Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-01-19
Halaman: 06

Konten


2cm 6 Opini tajuk Darurat Kekerasan Seksual Anak B elum lekang dari ingatan kita kasus YY, bocah perem- puan asal Bengkulu yang meninggal karena menjadi korban kekerasan seksual oleh segerombolan anak. Ada 14 anak yang terlibat dalam kekerasan seksual yang di- sertai dengan pembunuhan itu. Kasus YY ini mencuat menjadi bahan pemberitaan media- media nasional, bahkan sejumlah media internasional pun tak lu- put memberitakannya. Proses hukum telah dijalankan kepada para pelaku. Namun, kasus YY ini seolah tak bergaung, tak me- nimbulkan efek jera. Pada awal tahun ini, sejumlah kasus kekerasan seksual terha- dap anak tetap marak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran perilaku tak bermoral tersebut bukannya berkurang, malah makin banyak. Di Kota Sorong, Papua Barat, pemerkosaan yang disertai pem- bunuhan terhadap seorang bocah berusia 10 tahun pada Selasa (10/1) lalu memunculkan kembali kegundahan itu. Jasad korban ditemukan terkubur di dalam aliran sungai berisi lumpur di Kom- pleks Kokodo, Kota Sorong. Ada tiga pelaku yang ditangkap polisi dalam kasus ini. Setelah diinterogasi, para pelaku yang masih tergolong remaja berdalih aksi bejat itu mereka lakukan dalam kondisi tak sadarkan diri. Mereka mengaku mabuk akibat menenggak minuman keras saat melakukan aksi bejatnya. Pada Ahad (1/1), di Bengkayang, Kalimantan Barat, kekerasan, seksual oleh tiga orang dilakukan terhadap seorang siswi SD ber- usia 10 tahun. Polres Bengkayang memastikan pemerkosaan itu me- reka lakukan setelah mengonsumsi miras bersama dua rekannya. Akhir tahun lalu di Banyuasin, Sumatra Selatan, pemerkosaan terhadap dua remaja dan satu gadis dilakukan oleh tujuh pemuda. Segerombolan pemuda bejat itu melakukan aksinya didahului dengan minum miras. Kasus kekerasan seksual memperlihatkan tren peningkatan se- lama 2016 di sejumlah daerah. Berkaca dari data statistik ini, kasus kekerasan seksual terhadap anak seolah adalah fenomena gunung es. Kasus-kasus yang mencuat dan kemudian ditangani oleh aparat penegak hukum hanyalah puncaknya. Adapun kasus yang tak terlaporkan bisa jadi lebih banyak lagi. Kasus kekerasan seksual terhadap anak sudah dalam tahap darurat. Sejumlah kejadian itu juga memperlihatkan fakta yang tak terbantahkan bahwa miras adalah pemicu tindak kriminalitas. Akibat menenggak miras, para pelaku menjadi tidak terkontrol alam pikirannya, perilakunya pun menjadi liar. Akibat ketiadaan kontrol pada dirinya, para pelaku bisa bertindak buas dan biadab di luar perikemanusiaan. Dan, itulah yang terjadi pada beberapa kasus kekerasan seksual yang disertai dengan aksi kriminalitas lain, seperti pembunuhan. Kondisi ini tentu saja membuat kita sangat prihatin. Sebagai orang tua, tentu kekhawatiran akan terus menghantui terhadap keselamatan anak-anak mereka, di setiap waktu, di setiap tempat. Secara legal, keberadaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak tidak berdaya gedor maksimal. Ancaman hukuman kebiri terhadap para pelaku juga belum menampakkan efek kejut. Selain menjatuhkan hukuman seberat-beratnya terhadap para pelaku kekerasan seksual itu, perlu dipikirkan pula pendidikan agama dan karakter yang ditanamkan sejak dini pada anak-anak sekolah. Pola pendidikan yang baik, terstruktur, dan sistematis sejatinya akan menghasilkan insan-insan yang berkarakter. Jika insan hasil pendidikan berkarakter ini sudah terbentuk, kasus serupa kekerasan seksual itu tak bakal terjadi. Di sinilah peran penting semua pihak: mulai dari keluarga, sekolah, dan juga lingkungan tempat tinggal, selain tentunya pemerintah melalui instrumen hukum dan birokrasi yang mereka