung Seni di Bali, menurut Bupati Badung sa- ngat bermanfaat bagi kalangan seniman mengingat sampai saat ini mereka belum mampu me- masarkan karyanya secara kon- tinyu dan maksimal. Berdasar- kan pengalaman di Bali, kalang- an seniman belum mampu me- manfaatkan diri. masing- masing, sehingga lebih banyak "dihandle" oleh kalangan pemi- lik modal. Dari segi ekonomi, masih banyak seniman kita yang belum mampu memanfaat- kan celah-celah, terutama di bi- dang finansial. Jadi orang lain- lah yang lebih banyak meman- faatkan. Melalui pembangunan Kampung Seniman itu juga, lan- jutnya, seniman yang bermu- kim di daerah ini akan lebih mu- dah dan gamblang menjelaskan berbagai aspek yang terkait de- ngan kebudayaan Bali. Bahkan lebih lama lagi, kalangan senim- an akan mampu menghayati dan membantu perkembangan. kebudayaan daerah ini yang su- dah dikenal di manca negara, sekaligus melestarikannya." Bahkan dukungan juga datang dari pihak Ka. Kanwil. Depdi- kbud. Memperhatikan perkem- bangan gagasan pembangunan Kampung Seniman di Bali, ma- ka saya sempat gembira dan se- kaligus berpikir mengenai per- lu tidaknya pembangunan Kam- pung Seniman. Ada beberapa alasan yang menyebabkan saya perlu menanyakan kehadiran Kampung Seniman di Bali yang justru nota bene sudah merupa- Bil Oleh Nyoman Tusan kan Perkampungan Seniman dengan skala besar. Pertama- tama adalah tuturan Sardono. yang sempat bersama saya di Banjar Teges, mengenai terke- sannya Direktur Festival Seni Nancy, Prancis, yang sempat mengunjungi beberapa desa di Bali yang sibuk dengan berba- gai kegiatan budaya. Sardono ti- dak percaya akan begitu cepat- nya pengaruh kunjungan rekan- nya tersebut di Bali, sebab begi- tu temannya diangkat sebagai Menteri Kebudayaan Prancis, maka kegiatan budaya tidak la- gi dipusatkan di Paris saja, teta- pi disebarkan ke berbagai kota di seluruh Prancis. TIARA DEWATA Pada saat saya belajar di Belgia, tegasnya di kota Gent, sempat beberapa kali mengunjungi se- buah kota kecil sekitar sepuluh kilo meter di pinggiran kota Gent. Namanya sangat indah, St.Latijn Martem, merupakan kota seniman, dalam artian di kota kecil ini berdiam banyak seniman, tentunya dengan stu- dio kerjanya. Terdapat juga ba- nyak gallery seni rupa yang be- berapa di antaranya terkenal di seluruh Eropa karena koleksi karya yang aduhai, sangat ek- sklusif. Banyak para kolektor datang ke kota kecil yang ham- pir tidak terdapat bangunan bertingkat. Terdapat sebuah ge- dung Pameran yang katanya memang milik Pem. Kota. Para seniman hidup membaur de- ngan penduduk lainnya, namun suasananya memang tenang, in- spiratif serta segar dan bersih. Jalannya kecil menurut ukuran Eropa, sehingga cukup dengan berjalan kaki dalam menjelaja- hi gallery demi gallery. Di Belgia sendiri kegiatan budaya me- nyebar di setiap kota dengan adanya studio seniman, gallery serta museum yang tidak kalah dengan museum di ibu kota Brussel. Dengan kesaksian Menteri Kebudayaan Prancis mengenai tersebarnya kegiatan seni di Ba- li, yang memang demikianlah pada kenyataannya, maka kita patut berbangga karena Bali pa- da hakikatnya merupakan se- buah Perkampungan Seniman yang meliputi areal yang sangat luas. Keberadaan seniman di te- ngah-tengah masyarakat desa memberikan nafas segar bagi masyarakat dan kehidupan de- sa tersebut. Berjalan memasuki lorong-lorong di desa Ubud, mengingatkan saya pada suasa- na kota kecil St. Latijn Martem. Bukan Ubud sekarang yang su- #160.8 Sharm 201611 TIGA GADIS INI; MENGERTI DAN MENCINTAI TUGASNYA sdier Ma dah semakin "kacau", tetapi de- sa Ubud pada tahun tujuh pu- luhan. Kondisi dan suasana de- mikian juga kita rasakan di de- sa Kamasan, Batuan, desa Mas ataupun desa Pengosekan. Oleh karena demikian, kalau ki ta telah menghayati akan