Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Bali Post
Tipe: Koran
Tanggal: 1990-06-03
Halaman: 06

Konten


4cm HALAMAN VI Bahasa Anjing MARTIN 90 dekat so- pir, terdengar tangisan bayi. Di dekatku, seorang lelaki setengah baya asyik mengisap rokok yang asapnya menyebab kan ibu tua di dekatnya terba- tuk-batuk. Asap rokok dan asap knalpot bus-bus yang memenuhi termi- nal bercampur dengan bau apak keringat. Sebagian bau apak itu pasti berasal dari diriku, karena aku belum mandi bahkan gosok gigipun tak sempat. Aku harus mengejar waktu, agar tidak ter- lambat mengumpulkan tugas merencana arsitektur yang te- Iah kukerjakan selama beber- apa hari tanpa istirahat. Kondektur bergelantungan di pintu bus sambil berteriak, "Kosong! Kosong! Mari Pak, ma- ri Bu! Masih ada tempat!" Padahal di dalam bus kota itu, penumpang telah berjejalan. Tak satu pun bangku yang ko- song. Aku dan beberapa penum- pang yang lain, hanya kebagian berdiri. Tapi kondektur itu ma- sih saja berteriak, Kosong! Masih ada tempat!" Di atas kosong," celetuk seo- rang penumpang. Maksudnya, Pertanyaan: Mendatar: 1. Sedih (Igg.); 2. Siswa; 4. Ta- bungan Uang Muka; 6. Kain yang disampirkan di pundak wanita; 9. Minuman bergizi; 11. Gajah.... (Patih Majapahit); 12. Media Elektronika kita; 13. Lembaga Negara Penasihat Pre- siden; 14. Patrun; 15. Sebuah bi- langan; 16. Pakaian bawah wa- nita; 17. Tempat Pemakaman Umum; 19. Gembira; 20. Anak laki-laki (Ingg.); 22. Tidak beea; 24. Gelar setelah melakukan ibadah ke Mekah; 27. Sekom- plotan; 28. Kepala surat; 29. Ma- 12 Teka-teki Silang Nomor 280 ti; 30. Tulang rusuk. Menurun : 17 $$ 6 18 22 27 15 3 23 29 10 15 19 di atas bus. "Kalau mau enak, naik taksi saja!" Sahut kondektur itu. Penumpang-penumpang yang lain hanya dapat tersenyum ke- cut. 26 Cerpen Tan Lioe le "Kosong! Masih ada tempat!" Kembali terdengar suara kon- dektur itu seiring dengan gerak bus yang mulai meninggalkan keramaian terminal, memasuki keramaian jalan raya. Sejak melangkah dari rumah hingga di dalam bus ini, aku me- rasa sesuatu yang asing sedang terjadi pada diriku. Kakiku me- langkah sekehendaknya, bukan kehendakku. Orang-orang yang berpapasan denganku hanya di- lihat oleh mataku, bukan oleh- ku. Suara tangis bayi, bau apak dan yang lain-lain, semuanya di- nikmati oleh masing-masing in- deraku tanpa melibatkan aku. Heran! Apa yang terjadi pada- ku? Mengapa aku merasa sendi- ri dan asing di tengah keramai- an ini? Seperti makhluk UFO di tengah kerumunan makhluk bumi? Atau aku memang makh- luk UFO yang dititipkan di bu- mi? Atau semua makhluk bumi hanya titipan belaka? Pikuran- S ampai sejauh ini Rahady- an Wijaya belum juga sa menemukan, siapa se- jatinya Ki Macan Kuping yang nyalawadi itu. Namun ketika se- dang berada di atas perahu, Ra- hadyan Wijaya menemukan ti- tik terang tentang siapakah ke pala desa Kudadu itu. Maka ka- ta Sang Rahadyan kepada keka- sihnya, "Yayi Tribhuwana, Yayi telah memberanikan diri untuk bertanya siapakah sejatinya ke- pala desa Kudadu itu." lum "Dinda sampai sekarang be- puas akan jawaban- jawabannya, Kangmas," sahut sang Putri. "Dinda percaya, orang itu tentulah menyimpan suatu rahasia tentang dirinya." Benar, Rahadyan," sambung Lembu Sora. "Seandainya dia hanya seorang kepala desa, ba- gaimana dia tahu tentang surat Adipati Arya Wiraraja kepada Aji Jayakatwang, dan bagaima- na dia mempunyai keberanian untuk mengirim surat rahasia kepada Rahadyan?" "Dia adalah orang yang sa- ngat dekat dengan Paman Adi- pati, tetapi pura-pura jauh dari 1. Berterima kasih (kepada Tuh- an); 2. Enggan; 3. Sandiwara; 5. Pakaian tebal; 6. Pinggir, tepi; 7. Nota Bene; 8. Ukuran berat; 10. Hawa; 11. Berang, gusar; 17. Dinding; 18. Alat pencerna ma- kanan; 20. Tidak beruntung; 21. Timbangan; 23. Kuburan; 25. Tidak dipakai lagi; 26. Cassa Nurtanio. Kententuan menebak: 1. Jawaban cukup ditulis di atas kartu pos, tempelkan kupon TTS 280. Kirim ke 11 16 3 4 24 25 8 14 20 Mahiman Wilwatikta Ignatius Suharto 5 21 HR.