miliki. Patut juga untuk dicermati bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat tempat terjadinya kasus kekerasan seksual. Benarkah para pelaku kekerasan seksual itu kebanyakan terjadi pada kelom- pok masyarakat yang kurang mampu? Jika demikian adanya, ketimpangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan harus menjadi prioritas utama dari pemerintah. Lebih dari itu semua, tertanamnya pendidikan karakter yang baik pada masyarakat diharapkan menjadi pencegah dini kasus-kasus amoral. suarapublika Jumlah Dana Desa Saya kaget membaca berita Republika edisi Selasa, 17 Januari 2017. Pada halaman 4, judul artikel "Wapres Tinjau Penggunaan Dana Desa" pada paragraf kedua menyebutkan bahwa "Jumlah dana yang dikucurkan untuk semua desa di Indonesia Rp 764,9 triliun atau 36,8 persen dari APBN 2017." Padahal, kalau kita baca UU Nomor 18 Tahun 2016 Tentang APBN 2017 Pasal 9 Ayat 1 menyebutkan bahwa anggaran sebesar Rp 764,9 triliun adalah untuk transfer ke daerah dan dana desa. Jumlah anggaran untuk dana desa hanya Rp 60 triliun (Pasal 9 Ayat 3 UU No 18 Tahun 2016). Sedangkan, sejumlah Rp 704,9 triliun untuk transfer ke daerah yang terdiri atas dana perimbangan, DID, dana otsus, dan dana keistimewaan DIY. Mohon berhati hati agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat. Khoerul Arif Pondok Aren, Tangerang Selatan Terima kasih atas masukannya. Redaksi. Menjalin Dialog Aparat pemerintah, terutama kepolisian melalui para pimpinannya, tampak tidak mampu berkomunikasi baik dengan ormas Islam, terutama FPI. FPI adalah ormas yang sejak berdirinya juga berjasa, misalnya, dengan membantu para korban bencana. Saya yakin jika pimpinan TNI/Polri bisa membuka dialog dengan FPI melalui para pimpinan kedua pihak, suasana kondusif bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam wadah NKRI menjadi satu keniscayaan. Cobalah buka ruang dialog oleh pimpinan TNI/Polri. Memulai inisiatif terlebih dahulu bukanlah suatu hal yang buruk. Damai negeriku, damai bangsaku. Aries Musnandar Malang Jatim REPUBLIKA Terbit sejak 4 Januari 1993, Republika hadir sebagai pelopor pembaruan media massa Indonesia. Harian ini memberi warna baru pada desain, gaya pengutaraan, dan sudut pandang surat kabar negeri ini. Sebagai koran, kemudian portal berita pertama di Tanah Air, media ini melahirkan. keseimbangan baru dalam tata informasi. Republika terbit demi kemaslahatan bangsa, penebar manfaat untuk semesta. Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi milik Harian Republika. Semua wartawan Harian Republika dibekali tanda pengenal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari siapa pun. Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar, sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan. Semua isi artikel/tulisan yang terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung jawab Kepala Perwakilan Daerah bersangkutan. MAHAKA GROUP KAFI KURNIA Motivator dan Pakar Marketing ekan lalu di Bandung, ketika saya mau masuk lift di hotel, tiba-tiba ada yang menepuk bahu saya. Ketika saya refleks menengok ke belakang, ternyata seorang teman yang saya tidak pernah bertemu lebih dari 10 tahun. Seorang sahabat lama. Kami pun berpelukan dan saling menyapa akrab. Jatuh 7 Kali, Bangkit 8 Kali Bersepa nya dan mencoba fokus untuk berobat. Sejumlah ketakutkan menghantui hidupnya. Mulai dari tidak bisa tidur, stres, dan perubahan sikap menjadi pemarah. Alkisah, suatu malam ketika tidurnya terusik, ia bangun dan mencoba membaca di ruang kerjanya di rumah. Ketika sedang men- cari bahan bacaan, ia menemukan buku oret- oretan lama itu. Entah itu sebuah keajaiban atau apa, ia pun tidak pernah tahu pasti. Tan- pa sengaja ia