ke- beradaan setiap desa di Bali adalah merupakan Perkam- pungan Seniman dengan kegiat- an seninya yang sangat alamiah, apakah masih perlu memba- ngun suatu Perkampungan Se- niman yang artifisial? Ada suatu pengalaman yang ba- rangkali dapat kita jadikan sua- tu "pelajaran" dan perbanding an sebelum kita membangun Kampung Seniman tersebut, yaitu kehadiran "Desa Kerajin an" di Daerah Istimewa Yogya karta, yang mengambil lokasi yang sangat setrategis, yang ba- nyak di antara kita tentu meng- etahuinya. Dengan bangunan yang unik, ada workshop-nya, gal lery, fasilitas informasi serta di- huni oleh seniman potensial, ternyata sejak awal pembu- kaannya tidak banyak menda- pat kunjungan wisatawan baik domestik maupun dari manca- negara. Tujuan pembangunan- nya tidak mencapai sasaran, baik dari segi kreativitas seni maupun segi komersialnya. Ka- rena pada kenyataannya para wisatawan mancanegara tetap lebih memilih berkunjung ke Taman Sari, Malioboro, Kasong- an, ataupun ke Kota Gede da- lam mencari oleh-oleh berupa barang seni. Sedangkan wisata- wan elit lebih menyukai masuk ke gallery Sapto Hudoyo atau- pun ke gallery Amri Yahya atau Bagong. Apa yang dikatakan oleh Bu- pati Badung bahwa dengan ber- mukimnya seniman dalam sua- tu kompleks akan memudahkan dan lebih gambelang member- ikan informasi mengenai bu- daya Bali kepada wisatawan, perlu rasanya dikaji. Tugas se- niman adalah berkarya dan ber- karya. Dan kalau lah satu dua orang seniman mampu meng- emban misi tersebut, karena memang mereka mampu berko- munikasi, karena menguasai pengetahuan budaya Bali serta mampu berbahasa asing. Dan yang demikian tidaklah ba- nyak. Bukanlah karena mereka bermukim di Perkampungan Seniman. Dengan hidup bersama di da- lam suatu perkampungan akan bisa mempromosikan dan men- jual karyanya secara langsung kepada wisatawan, tidak lagi melalui perantara. Kalau yang dimaksud "perantara" adalah para pemilik gallery yang sangat banyak adanya di Bali, sebenar nya adalah wajar. Di seluruh pu- sat kegiatan seni di dunia, ada- nya gallery sangat membantu pa- ra seniman dalam memasarkan karyanya. Gallery merupakan mitra dalam berkarya. Kalau pun sang seniman menjual ka- ryanya di studionya sendiri, te- tap ada perantara, yaitu teman- nya di Hotel ataupun guide ataupun sopir. Seniman lebih banyak bisa berkarya, sedang kan yang menjual adalah pihak lain, dalam hal ini adalah galle- ry. Yang penting adalah hu- bungan yang saling mengun- tungkan yang harus dibina, bu- kan "memojokkan" seniman se- perti yang masih terjadi di Bali. Pasar Swalayan TIARA DEWATA & Toserba Jl. May. Jend. sutoyo Telp. 28415 Denpasar Bali EJ Tanpa mengurangi maksud untuk membangun Kampung Seniman di Bali di tengah- tengah Perkampungan Senim- an yang maha luas, rasanya per- lu dibahas dan dikaji lebih men- dalam agar nantinya tidak ter- jadi seperti yang dialami oleh Desa Kerajinan di Yogyakarta. Jangan sampai Kampung Se- niman hanya menjadi tempat tinggal dan berkarya seniman sedangkan karyanya tetap saja Ketut, Dewi. Nining dalam berbusana daerah. Ida Ayu - (Sambungan Hal I) kepada I Jaya. "Sikap Pandansari dalam film NP amat sesuai dengan temperamen saya seha- ri-hari. Karenanya, ketika memerankannya saya bisa segera masuk dengan total," akunya tangkas. RODEO —— Tetapi, bagaimana kalau Diastini mengalami langsung kasus seperti dalam NP? Maukah An- da melepaskan kasta yang sehari-hari adalah seorang brahmana karena Anda seorang Dayu? "Kalau itu memang jodoh, bagi saya tak masa- lah." Masih dalam nada sigap ia berujar. CAMILAN SNACKS BICARANYA sederhana, sesederhana jalan pikirannya. Penampilan Ida Ayu Diastini seha- ri-hari pun sederhana. Tak ada asesori me- nyolok, apalagi glamour, yang menghias tubuh- nya. Padahal, ia seorang bintang