Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-02-06
Halaman: 24

Konten


Teraju OLEH AGUNG P VAZZA Kebijakan Imigrasi Trump Pil Pahit Korporasi Raksasa AS Kebijakan imigrasi Trump berdampak pada pekerja dan operasional banyak perusahaan. Pekerja yang terdampak, khawatir tidak bisa atau sulit kembali ke AS. Klien-klien bisnis pun, sementara, memilih menghindari berbisnis dengan korporasi AS. residen Amerika Serikat (AS, Donald Trump, kembali mengeluarkan kebijakan yang dinilai banyak kalangan menjadi kontroversi. Akhir Januari lalu, presiden ke-45 AS itu menandatangani executive order terkait imigran, khususnya dari sejumlah negara. Trump, melalui executive order itu mem- batasi imigrasi dari sejumlah negara Muslim, yaitu Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman selama 90 hari ke depan. Sejumlah kategori visa, seperti diplomatik dan PBB, tidak termasuk dalam penundaan ini. Trump juga menangguhkan penerimaan pengungsi selama 120 hari. Namun, pada hari Minggu (29/1), Trump mengumumkan bahwa AS akan kembali mengeluarkan visa untuk semua negara jika berhasil menerap- kan kebijakan keamanan yang lebih baik dalam tempo 90 hari mendatang. Pemerin- tah AS juga menekankan penduduk yang punya visa izin tinggal di AS tak terkena dampak executive order tersebut. AMERICAN "Saya menetapkan kebijakan terkait langkah-langkah keamanan baru guna men- jaga agar para teroris tak masuk ke AS. Kami tidak ingin mereka di sini. Kami hanya ingin mereka yang datang juga mencintai AS dan warganya," kata Trump usai menandata- ngani executive order di Pentagon, seperti dilansir Kantor Berita Reuters. Trump membantah kebijakan tersebut diambil untuk 'membatasi' Muslim, tapi lebih pada upaya mencegah masuknya teroris. Tidak butuh waktu lama, kebijakan ter- sebut, meski hanya sementara sampai peme- rintahan Trump menemukan cara tepat mencegah masuknya teroris, langsung di- kecam dunia. Gelombang protes bermuncul- an dari berbagai belahan dunia, bahkan di hampir seantero AS sendiri. Protest tak ha- nya datang dari kalangan keluarga imigran dan warga, tapi juga korporasi raksasa AS. Pemimpin-pemimpin korporasi AS itu nyaris melontarkan suara senada, mengkri- RESIST tik kebijakan Trump soal imigran. Mereka berpendapat kebijakan tersebut bakal berdampak pada pekerja di banyak perusa- haan dan berdampak pula pada operasional setiap perusahaan tadi. Para pekerja yang terdampak atas kebijakan itu tidak mungkin meninggalkan AS meski terkait urusan bisnis. Mereka khawatir tidak bisa atau sulit kembali lagi ke AS. Klien-klien bisnis pun serupa, sementara lebih memilih menghin- dari berbisnis dengan korporasi AS. Wajar kalau sejumlah petinggi korporasi raksasa AS meradang. Wall Street sampai Silicon Valley Goldman Sachs Group Inc. salah satu- nya. CEO Goldman, Lloyd Blankfein, dicatat Kantor Berita Reuters sebagai pemimpin bisnis pertama di bursa Wall Street, yang menentang kebijakan imigran Trump. "Kami tidak mendukung kebijakan ini. Jika kebi- jakan ini menjadi permanen ini akan sangat mengganggu perbankan dan industri keuan- gan," ungkap Blankfein dalam voicemail kepada seluruh karyawannya, seperti dilan- sir Kantor Berita Reuters. Beberapa hari se- telah pernyataan Blankfein, kalangan indus- tri keuangan AS juga menyuarakan pan- dangan senada. Industri raksasa otomotif AS serupa. Executive Chairman Ford, Bill Ford Jr. dan Chief Executive Ford, mengeluarkan pernya- taan tegas kepada seluruh karyawannya. "Perusahaan tidak mendukung kebijakan itu dan atau kebijakan apapun yang bertentang- an dengan nilai-nilai perusahaan. Ford merupakan salah satu perusahaan yang mendukung Trump terkait rencana ke- VALOR bijakan perpajakan. Bahkan rencana terkait pengurangan pajak korporasi itu menjadi latar belakang Ford membatalkan investasi- nya di