membaca peribahasa Jepang itu. Teman saya ini dulunya seorang pim- pinan bank swasta yang cukup terkenal di Jakarta. Kini, tubuhnya lebih kuruş. Wajah- nya menua, tetapi terlihat segar dan bugar. "Ini teman saya yang paling optimistis," kata dia menyapa saya. Tanpa disengaja, saya tertawa mengelak. Entah mengapa dia membaca sebuah keraguan dalam tawa saya. Lalu, kami makan malam bersama. Dan, kami saling bertukar cerita. Ia penasaran mengapa dalam tawa saya tadi ada kegalauan yang rada pesimistis. Saya menuturkan, barangkali saya lebih realistis sekarang. BAGONG SUYANTO Dosen Masalah Sosial Anak di FISIP Universitas Airlangga K asus pemerkosaan anak kembali menyentak perhatian publik. Alih-alih jumlahnya berkurang, di awal 2017 ini untuk ke sekian kalinya publik dikejutkan dengan kasus pemerkosaan anak yang menimpa Kezia Mamansa, seorang bocah malang berusia 10 tahun. Dia menjadi korban kekerasan seksual tiga laki-laki hingga tewas di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat. Sebelumnya, kasus pemerkosaan juga dialami dua anak perem- puan dan satu gadis muda oleh tujuh pemuda di kawasan Ladang Baru, Kelurahan Mariana, Banyuasin. Pemerkosaan tersebut dilakukan ber- untun sejak September hingga November 2016. Di Bengkayang, pemerkosaan yang dialami siswi kelas VI SD berinisial GC (10 tahun) dilakukan Komarudin (34 tahun). Pemerkosaan terjadi di Desa Lembang, Kecamatan Sanggau Ledo. Berbeda dengan kasus pemerkosaan anak yang lain, kasus pemerkosaan yang terjadi di Sorong, Bengkawang, dan Banyuasin dilaku- kan sejumlah pelaku yang mendahului aksi bejat mereka dengan mengonsumsi minum- an keras (miras). Berdasarkan pemeriksaan polisi, dike- tahui Kezia diperkosa secara bergilir sebelum dibunuh dengan kejam oleh pelaku. Jasadnya ditemukan terkubur di dalam aliran sungai berisi lumpur di Kompleks Kokodo, Kota Sorong. Sambil bercerita kepada beliau sejumlah rasa khawatir saya tentang kerapuhan yang sedang bergolak dalam masyarakat majemuk kita dan bahaya kalau kerapuhan itu akhirnya menjadi nilai-nilai keropos bangsa ini. Usai saya bercerita, ia bercerita tentang sesuatu yang membuat saya terkejut. Ia bercerita bahwa ia adalah survivor pe- nyakit kanker. Menurutnya, sebuah kalimat dari saya telah menyelamatkan hidupnya. Lebih dari 10 tahun yang lalu ketika ia masih menjadi pejabat tinggi di sebuah bank, saya sempat memberikan workshop pemasaran di perusahaannya. Entah mengapa teman saya ini mencatat sebuah peribahasa Jepang yang saya kutip pada akhir workshop itu. Kutipan itu adalah: "Nana korobi ya oki" atau terjemahannya "Jatuh tujuh kali! Bangkit delapan kali". Sebuah peribahasa yang sering saya gunakan membangkitkan motivasi orang agar lebih optimistis. Kuliah Hellen Keller ini menjadi pegang- an hidup saya bertahun-tahun. Teman saya rupanya terkesan dengan semangat yang sama. Ia menuturkan, pada saat ia menonton workshop saya secara iseng, ia mencatat peribahasa Jepang itu di sebuah buku oret- oretannya. Saya sendiri diperkenalkan pada peri- bahasa ini sekitar pertengahan tahun 80-an oleh seorang eksekutif Jepang. Saat itu, de- Lalu, lupa sama sekali dengan peribahasa itu. Beberapa tahun kemudian, ia terserang penyakit kanker. Ia berhenti dari pekerjaan- Pemerkosaan Anak dan Efek Miras jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak menurut Direktorat Pidum Bareskrim Polri tercatat sebanyak 254 kasus. mereka makin moncer di kalangan teman- temannya sebagai sosok yang disegani atau ditakuti. Di tahun 2017, diperkirakan (sekaligus dikhawatirkan) angkanya bakal kembali bertambah karena kondisi lingkungan sosial yang kurang kondusif. Pemerkosaan anak yang terjadi di Beng- kayang juga dilakukan pelaku