- Sampai di Sumenep (46) Ringkasan cerita yang lalu : Karena rasa terima kasihnya, Rahadyan Wijaya menjanjikan kepada Ki Macan Kuping, akan menjadikan desa Kudadu sebagai tanah perdikan bila kelak ia berhasil menjadi raja. padanya. Coba perhatikan ba- gaimana Ki Macan Kuping itu menyebut Paman Adipati Arya Wiraraja. Pertama ia hanya me- nyebut Adipati, kemudian Sang Adipati, lalu Gusti Adipati, dan kemudian ia menyebut Kang- jeng Adipati. Sebutan-sebutan Gusti dan Kangjeng sebenarnya hanya untuk menutupi kepura- puraannya itu." "Kangmas benar," sahut Pu- tri Tribhuwana. "Tetapi yang jelas, kepala desa itu sangat mengenal Kangmas." "Dari mana Yayi menarik ke- simpulan tersebut?" tanya sang Rahadyan. "Bukankah dia mengenakan topeng ketika menyerahkan su- rat itu kepada si Pekathik? Bu- kan hanya kepada Kangmas, melainkan juga kepada si Pe- kathik itu ia tidak mau dikenali wajahnya ? Selain itu Dinda ju- ga memperhatikan kumis, jang- gut, cambang dan busananya yang nampak berlebihan." "Ya, benar," kata sang Ra- hadyan sambil membayangkan kembali penampilan kepala de- sa Kudadu aneh itu." Aku masih ku bekerja sendiri merangkai pertanyaan-pertanyaan itu, tan- pa melibatkan perasaanku dan tanpa melibatkan aku. "Ongkosnva Pak, ongkosnya Oom, ongkosnya....," terdengar suara kondektur itu. Tangan ka- nanku bergerak sendiri mero- goh kantong dan menyerahkan ongkos pada kondektur, di luar tahuku. Sungguh! Bus kota itu terus melaju me- nyusuri by pass.Hanya sekali-se kali berhenti di halte untuk me- nurunkan atau menaikkan pe- numpang. Berapa lama bus itu melaju, aku tak tahu. Mataku tak melirik jam dan aku tak ta- hu indera yang mana untuk mengukur waktu. Kalaupun mataku melirik jam, tentu ia ha- nya melihat untuk dirinya, bu- kan untukku. "Pulomas! Pulomas, ada!" Kembali terdengar suara kon- dektur itu. "Ada!" Mulutku menyahut. Sungguh, hanya mulutku, bu- kan aku. "Kiri, stop!!!" Teriak kondek- tur. Bus itupun menepi. Dan raga serta jiwaku yang bergelut de- ngan kesibukan masing-masing walau sebenarnya menyatu ber- anjak turun dari bus itu. Kakiku menjejak bumi dan kembali ia melangkah di luar tahuku ke arah tempatku me- nuntut ilmu. Gila! Apakah aku sedang bermimpi?! Tangan ka- nanku mencubit kulit di tangan kiriku, ternyata sakit. Tangan kiriku menuntut keadilan, men- cubit pula kulit pada tangan ka- nanku, ternyata juga sakit. Ta- pi, sakit dan sakit itu, hanya mi- lik kulitku. Bukan milikku. Raga dan jiwaku terus berge- rak ke tujuan. Di kiri dan kanan jalan yang dilintasi, berbagai jenis pinus berbaris bagai tenta- ra. Hanya bedanya pinus-pinus itu tak pernah beranjak dari tempat mereka berpijak. "Siapa yang mengatakan ka- mi tak pernah beranjak? Kau saja yang tak melihatnya." Hah! Pinus-pinus itu berbica- ra? Apa kupingku tak salah de- ngar?! "Bukankah banyak yang tak dilihat mata secara langsung, dapat diketahui, diterima dan dibenarkan? Walau mungkin juga tidak diketahui, diterima, dibenarkan." Siapa yang baru saja ber- ucap? Warna suaranya berbeda dengan pinus-pinus itu. Angin- kah? redaksi Bali Post, Jln. Ke- pundung 67A Denpasar 80001, selambat- lambatnya 24 Juni 1990. 2. Jawaban yang benar akan di- undi. Empat nama peme- nang akan diumumkan pada penerbitan Bali Post 1 Juli 1990. 3. Pemenang memperoleh ha- diah uang masing-masing se- besar Rp 7.500,00. 4. Pemenang dalam kota Den- pasar harap mengambil hadi- ahnya di kantor Bali Post se- tiap hari kerja. Luar kota akan dikirim lewat Pos. Pemenang TTS 278: 1. Bambang Basuki BLPT Jln. Broto Joyo no. 1 Semarang Jawa Tengah. 2. Erawan Sutandi Br. Tebuana, Sukawati Gianyar, 80582. 3. Ida Made Prayatna Jln. Sultan Kaharudin, Pagesangan Barat, Mataram 83127. 