Tipe: Koran
Tanggal: 2015-01-25
Halaman: 09
Konten
resensi SINGGALANG MINGGU » 25 Januari 2015 (4 Rabiul Akhirl 1436 H ) » Halaman A-9 Muda yang Berkarya Bumi Mahakarya ia tulis sebagai bentuk ke- sungguhan menggeluti dunia sastra Indonesia. Buku ini bercerita tentang perjalanan hidup sang penulis sendiri. Sebuah novel biografi yang tidak kering, namun cukup kaya dengan pelajaran kema- nusiaan di dalamnya. Sebuah perjalanan hidup yang pan- jang, namun juga selalu me- nuju kepada-Nya. "Novelis muda ranah Minang telah lahir. Novel ini tidak hanya layak dibaca tapi juga harus dimiliki." -Fauzul Izmi, Penulis, Pegiat Forum Lingkar Pena (FLP) Sumatera Barat Dodi mengisahkan tentang waktu sembilan tahun di bangku sekolah yang telah dimamah dalam manis dan pahitnya perjalanan rumah, sawah, surau dan juga ma- drasah di kampung kelahi- rannya. Rasa ingin tahu pada dunia di luar mahakarya Judul Buku: Bumi Mahakarya Pengarang: Dodi Saputra Penerbit AG Litera Tahun Terbit: November 2014 Tempat Terbit: Yogyakarta Ketebalan Buku: 220 halaman ISBN :602-1371-83-6 DODI SAPUTRA Penulis Buku "Musim Bunga" demi meraih cita-cita, mulai dari persoalan akademis, pengembangan diri, religi, hingga kisah merah muda. Semuanya dikemas apik di dalam novel biografi ini. Bumi Mahakarya meru- pakan sebuah novel yang berkisah tentang kehidupan seorang anak muda Indone- sia yang tinggal di sudut Sumatera Barat, desa Maha- karya. Sebuah daerah yang begitu kental dengan nuansa religi, kearifan lokal, dan beragam suku. Mengisahkan tentang kehidupan seorang pemuda yang dalam pengem- baraannya tidak luput dari problematika kehidupan begitu kuat menarik Dodi. Ia lalu memutuskan untuk ber tualang ke tanah rantau. Melanjutkan sekolah di salah satu kota besar di Sumatera Barat. Dari sana ia mengem- bara dari ujung Sumatera hingga pantai Jerman Bali. Sebagian besar tanah-tanah Indonesia telah luluh oleh pengembaraannya hingga ia sampai pada kiprah ma- drasah. Dodi Saputra seorang sas- trawan lokal Sumatera Barat yang dengan kegigihan serta kesungguhannya berhasil menuntaskan buku keduanya pada tahun yang sama, 2014. Buku Bumi Mahakarya ini merupakan buku kedua yang Kehidupan asmara juga menjadi satu bagian penting yang dikisahkan oleh Dodi di dalam novel ini. Bagaimana pun cinta tetaplah fitrah Teladan dari Seorang non-Pribumi yang berbeda kepentingan, alur novel ini tak beraturan. Dibutuhkan kejelian untuk memahami nya. diminta menggarap perke bunan dengan paksa se hing ga penanaman padi terbeng kalai dan menyebabkan ben cana kelaparan. Dengan mendorong rakyat bekerja tanpa upah di perkebunan, Bupati akan mendapat per senan di tiap pikulnya. Judul buku:Max Havelaar Penulis Multatuli Tahun terbit: Cet-3, September 2014 Penerbit Qanita Jumlah halaman:480 halaman ISBN:978-602-1637-45-6 Droogstoppel seorang ma kelar kopi di Lauriergracht no. 37 dan merupakan pim . pinan firma Last & Co. Dia adalah pribadi yang taat namun cendrung memen tingkan diri sendiri. Tujuan nya mendanai buku ini ada- lah untuk kepentingan bis- nisnya dan dia mengharus- kan buku ini diberi judul 'Lelang Kopi Maskapai Da- gang Belanda.' MAX HAVELAAR Kisah yang membunuh kolonialisme -Pramoedya Ananta Toer Wew Rak Times, 1990) Pemerintah juga memaksa petani untuk menanam ta naman tertentu di tanah mereka sendiri, dan petani harus menjualnya ke peme rintah dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Jika mereka menjualnya pada orang lain mereka akan menerima risiko hukuman. Ernest Stern adalah se- orang anak muda yang me- nyukai sastra. Demi mem- baca kumpulan tulisan Have- laar selama bekerja di Hin dia Belanda yang begitu menyentuh dia tergerak untuk menuliskan apa yang hendak disampaikan itu. Sekalipun itu melenceng dari 'kopi' dan ditentang oleh Droogstoppel. Siapa yang