setelah mereka mengonsumsi miras jenis benson. Subkultur yang patologis, Untuk mengurangi kemungkinan terjadi- nya tindak kekerasan seksual kepada anak, DPR belum lama ini sebetulnya telah menge- sahkan UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. à per- Dalam UU baru ini, dicantumkan aturan pemerintah soal pemberatan hukum- an bagi pelaku kekerasan terhadap anak, seperti hukuman kebiri kimiawi dan penam- bahan masa kurungan jadi seumur hidup. Tetapi, alih-alih berkurang, di berbagai daerah tindak kekerasan anak tetap saja terjadi dari waktu ke waktu. Sepanjang 2016, Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Irfan Junaidi Wakil Pemimpin Redaksi: Nur Hasan Murtiaji Redaktur Pelaksana Koran: Subroto Redaktur Pelaksana Newsroom: Elba Damhuri Redaktur Pelaksana Online: Maman Sudiaman Redaktur Khusus: Ikhwanul Kiram Mashuri, Nasihin Masha Redaktur Senior: Agung P Vazza Wakil Redaktur Pelaksana: Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Kumara Dewatasari, Joko Sadewo Asisten Redaktur Pelaksana: Priyantono Oemar, Stevy Maradona, EH Ismail, Mansyur Faqih, Didi Purwadi, Muhammad Subarkah Sekretaris Redaksi: Hamidah Sagaf Perwakilan Jawa Barat: Rachmat Santosa Basarah (Kepala Perwakilan) ngan serunya kami sedang membahas do- minasi globalisasi Jepang mulai dari TV Ga- mes, mobil, hingga kecap asin. Di dalam dis- kusi seru itu, sang eksekutif bercerita tentang peribahasa tersebut. Esensi peribahasa itu melekat sangat pada hampir setiap aspek kehidupan masyarakat Jepang mulai dari kehidupan sehari-hari hingga seni dan juga bela diri. Agus Yulianto (Kepala Redaksi) Perwakilan DIY-Jateng & Jatim: Fachrul Ratzi (Kepala Perwakilan) Yusuf Assidiq (Kepala Redaksi) Intinya jangan pernah mau takut gagal. Jangan pernah mau menyerah. Selalu siap siaga. Kalau jatuh, bangun lagi. Dan seterus- nya. Sebuah konsep yang menyertai periba- hasa tersebut adalah gambaru yang secara sederhana dapat kita terjemahkan sebagai semangat pantang menyerah. Apa pun kesulitan yang kita hadapi, sebuah amanah, dan sebuah tugas selayaknya harus diselesaikan dengan tuntas tanpa terkecuali. Pelajaran dari teman ini melekat dalam pada diri saya. Pada akhirnya secara perlahan dan revolusioner hal ini menempa diri saya menjadi lebih percaya diri. Lebih optimistis. Membantu saya dalam begitu banyak dalam pekerjaan dan hidup saya, termasuk karier saya sebagai seorang motivator. Per- sepsi hidup saya jauh lebih rileks dan melihat hidup sebagai sebuah tantangan dan bukan lagi sebagai lomba yang menentukan menang atau kalah. Hidup menjadi jauh lebih me- narik bahwa kita tidak selalu harus menang. Karena, keberhasilan itu tidak selalu berarti sebuah kemenangan. Hidup menjadi lebih bernilai karenanya. Titik akhir bukan lagi menjadi sebuah garis finis. Titik akhir kini menjadi sebuah tempat kita bersujud untuk berterima kasih kepada Tuhan bahwa kita diberi kesempatan untuk berkarya dan menyelesaikan karya itu dengan sebaik-baiknya. Hellen Keller dalam kuliah legendarisnya pada 22 Januari 1916 di Mabel Tainter Memorial, Wisconsin, Amerika Se- rikat, mengungkapkan, semangat optimisme adalah modal yang membawa kita pada ha- rapan dan percaya diri yang membuat kita berhasil. Ada indikasi kuat, bersamaan dengan perkembangan subkultur anak muda dan laki-laki yang terbiasa menghabiskan waktu luang mereka untuk minum miras, sepanjang itu pula korban-korban kejahatan seksual. akan terus bertambah. REPUBLIKA KAMIS, 19 JANUARI 2017 Meski tidak semua orang yang minum miras kemudian langsung mencari korban untuk diperkosa, harus diakui bagi anak-anak muda marginal yang sehari-hari mengha- biskan waktu luang berkumpul dengan peer group-nya umumnya akan tumbuh