Meksiko, yang juga 'diserang' Trump. Namun, di sisi lain, banyak pekerja Ford bakal terdampak kebijakan pembatasan imigran itu. Ford memiliki banyak jaringan bisnis di negara-negara mayoritas Muslim dan di negara yang pemimpinnya sudah melontar- kan kritik terhadap kebijakan imigran Trump. Secara terpisah, Kepala United Auto Workers (UAW), Dennis Williams juga mengecam kebijakan imigran Trum. "UAW menolak kebijakan apapun yang menilai setiap orang berdasarkan agama dan asal negara." Begitu pernyataan UAW dilansir Kantor Berita Reuters. Protes keras kebijakan imigran Trump tak cuma dilakukan dengan pernyataan. Starbucks Corporation misalnya. CEO Star- bucks, Howard Schultz bukan sekadar pernyataan. Howard menegaskan Starbucks akan merekrut sebanyak 10 ribu pengungsi di 75 negara dalam lima tahun ke depan. Pendekatan protes ini, meski kemudian memunculkan gelombang ancaman boikot, namun tak sedikit pula yang mendukung posisi Starbucks menentang kebijakan Trump. Korporasi minuman ringan sekelas Coca- Cola pun menentang. Muhtar Kent, CEO Coca Cola mengkritik kebijakan pembatasan imigran lantaran bisa mengganggu opera- sional perusahaan. "Kami tidak mendukung pembatasan seperti itu atau kebijakan apa- pun yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kor- porasi kami. Sebagai perusahaan AS, kami beroperasi di lebih dari 200 negara dan SUSAN WALSH/AP OF THE PRES NT OF THE ITED S Wakil Presiden AS ● Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah), didampingi Mike Pence (kiri) dan Menteri Pertahanan James Mattis (kanan), saat menandatangani kebijakan pembatasan imigran, di Pentagon, AS, Jumat (27/1). COREY PERRINE/AP kawasan, kami menghormati setiap orang dari berbagai latar belakang serta keberaga- man dalam sistem global kami yang menca- pai sekitar 700 ribu mitra kerja," dikutip LA Times. Seperti sebuah paduan suara, korporasi informasi dan teknologi raksasa AS, yang kebanyakan bermarkas di Silicon Valley, juga melengkingkan teriakan kritik. Google, Mi- crosoft, dan Uber menyuarakan protes ter- hadap kebijakan imigran Trump. Tim Cook, CEO Apple, menyebarkan memo kepada seluruh stafnya. "Apple tidak mendukung kebijakan itu, dan perusahaan akan terus memberikan pemahaman kepada White House kalau kebijakan itu berdampak buruk pada rekan kerja dan perusahaan," begitu antara lain isi memo Tim seperti dilansir The Financial Times. "Apple sangat terbuka bagi siapa saja, tidak memandang dari mana asalnya, bahasa dan cara mereka berdoa," tulis Tim. Pendiri Apple, Steve Job sendiri disebut memiliki ayah biologis seorang pengungsi Suriah. Tim bahkan menegaskan Apple sebagai sebuah korporasi 'tidak akan ada' tanpa imigran. CEO Google, Sundar Pichai, senada. "Sangat menyakitkan jika memperhitungkan biaya personal yang muncul akibat kebijakan tersebut," tulis Sundar dalam sebuah inter- nal memo, seperti dilansir |Bloomberg. Google pun memanggil pulang stafnya yang sedang berada di luar negeri. Selain itu, Google juga menyiapkan dana sebesar empat juta dolar AS dana krisis guna membantu karyawannya yang terdampak kebijakan imigran Trump. Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, pun melontarkan kritiknya. "Kita memang harus menjaga keamanan negara, tapi seharusnya kita melakukan itu dengan memberi fokus pada orang-orang yang berpotensi menim- bulkan ancaman," tulis Zuckerberg di laman Facebook-nya. Dia menjelaskan, meluaskan pengetatan penegakan hukum ke pihak yang tidak berpotensi ancaman justru menjadikan Amerika lebih rentan keamanan. Jutaan orang yang tidak berpotensi ancaman akan hidup dalam ketakutan dideportasi. "Kakek buyut saya asal Jerman, Austria, dan Polandia. Orang tua isteri saya adalah pengungsi dari Cina dan Vietnam. AS adalah negara bagi para imigran, dan seharusnya bangga dengan itu. Seperti masyarakat