film, betapa pun baru mulai. Tinggalnya di rumah kos. Bu- kan di kawasan gedongan. Hanya dekat dengan kampus STSI yang biasa dia tempuh dengan ber- jalan kaki saban hari. Di sini ia ngumpul dengan teman-teman sekuliahnya. Tak tampak ia ada- lah seorang bintang film di antara temannya, terkecuali dia paling banyak mendapatkan su- rat dari penggemarnya. Dan juga, sering keda- tangan tamu yang sebelumnya tak dikenalnya. Lain dari itu, dia adalah seorang biasa. "Adanya saya ya begini ini. Mau diapakan lagi?" tangkisnya perlahan sambil mengem- bangkan senyumnya, tipis. Bisa jadi, itu dise- babkan karena dunia kesenian dan panggung tak asing lagi bagi dirinya. Sejak kelas satu SD di Mataram (Lombok), Diastini kecil sudah ge- mar belajar tari. Kebetulan pula Ketut Suarti- KINI! TELAH TERSEDIA KOPI GILING ✰✰✰ ka, sang ibu, adalah seorang penari. Ida Bagus Ketut Pidada, sang ayah, pun adalah seorang penabuh jago. Maka, bakat seni itu pun meng- alir kedalam tubuhnya. Mer Lereka Melayani Anda Berbelanja, Dalam Suasana Kehangatan Pelayanan yang Tulus Bali Post dibawa dan dijual di gallery yang diharapkan semakin "harmoni" hubungannya dengan seniman. Belum lagi menghadapi bahwa mereka adalah juga sebagai ke- luarga biasa dengan anak-anak serta famili dengan berbagai permasalahannya, yang karena kemampuan seni serta keberun- tungannya yang berbeda, akan membawa dampak sosial bukan komunikasi kreatif. Di samping banyak seniman lebih memilih hidup menyendiri yang diang-. gap akan lebih inspiratif dan kreatif. "Ketika SMP saya sudah bercita-cita masuk ke ASTI (kini STSI). Tak ada pikiran lain lagi, Menurut hemat saya akan le- bih bermanfaat rasanya kalau dana yang tersedia dalam APBD Kab. Badung diarahkan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Membangun Gedung Pa- meran yang representatif di be- berapa Pusat wisata di Kab. Ba- dung, seperti di Kuta, Sanur atau di Nusa Dua, di mana para seniman dapat berpameran se- cara teratur dengan kondisi yang ringan. Dan kalau pun da- dibangun na cukup dapat di luar Kab. Badung, seperti di Tanah Lot, Danau Beratan dan sebagainya. 2. Secara tetap Pemda Ba- DIGILING LANGSUNG DICOUNTER TIARA DEWATA Tiara Dewata Us 90 C968 Pesan orang-orang yang masuk ke Ba- li. Walaupun pekerjaan itu sa- ngat sukar, tetapi harus dilaku- kan! Demi amannya Bali. Demi tegaknya citra Bali yang ber- penduduk ramah, galant, selalu menghormati tamu, dan yang terpenting demi aman dan les- tarinya Bali. Dalam hal imigrasi ke Bali, termasuk urbanisasi, ti- rulah cara kerja Pemerintah DKI Jakarta. Sampai yang pu- lang mudik dan kembali ke Ja- karta, setelah lebaran dapat di- ketahui. Dalam hal ini Pemerin- tah Daerah, tentunya selektif memonitor tenaga-tenaga kerja atau orang-orang yang masuk Bali. Tenaga skill ya terima, te- naga onskill, kembalikan saja,a gar tidak menimbulkan masa- lah sosial," kata Agus ber- sungguh-sungguh. —— dan, saya yakin pasti bisa," ungkapnya. Lha, lantas kenapa tak pilih SMKI saja? "Ayah tak mengijinkan saya masuk ke sana karena masa studinya empat tahun. Jadi, kelamaan. Akhir- nya, ya pilih SMA namun tetap menari" ki- lahnya. "Selain dari pada itu, khusus generasi muda Hindu di Bali, usahakan banyak beribadah dan menekuni ajaran Weda dan agama pada umumnya. Jangan terlena oleh kenikmatan dunia maya ini, karena keberhasilan Bali dalam membangun sosial ekonominya !", ajak Agus kepa- da generasi sepantarannya. PRO Hingga kini, ia memang masih tercatat seba- gai mahasiswi STSI Denpasar. Bermula dari menguasai tari pendet, kini tak tahu persis lagi, entah sudah berapa tari tradisional seluruh Nu- santara yang berhasil dikuasainya. Maklum, se- bagai mahasiswi jurusan tari, 'sarapan pagi' sampai 'santap malamnya memang menari dan menari. Pagi