Tipe: Koran
Tanggal: 2015-01-25
Halaman: 22
Konten
IM remaja SINGGALANG MINGGU » 25 Januari 2015 (4 Rabiul Akhir 1436 H ) » Halaman C-22 Senja di Puncak Nobita ATAHARI sudah M turun ke peraduan. Remon mencari tempat yang terbaik di ujung tebing. Dari sana, tak ada semak yang menghalangi pandangannya. Ia bisa melihat cahaya lampu jalan seperti kunang-kunang yang berjalan beriringan. Cahaya itu memantul di permukaan Pantai Padang yang terlihat tak bergelombang. Kemarin, Remon mengajak Raisa berjalan-jalan ke pantai itu. Namun, ia belum mengungkapkan isi hatinya. "Hei, Bro!" sebuah suara mengusik lamunan Remon. Haris datang mengampiri. Ia memukul pundak sahabatnya itu. "Lamunin apa nih?" ujar Haris bertanya. Remon tidak langsung menjawab. Matanya belum lepas memandang hamparan Kota Padang dari puncak bukit. Haris mendekat dan duduk di sebelah Remon. "Kamu sudah katakan?" tanya Haris lagi. Remon tetap tak bersuara. Ia hanya menganggukkan kepala dan melepas senyum hambar ke arah Haris. Haris tidak mengerti arti senyuman itu. Lelaki itu semakin OLeh: A.R. Rizal penasaran menunggu jawaban pasti dari Remon. Ia akan sangat senang kalau senyuman Remon berarti penerimaan. Haris yang meyakinkan kalau puncak bukit itu adalah tempat yang terbaik untuk mengungkapkan isi hati. Beberapa hari yang lalu, Remon ingin mengungkapkan isi hatinya di Pantai Padang. Namun, Haris melarangnya. "Pantai bukan tempat yang terbaik," ujar Haris ketika itu. Remon heran dengan pernyataan sahabatnya itu. Yang ia tahu, pantai adalah tempat yang selalu dipilih pasangan kekasih untuk memadu hati. Tempat itu yang paling romantis di antara banyak tempat romantis di permukaan bumi. "Kamu tahu, kemarin Deni nembak Rani di pantai. Lihatlah sekarang, mereka tak seperti sepasang kekasih," ujar Haris lagi menambahkan alasannya. Remon tertawa geli mendengar alasan-alasan yang dikemukakan Haris. Ha ha ha..! Dasar si Deni saja yang kegeeran. Selama ini si Rani kan tak pernah suka kepadanya," celutuk Remon. "Yah, itulah nasib buruknya karena menyatakan isi hati di pantai," balas Haris meyakinkan. Remon tak percaya sepenuhnya dengan perkataan Haris. Namun, ia enggan menyanggah karena Haris sepertinya sangat serius dengan keyakinannya. "Kalau kamu menyatakan isi hati di pantai, maka cintamu seperti buih yang terombang-ambing tak jelas tempat berlabuh," ujar Haris terus meyakinkan. Glek! Remon menelan air ludahnya dalam-dalam. Ia tertegun melihat wajah Haris yang penuh keyakinan. TUT, tut, tut..! Sudah beberapa kali Remon menelpon, namun tak terdengar nada sambung. Mungkin Haris sedang berada di kamar mandi, karena tak mungkin ia menolak telpon Remon. "Sorry, Bro! Aku habis ke belakang neh!" Benar saja. Hari Minggu ini, Haris biasa memperpanjang tidur paginya. "Aku lagi di mall," balas Remon dari balik HP-nya. "Waw, kamu ingin traktir aku belanja ya," ujar Haris bersemangat. "Tidak, tidak, tidak! Aku lagi sama Raisa." Haris terdiam sejenak. "Kamu ingin aku ke sana?" Remon tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak. "Tidak usah! Aku akan mengatakannya sendiri kepada Raisa." "Jangan, jangan, jangan!" Haris berteriak keras, sampai-sampai Remon menjauhkan HP dari gendang telinganya. "Itu bukan tempat yang terbaik. Kamu akan kecewa," ujar Haris melanjutkan ucapannya. Remon heran dengan perkataan sahabatnya itu. Sepasang kekasih biasanya menghabiskan hari dengan jalan-jalan ke mall. Remon sudah tahu caranya menyatakan cinta di mall. Ia akan mengajak Raisa mengunjungi sejumlah outlet. Remon akan bertanya tentang barang apa yang paling disukai Raisa. Ia