tidak menge nal nama Eduard Douwes Dek ker? Dalam buku se- jarah di sekolah dasar, beliau dikenal sebagai salah se- orang ang gota Tiga Serang- kai pendiri Indische Partij, sebuah partai politik yang menuntut kemer dekaan In- donesia. Beliau dikenal seba- gai salah seorang keturunan asing yang memiliki kepe- dulian luar biasa terhadap negeri jajahan negaranya. Salah satu bentuk kepe- dulian tersebut bisa dibaca dalam buku karangannya yang berjudul Max Havelaar. Selain itu, Bupati juga me miliki kerabat yang sama rakusnya dengan dirinya. Seorang menantunya yang menjadi Demang di Distrik Parang Kujang memiliki kege maran merampas kerbau- kerbau penduduk. Ternak itu diambil dengan paksa tanpa ada ganti rugi sedikit pun. Mengenai hal ini Havelaar menceritakan kisah Saidjah dan Adinda yang kerbau milik orang tuanya dirampas berkali-kali. Sehingga me reka kehabisan harta dan Dan Max Havelaar menulis buku ini dengan tujuan meng gambarkan kenyataan yang sesungguhnya terjadi di Hin- dia Belanda yang tidak dike- tahui oleh Raja. Selama ini Raja William hanya men- dapati laporan yang baik- baik saja tentang negeri jajahannya dan menganu grahi para pejabat Belanda sebagai seorang pengabdi negara yang bersemangat karena mampu menambah pundi-pundi kekayaan ne- gara. Raja tidak pernah tahu kondisi rakyat yang kela- paran dan tertindas untuk menghasilkan uang kas ne- gara tersebut. Novel ini menceritakan tentang kesewenang-wena- ngan pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia. Max Havelaar mengisahkan kesengsaraan dan ketidak- adilan yang diterima pendu- duk Sumatra (Padang dan Natal), Maluku dan terlebih masyarakat Lebak, Banten pada abad ke-19. tidak lagi sanggup mem bayar pajak tanah yang ting gi. Untuk menghindari hu- kum an, mereka terpaksa mela rikan diri ke Lampung. Dan bergabung dengan pem- be rontak. Sebuah kisah yang mengharu biru. (hal.366 397) Max Havelaar yang baru saja dilantik sebagai Asisten Residen di Distrik Lebak segera mencurahkan perha tiannya pada penduduk Le- bak, termasuk dengan mem- pelajari laporan-laporan pejabat sebelumnya, Tuan Slotering (yang kabarnya meninggal karena diracuni). Di sana, Havelaar mene- mukan banyak kecurangan yang terjadi. Untuk membantu pendu duk, Havelaar mencoba mem peringatkan Bupati secara halus. Namun usahanya sia- sia. Kemudian dia juga me ngadukan hal tersebut kepa da Reseiden Banten. Tetapi, lagi-lagi laporannya diang gap mengada-ada. Bahkan Gubernur Jenderal di Bata- via pun menolak menemui- nya. (hal. 456) Bagian yang menyentuh dari buku ini adalah pidato atau sumpah jabatan Ha- velaar yang diungkapkan dalam bahasa yang indah. Havelaar mengatakan bah wa jabatan yang diterimanya dan juga yang disandang para bangsawan Jawa ada lah sebuah berkah dari Tu han. Mereka adalah orang-or- ang yang dipilih untuk mem bantu rakyat. Di antara per nyataan Max Havelaar da lam pidato sumpah jabatan nya bisa ditemukan dalam Dan yang lebih parahnya penindasan tersebut justru dilakukan oleh pejabat pribu mi sendiri. kalimat-kalimat ini. Raden Adipati Karta Nata- negara yang menjabat Bu pati Banten kerap meminta para petani menggarap sa- wahnya tanpa memberikan upah. Petani juga sering Novel bermuatan sejarah ini diceritakan dengan tiga sudut pandang; Tuan Bata vus Droogstoppel yang men danai buku untuk diterbit kan, lalu Stern; pegawai Droogstoppel, dan Havelaar sendiri. Mung kin karena dikisahkan oleh tiga orang Bukankah Dia mencurah kan hujan ketika batang- batang padi melayu, dan menurunkan embun dalam kelopak bunga yang kehau san? Bukankah mulia untuk manusia yang merupakan anugerah dari Tuhan yang Maha Esa. Dodi dengan se gala prinsip kehidupan yang tetap ia jaga, berjuang di tengah banyaknya ujian un- tuk meruntuhkan prinsip yang telah ia bangun itu. Bagaimana Dodi