4. Ni Made Sri Wardhani Jln. Dalem Rai no. 70 Abianbase, Gianyar 80511. Jawaban TTS 278 Mendatar: 1. SERAK; 3. PUASA; 5. RAN- CU; 6. AJU; 7. NUR; 9. STM; 11. SWEDIA; 14. AMINAH; 17. BE- NALU; 19. LEMBAH; 21. PRA; 23. TIK; 25. TER; 27. MIAMI; 28. BURAS; 29. MODAL. Menurun : 1. SEL; 2. KRU; 3. PUN; 4. ALA; 6. ADE; 8. RUN; 9. SANGGUP; 10. MANDELA; 12. WRITE; 13. DERMA; 15. ISLAM; 16. ANO- DA; 18. NOT; 20. BOR; 22. PBB; 24. KMS; 25. TIM; ingat kata-katanya, bahwa Resi Glugu Tinatah adalah nama sa- maran Paman Pujangga Santas- merti. Kemudian Ki Macan Ku- ping juga menjelaskan, sean- dainya kita sempat bertemu de- ngan sang Resi, kita pun tak akan mengenal bahwa sang Re- si adalah Paman Pujangga San- tasmerti. Jangan-jangan Ki Macan Kuping itu pun sesung- guhnya adalah Paman Pujangga Santasmerti?" "Waktu bergerak terus, per- nahkah kau sadari? Dari batas waktu yang satu ke waktu yang lain, ada 'gerak' di luar dan da- lam dirimu pernahkah kau be- nar-benar menyadarinya? Apa lagi jika waktu itu dipersempit jaraknya menjadi persemilyar detik dan seterusnya, sadarkah kau akan adanya 'gerak' di ce- lah-celah waktu itu?" Kembali terdengar ucapan dengan war- na suara yang lain lagi. Siapa yang berucap? Pentingkah tahu siapa yang berucap? Dapatkah disadari 'gerak' yang ada? Walau 'gerak' itu be- nar-benar ada. Waktukah yang menentukan ada dan tiada? ataukah waktu hanya me- nyebabkan seolah-olah tiada, walau sesungguhnya tetap ada? Kali ini pikiranku yang ber- tanya-tanya. "Bang, dapatkah abang me- rasakan dan menyadari apa yang terjadi pada abang dalam sepersejuta detik? Apa beda- nya dengan yang abang rasakan dan sadari sepersejuta detik sebelumnya?" Bibirku bertanya pada salah seorang dari kum- pulan tukang becak yang se- . dang menunggu penumpang. Tukang becak itu cuma me- mandang tanpa menjawab. Mungkin ia sibuk dengan piki- rannya yang dihantui oleh petu- gas penertiban becak yang da- pat muncul sewaktu-waktu. Setelah kakiku beranjak me- ninggalkannya, tukang becak itu menyilangkah telunjuknya pada jidatnya, sambil berkata pada teman-temannya," "Orang sinting." Mataku melihat dan telinga- ku mendengar semua itu, tapi mereka tak melaporkan pada- ku, sehingga aku tak tahu. Sean- dainya aku tahu pun, mungkin aku akan pura-pura tak tahu. Bukankah tahu namun pura- tak tahu sudah pura "membudaya"? Kecuali pada ja- nin dalam kandungan dan bayi- bayi mungil. Mungkin pada he- wan dan tumbuh-tumbuhan ju- ga belum "membudaya". Atau sudah? Di kiri dan kanan jalan, masih dihiasi barisan pinus. Banyak nama yang diberikan orang un- tuk berbagai jenis pinus itu. Yang diingat otakku, hanya sa- tu, yaitu Pinus mercuri. Tapi, apakah perlu mengingat satu nama atau lebih? Apakah ingat- an lestari dan perlu dilestari- kan? Atau pinus-pinus itu yang perlu dilestarikan, tak perduli apapun namanya? Di depan mataku, terlihat seekor anjing kurus sedang mengais sampah mencari sisa- sisa makanan yang merupakan sampah bagi manusia, namun sangat berharga bagi makhluk kurus itu. Piiranku tiba-tiba bertanya. "Di mana batas berhar ga dan tidak berharga? Di mana batas sepele dan tidak sepele?" "Gila! Jangan bertanya!" Aku menghardik pikiranku. "Dan kau, kakiku, berhenti dulu melangkah!" Tapi pikiranku tetap berta- nya dan kakiku tetap melang. kah. Mungkin mereka tak se- nang dibentak secara kasar. Baik, akan kucoba dengan halus. "Wahai saudara pikiran dan kaki, berhentilah sejenak ber- tanya dan melangkah," pintaku. Berhasil! Mereka mau ber- henti. "Wahai saudara pikiran, kaki dan yang lainnya, apa sebenar- nya yang kalian inginkan? Mengapa semua berjalan menu- ruti kehendak masing-msing tanpa melibatkan aku?" "Bung, kami ingin menjalan- kan hak kami secara bebas! Ya, sebebas-bebasnya! Ini zaman glasnost dan perestroika, jadi co- balah memahami kami! Jangan terus mengatur kami! Biarkan kami memilih jalan