sudah menyiapkan uang untuk membeli barang itu. Remon akan mengadiahkannya untuk Raisa. Sambil memberikan hadiah, ia akan menyatakan isi hatinya. "Raisa akan menyatakan iya. Tapi, ia tidak menerima cintamu," ujar Haris lagi dari balik HP. "Maksudmu?" "Raisa hanya menerima hadiah dari kamu. Dan kamu akan terus memberikan hadiah kepadanya agar ia tetap bersama kamu." Ah, Haris memang terkenal pelit. Bagi Remon, tak masalah berkorban untuk sang kekasih. Hadiah itu kan bunga-bunga cinta. Ia tak percaya dengan perkataan Haris. Remon akan menyatakan isi hatinya kepada Raisa di mall. Namun, ia tak juga memiliki kesempatan. Raisa sibuk menyebut berbagai barang yang disukainya. "Wah, ini bagus! Aku suka, aku suka," ujar gadis itu dengan wajah ceria. "Bagus, bagus..." balas Remon. Ia mencoba tetap tersenyum di hadapan Raisa. Boneka itu menjadi barang kelima yang dibelikannya. Remon memegang saku celananya, berharap masih ada sejumlah uang tersisa di sana. "Duh, cantiknya..." Remon berbicara dalam hati. Siang itu, ia bertemu dengan Raisa di masjid sekolah. Gadis pujaannya itu nampak anggun ketika memakai mukenah. Remon mencoba mendekat, namun Haris buru-buru mencegatnya. "Gila kamu!" teriak Haris. "Gila kenapa? Aku akan menemui Raisa di sana dan aku akan sampaikan isi hatiku," balas Remon. "Hei, itu masjid seko- lah!" "Ada apa dengan masjid sekolah? Itu kan tempat yang baik, berarti tempat yang baik pula untuk menyatakan isi hati." "Masjid itu tempat orang beribadah, bukan tempat pacaran!" ujar Haris, kali ini dengan nada kesal. Remon tersentak. Sekian lama, ia tak pernah mengunjungi masjid sekolah itu. fa paling mampir sebentar ke sana untuk mencuci muka. Kali ini, Remon akan berkunjung ke sana. Tapi, tentu saja bukan untuk menemui Raisa. "Bagaimana hasilnya?" tanya Haris memecah lamunan Remon. Remon tidak langsung menjawab. Ia malah mengarahkan telunjuk ke hamparan cahaya lampu di hadapannya. Semakin senja, lampu-lampu kelihatan makin bercahaya dari puncak Nobita. "Ternyata, indah sekali pemandangan Kota Padang di waktu senja. Coba dari dulu aku tahu tentang tempat ini," balas Remon tak menjawab pertanyaan Haris. Haris terbengong. Seharusnya, ia mendapatkan kabar terbaik dari Remon. Ia yang menyarankan agar sahabatnya itu mengungkapkan isi hatinya di puncak Nobita. Sore itu, Raisa dan teman-teman sekolahnya menghabiskan senja di puncak Nobita. Tempat ini menjadi favorit pasangan kekasih menikmati romantisme. Sepanjang sore tadi, Haris melihat Remon selalu bersama Raisa. Sahabatnya itu tak melepaskan genggaman tangannya ketika berjalan menuju puncak bukit. Tak terlalu jauh memang. Hanya berjalan tigapuluh menit, sampailah di tebing luas yang dipenuhi hamparan ilalang. Tebing inilah yang disebut puncak Nobita. Orang-orang menamainya puncak Nobita karena diilhami kisah Nobita yang selalu duduk di atap rumahnya bersama Dorae- mon sambil melihat suasa- na kota di malam hari. Dari puncak Nobita, terlihat jelas hamparan Kota Padang yang bercahaya ketika senja menjelang. "Raisa menerimamu kan?" tanya Haris kepada Remon semakin penasaran. Remon hanya tersenyum. Haris mengartikannya, ya. Pasti Raisa menerima. Kisah kasih di puncak Nobita pasti berakhir indah. Seperti kisah Nobita dan Shizuka. Ketika Doraemon selalu membantu Nobita untuk menjadi anak yang baik, di masa depan Nobita akhir- nya berjodoh dengan Shizuka. Haris merasa ia seperti Doraemon. Haris senang dengan perasaannya itu. Namun, perasaan itu tak keluar sebagai senyum kemenangan ketika Remon memberikan jawaban yang mengejutkan. "Tidak!" "Tidak maksudnya?" "Raisa