hingga siang latihan di kampus. Sore hingga malam menari di hotel-hotel. Mengaku tak punya bakat atau dasar teater sama sekali, putri pertama dari enam saudara ini masuk ke dunia film dengan coba-coba. "Pi- ngin tahu saja, gimana sih rasanya berakting film. Eh, tahunya biasa aja. Seperti menari di panggung saja," ujarnya ter- tawa kecil. Toh, ia tak mengelak ketika ditanya apakah tidak kagok juga pertama kali. "Saya sempat bengong. Mau berbuat apa di depan ka- mera? Kagok, jelas," lanjut Dayu yang mengaku banyak dibimbing berakting di depan kamera oleh Ray Sahetapi, kawan bermainnya dalam NP (berperan sebagai I Jaya, kekasih Pandan- sari). dung membeli karya terbaik da- ri seniman sebagai koleksi Kab. Badung, bahkan bisa juga seba- gai investasi. Maklum saja. Meski dunia panggung sudah tak asing lagi baginya, toh kamera film masih termasuk benda asing dalam sejarah kehidu- pannya. Ikut testing calon bint utk pemeran Pandansari bulan Maret 1989 si- lam pun semata karena 'paksaan' teman-teman dan dosennya di STSI. Apalagi setelah melihat 50-an cewek kece-kece lainnya yang menjadi 'tandingan'-nya. "Saya keder uga awalnya. Teta- pi, karena yang dibutuhkan rambut panjang, pintar menari, saya malah optimis. Yang kurang paling aktingnya saja. Tetapi, dalam tarian juga ada ekspresi. Nah saya coba. Akhirnya eh malah terpilih beneran," ia bertutur riang. (Bersambung ke Hal XI kol 1) (Sambungan Hal I) Bali Post/NOS. Ketut Agus Astika 3. Membantu para seniman Bali untuk berpameran di luar Bali sampai ke luar negeri, kare- na pada kebanyakan seniman belum mampu membeayai pa- meran, terutama seniman muda potensial. 4. Dapat juga Pemda Badung memulai dengan tradisi yang terjadi di Jepang, di mana Pe- merintah memberikan peng- hargaan kepada Gallery atau Art Shop yang secara nyata mem- bantu meningkatkan mutu ka- rya serta mendorong kreativitas seniman, seperti memberi har- ga yang pantas serta menspon- sori pameran. Barangkali ada baiknya kalau pejabat Pemda Badung me- nyempatkan diri berkunjung ke kota kecil St. Latijn Martem di Gent, sebagai studi banding se- belum gagasan tadi diwujud- kan. Jangan lupa singgah juga ke kota pantai Oostende, Kuta- nya Belgia, dengan gallery dan museumnya yang menggairah- kan bagi seniman. RASPRO Rikus mulanya hendak menarik diri. Namun sebagai Kabag Humas yang dimintai pendapat oleh bupati tentang siapa sopir yang cocok, saya langsung berkeras memilih Rikus," kisah Malelak. Dikatakan, menentukan peng- emudi kendaraan utama itu ti- dak dapat ditunjuk pada semba- rangan orang. Rikus Kadju, bapak empat putra yang kini telah berseko- lah semuanya nampak sebagai figur setia dan cocok menempa- ti posisi ini, kendatipun oleh se- bagian pegawai dikatakan se- bagai jabatan "abadi" karena jabatan yang tidak terlalu menggembirakan. Hanya lain kata Rikus, "kebanggaan ter- sendiri memang ada kalau tidak pernah diganti. Berarti saya bu- kan sembarang pegawai," tan- dasnya. GENERASI BARU!! Satellite Recelver Istri tersayang Yang menarik dari kisah seo- rang Sopir ini adalah tantangan yang demikian besar, melupa- kan istri dan anak-anak dalam melaksanakan tugas. Bahkan untuk diri sendiri pun hampir tidak dipentingkan. Tantangan lainnya, Rikus ter- paksa menipu diri hanya karena berada di atas besi berban ini. Denpasar Lain lagi, Agus Wijaya Kusu- ma, yang juga anggota dan akti- Menghadapi vitas UKKHD Untag Surabaya. Agus Wijaya Kusuma, yang ke- lahiran Bukit Jambul Karanga- sem, kini duduk di semester VI, Fakultas Teknik, Jurusan Ma- najemen Industri. Agus juga berharap untuk kemajuan dan peningkatan pengetahuan serta penghayatan ajaran agama pa- ra cendekiawan Hindu, harus aktif membimbing generasi mu- da. Para hartawan yang memili- ki dana, sesuai dengan konsep