luas, saya juga khawatir dengan kebijakan baru ini," papar Zuckerberg. Microsoft, raksasa komputer AS, pun ikut menentang. "Kami percaya kebijakan imigrasi harus melindungi publik tanpa mengorbankan kebebasan berekspresi dan beragama. Kami percaya kebijakan imigrasi seperti ini bisa berdampak baik bagi kema- nusiaan, bisnis, dan inovasi," begitu sebagian isi memo internal Presiden Microsoft, Brad Smith, dilansir cnet. CEO Microsoft, Satya Nadella menambahkan, "sebagai imigran dan CEO, saya sudah mengalami semuanya, dan melihat dampak positif imigrasi ter- hadap perusahaan. Dunia usaha, dari Wall Street sampai Silicon Valley, termasuk korporasi raksasa AS, tegas menentang kebijakan Trump terkait pembatasan imigran dari sejumlah negara yang dianggap merepresentasikan Muslim. Hampir semua korporasi raksasa AS menyayangkan kebijakan tersebut lan- taran berdampak pada sebagian besar karya- wan, yang berujung pada terganggunya ope- rasional perusahaan. Bagi presiden yang ke- rap menjanjikan penciptaan iklim bisnis positif bagi pengembangan dunia usaha AS, kebijakan pembatasan imigran justru ber- dampak buruk bagi dunia bisnis. Slogan 'America First' yang didengungkan kerap Trump mampu menguatkan perekonomian AS, justru menjadi pil pahit bagi korporasi raksasa AS. Color Rendition Chart ТОМ В! "Т" 4489 ME YOUR TIRED POOR YOUR HUDDLED YEARNING TO BREATHE HE WRETCHED REFUSE TEEMING SHOKE THE HOMELESS SILIFT Peran In Pereko OLEH AGUNG P VAZZA Imigran mendirikan dari separuh perusah start-up bernilai mil dolar. Selain itu, imig mendominasi (70 per posisi kunci manajen korporasi dan perusa Kini, AS bukan lagi te menarik untuk berbis orporasi raksasa Amerika Seri diakui banyak kalangan, merupak punggung perekonomian AS. Pert bisnis korporasi raksasa AS, mul dustri keuangan sampai informasi yang menggurita secara global me kontribusi besar bagi pertumbuha pengaruh ekonomi AS ke seluruh dak mengherankan jika pemimpin pin korporasi raksasa tersebut me: gota Forum Kebijakan Strategis b den ke-45 AS, Donald Trump. D tahun lalu, para pemimpin korpra. itupun sepakat bertindak sebagai r sultasi Trump. Silicon Valley, harus diakui, suc ekspor teknologi sekaligus mengi kerja-pekerja terbaik dari berbaga dunia. Inilah yang menjadi salah dorong pertumbuhan ekonomi saing AS. Namun, akhir Januari la itu menjadi seperti tak berarti. Har tempo sekitar sebulan, pemimpin-p korporasi itu bersuara senada; Trum hanya gagal menyadarí perekonc sangat bersandar pada imigran, t dari itu, imigran merupakan fon platform utama perekonomian AS Sekitar 40 persen perusahaan dalam daftar Fortune 500, dila. Atlantic, didirikan imigran atau penerusnya. Perusahaan-perusahaa AT&T, IBM, Coca-Cola, Microsoft nald's, Goldman Sachs, eBay, Koh 4cm Peluang Indus etiap kebijakan boleh jadi me- munculkan ancaman sekali- gus peluang. Tak beda dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang melarang masuk siapapun yang berasal dari tujuh negara mayoritas Islam; Suriah, Irak, Iran, Sudan, Libya, Somalia, dan Yaman. Kebijakan terse- but diperkirakan berdampak pada industri travel dan pariwisata di AS. Meski kebijakan itu bersifat se- mentara, namun sejumlah kalangan berpendapat konsekuensi dan dam- paknya bisa jangka panjang. "Kebijak- an tersebut menyimpan potensi dampak negatif bahkan sampai setelah masa pembatasan berakhir. Setidaknya begitulah dari sudut pandang industri travel," ungkap Thomas M. McDonell, profesor hukum internasional di Pace University, New York, AS, dikutip The Hill. Ketujuh pembatasam data Asosias termasuk ne tri travel dan bayangkan, Saudi (negar jakan Trump dua kali sebe berkunjung bisnis atau be mungkin aka jadi presiden yang bakal te Pihak Ase mengatakan menghitung tersebut terh pariwisata AS mungkin juga nya adalah ke nya jadi berbe yang justru m