sebagai pribadi-pribadi yang mudah lepas kendali. Minum miras selain menjadi pembenar atau legitimasi kelakuan bejat mereka, di sisi lain kecenderungan berperilaku menyimpang bahkan melewati batas wilayah kriminal se- sungguhnya juga terbangun melalui interaksi mereka dengan lingkungan sosialnya sesama peminum. Di kalangan anak-anak muda yang suka miras, sudah sering terjadi perilaku yang patologis dan keberanian untuk melanggar aturan hukum yang berlaku sebagai repre- sentasi kejantanan dan kejagoan mereka di mata lingkungan sosialnya. Makin tidak masuk dinalar ulah mereka, di kalangan anak-anak yang marginal hal tersebut justru dianggap sebagai simbol kejantanan yang membanggakan sekaligus ditakuti anggota kelompok yang lainnya. Bagi para pelaku pemerkosaan anak yang belakangan ini makin marak, faktor penye- babnya bukan sekadar libido yang tidak ter- kontrol atau syahwat yang sudah sampai di ubun-ubun akibat pengaruh sering menonton cyberporn atau pengaruh miras. Tindak pemerkosaan anak yang dilaku- kan pelaku, dalam batas-batas tertentu se- sungguhnya juga menjadi simbol atau re- presentasi untuk memperlihatkan eksistensi kedirian mereka. Di kalangan anak-anak muda marginal, melakukan pelanggaran hukum, seperti mencuri, membegal sepeda motor yang lewat, memerkosa anak, dan lain-lain-yang kemu- dian menyebabkan mereka terpaksa harus dipenjara, tidak jarang hal itu justru menjadi sesuatu simbol yang membuat eksistensi Reporter Senior: Harun Husein, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Siwi Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat Hadi Sucipto. Kepala Desain: Sarjono. Kepala Infografis: Muhamad Ali Imron. Kepala Bahasa: Ririn Liechtiana. Kepala Digital: Desi Purwo Wijianto Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510 T.021.780 3747 (Hunting), 021.791 84744 (Iklan) F. 021.780 0649, 798 3623 (Redaksi), 021.798 1169 (Iklan), 021.791 98442 (Sirkulasi dan Berlangganan) Email Redaksi Republika: sekretariat@republika.co.id. Alamat Perwakilan: Republika Jawa Barat: Jl. Mangga No. 37 Bandung 40114 T. 022.872 43363-65, F. 022 727 1384 Republika DIY-Jateng & Jatim: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Yogyakarta T. 0274. 544.972, 566028, F. 0274, 541.582 Seluruh perjalanan hidupnya mulai dari kuliah, menikah, memiliki anak, hingga sakit tiba-tiba terlintas satu babak demi satu babak di ingatannya. Ia merasakan benar betapa peribahasa itu menjadi sebuah tiang kehi- dupan dalam perjalanan karier dan hidupnya. Peribahasa itu melukiskan hidupnya secara pas selama puluhan tahun ketika ia optimistis dan berjuang pantang menyerah. Hidup ini selalu memberikannya ganjaran kebaikan yang positif. Ia pun melahirkan sebuah tekad baru. Sama dengan tantangan lainnya ia akan melawan penyakitnya. Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A7/1992, Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2012. Ini cuma tantangan dalam bentuk lain. Ia bertekad melewati garis finis yang berikut- nya. Dengan optimistis dan penuh semangat ia maju dan berobat. Ia berhasil melawan sang penyakit. Beberapa tahun terakhir, ia mencoba mencari saya. Ia merasakan satu kalimat dari saya berhasil menyelamatkan hidupnya. Barulah malam itu kami sempat bertemu dan ia bercerita tentang peng- alamannya. Kami berdua akhirnya men- syukuri kejadian itu. Saya mengalami keja- dian serupa itu sangat banyak. Bentuknya selalu berbeda. Itu sebabnya saya mencintai pekerjaan saya sebagai seorang inspirator dan motivator. Bukan karena reward-nya secara finan- sial, tetapi kesempatan saya untuk menebar bibit-bibit kebaikan. Karena saya selalu yakin kebaikan yang kita sebarkan akan tumbuh dan sering kali membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi banyak orang. Bersikap optimistis adalah langkah per- tama yang terpenting dalam kehidupan ini. Sikap yang paling kritis. Tanpa optimisme hidup kita tak ubahnya seperti sebuah buku, di mana tiap halaman memperlihatkan keraguan dan ketakutan yang berbeda-beda. Buku ini bisa saja sangat tebal karena ke- raguan dan ketakutan di halaman sebe- lumnya akan berlipat ganda menjadi sebuah cerita yang di ujungnya berakhir sangat tragis. Mencoba mencegah atau mengurangi tindak kejahatan pemerkosaan melalui an- caman hukuman di atas kertas memang se- olah menjanjikan. Dalam kondisi normal, hal itu memang sudah sewajarnya jika anak-anak dan ke- lompok orang-orang marginal akan berpikir seribu kali sebelum melakukan tindak pe- merkosaan anak karena risiko ancaman hu- kuman yang makin berat. Namun demikian, perlu disadari bahwa sekadar menggantungkan pada berat-ringan- nya ancaman sanksi dan regulasi yang sifat- nya legal-punitif niscaya tidak pernah me- nyelesaikan persoalan kekerasan seksual yang menghantui anak-anak di Tanah Air ini. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise menyatakan, selama ini pemerintah sebenar- nya telah mengupayakan berbagai hal agar kasus kekerasan seksual dapat dikurangi. Misalnya, meningkatkan imbauan mem- perkuat ketahanan keluarga, meningkatkan pengawasan terhadap anak, pencanangan kota layak anak, penguatan satgas PPPA, dan program prioritas lainnya. Tetapi, karena berbagai program yang dikembangkan tidak berbasis pada pema- haman terhadap subkultur anak-anak dan orang marginal yang patologis dan resisten, maka upaya mencegah terjadinya kasus- kasus pemerkosaan anak sepertinya tidak berjalan efektif. Staf Redaksi: Alwi Shahab, Syahruddin El-Fikri, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Budi Raharjo, Dewi Mardiani, Endro Yuwanto, Ferry Kisihandi, Fitriyan Zamzami, Indira Rezkisari, Irwan Kelana, Israr, Khoirul Azwar, Nashih Nashrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Musiron, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru Muhammad, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Edwin Dwi Putranto, Abdullah Sammy, Agus Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Amri Amrullah, Ani Nursalikah, A Syalaby Ichsan, Bilal Ramadhan, Bowo Pribadi, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desy Susilawati, Djoko Suceno, Dwi Mur- daningsih, Dyah Ratna Meta Novia, Edi Setyoko, Eko Widiyatno, Erdy Nasrul, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani, Fernan Rahadi, Friska Yolandha, Ichsan Emrald Alamsyah, Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Mohammad Akbar, Muhammad Akbar Wijaya, Muhammad Fakhruddin, M Hafil, Neni Ridarineni, Nur Aini, Qommarria Rostanti, Rusdy Nurdiansyah, Satya Festiani, Setyanavidita Livikacansera, Yulianingsih, Tahta Aidilla, Agung Supriyanto, Wihdan Hidayat, Prayogi, Rakhmaty Lalang, Yasin Habibi, Raisan Al- farisi, Bambang Noroyono, Gita Amanda Jatnikawati, Angga Indrawan, M Iqbal, Satria Kartika Yudha, Rizky Jaramaya, Gilang Akbar Prambadi, Rr Laeny Sulistyawati, Nora Azizah, Lida Puspaningtyas, Dessy Suciati Saputri, Ratna Ajeng Tejomukti, Reja Irfa Widodo, Fuji Pratiwi, Halimatus Sa'diah, Mas Alamil Huda, Sadly Rahman, Agung Sasongko, Hazliansyah, Yudha Manggala Priana Putra, M Amin Madani, Julkifli Marbun, Flan Firatmaja, Karta Raharja Ucu, Puti Almas, Rahmat Fajar, Fauziah Mursid, Debbie Sutrisno, Ali Mansur, Melisa Riska Putri, Sonia Fitri, Umi Nur Fadhilah, M Fauzi Ridwan, Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas, Mutia Ramadhani (Bali), Ahmad Fikri Noor, Eric Iskandarsyah, Kiki Sakinah, Lintar Satria Zulfikar, Eko Supriyadi, Issha