ajaran dana punya, harus rela pula menyisihkan harta ke- kayaannya sedikit untuk mem- bantu kegiatan-kegiatan kea- gamaan, atau kegiatan sosial Glanyar : |||||| Kepingan 50 A Terasa Bali Mengenal Musim Turis Lagi duka baginya," dengan nada bergurau Mencrut ber- kata. M asih ingatkah dengan ungkapan Pak Man- tra ketika belum turun dari kursi kepala daerah Bali? Suatu saat ketika masih men- jadi gubernur, Pak Mantra mengatakan bahwa Bali tak lagi mengenal musim turis. Katanya, tak ada mu- sim turis ramai tak ada istilah musim turis sepi. Se- panjang tahun, turis mengalir terus ke Bali. Selalu ramai. Lantaran ungkapan itulah, seorang karikaturis lalu menggambar profil Pak Mantra, dengan kutipan ten- tang tak ada lagi musim turis di Bali. Belum terlalu lama, memang, kata-kata itu dikumandangkan. Ma- sihkah dia mengandung kebenaran sampai kini? Be- tulkah turis ramai ke Bali sepanjang tahun? "Tentu saja saya ragu," cetus Sanglir. Hari itu sopir taksi gelap yang berambut kriting itu tampak santai dalam keputusasaan. Sudah empat hari kema- langan menimpanya. Tak satu batang hidung turis pun sempat diangkut. Tak seorang turis pun melirik mobil VW-nya. "Sepi. Sepiiii sekali," cetusnya kepa- da Mencrut. Usai meneguk secangkir kopi, Sanglir berkata lagi, "Kalau saja bisa robek, sudah robek tenggorokan ini berteriak. Transport, Mister. Tran- sport, Mister. Tak seramai dulu." "Saya tak bicara soal musim. Tetapi, kalau jumlah turis, saya yakin jumlah mereka yang berlibur ke Bali bertambah dan bertambah. Pak Sanglir-lah yang lagi malang. Masak mau untung terus !" seru Mencrut. Ayah dua anak yang pernah menjadi pengecer SDSB ini menyebutkan data tahun 1990 ini, target turis yang dicanangkan berlibur ke Bali sekitar 720-an ribu. "Jauh meningkat dari dua atau tiga tahun lalu yang hanya mencapai 300 ribu," kata Mencrut yang mempunyai profesi sama dengan lawan bicaranya. "Mudah-mudahan angka yang kau sebut benar. Tetapi, harus dibuat perbandingan yang benar jika kita berbicara musim. Dulu, pada zaman Pak Man- tra, jumlah hotel tak sebanyak sekarang sedangkan jumlah turis cukup banyak. Praktis setiap hotel mene- rima begitu banyak tamu sepanjang waktu," cetus Sanglir. Dengan kata-kata yang argumentatif dan da- ta secukupnya, Sanglir menjelaskan bahwa jumlah kamar hotel berbintang dan nonbintang pada tahun ini sekitar 13.845 buah (belum termasuk kamar hotel yang tengah dibangun di segala penjuru tanah Bali ini). Peningkatan jumlah kamar luar biasa, sedang- kan persentase ramalan kenaikan kedatangan turis jauh di bawahnya. "Kalau perbandingannya begitu, apakah masih bisa disebut musim ramai? Turisnya ya banyak, tetapi hotelnya sepi, ya tak ada salahnya kalau istilah 'musim sepi turis' muncul di kalangan pengusaha hotel. Dan juga di kalangan profesional taksi gelap," tambah Sanglir. Tanpa perlu menyebutkan nama hotelnya dengan gamblang, Sanglir mengatakan bahwa di Nusa Dua ada karyawan hotel mengeluhkan keadaan sekarang. "Aduuh... gimana nasib kita nanti. Hotel tumbuh dalam angka yang luar biasa. Persaingan kian seru. Sekarang saja hotel berbintang lima ini hanya berisi 40%. Apa artinya? Tingkat penghunian mengkha- watirkan. Apa jadinya kalau hotel-hotel yg kini di- bangun rampung semuanya. Saat itu, jumlah kamar akan menjadi 21 ribu buah. Bakal seru. Bakal me- nyedihkan... bagi hotel yang tidak mendapat cukup banyak turis," tutur karyawan hotel itu dengan nada sendu. Katanya lagi bahwa keluhan itu sering ditiup- kan ke telinga para wartawan agar menulis hal ini di media massa sehingga kontrol ketat penambahan ka- mar hotel bisa menyelamatkan keadaan. "Saya pikir karyawan hotel itu hidupnya enak. Ramai tak ramai turis di hotelnya, toh gajinya tinggi. He... ada juga yang mengeluh. Apalagi mesti