mengelak dari semua kemungkinan yang dapat membawanya pada pusar kelabilan, di mana seoramg remaja tidak berhasil ditaklukkan oleh akalnya sendiri? Mampukah Dodi menaklukkan aneka tantangan di tanah rantau? Bagaimana pula ia bertahan menjaga sucinya rona ber- label cinta? Demikian, semua perjalanan itu akan diungkap oleh Dodi dalam novelnya ini. Cerita yang sangat menarik serta kaya akan kerifan lokal. Kaya akan nilai nilai religi serta dipenuhi oleh roman- tika kehidupan bersama da- lam bingkai rumah tangga. Cerita yang disajikan oleh Dodi tidak hanya menarik dalam hal intrik yang terjadi di dalamnya. Namun juga kaya akan nilai-nilai inspi rasí. Para pemuda sebaiknya memiliki buku ini dan mem- bacanya. Secara komplit dan luwes dodi menceritakan kepada pembaca, bahwa kehidupan masa muda tidak hanya soal asmara dan huru- hara saja. Namun lebih dari itu, kehidupan masa muda mestilah diisi dengan seabrek prestasi yang kemudian da pat menjadi modal untuk masa depan yang lebih baik. Buku ini sangat mendidik. Peresensi: Rahmah Eka Saputri diutus mencari mereka yang kelelahan, yang tertinggal setelah bekerja dan jatuh tersungkur di jalanan karena lutut mereka tidak cukup kuat untuk membawa me reka ke tempat mereka bisa memperoleh upah? ... Tidak kah hati saya melonjak gem bira ketika melihat bahwa saya telah dipilih di antara banyak orang untuk meng ubah keluhan menjadi doa dan ratapan menjadi rasa syukur? Jiwa manusia tidak ber gem bira karena upah, tapi karena bekerja untuk men dapatkan upah tersebut. (hal.155) Tentang kemiskinan di Lebak, Havelaar mengata kan; Saya bertanya kepada kalian, para pemimpin Le bak. Mengapa banyak orang pergi untuk tidak dimakam kan di tempat mereka dila hirkan? Mengapa pohon ber tanya: 'Di manakah orang yang kulihat bermain di kakiku semasa dia masih kecil?' Mengapa mereka mencari kerja jauh dari tempat me- nguburkan orang tua me- reka? Mengapa mereka ka- bur dari desa tempat mereka disunat? Mengapa mereka lebih me nyukai kesejukan pohon yang tumbuh di sana daripada naungan hutan kita? (hal. 158). Buku ini ditulis Douwes Dekker setelah 18 tahun mengabdi di Indonesia. Be liau menggunakan nama samaran Multatuli yang ber arti 'Aku sudah banyak yang menderita'. Di luar dari cara pence ritaan yang melompat-lom pat, novel ini sangat memi kat. Ditulis dengan penuh cinta justru oleh seorang yang bukan pribumi. Ada ketu lusan yang mengagumkan dalam pemikiran dan pan dangannya. Kiranya buku ini patut dibaca lagi oleh para pe mimpin Indonesia saat ini dan orang-orang yang telah diberi Tuhan kesempatan untuk menjadi wakil rakyat, juga orang-orang yang telah mendapatkan kepercayaan di instansi-instansi peme rintah an. Semoga buku ini menya darkan mereka yang tengah terlena dalam jabatan atau pun korupsi. Peresensi: Zurnila Emhar Ch Upaya Mengenali Diri dalam Manisnya Coklat ders yang bertukar tempat dengannya. (hal.120) nerasi ke sekian dari keluarga pemilik perusahaan cokelat terkenal di Amerika. Tujuan kedatangannya ke Paris untuk menggaet pem buat The Chocolate Thief Namun, ternyata Sylvain mengenali Cade dengan pe nyamarannya dan tidak me ngizinkannya mengikuti sesi setelah makan siang. Judul buku:The Chocolate Thief (Mencarimu di Antara Seribu Coklat) Penulis :Laura Florand Tahun terbit: Cetakan Keenam, Februari 2014 Penghinaan yang diterima nya membuat Cade mematas mataí atelier Sylvain. Dari rekaman kamera dan tero pongnya, Cade bisa menge tahui kode akses pintu toko dan atelier tersebut. Sejak itu, mulailah Cade menyeli nap tiap malam ke ruang kerja Sylvain. Penerbit:Bentang Jumlah halaman:414 hal. ISBN:978-602-7888-31-9 LAURA FLORAND b Paris-fashion, romantis, dan cokelat. Namun, tidak untuk wanita Amerika seper- tiku. Aku sudah tidak tahan cokelat terkenal untuk membuat produk baru