Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-05
Halaman: 06

Konten


6 Keluarga T FASIH Dua-Tiga Bahasa OLEH DESY SUSILAWATI Belajar bahasa asing sejak dini, menurut psikolog, tak membuat anak terlambat bicara. D onna Agnesia, salah satu sele- briti Indonesia, memilih meng- ajarkan ketiga buah hatinya Bahasa Inggris sejak dini. Don- na bahkan memasukkan me- reka les bahasa Inggris sejak berusia empat tahun. Karena ia berpendapat belajar Bahasa Inggris itu penting. Apalagi pada era globalisasi seperti saat ini. "Alasan utama belajar bahasa Inggris, anak- anak jadi lebih percaya diri, persaingan semakin keras sekarang, ada masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Mereka bukan hanya bersaing dengan anak-anak Indonesia, tapi dari negara lain nantinya. Belum lagi ketika melamar pekerjaan, biasanya juga ditanya bisa bahasa apa. Mereka juga bisa memilih cita-citanya jadi apa dan bisa maksimal," jelasnya kepada wartawan usai acara talkshow "Multilingual Sejak Dini, Kenapa Tidak?" di EF Center, Fx Jakarta, Rabu (22/2). Selain les Bahasa Inggris, Donna juga mengajak anaknya memakai bahasa Inggris di rumah agar anaknya bisa mempraktikkan apa yang didapatnya di tempat les. "Karena harus praktik terus continue, kalau les kan cuma seminggu dua kali. Pada saat nonton televisi, ngobrol, bahkan kalau saya salah nyebutin, he jadi she, dibenerin," ujarnya. Perkenalkan sejak dini Kemampuan berbahasa adalah aset tak ternilai bagi anak, karena menjadi salah satu indikator yang menentukan perkembangan yang kognitif di kemudian hari. Tahap perkem- bangan bahasa dimulai sejak tahap pralinguis- tik, saat anak mulai mengenal bahasa sejak bayi lalu berlanjut hing- ga tahap kompetensi (dewasa). Menurut psikolog anak dan keluarga, Ros- lina Verauli, usia golden age alias usia emas (o sampai sekitar 6 tahun) merupakan saat di ma- na perkembangan bahasa anak akan mengalami kemajuan pesat. "Pada saat inilah biasanya kemampuan bahasa pertama anak sudah semakin matang dan dapat mulai diperkenalkan dengan bahasa asing," ujar dia. etika ingin memaparkan anak pada bahasa asing, psikolog Roslina Verauli tepat. Hal itu sesuai dengan tahap perkembangan dan kondisi masing masing anak. Orang tua perlu memperhatikan tujuan utama dari mengenalkan bahasa asing tersebut dan mempraktikkannya secara konsisten, sehingga anak dan orang tua dapat sama-sama memperoleh manfaatnya. Menurut Vera, kecerdasan saja tidak cukup untuk mendorong anak mampu menguasai beragam bahasa. Orang tua, kata dia, harus membantu anak berinteraksi dengan lingkung- an. Anak berusia 30 bulan ke bawah tidak boleh belajar bahasa dari televisi dan gawai. Kecuali bila ia sudah berusia 40 atau 50 bulan. Jadi, sebaiknya anak belajar bahasa dengan Namun, yang kerap terjadi adalah muncul keraguan dari orang tua ketika ingin menge- nalkan bahasa asing pada anak. Belajar bahasa asing sejak dini dianggap dapat menyebabkan kebingungan bahasa yang berujung pada berbagai masalah lainnya di kemudian hari, 'Makin Rumit, Makin Oke' membantu anak mendengarkan bahasa sebanyak-banyaknya. Mendengar, bermain, dan mendongeng. "Lewat nyanyian juga boleh. Makin rumit lagunya makin oke," kata psikolog yang praktik di Wisma 46 dan RS Pondok Indah, Jakarta, itu. Cara mengajarkan awalnya dengan mengajarkan kata. Misalnya kata mommies, sebutkan bahwa itu bacanya mommies. Namun, bukan bisa membaca dalam arti sebenarnya. Anak hanya mengenali bahwa itu bacaannya mommies. Bukan dengan cara m-o-m dikombinasi menjadi mom, Membaca seperti itu umumnya anak belum bisa. Sebab, Masalah per huruf belum bisa dikuasai anak di bawah usia enam tahun.. "Manusia punya kemampuan pattern re- cognition. Mengapa harus dikenalkan sejak di- COVENTRY.COM seperti keterlambatan bicara hingga masalah bersosialisasi. Menurut wanita yang akrab disapa Vera itu mempelajari bahasa asing sejak