jadi sopir kayak kita. Bisa tiada hari tanpa tetesan air mata klasik yang diajarkan pada si anak adalah konsep rumah me. nurut orang dewasa. Orang tua sering kurang menyadari, anak mempunyai dunia tersendiri, gambaran atau mungkin kei- nginan mengenai lingkungan nya. Menilai baik buruknya lu- keagamaan yang lainnya. Ter- masuk pembelian buku-buku Agama Hindu, agar ada nara- sumber bagi generasi muda da- lam usaha mempelajari Weda, dan kitab-kitab suci yang lainnya. (Bersambung ke Hal XI kol 1) (Sambungan Hal IX) Jika sedang menyetir dan ber papasan dengan istrinya, hati- nya sengaja dibekukan. "Nanti malam, kalau sudah pulang saya minta maaf," ungkap Ri- kus yang cerah ceria penuh hu- mor ini. Hendrikus Kadju menurut Malelak, akan memasuki MPP pada lima tahun mendatang. Berarti masih ada kemungkinan menyetir mobil dinas itu de- ngan bupati baru. "Tapi saya hanya tunggu bagaimana kepu- tusan atasan," kata Rikus. Atas pertanyaan tentang ke- percayaan yang diterimanya dan resepnya untuk rekan- rekan pegawainya, Rikus ber- nasihat," untuk dipercaya pim- pinan, kita harus berusaha mengetahui apa kemauan ma- sing-masing pimpinan. Lain orang lain senangnya," tu- kasnya. MASPRO AUDIO VIDEO POLARATOR SRE 90 R Dapat di Memory pada Remote Control Cash & Credit Tentang putra-putranya, ter- lebih yang sulung yang sudah pandai mengemudikan mobil, Rikus belum memberikan izin bekerja. "Mereka semua harus belajar terus, biar hidup lebih baik jangan hanya seperti saya. Tapi bukan kerja sopir itu hi- na," katanya berdalih. (Hilarius Laba) MASPRO SATELLITE SYSTEM Sentral Parabola, Jl. Imam Bonjol 99A Telp. 24769 Surya, Jl. Gajah Mada No. 128 Telp. 22254 Osaka, Jl. Sumatra No. 7-9. Telp. 34665 Trio, Jl. Diponegoro No. 102 Telp. 28451 Dirgantara, Jl. Thamrin Telp. 23258 Asia Jaya, Jl. Ngurah Rai No. 28 Telp. 93047. C 863 "Lha, apakah tidak wajar dia mengeluh? Itu ! kan soal nasib. Bekerja dengan jam yang sama tetapi pendapatan sedikit, untuk apa?" sanggah Sanglir. "Sebentar lagi juga lapangan terbang Ngurah Rai akan beres. Luas. Canggih. Berwibawa. Kalau itu sudah selesai, 'kan tambah banyak lagi pesawat ter bang yang akan landing di Bali dan lalu menumpah- kan bule-bule dari berbagai penjuru. Harus sabar." Sabar!" kata Mencrut. Tak lupa juga Mencrut me- nyampaikan perjuangan pejabat daerah yang meng- usulkan agar bandar antarbangsa Ngurah Rai bisa dibuka untuk semua penerbangan internasional. "Harus dibuka? Segera ?" tanya Sanglir sinis. "Ya. Tak ada jalan lain," sahut Mencrut. MINGGU, 3 JUNI 1990 Hari kian panas. Debu-debu beterbangan setelah dikipas roda-roda kendaraan yang lewat. Pada saat jalanan macet, debu mungkin tak terterbangkan, akan tetapi kepul-kepul asap knalpot mobil sangat biasa menyesakkan udara kawasan Wisata Kuta. Da- lam suasana seperti itulah, kedua sopir taksi gelap itu memperbincangkan soal turis, musim ramai dan mu- sim sepi, mempercakapkan soal bandar udara yang kini memang tengah diperhebat dengan bantuan dana negara Jepang. "Dikira segampang menepuk nyamuk membuka bandar udara?" tanya Sanglir. Lebih sinis dari yang tadi. Dia mengusap matanya. Menggaruk kepalanya; entah gatal entah tidak. "Kalau sudah kehendak pemerintah, tentu semua- nya beres. Kondisi memang mendesak untuk itu. Ho tel banyak. Pariwisata sebagai sektor peraih devisa dikibarkan. Apalagi jikalau tidak mengundang turis sebanyak-banyaknya," debat Mencrut. "Urusan pesawat terbang itu bukan urusan peme- rintah kita saja. Tetapi, urusan yang begitu rumit, melibatkan negara kita dan negara lain. Negosiasinya juga kompleks. Lihatlah soal Garuda dengan JAL Jepang. Kalau diizinkan, tentu saja Garuda ingin terbang sesering-seringnya ke banyak kota pusat turis di negeri Sakura. Tetapi, apakah JAL bisa berbaik hati