Tipe: Koran
Tanggal: 2017-02-27
Halaman: 06
Konten
posona indonesia Wisata tapal batas di Entikong redmemenyimpan potensi besar. RIZKYAN ADIYUDHA, WILDA FIZRIYANI etika panen raya tiba, inilah saatnya untuk berpesta bersama. Suku asli Kalimantan Ba- rat dan Sarawak, terutama Iban dan Dayak Darat pun bersiap memulai upacara. Pakaian tradisional dan perhiasan manik dikenakan. Para perawan pun tampil menawan dengan perhiasan perak tradisional. Setelah ritual upacara tuntas, perayaan Gawai Dayak di- mulai secara resmi. K Perayaan inilah yang menjadi salah satu daya pikat Entikong. Pernahkah Anda meng- injakkan kaki di Entikong? Kecamatan yang terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, itu merupakan daerah perbatasan Indonesia dengan Sarawak, Malaysia. Untuk sampai ke Entikong, pesawat ter- bang dapat mengantarkan kita dari Jakarta ke Pontianak dalam 1,5 jam. Dari ibu kota Kalimantan Barat tersebut, perjalanannya masih panjang lho. Butuh sekitar enam sam- pai delapan jam untuk sampai ke Entikong. Harap siapkan mental. Sebagian jalannya masih rusak cukup parah dan tak memiliki penanda batas jalan. Lampu jalan juga tidak ada. Nah, menjelang tiga jam terakhir per- jalanan, sebaiknya tuntaskan dahulu urusan panggilan alam. Soalnya, tak ada lagi pom bensin yang bisa disinggahi setelah itu. Namun, kondisi itu tidak menyurutkan minat warga untuk menghadiri perayaan Gawai. Bahkan, setiap perayaan Gawai, ma- syarakat dari Malaysia pasti diundang dan datang untuk terlibat dalam kegiatan ter- sebut. Sejatinya, selain perayaan Gawai Dayak, Entikong menyimpan pesona tersendiri. "Ada beberapa jeram di daerah Suruh Tem- bawang. Lain lagi di perbatasan Landak dan Bengkayang yang merupakan kawasan hutan lebat," kata Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kali- mantan Barat (Kalbar) Kartius kepada Re- publika baru-baru ini. Wisata alam daerah perbatasan, Kartius mengatakan, memang menjadi incaran wi- satawan luar negeri. Dia mengatakan, me- reka kerap masuk ke Indonesia untuk me- nikmati wisata tersebut. "Atau di perbatasan Aruk yang memang menyimpan banyak wisata alam," kata Kartius menambahkan. FOTO-FOTO: WIHDAN HIDAYAT/REPUBLIKA Kartius mengatakan, ini memperlihatkan seberapa besar potensi yang bisa digarap Entikong. Sayangnya, meski menjadi magnet bagi wisatawan, jumlah turis yang masuk ke Kalimantan Barat melalui pos-pos perbatas- an masih sedikit. Ini dihambat oleh keter- batasan akses dan infrastruktur. "Peminat ma- sih jauh kalau dibandingkan negara tetangga. Karena dari Sarawak, Malaysia, saja turis bisa mencapai tiga hingga delapan juta, sementara (wisatawan) kita nggak sampai ratusan ribu, nggak ada 10 persennya," kata dia. Dia meminta pemerintah pusat untuk turun tangan membenahi sarana penunjang di daerah wisata perbatasan. Dia mengaku, pemerintah daerah tidak memiliki cukup anggaran untuk membangun infrastruktur tersebut. Ketua Umum Assosiation of Indo- nesian Tours and Travel Agency (ASITA) As- nawi Bahar mengatakan, wisata tapal batas di Entikong menyimpan potensi yang besar. Dia mengungkapkan, kawasan tersebut dapat membantu Kementerian Pariwisata untuk mengejar target jumlah wisatawan. "Hari ini kita masih bicara pencapaian dan Mewujudkan Rasa Nasionalisme A gar lebih meningkatkan daya tarik wisatawan mancanegara ke Entikong, Kementerian Pariwisata menegaskan, akan terus melengkapi fasilitas dan infrastruktur setempat. Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani menerangkan, pada dasarnya akses jalan di Entikong semakin membaik dibandingkan sebelumnya. Hal ini termasuk jalan di kawasan perbatasan yang sudah dan masih proses pembangunannya oleh pemerintah. Meski masih dalam proses pengembangan, Rizki mengatakan, peran swasta terutama pelaku bisnis sangat diperlukan. Untuk itu, pihaknya juga mengajak mereka untuk menanamkan modal ke usaha pariwisata di daerah perbatasan. Sebab, di mata pelaku bisnis potensi di wilayah perbatasan sangat menarik. "Mereka pasti sudah mulai berhitung untuk membangun amenitas seperti hotel, resor, atau akomodasi. Lalu, membuat atraksi seperti theme park, seni pertunjukan, dan lainnya. Tu- juannya, agar orang lebih lama tinggal," ujar dia. Pihaknya juga memprediksikan akan lebih banyak akses yang dibangun menuju ke Menanti Pesona Entikong swei2n Tak Boleh Kalah dari Tetangga otensi wisata perbatasan Indonesia sebenarnya tak ada bedanya dengan negeri tetangga, seperti Malaysia. Masyarakat Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pun punya keyakinan serupa. Bedanya, "Kita cuma masalah infrastruktur saja. Oleh karena itu, hal ini tentu tidak boleh kalah dengan negara tetangga ke depannya," ujar Kasi Objek dan Daya tarik Wisata (ODTW), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dikparbud) Sanggau Edi Santana kepada Republika, belum lama ini. magucho Kendala infrastruktur ini terlihat jelas bagaimana kondisi jalan antarkecamatan di Kabupaten Sanggau. Masalah jalan yang rusak membuat jarak tempuh yang potensi cross-border tourism (CBT) di En- tikong itu besar dalam hal jumlah. Makanya, ini harus digarap karena Malaysia juga dari situ (pariwisata perbatasan) besarnya," kata Asnawi Bahar. Kemenpar menargetkan 15 juta kunjungan wisman dan 265 juta perge- rakan wisatawan nusantara pada tahun ini. Asnawi mengatakan, Entikong paling tidak bisa menyumbang 10 persen bersamaan perbatasan. Hal ini termasuk bisnis transportasi dan pengiriman kargo yang ada di dalamnya. Dengan demikian, wilayah perbatasan tidak lagi sepi dan tak dianggap sebagai daerah pinggiran kembali. Sebaliknya, dia menambahkan, akan menjadi wilayah terdepan di Tanah Air ini. Ke depan, dia menegaskan, segala langkah antisipatif tentu telah disediakan untuk meningkatkan pariwisata di mancanegara. Sebab, perihal ini sebenarnya bukan hanya pertimbangan ekonomis dalam membangun fasilitas publik di daerah terluar ini, melainkan membangun masyarakat yang juga merupakan upaya Warga Negara Indonesia (WNI) untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air. Menurut Rizki, program demikian memang pada hakikatnya mewujudkan terciptanya rasa nasionalisme di masyarakat perbatasan. Kebanggaan dari masyarakat bahwa mereka sebagai warga negara Indonesia yang masuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Jadi, ini adalah tugas bersama yang biasa disebut Pak Menteri dengan Indonesia Incorporated. Saya yakin pemerintah kini lebih fokus memikirkan daerah perbatasan," kata Edi. Wisata Perbatasan diambil masyarakat akan lebih lama. Seperti halnya, jarak antara Kecamatan Entikong dengan Suruh Tembawang yang bisa menghabiskan waktu delapan jam dengan menggunakan motor. Perjalanan selama delapan jam itu pun sebenarnya baru terasakan saat ini. Sebab, sebelum wilayah tersebut dilintasi jalan paralel yang dibangun oleh TNI, masyarakat harus melewati sungai yang mengharuskan mereka merogoh kocek sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 1,8 juta per orangnya. Ketua Umum Assosiation of Indonesian Tours and Travel Agency (ASITA) Asnawi Bahar mengatakan, wisata alam juga menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung. Sayangnya, dia mengatakan, lokasi-lokasi tersebut sulit dicapai lantaran akses yang terbatas. Asnawi mengaku, sulit menjual objek wisata kalau terbatas akses dan promosi. Padahal, dia mengatakan, setiap biro perjalanan sudah mengarahkan paket mereka ke wisata tapal batas tersebut. Dia mengatakan, CBT merupakan destinasi wisata yang menarik untuk dijajakan kepada wisatawan. "Tapi, memang kita harus melakukan branding. Kalau dengan kawasan lain di luar Batam, Jakarta dan Bali yang menjadi magnet utama. Dia mengatakan, tinggal yang perlu diperhatikan saat ini adalah perbaikan infrastruktur di lokasi wisata. Ini dilakukan untuk lebih me- narik kunjungan wisatawan. Pemerintah ju- ga disarankan untuk memperbanyak kegi- atan di kawasan perbatasan. Dia mengata- kan, pemerintah pusat, terlebih pemerintah daerah, harus membentuk kalender acara wisata agar dapat menarik minat wisatawan secara reguler. Tak hanya acara budaya atau kesenian, kegiatan olahraga hingga medical destinasi tidak dikenal masyarakat, jualnya juga bagaimana," ujarnya. Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kalimantan Barat (Kalbar) Kartius menilai, daya tarik wisata alam dan budaya di kawasan perbatasan menjadi percuma tanpa adanya sarana penunjang yang memadai. "Wisatawan masih mau datang karena alamnya bagus, tinggal masalah akses dan sarana penunjang lain saja," katanya. Sementara, pihak Disporapar saat ini tengah menggodok kegiatan baru agar tetap menjadi tujuan wisata. Program seperti Wonderful Borneo atau karapan sapi bisa menjadi alternatif kegiatan. Sayangnya, Disporapar kesulitan untuk mengadakan karapan sapi lantaran kurangnya sumber daya manusia. Beberapa tahun belakangan, dia mengatakan, kegiatan karapan sapi ditiadakan lantaran tidak ada yang berniat melakukan koordinasi pelaksanaan ajang tersebut. "Sayang, kalau tidak segera digarap karena akan tertinggal dengan negara lain. Semakin banyak wisatawan beredar, semakin banyak uang yang mereka belanjakan dan akan berdampak langsung bagi masyarakat," katanya. check-up pun bisa dilakukan untuk meng- gaet wisatawan tersebut. "Jadi, tidak main di satu sektor misal budaya saja," kata dia. Dalam hal ini, Asnawi mengatakan, peme- rintah daerah harus lebih kreatif dalam melancarkan kegiatan dan tidak menunggu ide dari pemerintah pusat. Sebab, dia me- ngatakan, CBT memberikan efek berganda yang langsung dirasakan juga di daerah. "Ka- lau sudah begitu juga beri kemudahan dalam CBT ini seperti imigrasi, bea cukai dan ku- alitas pelayanan," katanya. ed: endah hapsari WILDA FIZRIYANI Color Rendition Chart ibanding Kabupaten Sanggau, Entikong ternyata lebih dikenal mas Kasi Objek dan Daya tarik Wisata (01 Kebudayaan dan Pariwisata (Dikparb Edi Santana, sering menemukan mas yang lebih tahu Entikong dibandingkan wilayah la kabupatennya. Padahal, Entikong hanyalah sebagian kecil Kabupetan Sanggau yang saat ini masih da pengembangan diri di bidang wisata. Entikong terkenal karena wilayahnya yang b dengan perbatasan Malaysia. Daya tarik wisatawan ini memang lebih pada aspek tersebut. Terlebih Presiden Joko Widodo mempercantik dan n perbatasan tersebut, belum lama ini. "Banyak me datang dari luar Sangau untuk berfoto di perbatasa kepada Republika, belum lama ini. Secara karakteristik, masyarakat Entikong pac lebih beragam sukunya, meski pada umumnya e wilayah itu merupakan Suku Dayak. Tapi, karena ke itu, Edi menilai, Entikong dapat disebut sebagai Indonesia". Hal tersebut masih berkaitan erat pendatang yang datang ke perbatasan yang kemung ingin mengadu nasib menjadi Tenaga Kerja Indone negeri tetangga. Di wilayah seluas 506,89 kilometer persegi ini, bu Suku Dayak yang menetap, melainkan juga Melay Mereka juga telah mengalami akulturasi budaya dalam pernikahan. Edi sudah tidak asing lagi me pasangan campuran Melayu dengan Cina, Cina deng Dayak dengan Melayu, maupun Cina dengan Keseluruhannya telah menyatu dan membaur satu serta tanpa perbedaan. Hal terpenting adalah para harus bisa menyesuaikan dengan adat istiadat termasuk menjaga tata kramanya. Banyaknya pernikahan campuran itu juga men masyarakat setempat sangat terbuka dalam hal apa p hanya dalam menerima pendatang, tapi jug meningkatkan perekonomiannya melalui pariwisat yang sudah tergerak untuk meningkatkan keman dalam hal ini. Menurut Edi, masyarakat Entikong pada umumnya berprofesi sebagai petani di ladang maupun berkebun sisi lain, banyak juga yang telah bekerja sebagai pedag sebagian dari mereka merupakan pendatang. Meski keterbukaan mereka dalam meningkatkan pariwisa besar. Edi mengungkapkan, beberapa di antara mereka s yang mau membentuk kelompok sadar wisata. Mer 4cm