masing- masing! Demokratislah, Bung! Ya, demokratislah, Bung!" Me- reka berlomba-lomba untuk berucap, dimulai oleh mulutku kemudian disusul tangan, kaki dan yang lainnya. Mereka bica- ra atas nama diri sendiri. Jadi, mulutku tak lagi mewakili aku. "Baiklah, saudara-saudara. ki- ta coba apa yang saudara saudara inginkan dan kita lihat bagaimana hasilnya," kataku. "Setuju!" Teriak mereka se- rentak. Mufakat bulat yang ti- dak lonjong telah tercapai, se- Kuping tidak lain adalah Ki Pu- jangga Santasmerti." Sementara itu perahu sudah merapat ke daratan, dan para perajurit sudah turun dari per- ahu perlu menambatkannya. Begitu mereka menginjakkan kaki di daratan, tampak dua orang pria mendekati dengan ramahnya. "Sempura, 'enggih, benarkah para priyagung ini yang singgah di rumah Ki Macan Kuping?" tanya orang itu dengan logat orang Madura. "Jadi, kalau Ki Macan Kuping itu sungguh Paman Pujangga Santasmerti, ia telah mem- buktikan kebenaran kata- katanya. Buktinya, kita tidak mengenali wajahnya. Dia yang terlalu pandai, ataukah kita yang terlalu bodoh?" sahut Pu- tri Tribhuwana sambil terse- nyum lembut, menertawakan dirinya sendiri. "Buh, abuh, syukur kalau be- gitu," kata yang seorang dengan gembira "Kami disuruh Ki Lembu Sora berpikir semakin Buyut Rangga untuk menjem- keras, kemudian ia pun teringat put para priyagung ini." akan sesuatu. Katanya, "Dulu, "Ki Buyut Rangga ? Siapa itu berulang kali Ki Pujangga se- ?" tanya sang Rahadyan heran. ring menggunakan ungkapan : "Kepala desa Modeng. Di sini- 'Haywa nggetuni samubarang lah desa Modeng," jawab orang kang wus kelakon.' Dan Ki Mac- itu. an Kuping juga menggunakan ungkapan yang tepat sama. Bu- kankah pada umumnya orang menggunakan ungkapan: 'Aja nggetuni kedadeyan kang wus kela- kon'? Jadi benarnya juga kalau Ki Macan Kuping itu adalah nama samaran Ki Pujangga. Ma- sih satu lagi. Ungkapan 'kayu menjadi abu' tidak lumrah di gunakan oleh kebanyakan Di rumah Ki Buyut Rangga orang. Ungkapan tersebut mu- mereka dijamu nasi jagung de- la-mula diungkapkan oleh men- ngan sayuran daun kacang pan- diang Sri Ratu Angabhaya, ke- jang, setelah mereka dipersila- mudian hanya terbatas di ka- kan membersihkan langan angabhayan. Sedangkan mandi di pancuran, di samping Ki Macan Kuping juga meng- rumah kepala desa itu. gunakan ungkapan yang de- mikian. Gejala ini memperkuat dugaan kita bahwa Ki Macan dirinya, Mereka terkejut, dari mana orang ini tahu bahwa mereka singgah di rumah Ki Macan Ku- ping? Rahadyan Wijaya menja- wab dengan singkat, "Benar, Ki Sanak." "Baiklah, kalau begitu. Di ma- na rumahnya?" "Tidak jauh dari sini." Rahadyan Wijaya, begitu ju- ga yang lain, sangat heran, teta- pi mereka menyembunyikan kebenarannya. Tanpa sepatah kata pun mereka langsung mengikuti dua orang pria tak di- kenal itu. Ki Buyut Rangga mencerita- kan bahwa sebelum matahari terbit seorang utusan Ki Macan Bali Post hingga voting tidak diperlukan. Kakiku kembali melangkah seenaknya, hingga tiba di ruang dosen. Tanganku mengumpul- kan tugas merencana arsitektur sebelum kakiku beranjak me- ninggalkan ruangan itu. Sambil menantikan jam kuliah mekani- ka teknik, mulutku sibuk ngo- brol dengan teman-teman ku liahku. Ketika kuliah mekanika tek- nik berlangsung, mulutku pa- ling banyak mengajukan perta- nyaan, yang dijawab dengan sa- bar oleh Prof. DR. yang meng- ajarkan. 