begitu saja? Dulu, perusahaan penerbangan Ae- roplot, Uni Soviet, dilarang masuk Indonesia karena alasan politik. Negosiasi Garuda dengan Thai Air- ways untuk terbang ke Bali juga tak kunjung menjadi kenyataan. Jalan-jalanlah ke Hotel Bali Beach. Thai Airways mempunyai kantor tetapi apa pernah pesa- watnya terbang ke Bali membawa turis Thailand atau turis yang berlibur di Thailand ? Perusahaan pener- bangan UTA (Prancis), Nicky Lauda Air (Austria), tak kunjung ke Bali. Banyak sebab. Banyak faktor, ujar Sanglir memberi ceramah. Mencrut hanya tersenyum, kecil. Heran juga dia kepada Sanglir yang tahu begitu banyak persoalan, yang bisa membuat hatinya kagum, matanya terbuka, dan wawasannya bertambah. Akan tetapi, dengan semangat oposisi, Mencrut tetap mencoba menggugat temannya itu. "Lha, yang punya hotel di Bali 'kan orang-orang besar. Konglomerat. Yang bisa mem-" perjuangkan agar pesawat terbang cepat ramai-ramai menukik di Bandar Udara Ngurah Rai. Kalau nggak begitu, waktu pengembalian investasi mereka jadi lambat. Hotel kosong lama. Apa mereka mau rugi? Tak mungkin," kata Mencrut bergaya ekonom. Kalau sudah sampai pada konglomerat, Sanglir, menjadi enggan menjawab serangan balik Mencrut. Tak ada gunanya "Yang jelas," kata Sanglir," meski- pun turis bertambah, tetapi kamar hotel berlipat gan- da, istilah musim sepi turis akan terasa lagi! Banyak hal yang menggerogoti pernyataan tentang 'Bali tak mengenal musim turis lagi' (W). (Sambungan Hal VII) SE 50 51 50. kisan anak hendaknya bukan dari kaca mata orang dewasa, tetapi dari kekayaan, kepekaan dan penghayatan anak dalam mengolah lingkungan dan peng- alamannya. Sungguh suatu ke- keliruan bila orang tua justru menilai bermutu tidaknya lu- kisan si anak dari kriteria peni- laian orang dewasa. Kesimpulannya harus ada ke- seimbangan antara kebebasan dan disiplin dalam mendidik anak. Orang tua yang semata melarang tanpa menyodorkan alternatif lain berarti meng- hambat spontanitas dan per- nyataan diri anak. Namun mem- biarkan begitu saja perbuatan si anak jelas akan mendatang- kan kerugian material dan ti- dak mendidik anak menghargai lingkungan. Di sini memang me- Tidak objek cerita fiksi untuk dibuat novel atau cerita pendek dan bi- sa juga untuk artikel-artikel kri- tik. Juru gosip yang lihai, mem- pengaruhi keputusan seseo- rang. Bila ia curang, meman- faatkannya untuk memeras uang suap. Dapat juga untuk membahayakan, bisa memba- kar kebahagiaan itu dan seba- liknya yang memenangkan me- rasa dapat angin. Dua kutub go- sip memang merah putih. Bagi yang terkena merahnya akan kalang kabut, sebaliknya yang dapat putihnya akan tersenyum lebar. Sebab objek gosip itu se- perti cerita wayang atau do- ngeng klasik lainnya, dimana ada tokoh putih dan ada tokoh hitam/merah. rupakan suatu tantangan yang cukup berat bagi para orang tua guna bertindak sebijaksana mungkin dalam menghadapi perilaku putra-putrinya. Langkah yang bisa dilakukan orang tua dalam kasus-kasus di atas misalnya menyediakan kertas dan pinsil serta me- nyuruh anak melukis di tempat yang sudah disediakan itu. Atau bisa juga memasang kertas le- bar diletakkan pada tembok, se- hingga tembok tidak akan ter- coreng oleh kelakuan si anak. Sedangkan kasus meniru lagak seorang supir dapat dihindar- kan dengan membuatkan per- mainan yang mirip mobil- mobilan. Bukankah hal itu tidak terlampau sukar dilakukan? Yakinlah Anda pasti bisa! Dan untuk kasus lainnya silakan An- da mencarikan pemecahannya sendiri. *** (IGB. Wisata). (Sambungan Hal VII) makin mengobarkannya. Untuk itu siapapun harus berhati-hati saat akan melacak sumber go- sip. Caranya teliti baik-baik sumbernya, kebenarannya, tujuan apa sebetulnya yang akan dicapai oleh penyebar go sip dan kalau bisa rundingkan dengan