dini tidak akan menyebabkan kebingungan maupun anak terlambat bicara. Jadi, tidak masalah kalau mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak sejak dini. Ia berpendapat pandangan itu adalah mitos. Yang perlu dipahami ketika anak dipaparkan lebih dari satu bahasa, maka akan terjadi peleburan dari bahasa-bahasa tersebut (code switching) atau language mixing. Ini bukan pertanda bingung bahasa. Hal itu sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak yang belajar multilingual. PARENTS.COM ni? Agar anak familiar dengan verbal," jelasnya. Perkenalkan anak dengan cara yang me- nyenangkan kata-kata dari buku, gambar, dan biarkan anak mengingat polanya. Lalu siapa yang harus mengajarkan anak? Tentunya orang tua. "Peran orang tua memberi kesempatan anak mendengar, mempelajari, dan mengguna- kan kedua bahasa dalam kegiatan sehari-hari. Apresiasi positif orang tua penting," ujarnya. Bahasa merupakan perilaku sosial. Di samping mesin biologis dan kapasitas kognitif. Dibutuhkan interaksi aktif anak dengan manu- sia hidup lain di sekitarnya. Namun jika orang tua bekerja, bisa memanfaatkan support sys- tem. Misalnya kakek, nenek, tante, om atau gu- ru. Bisa juga mencoba pendidikan non-formal lainnya. Orang tua membutuh mitra untuk bisa mengajarkan bahasa lain pada anak-anak. Senggang REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 Anak dipaparkan lebih dari satu bahasa, maka akan terjadi peleburan dari bahasa-bahasa tersebut. Ini bukan pertanda bingung bahasa ... Merupakan bagian dari proses untuk kelak mampu menguasai bahasa- bahasa yang diperkenalkan. Merupakan bagian dari proses untuk kelak mampu menguasai bahasa-bahasa yang diperkenalkan dengan baik. Seiring usia kondisi ini akan hilang dengan sendirinya. Berdasarkan penelitian perkembangan berbahasa, bayi yang dipaparkan lebih dua bahasa tidak akan mengalami keterlambatan wicara. Sebab, jelas Vera, tiap manusia sejak bayi telah memiliki program di dalam otak yang disebut language acquisition device (LAD). Hal inilah yang memungkinkan bayi dapat melakukan analisis dan memahami aturan dasar dari bahasa yang mereka dengar hingga akhirnya mereka bisa berbahasa dengan baik. "Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa," papar psikolog yang sering menjadi pembicara dalam seminar dan pelatihan. Menurut dia, orang dewasa selama ini terlalu meremehkan kemampuan anak-anak.. Padahal kemampuan bahasa sudah dimiliki anak sejak bayi bahkan sejak lahir. Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa. Penelitian lain di beberapa daerah di Eropa. Tangisan bayi ketika dilakukan pemeriksaan ternyata berbeda iramanya. Dan hasil penelitian ini membuktikan teori Noam Chomsky. Bayi-bayi sudah mampu menganalisis aturan berbahasa meskipun belum bisa bicara. Tahap verbal dimulai dari tangisan. Tangisan anak dengan anak tetangga sama karena pola bahasa yang sama. Bayi ternyata memiliki LAD. "Ternyata bilingual tidak membuat terlambat bicara. Bukan itu yang menyebabkan." Kemampuan verbal lebih andal Memiliki anak yang pandai menggunakan bahasa asing tentu sangat membanggakan. Di samping itu ternyata anak yang belajar bahasa asing sejak dini memiliki beragam manfaat. Menurut Vera menjadi multilingual justru memberikan sebuah pengalaman yang dapat membentuk kemampuan anak untuk ber- adaptasi lebih baik terhadap lingkungan. Sebuah penelitian juga menunjukkan jika penerapan multilingual dalam jangka panjang dapat memengaruhi pembentukan struktur dan fungsi otak. Salah satunya mendukung fungsi kognitif anak, seperti kemampuan yang lebih baik dalam menghafal dan mengingat, memahami dan konsentrasi. "Seorang dengan multilingual selain memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, juga akan memiliki kemampuan personal dan sosiokultural yang lebih baik dibandingkan dengan yang monolingual," ujar Vera. Anak multilingual