110 menit saja, ia mem- berikan kuliah untuk hari itu. Usai memberi kuliah, ia lewat di dekat raga dan jiwaku, mene- puk pundakku seraya memuji, "Pintar." Mungkin karena mu- lutku banyak bertanya. Padahal pertanyaan-pertanyaan itu tak mewakili aku. "Baik benar Prof. DR. itu," ka- ta pikiranku. Aku tak tahu, apa karena pujian itu pikiranku berkata begini atau bukan. Yang jelas kepalaku mengem- bang karena pujian itu. Untung tak meledak. Setelah istirahat, tiba giliran kuliah sejarah arsitektur. Do- senku, hanya membacakan bu- ku yang dibawanya, hingga mataku terkantuk-kantuk. Se- benarnya cukup ia katakan, beli buku karangan X dan baca sen- diri di rumah! Atau dapat juga menyuruh anaknya yang di SMP untuk membacakan, mungkin lebih keras dan jelas. Usai mengikuti kuliah, kaki- ku melangkah menuju tempat menunggu bus. Raga dan jiwa- ku kembali melewati tempat- tempat tadi. Anjing kurus tadi, masih mengais sampah. Tiba- tiba kaki kananku terayun me- nendang anjing itu. "Kaing!!!" teriak anjing itu sambil lari terbirit-birit. Wah! Ini sudah keterlaluan. Tak dapat ditolerir lagi. Aku be- nar-benar marah pada kaki ka- nanku dan kuputuskan untuk campur tangan dalam urusan ini. Harus! Kukejar anjing itu. Setelah tersusul, kusodorkan kaki ka- nanku ke mulutnya, seraya ber- kata "Gigitlah!" Hap! Anjing itu menggigit ka- ki kananku dengan garang. "Sekarang skor berimbang," kataku sambil berharap tidak kena rabies. Anjing itu meng- angguk dan melangkah mening- galkanku. "Bung, kau telah melakukan intervensi, ikut campur urusanku," protes kaki kanan- ku, setelah anjing itu tak nam- pak lagi di mataku. "Kau mem- batasi hakku, kau otoriter, sama sekali tidak demokratis," lan- jutnya. Aku melanjutkan langkahku dengan terpincang-pincang, ka- rena kaki kananku sedikit ngambek rupanya. Sambil menunggu bus di hal- te, aku teringat teriakan anjing kurus tadi. Walau aku tak meng erti bahasa anjing, aku yakin teriakan itu mewakili perasaan- nya. Tak ada bahasa manusia yang dapat mewakili perasaan asing yang tadi kualami, meng- apa tak kucoba dengan bahasa anjing untuk menggambarkan nya? Pikiranku. Dan aku berter- iak "Kaing! kaing!!!" Orang- orang di dekatku tertawa terba- hak-bahak. Ada juga yang me- mandangku deng: ketakutan, sehingga aku berpikir, apakah perasaan asing itu hanya untuk ditertawakan dan ditakuti? Atau bahasa anjing pun tak da- pat mewakili dan menggambar kan perasaan asing itu? Ah, mengapa tiba-tiba aku segoblok ini. Padahal baru tadi aku dipu- ji pintar oleh seorang Prof. DR. Sudah pasti bahasa anjing tak dapat mewakili dan menggam- barkan perasaanku, karena aku bukan anjing!*** Denpasar, Maret 1990 Seri Brush Up Your English: English Idioms And How To Use Them Oleh Soejono Ts 787.a. with one's back to the wall "Gusti Rahadyan, Kami diu- tus oleh Kangjeng Adipati Arya Wiraraja menghaturkan busana pesalin ini. Dan kami di- utus untuk menjemput Gusti Rahadyan, Gusti Putri dan para perajurit," kata salah seorang utusan. "Bila berkenan di hati Gusti Rahadyan, hari ini juga kita berangkat Sumenep." "Betapa besar kasih Paman Banyak Wide kepada kami," se- ru Putri Tribhuwana. "Aku mengucapkan banyak terima kasih." sang "Paman Adipati sungguh per- wira yang waskitha," kata Rahadyan. "Aku sangat bersyu kur. Kalau kehendak Paman Adipati memang begitu, baik- lah kita berangkat sekarang ju- ga." Kemudian sang Rahadyan menoleh kepada Ki Buyut Rang- ga, katanya, "Ki Buyut, setelah kami berganti busana, kami akan segera meninggalkan Ki Buyut. Atas segala bantuan Ki Buyut, kami mengucapkan ba- Suatu ketika seseorang tidak ada pilihan lain, umpama- nya, tidak dapat melarikan diri, bertempur atau berkela- hi, karena tidaklah mungkin untuk mundur. We had our backs to the wall. The only thing we could do is to fight. b. go to the wall = Kita tidak ada pilihan lain. Satu-satunya hal yang da- pat kita lakukan ialah bertempur/berkelahi. Keperkasaan itu selalu ada akhirnya. Regu Piala Uber Cina bertahun-tahun menunjukkan keperkasaannya di dunia bulutangkis, tapi regu Piala Uber Korea berhasil mematahkan keperkasaannya, 4-1. In the semi-final-fight, the Chinese Uber Cup team went to the wall. = Di dalam pertarungan semi-final, regu Piala Uber Ci- na dikalahkan. Juga di dalam persaingan bisnis, idiom ini dapat di- gunakan. In a competetive business like this, the weakest go to the wall. = Di dalam persaingan