cara damai. Gosip itu mirip "bisa" yang dapat menja- lar dan merusak diri. Teliti Sebelum Anda Melabrak Sebetulnya dunia ini isinya gosip dan gosip. Bisa ditemui di tempat arisan, salon kecantis kan, butik, penjahit, bis kota, gedung bioskup, kantor, seko- lahan, dan sebagainya. Tempat gosip tidak perlu ditentukan le bih dahulu, di mana pun jadi. Semua orang bisa mende- ngarkan gosip. Tapi tidak se- mua orang jadi penyiar gosip/ penyebar gosip. Profesi ini me- merlukan keahlian : pandai bi- Gosip itu bak martir atau ran- cara, lincah, ramah, punya daya jau, yang terkena pasti menjerit retorika, pandai meyakinkan, atau lumpuh. Gosip selamanya perayu dan punya pengaruh. Di membuat panas hati yang terke- Amerika orang macam ini diju- na dan maunya melabrak yang luki "Nyonya Terompet". Agar jadi sumber. Kalau sudah begi- nyonya terompet tidak merusak ni, biasanya nasib berantakan. nasib orang lain, sebaiknya me-- Labrak sana, labrak sini, tarik mang disalurkan sebagai seo- saksi. Sebetulnya tindakan itu rang penulis atau tukang pro- bukan meredakan gosip justru mosi. ***(ES Constantina) TURUT BERDUKA CITA Kakanwil Deppen Propinsi Bali, beserta segenap karyawan dan karyawati menyatakan duka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya R. SOETIKNO SURYO ADISUPENO (MANTAN KAKANWIL DEPPEN PROPINSI BALI) di Denpasar, pada tanggal 2 Juni 1990, semoga arwah almarhum dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan lahir dan bathin. Kakanwil Deppen Propinsi Bali beserta segenap karyawan/ karyawati. MINGGU, 3 JUB ebudayaan manusia. S K perilaku budaya d total perfection" ata sempurnaan. Lalu kan kebudayaan m tem ide, sistem pe galan material m Kleiden mengataka daya cipta. Konse para eksekutif da seniman/budayaw "Hasil budaya diperjualbelikan, mi meraih dolar, Bali Post, edisi Se Sembreg sambil malam itu. tuk meman "Membangun r "Dolar, komers tukas Seregog me bag tenggelam. "Sebagai conto sialkan, pencuria ngaja membuat Hindu bagi orang dan dipertontonka yang semestinya ma Hindu dipertu sebagainya," Rub asmanya kumat. ris bergaya Spany sehingga disebut Spanyol," ucap Ar lah meraih surat k lagi sibuk mengu "Aku pernah m gelap untuk men nyak orang yang tidak sedikit pula aku sangat awam melihat para pen akhirnya tergeral kuninya. N'cik Li pada bidangnya. kukannya secara bakat seninya temurun. Alat ba aku analisis lebih tiknya cuma tahu perbaiki cara-car cahayaan, fokus rana, ASA film, k berapa hal lain u baik, kurang me diperlakukan sa Padahal untuk for ra manual yang menyerahkan kli rena tak tersimp: perti cetakan p Liong bukan tuka ulas Nyoman Ko kan kritik budaya Ida Ayu Jadilah Dayu nah dibayangka but panjang, kep tik, Dayu mema Pandansari, si g dalam lingkung sempat masuk d Dunia nelayan y dingan dunia ist memilih dunia F % 306 Pesan Contohnya adalal studi Agama Hin Dharmasrama, E Di Bali harus leb sentra-sentra mer seperti YSD Brata baya. "Sangat be generasi muda H generasi peneru sejak dini memba tuk mendalami d. ajaran Weda, Ya ra, yang meman Swadharma setiap ungkap Agus. Menurut Agus ma, kemunduran adalah akibat ad an Ajawera yang ga hanya orang- AS-Soviet pengaitan langsu setujuan perdaga dengan sanksi ek terhadap Lithuar proklamasikan 11 Maret. . Bush dan Go Tours (Cont Frog Dance at Penjor Resta every Sunday Parwa Ramayan: tel Menara, Un day and Wednes Mask Dance Every Tuesd osekan Kecak Dance Every Sunday gal Ubud, at 1 Every Sunday mi Kuta begin Ramayana Epic Every Monda an Kuta begin Shadow Puppet Every Sunday Thursday at nur (phone: 8 20.00 p.m. Gabor Dance Every Tuesda jar Ubud K 21.00 p.m. Mahabharata E Every Thurs Teges Pelia 18.30-20.00 pr Rajapala Dance Every Thurs Ubud Keloda p.m. Calonarang Pern Every Friday Ubud at 18.3 Color Rendition Chart