menjawab, tidak! Katanya, belum saatnya." Haris tertegun. Ia tak sanggup melihat wajah Remon yang penuh muram duka. Ia memegang pundak Remon untuk menenangkan hati sahabatnya itu. "Kamu tahu kisah tentang puncak Nobita yang sebenarnya?" tanya Remon tidak hendak mencari jawaban. Haris menggelengkan kepala. Remon melanjutkan ucapannya. "Orang-orang memberi nama puncak Nobita karena ada kisah seorang pemuda yang patah hati. Pemuda itu terkenal sebagai anak pemalas, sekolah tak selesai, kerjanya tiap hari berkelahi. Setiap berkelahi, tentu saja ia selalu kalah. Karena itu, orang-orang menyebutnya Nobita.” "Lalu?" "Si pemuda berjuluk Nobita mencintai seorang gadis berpendidikan tinggi. Ia mengungkapkan isi hatinya, tentu saja ditolak oleh si gadis. Patah hatinya, si pemuda menenangkan diri di puncak bukit. Lama di sana, orang-orang mendapati si pemuda menjatuhkan diri dari puncak bukit." "Oh..." Haris berguman dalam hati. Ia menghela nafas panjang untuk mengurangi ngeri yang bergayut di telapak kakinya. "Hah, sudahlah! Itu kan hanya cerita," ujar Haris menenangkan hatinya. "Ha ha ha...! Kamu ketakutan, ya?" Remon tertawa lebar seakan merasa senang telah membuat cerita menakutkan untuk Haris. Haris terdiam. Kini, wajahnya benar-benar berubah pucat pasi. (Padang, Januari 2015) CRITICAL U Jilbab Masa Kini KESADARAN memulai menggunakan hijab dan jilbab dalam aktivitas keseharian kaum muslimah saat ini sudah banyak terlihat. Bahkan di daerah-daerah tertentu termasuk Provinsi Sumatera Barat murid sekolah perempuan dari tingkat SD sampai SMA, guru-guru, PNS dan para pekerja lainnya menggunakan hijab dan jilbab dalam aktivitasnya. Hijab adalah pakaian penutup aurat dan jilbab adalah pakaian penutup bagi kepala sampai dada. Dilihat dari asal katanya, kata jilbab berasal dari bahasa Arab Jalaba yang maknanya menutup sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga tidak dapat dilihat auratnya. Fakta semakin banyaknya kaum wanita muslim saat ini yang menggunakan jilbab dan hijab, mendorong industri saling berlomba lomba mendesain model terbaru yang modis dan modern. Tentunya dengan motif dan kombinasi warna-warna cerah, sehingga mampu menarik perhatian orang yang memandangnya. (Yeni Usman/ Magister Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang) By The Way KRS dan SKS 1. Apa yang kamu ketahui tentang KRS dan SKS? 2. Menurutmu apa kegunaan dari KRS dan SKS? 3. Apa kelebihan adanya KRS dan SKS di perguruan tinggi? 4. Apa kekurangan dari KRS dan SKS yang pernah kamu temui? CERESAN Frentika Fiderika (Mahasiswi UNP) 1.Kartu Rencana Studi (KRS) merupakan catatan tentang mata kuliah yang diambil pada semester yang bersangkutan. SKS itu singkatan dari Satuan Kredit Se- mester. 2. Kegunaan KRS membantu kita mengetahui apa saja mata kuliah dan jadwal mata kuliah yang diambil pada semester itu. SKS berguna sebagai ukuran besar beban studi mahasiswa. 3. Jika tidak ada KRS dan SKS rasanya kita akan sulit dalam mengetahui mata kuliah, jadwal kuliah, dan beban studi kita sebagai mahasiswa. 4. Menurut saya tidak ada IN TRIM B Mega Permata Sari (Mahasiswi Telkom University) 1. KRS semacam kolom penyedia untuk mempermudah penginputan mata kuliah yang akan diambil. SKS merupakan jatah durasi dalam satu mata kuliah. 2. Mengarahkan kita dalam menghadapi perkuliahan 3. Mempermudah dan menambah kejelasan mahasiswa dalam menjalani perkuliahan 4. Kalau kekurangannya, kadang durasi per SKS yang tertera sama sks yang dijalanin suka berbedada. Misalnya kalau 1 SKS yang tertera itu 60 menit tapi saat dilaksanakan hanya 50 menit. (vendo)