Haruma, Marniati, M Nursyamsi, Sapto Andika Candra, Binti Sholikah, Christiyaningsih, lit Septyaningsih, Sri Handayani, Dadang Kurnia, Rizma Riyandi, Adysha Citra R, Andrian Saputra, Aprilia Safitri Ramdhani, Dian Fath Risalah, Febrian, Fira Nursyabani, Fuji Eka Permana, Hasanul Rizqa, Intan Pratiwi, Retno Wu- landhari, Rossi Handayani, Umar Mukhtar, Wilda Rizriyani, Anggoro Pramudya, Santi Sopia, Wisnu Aji Prasetiyo, Frederikus Dominggus Bata, Wahyu Suryana, Rizkyan Adhiyuda, Kamran Dikarma, Dian Erika Nugraheny, Zuli Istiqomah, Aji Nugroho, Dwina Agustin, Mabruroh, Noer Qomariah Kusumawardhani, Rahayu Subekti, Rizky Suryarandika, Shelbi Asrianti, Kabul Astuti, Idealisa Masyrafina. Kasus pemerkosaan anak yang terjadi karena dipicu perilaku pelaku yang suka minum miras, niscaya hanya efektif dicegah bila pemerintah juga melengkapi dengan tin- dakan yang mengandalkan dukungan dan peran aktif komunitas di tingkat lokal (com- munity support system). Lalu, mengembang- kan counter culture agar anak-anak marginal tidak bersikap sok jagoan dan membabi buta mendemonstrasikan keberanian mereka dengan aksi-aksi yang patologis. Ini bisa dilakukan jika pemerintah mam- pu mengembangkan narasi-narasi alternatif, yakni narasi yang bisa mendekonstruksi subkultur anak muda marginal yang pato- logis. Tanpa adanya tawaran alternatif sub- kultur yang sama menariknya bagi anak-anak marginal, kemungkinan untuk mengem- bangkan narasi tandingan niscaya akan sia- sia. Direktur Utama: Erick Thohir Wakil Direktur Utama: Mira Rahardjo Djarot Direktur Operasional: Arys Hilman Nugraha Komisaris Utama: Adi Sasono Komisaris: R Harry Zulnardy Adrian Syarkawi Rudi Setia Laksmana Manajer Senior Keuangan: Ruwito Brotowidjojo GM Marketing dan Sales: Yulianingsih Yamin Manajer Iklan: Indra Wisnu Wardhana Manajer Produksi: Nurrokhim Rekening Bank an PT Republika Media Mandiri: Bank BSM, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 003.011.3448 Manajer Sirkulasi: Haryadi B Susanto Harga Berlangganan: Rp 87.000 per bulan. Harga Eceran Pulau Jawa Rp 3.500 per eksemplar. Harga Eceran Luar Jawa: Rp 4.500 per eksemplar (tambah ongkos kirim). REPUBLIKA KAMIS, 19 JANUARI 2017 Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 127.000.424.0642 Bank Lippo, Cab. Warung Buncit, No. Rek 727 30.028.988 Bank BCA Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.6668 Bank BNI Syariah, Cab. Fatmawati, No. Rek. 021.159.324.0 ● CRYSTAL LIESTIA PURNAMA AS ingin mengubah PBB atas perlakuan tak adil terhadap Israel. MOSKOW-Pemerintah Pales- tina yang kini dikuasai Fatah sepakat membentuk pemerintahan bersatu bersama Hamas. Keputusan tersebut dicapai pada Selasa (17/1) malam setelah kedua belah pihak menggelar pertemuan selama tiga hari di Mos- kow, Rusia. Rencanannya, Fatah dan Hamas membidani dewan nasional baru yang turut melibatkan warga Pales- tina di pengasingan. Dewan tersebut juga mendapatkan amanat untuk me- nyelenggarakan pemilu di seluruh wilayah Palestina. "Saat ini kondisi bagi terwujud- nya inisiatif semacam itu lebih baik dibandingkan sebelumnya," kata pe- jabat senior Fatah Azzam al-Ahmad seperti dikutip laman berita Aljazi- rah, Rabu (18/1). Kesepakatan ini juga menyerta- kan Jihad Islam. Selama ini, kelom- pok tersebut tak pernah diajak dalam serangkaian negosiasi antara Hamas dengan Fatah. Di sisi lain, hubungan Fatah dan Hamas juga menegang se- jak Hamas yang kini menjalankan pe- merintahan di Gaza memenangi pemilu legislatif pada 2006. Terakhir kali Palestina menyeleng- garakan pemilu yang diikuti Hamas dan Fatah pada 2006. Tahun lalu, Pe- merintah Palestina menunda pemilu daerah di wilayah Tepi Barat dan Gaza dalam kurun 10 tahun. Penundaan ditempuh