dalam lini baru perusahaannya ini didukung sepenuhnya oleh kakeknya, Jack Corey. Pada akhirnya kelakuan Cade membuat namanya dan nama Sylvain muncul di web New York Times dengan judul artikel All's Fair in Love and, Chocolate? Artikel tersebut, menyatakan Cade Corey telah mencuri resep cokelat Sylvain Marquis. (hal.183) lagi berjalan (sok) anggun dengan high heels ini. Me- nurutku, Paris juga bukan kota teromantis di dunia. Dan tolong catat, semua ini ber- awal dari Sylvain Marquis yang dengan sombongnya menolakku untuk bekerja Keluarga Corey memiliki sekitar 30% perkebunan ka- kao di seluruh dunia. Mereka mendanai institusi, satu- satunya yang berdiri di an- tara chocolatier. Keluarga Corey juga terkenal karena memimpin gerakan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja di perkebunan kakao. Menariknya, ketika nama Cade terekspos, Sylvain jus tru merasa simpati padanya.! Laki-laki itu selalu berusahal melindungi Cade. Membuat gadis itu merasa nyaman. sama. Oh, God! Apa dia tidak mengenaliku? Aku ini Cade Corey, pewaris tahta Corey Chocolate, perusahaan co- kelat terbesar di Amerika. Oke, lihat saja... Memang dia satu-satunya pembuat co kelat terbaik di dunia ini? Sejak lahir Cade telah di- takdirkan untuk mewarisi kekayaan keluarganya. Dan melanjutkan bisnis tersebut. Apalagi saudaranya sama sekali tidak tertarik pada usaha turunan ini. Pertemuan-pertemuan me reka berikutnya justru makin mendekatkan mereka ber dua. Ketertarikan Cade pada dirinya membuat Sylvain luluh. Belum pernah dia menemukan perempuan yang tertarik pada dirinya. Kebanyakan mereka men dekatinya hanya karena ter tarik pada cokelat. *** Begitulah kalimat-kalimat yang terdapat di blurb novel karangan Laura Florand ini. Diceritakan bahwa Cade Co rey mendatangi Paris untuk mengajak Sylvain Marquis bekerja sama untuk sebuah produk di lini baru peru sahaan keluarga Corey. Na- mun, tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Sylvain dengan cara yang kasar. Berbeda dengan Cade, Syl vain telah melewati jalan berliku untuk sampai di posi- sinya sekarang. Mengha- biskan masa remajanya seba- gai sosok yang pemalu dan kerap diremehkan membuat Sylvain ingin menjadi sosok yang diinginkan'. Bermula dari perlakukan tidak menye- nangkan dari teman-teman perempuannya semasa seko- lah yang kerap memanfaat- kannya, Sylvain mulai ter- tarik pada cokelat. Menu- rutnya hanya cokelat yang bisa membuat perempuan takluk padanya. Hubungan yang terjalin tanpa nama tersebut pun mengiring Cade pada tujuan hidupnya. Dia mulai mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkannya dalam hidup nya. Sekadar meneruskan bisnis keluarga atau memba ngun sebuah keluarga. Sedangkan, bagi Sylvain kedekatan mereka adalah keberuntungannya, sekaligus luka yang akan siap untuk menganga, seandainya Cade kembali ke Amerika. Penolak itu membawa Cade pada Dominique Rich- ard. Namun lelaki yang sama sekali tidak menarik itu juga menolak gagasan Cade. Ka- rena hal tersebut, jadilah gadis itu berkelana di Paris, mendatangi para pembuat coklat lainnya dan mena- warkan hal yang sama. Tapi hasilnya tetap nihil. Ketertarikan tersebut mem bawanya pada berbagai per- cobaan demi percobaan un- tuk menghasilkan cokelat terbaik. Dan di usia tiga puluh tahun, Sylvain telah menjelma pembuat cokelat terbaik di Paris. "Keberuntunganku adalah dari semua orang yang ma suk ke toko cokelatku, kau yang masuk ke dalam hidup- ku. Kau." (Hal.397) S Padahal untuk mendapat- kan kerja sama yang diim- pikannya dengan pembuat cokelat di Paris, Cade telah melakukan kursus bahasa Prancis. Dan Sylvain adalah orang pertama yang ada dalam daftarnya. Sekaligus yang pertama menolaknya. Tokoh-tokoh yang dihas dirkan Laura dalam novel ini memiliki karakter yang kuat! Terkadang pembaca bisa ikut jengkel