bisnis seperti, ini, yang terlemah tersingkirkan. Mungkin ada pembaca yang nyletuk, kok, the weakest go, mengapa tidak goes ? The weakest, the poor, the rich dsb-nya disebut conver- sion. Kata-kata itu selalu mengacu ke pengertian jamak, the poor ialah orang-orang yang miskin, the rich ialah orang-orang yang kaya. Kecuali kalau yang diconversi kan ialah kata sifat, itu bisa mengacu ke singular, the good yang artinya yang baik, the evil yang artinya yang jahat. c. drive up the wall Seorang menyerahkan anaknya kepada tetangganya, ka- rena ia akan rapat Darma Wanita. Sejak ibunya mening- galkan anak itu, anak itu menangis saja. Dan berkatalah si tetangga, mpok Sari, yang jualan rujak, jadi bukan anggauta Darma Wanita : If the baby goes on crying, it will drive me up the wall. = Kalau upik ini terus-terusan menangis, bingung aku dibuatnya. 788.a. want-gerund= perlu di.............. Your shoes want mending. = Sepatumu perlu diperbaiki. b. want with = memerlukan What do you want with these books? You'll never read them anymore = Mengapa engkau memerlukan buku-buku ini? Eng- kau tak kan pernah membacanya lagi. Bahan "Kalau saja dalam menjalan- anak-anak menjadi tanggung kan hakmu, tak melibatkan an- jawab individu - yang sebenar- jing kurus tadi dan kalau saja nya berarti sang ibu -- dan bu- hakmu tak ditakdirkan berkait-kannya Negara. an dengan perasaanku, pikiran- ku dan aku secara utuh, tak akan aku campur tangan. Tapi, ternyata tidak demikian. Jadi aku harus campur tangan. Ke- gilaan ini sudah saatnya diakhi- ri. Kalian, kaki, tangan, pikiran dan yang lainnya harus rukun di dalam aku yang seutuhnya, ka- rena darah yang menghidupi kalian sama," kataku. c. want for = kekurangan/kurang He lacks for nothing. = Ia tidak kekurangan apa-apa be wanting hilang A. few pages of this book are wanting, = Beberapa halaman dari buku ini hilang. d. for want of = karena kekurangan. The plants died for want of water. = Tanaman itu mati karena kekurangan air. e. in want of = kekurangan (uang, pangan) Taman índera dan penitipan anak jarang disediakan maji- kan atau pemerintah setempat, laporan mengatakan. Modul video kerja dalam ko- tak menyarankan agar media membantu dengan membikin wanita lebih kelihatan sebagai anggota produktif masyarakat. Masalah-masalah khusus yang disarankan termasuk pan- dangan lebih dekat kepada apa yang sebenarnya terlibat dalam "pekerjaan rumah tangga" bagi wanita rata-rata Asia dan anali- sa bagaimana "pekerjaan wani- ta" menjadi dianggap kurang bernilai ketimbang yang biasa- nya dikerjakan pria; dan peme- riksaan sifat dan luas diskrimi- nasi upah terhadap wanita. Lokakarya 12 hari bersama dengan pengedaran kotak baru- baru ini diadakan di Kuala Lum- pur, dihadiri 25 peserta dari ne- gara-negara Asia yang merasa "luar biasa solider" terhadap masalah wanita. Seorang diantara peserta, Ms. Jadi Chandiram, pengawas program DDI (Televisi India), mengatakan media yang paling aktif tampaknya sedikit me- rugikan dalam menyajikan ma- salah wanita, seperti kesehatan, pekerjaan, kekerasan, media dan keluarga. Dia katakan pe- laksana media dipersiapkan memproduksi citra sandi. "Apa yang kita butuhkan adalah menganalisa dan membaca Kuping datang, dan memberita- kan bahwa kepala desa itu ha- rus menjemput tamu yang da- tang dari persinggahannya. Pa- Setelah berganti busana, me- ra tamu untuk kesekian kalinya reka meninggalkan desa Mo- keheran-heranan. Namun tidak deng dengan penuh rasa syukur seorang pun di antara mereka dan gembira yang tak terlukis- yang menanyakan tentang sia- kan, menuju ke arah timur. pa sejatinya Ki Macan Kuping Sampai di Pamekasan mereka itu. Atas kehendak kepala desa beristirahat sebentar untuk Modeng itu, mereka dipersila- mengembalikan tenaga kuda- kan untuk bermalam di sana. kuda mereka yang telah me- Keesokan harinya, kira-kira nempuh