setelah pe- ngadilan tinggi menyatakan pemilu hanya bisa dijalankan di Tepi Barat yang selama ini di bawah wewenang pemerintahan Fatah. Pemerintahan di Tepi Barat sekarang ini masih di ba- wah kendali Presiden Mahmud Abbas. Pada Senin (16/1), perwakilan Pa- lestina juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. Mereka meminta Lavrov membujuk presiden terpilih AS Donald Trump membatalkan rencana memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Natasha Ghoneim, jurnalis Aljazi- rah yang melaporkan dari Moskow, menyatakan, kesepakatan Fatah-Ha- mas di Moskow merupakan sinyal bahwa Palestina mulai menjauh dari AS yang telah ikut dalam perunding- an damai Palestina-Israel selama be- berapa dekade. Menurut dia, jika melihat sejarah, AS selalu dominan dalam perunding- an-perundingan damai. "Palestina mencari pendekatan berbeda dan Ru- sia menawarkan pendekatan yang berbeda itu," katanya menegaskan. Dalam sebuah wawancara dengan Aljazirah, Khaled Elgindy, mantan penasihat negosiasi damai Palestina ●PUTI ALMAS WASHINGTON - Presiden AS Barack Obama menempuh sejumlah kebijakan menjelang masa jabatannya berakhir. Lang- kah terakhir ia tempuh pada Selasa (17/1) dengan memangkas masa hukuman penjara Chelsea Manning. Manning merupakan man- tan analis intelijen militer AS. Ia menjadi terkenal setelah pada 2010 membocorkan dokumen rahasia militer AS kepada Wiki- leaks. Perbuatannya tersebut menjadi peristiwa pembocoran rahasia terbesar dalam sejarah AS. Kasus itu juga yang mem- buat Manning dibui. Kala itu, Manning membocor- kan lebih dari 700 ribu doku- men,video, dan kawat diplomatik kepada Wikileaks. Aksi Manning membuatnya harus menghadapi vonis hukuman 35 tahun penjara. Namun, Obama memangkasnya menjadi tujuh tahun. Jika sesuai rencana, maka Manning akan menghirup udara bebas pada 17 Mei 2017 men- datang. Chelsea Manning semula bernama Bradley Manning. Na- mun, ia berganti kelamin menjadi perempuan dan mengubah na- Color Rendition Chart Ampunan di Uj Masa Jabatan manya menjadi Chelsea Manning. Ia didakwa melakukan ke- giatan mata-mata. "Hukumannya akan berakhir 17 Mei tahun ini," demikian pernyataan Gedung Putih. Manning yang dua kali melakukan percobaan bunuh diri mendekam di penjara militer di Fort Leavenworth, Kansas. Ia menyatakan bertanggung jawab atas tindakannya membo- corkan dokumen rahasia negara. Seorang pejabat Gedung Putih mengungkapkan, pengakuan Manning itu menjadi pertim- bangan Obama akhirnya memu- tuskan mengurangi hukuman bagi Manning. ST PANDANGAN F persidangan D Moskow, Rusia dan sosok seni te, mengaku b kesepakatan y dengan kese sebelumnya. "Faktor te terwujudnya adalah peruba Washington menuturkan, mungkin men sinya di dalam Di sisi lain bas berusaha nya pemerint tang. Seperti menegaskan hadap Israel, midahkan ke Yerusalem. Di AS, dal yang akan d (18/1) waktu yang ditunjul Di sisi lain, O dang vonis atas lama dibandingka hatan serupa. kulasi mengemuk an ini. Di antara pendiri Wikilea sange yang berse ke AS jika Manni Namun, pejal tih membantah r "Pengampunan ning tak dipeng mentar publik n dari Julian Ass Wikileaks," kata Keruan saja di ujung masa jal buat murka ang dari Partai Repul den berbahaya, AS Paul Ryan. S dia, kasus tersebu aksi pembocora amanan nasiona "Pembebasan Ch membawa kehid dalam risiko besa Wikileaks m- "" mentar Assange ngacaranya, M dalam Twitter-n nyatakan akan m nya bersedia die kalau Pemerint baskan Manning Assange mas Kedubes Ekuad Inggris. Ia berac 2012. Ia menghin tradisi dari Ing atas tuduhan pe Kelompok pe sipil mengapresia ma yang meman kuman Manning ning mengalam seharusnya. Pela rius. Hak asasi M langgar AS selar hun," kata Direkt nesty Internation Huang.reuters S