dengan kesombongan Sylvain, namun pada waktu yang hampir bersamaan Syl vain akan muncul dengan manis. Begitu pula dengan Cade, sosok yang begitu femi nim, manis bisa menjadi 'gagah' karena rasa tanggung jawabnya terhadap peru sahaannya. Sepanjang alurnya, pem- baca disuguhi dengan aroma cokelat, nama-nama cokelat dan campuran-campuran nya. Cerita ini makin menarik sejak Cade tergoda untuk menyuap seorang wanita yang hendak mengikuti work- shop Sylvain di atelier-nya untuk bertukar tempat de- ngannya. Untuk mendapat- kan posisi itu, Cade harus membayar mahal. Sebuah cek dengan nominal kurang lebih dua belas ribu dolar dan beban tujuh puluh lima ribu di kartu kreditnya. Ya, Cade telah menyerahkan kartu kreditnya untuk digunakan seharian oleh Maggie Saun- Sylvain Marquis merupa kan seorang pembuat cokelat terkenal di Paris. Perawa- kannya yang tinggi, gagah dan wajah tampannya ikut mendukung pesonanya. Syl vain menghabiskan waktu nya sehari-hari di atelier (ruang kerja)-nya. Di sana dia mengolah coklat, memadu- padankan rasa dan menjual hasil kreasinya. Selain membagikan penge tahuan tentang cokelat, novel ini juga berhasil membangun suasana romantis. Seperti cokelat Amour-nya Sylvain yang pahit, hitam namun kaya rasa dan meleleh lem but, novel ini pun bisa mem buat pembacanya 'meleleh'. Peresensi: Zurnila Emhar Ch . Dan Cade merupakan ge- Menghidupkan Kembali Surat-menyurat TRW Sukamto Prasetyo, dkk kembang di negeri Sa bah- Malaysia. Anak-anak dari para pahlawan devisa yang telah menetap cukup lama di negeri itu. Sebuah surat yang sangat menyen tuh. Dan membuat airmata terurai canggih dan in stan. Seperti halnya telepon genggam, internet, dan telo komunikasi lainnya. Soerat Soerat Achir Tahren Judul Penulis : Soerat-Soerat Akhir Tahun :Sukamto Prasetyo, dkk Keguna an surat mulai terlupakan oleh orang-or- ang. Surat saat ini hanya digunakan sebagai forma litas saja, itu pun su dah ada pula sejenis surat elektronik. Namun demikian, sebuah surat tak kan pernah terlu pakan setelah membaca buku ini. Sebuah buku yang mengajak pembaca bernos talgia kembali pada masa lalu. Kimputan Surat Penerbit FAM Publishing Tahun terbi: Mei 2014 Tebal buku :213 hlm; 13 x 20 cm menyimak kisah se orang Sukamto dalam men didik anak-anak di sana. Tradisi menulis surat mu- lai terkebelakangi di era modern dewasa ini. Surat tidak lagi memiliki makna sentral untuk sebuah komu nikasi. Soerat-soerat Akhir ta hun, begitulah judul dari buku ini. Sebuah buku ber- kumpulnya surat-surat ter- baik hasil sebuah event yang diadakan Forum Aktif Me- nulis (FAM) Indonesia. Dari ratusan naskah yang diikut- sertakan dalam event itu, maka terpilihlah 40 surat terbaik yang kemudian dibu- kukan oleh FAM Publishing. Sukamto Prasetyo adalah pemenang utama dalam event itu. Suratnya yang berjudul "Mencerdaskan Bangsa Sendiri di Negeri Or- ang" (hlm 11). Bercerita tentang perjuangannya da lam mendidik anak-anak In- donesia yang telah ber Dahulu, surat adalah ben tuk komunikasi yang dapat mewakilkan kerin duan. Melalui surat sese orang bisa menceritakan ten tang kehi dupannya. Tentang kejadian demi kejadian, dan tentang kenangan masa lam pau. Dimana dulu surat men jadi alat komunikasi yang sangat membantu. Se buah surat berisikan pesan dan amanat. Maka meski kita hidup di tengah era globa lisasi yang didominasi oleh teknologi telokomu nikasi) sempatkanlah untuk menulis surat kembali, ke mudian sampaikanlah surat itu seper ti curahan hati para penulis dalam buku ini. Sebab se buah surat akan abadi di hati pembaca. Fungsi surat sudah mulai terpinggirkan oleh elektronik dan teknologi. Melalui buku ini, semoga tradisi surat-menyurat akan tetap hidup dan dicintai anak-anak generasi basngsa! Peresensi Acet Asrival Dimana tekno logi me nam pilkan publik yang lebih