perjalanan sekian matahari sepenggalah tinggi- jauhnya, kemudian melanjut- nya, mereka dikejutkan oleh kan lagi perjalanan mereka ke kedatangan lima orang pria Sumenep. yang menunggang kuda sambil menarik dua belas ekor kuda tanpa penunggang. Dengan sa- ngat sopan mereka diterima oleh kepala desa Modeng, ke- mudian diperkenalkan dengan para tamunya. Sampai di ndalem kadipaten mereka disambut oleh Adipati Arya Wiraraja dengan perasaan haru. Demikian pula dengan Rahadyan Wijaya, Putri Tribhu- wana dan para perajurit, se- hingga sang Rahadyan dan sang Putri tak dapat membendung air matanya. nyak terima kasih. Kebaikan hati Ki Buyut tidak akan kami lukapan." "Paman Adipati, dari mana Paman tahu bahwa kami telah tiba di desa Modeng, sehingga Paman rela bersusah payah menjemput kami ?" kata sang Rahadyan setelah saling mem- beritakan kabar keselamatan. Rahadyan seperti tidak tahu saja betapa samsmrti-nya paman Anda, Pujangga Sanasmerti," jawab Adipati Arya Wiraraja. Catatan Sempura, 'engih di ucapkan sempura 'engghi = maafkan, ya. waskitha = serba tahu. ndalem = rumab pembe- sar, istana kecil. samsmrti = samsmerti= cermat, rapi. (Bersambung). KUPON TTS Nomor 280 Ms. Gallagher yang kelahiran Irlandia bekerja dekat dengan Komite Acara Masyarakat Ero- pa untuk Kesempatan Sama da- lam Penyiaran Radio. Komite mengembangkan rekomendasi tentang program rekrutasi, kon- disi kerja, program latihan dan memajukan karir yang tidak melakukan diskriminasi terha- dap wanita. 1. He is always in want of money. = Ia selalu kekurangan uang. 2. While you enjoy a high standard of living, millions of people all over the world are in want. = Sementara engkau menikmati kehidupan yang me- wah dan tak kekurangan, berjuta-juta orang di selu- ruh dunia kelaparan. 789.a. warm up Tragia Seorang ibu biasanya memanasi kembali makanan yang tersisa banyak agar tidak mubazir. I'll warm up what is left and have it for lunch. = Akan kupanasi kembali apa yang tersisa dan mema- kannya untuk makan siang. Di dalam olahraga warm up berarti berlatih memprak- tekkan caracara yang baik sebelum pertandingan dimu- lai. Pemanasan istilah olahraganya. The two teams are warming up and the game will soon begin. Kedua tim mengadakan pemanasan dan pertandingan akan segera mulai. b. warm to Simpati tidak datang dengan cepat, sering melalui proses. He seemed an unatractive character, but I found mayself war- ming to him as I listened to his story. = Tampaknya ia seseorang yang tidak menarik, tetapi saya segera bersimpati padanya ketika saya mende- ngarkan ceritanya. 790.a. washed out Kecapaian dapat diterjemahkan very exhausted, ada juga worn out Dan idiom di atas itu dapat menambah lumbung. bahasa Anda, kecapaian juga. I worked so hard this morning that I am washed out now. Saya bekerja demikian keras tadi pagi sehingga saya kecapaian sekarang. Wash-out, sebagai kata benda berarti kegagalan atau kekecewaan. The film was a wash-out. = Film itu suatu kegagalan. 791.b. wash up Secantik bagaimana pun, seorang gadis hendaknya tahu akan pekerjaan kerumahtanggaan seperti mencuci pi- ring dan lain-lain sesudah makan. Would you like to help me to wash up ? = Mau engkau menolong saya mencuci ? Kalau barangnya hanya sebuah yang harus dicuci, kata up tidak disertakan. MINGGU, 3 JUNI 1990 Please wash the glass yourself. = Tolong, cucilah gelas itu sendiri. 792.c. come out in the wash Don't worry about it. It will come out in the wash. = Jangan khawatir tentang hal itu. Akan menjadi jelas. Couldn't we tell the teacher we are late because the bus was broken It won't wash. = Tidak dapatkah kita mengatakan kepada guru bahwa kita terlambat karena bisnya rusak. Itu bukan alasan. 793.e. it won't wash 794. in deep water(s) Terlibat di dalam kesulitan termasuk irama hidup. I'm afraid he is in deep waters. He hasn't written us any letters for more than 3 weeks. = Saya khawatir ia terlibat di dalam kesulitan. Ia tidak mengirim suratpun selama 3 minggu. 