atau bilingual memiliki perfoma IQ lebih baik dalam tes atensi, pena- laran analitikal pembentukan konsep, kemam- puan verbal dan fleksibilitas berfikir."Makin banyak bahasa dikuasai. Makin andal. Kemam- puan verbal lebih tinggi," ujarnya. Selain itu kemampuan sosiokultural anak juga lebih baik. Anak yang bilingual lebih andal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalaham dalam tata bahasa, memahami arti, dan aturan dalam percakapan dalam berespons sopan atau relevan atau informatif. Anak ini juga akan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik karena kemampuan verbal bahasa lebih tinggi. Bukan hanya itu, anak yang multilingual atau bilingual juga memiliki kemampuan per- sonal yang baik. Mereka memiliki kemampuan bersaing lebih baik untuk memperoleh pekerjaan atau karier. Vera juga menambahkan belajar bahasa asing atau menjadi multilingual merupakan sebuah pengalaman kehidupan. Yakni, peng- alaman dan kesempatan yang lebih besar untuk menjelajahi berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan di dunia.ed: nina chairani EUROTALK.COM Senggang REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 {}}} SEPAKBOL OLEH GITA AMANDA Color Rendition Chart Antony Sutton menceritakan sepak bola Indonesia dengan memotre "kehidupan" di luar lapangan. sy mashudia agi Antony Sutton (52 tahu yang berasal dari Inggris, sep bola sudah mendarah daging. masih ingat betul saat ayahm mengajaknya pertama k menyaksikan the Gunners, kl idolanya, di Highbury, dalam sebuah la melawan West Ham tahun 1974. OLEH RIZKYAN ADIYUDHA S iapa yang tidak ingin hafal Alquran? Umumnya umat Muslim mungkin menginginkan setiap ayat yang tertulis dalam kitab suci tersebut ada dalam kepala mereka. Hafal atau hafiz Alquran merupakan ibadah lebih bagi umat Islam. ST Sejak itu, kecintaannya pada sepak bo tak pernah luntur. Bahkan, hingga di si negeri yang berjarak ribuan mil dari kampu Tentu dibutuhkan kerja keras untuk dapat memasukkan setiap firman Allah ke dalam kepala. Begitu juga dengan Fajar Abdurokhim Wahyudiono yang bisa menghafal semua juz dalam Alquran saat berusia di bawah 10 tahun. SEPAKBO Kisah Fajar yan mewawancarai sek di antaranya guru F menimba ilmu di SD Guru-guru di te bersekolah nyatany menghafal Quran 1 mengaku, saat tim mewawancara para dapat menghafal 20 Kisah Fajar juga buku Fajar Sang Ha penerbit buku terse editor buku yang kin setengah abad untu Sebagai penulis lepas dari inspirasi Fajar. Dia mengaku melanjutkan pengg Fajar sebelum anak sekolah hafiz Quran "Jadi, harapann tidak hanya mengin yang punya anak m anak-anak biasa, ta semacam memberi kembali kepada Alq menghafal, minima mengamalkan," kat Hal lain yang dia dari buku ini adalah pengajaran orang tu mengatakan, ada ba harus memiliki kesa mendidik anak mer Azhan mengata memuat bagaimana dan Heny, orang tua besarkan anaknya. mengungkapkan, ti hong kepada Fajar. I pernah mengumbar Dia mencontohk Meski lahir dengan keterbatasan akibat cerebral palsy, Fajar mampu melafalkan setiap ayat yang tertulis tanpa harus melihat kitab suci. Dia bahkan dapat menyambung setiap ayat yang dibacakan orang lain dan menyebutkan surah dari ayat tersebut. "Keunikan inilah yang pada akhirnya membuat kami memutuskan untuk me- nuliskan tokoh ini ke dalam buku," kata penulis buku Fajar Sang Hafidz, Azhar Azis, kepada Republika, Sabtu (18/2). Azhar mengaku sengaja menulis buku tentang sang hafiz Quran untuk memberikan inspirasi bagi masyara- kat. Dia berharap, kisah Fajar bisa menjadi ilham bagi umat untuk kembali kepada Alquran. Dia menilai, saat ini banyak masyarakat yang mulai meninggalkan Alquran. Sementara, Fajar yang lahir dalam keterbatasan justru mampu menghafal ayat suci yang tertulis dalam kitab suci umat Muslim tersebut. Inspirasi tersebut agaknya benar terjadi. Berdasarkan pengalaman Azhar, selama menggarap buku dia harus 4cm