795. was to one's time and money He has just sold a part of his land and wasted his time and money Ia baru saja menjual sebagian tanahnya dan menyia- nyiakan waktu dan uang. 796. watch at the bedside of... The old mother is always tching at the bedside of her sick daug- hter.st (Sambungan Hal III) gambaran dan sebaliknya ber- urusan dengan kenyataan," katanya. Ahli komunikasi Margaret Gallagher, yang termasuk mere- Ancang- ka yang membantu membikin isi kotak itu, mengatakan per- hatiannya kepada masalah Wa- nita dan Media Masa bangkit 11 tahun lalu, ketika UNESCO me- nugaskannya melakukan studi terhadap wanita dalam media sekeliling dunia. = Ibu yang tua itu selalu berjaga di sisi tempat tidur anak perempuannya yang sakit. ngat banyak pekerjaan untuk memajukan kesempatan sama bagi wanita. Dan sering, jika BBC tampak melakukan sesua- giatan saya dalam drum band di kampus terhenti. Sambil melatih tangan yang cedera itu, Desak kini meneku- ni olah raga kebugaran jasmani (fitness) dan renang. mulai dari kebutuhan sehari-hari, juga busana² trend masa kini.... dll dengan harga yang pantas!! tu, stasiun penyiar lain akan berpikir hal itu baik, karena BBC bergengsi dan sangat di- hormati," tambahnya. (D.N.I). Selain olah raga, gadis Sagita- rius ini ternyata juga menyukai seni tari. "Sejak SD saya sering pentas tari Bali baik untuk ke- pentingan sekolah maupun umum. Di kampus saya ikut ber- partisipasi dalam lomba tari Porseni Unud bersama teman- teman membawakan tari Tenun dan Belibis. Tari daerah lain ju- ga saya pelajari terutama tari Ngremo yang pernah dipentas- Dia"-nya (W/P).- kan di Unud." "BBC (British Broadcasting Corporation - Perusahaan Pe- nyiaran Inggris) melakukan sa- & tr qua tragia Supermarket, Dept., Store, Arts, Juga dilengkapi dengan INDONESIAN handicrafts & international RESTAURANT pasti memuaskan anda ! (Sambungan Hal I) Sementara masih menekuni kuliah-kuliahnya, Desak juga ancang- telah merancang ancang untuk masa depannya. "Rencana untuk masa depan, setelah kuliah selesai, saya ma- sih perlu belajar memperdalam bahasa asing dan mencari peng- alaman bekerja yang juga se- suai dengan rencana orang tua saya. Untuk membuka usaha biarlah 'Si Dia' dulu yang merin- tis karier sesuai dengan juru- sannya di Ekonomi. Sudah ten- tu saya membantunya sesuai ke- mampuan saya," ujar Desak Nyoman Desira S. tanpa me- nyebut secara lengkap siapa "Si Tragia melayani lebih baik pusat belanja yang nyaman: bersih dan lengkap di shopping centre nusa dua Restaurant Jln By Pass Ngurah Rai - Shopping Centre - Nusa Dua - Bali Phone: (0361) 72172 Fax: (0361) 72173 C 832 MINGGU, 3 JUN Ikut-i. leh karena sa kembali ke o terpaksa akh nya berweek end sem lama istri Jublag. S baru lagi mulai mer membayang di mas mang tak mau lagi pergaulan. Karena lag masuk sebuah r langan Denpasar. Begitu duduk, ia kentang goreng, da nya tentu saja ke sisa anggaran belan meluncur dari mul berulang kali berce ekam dalam arisar Hanya sesekali te hemmm hemm dar jelas benar karena Keluar dari ruma mong kembali men Film dagelan Dono kitkan seleranya. Ia untuk selanjutnya 0% nya mutar-mutar k lainnya, ditambah kentang goreng, Lu an. Ia pun kemba supermarket, lalu Itu memang kata y lag meluncur darin lum saja, selama p ngah kota, hati Jul guling. Saban mal nya tak mengancar sudah mendengku dah termasuk bega itu. "Nah, kalau ma 'kan nampak segan gitu mereka tiba di luh tahunan lebih supermarket saja ta kalau dalam perte pendengar yang ba lulu," celotehnya ngipaskan rambut 'dikemas' di salon. Seperti biasanya lukkan Jublag de- mong pasti akan be menceracau bagail seperti biasanya pu Ram RAPI Model r bagaimana pun. Kedua rancam Semua menoi terbuka). Pea Pilihan warna dengan bordia Color Rendition Chart