Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-05
Halaman: 07

Konten


COVENTRY.COM ingga masalah disapa Vera itu dini tidak akan maupun anak masalah kalau hasa pada anak angan itu adalah i ketika anak asa, maka akan bahasa tersebut ge mixing. Ini hasa. Hal itu ng wajar terjadi multilingual. PARENTS.COM jelasnya. ng me- bar, dan i siapa nya orang patan arnya. 1. Di mengguna- ari-hari. kognitif. in manu- a orang ort sys- atau gu- formal ntuk bisa anak. Senggang REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 Anak dipaparkan lebih dari satu bahasa, maka akan terjadi peleburan dari bahasa-bahasa tersebut. Ini bukan pertanda bingung bahasa ... Merupakan bagian dari proses untuk kelak mampu menguasai bahasa- bahasa yang diperkenalkan. Merupakan bagian dari proses untuk kelak mampu menguasai bahasa-bahasa yang diperkenalkan dengan baik. Seiring usia kondisi ini akan hilang dengan sendirinya. Berdasarkan penelitian perkembangan berbahasa, bayi yang dipaparkan lebih dua bahasa tidak akan mengalami keterlambatan wicara. Sebab, jelas Vera, tiap manusia sejak bayi telah memiliki program di dalam otak yang disebut language acquisition device (LAD). Hal inilah yang memungkinkan bayi dapat melakukan analisis dan memahami aturan dasar dari bahasa yang mereka dengar hingga akhirnya mereka bisa berbahasa dengan baik. "Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa," papar psikolog yang sering menjadi pembicara dalam seminar dan pelatihan. Menurut dia, orang dewasa selama ini terlalu meremehkan kemampuan anak-anak.. Padahal kemampuan bahasa sudah dimiliki anak sejak bayi bahkan sejak lahir. Bayi memiliki kapasitas bawaan menguasai bahasa. Penelitian lain di beberapa daerah di Eropa. Tangisan bayi ketika dilakukan pemeriksaan ternyata berbeda iramanya. Dan hasil penelitian ini membuktikan teori Noam Chomsky. Bayi-bayi sudah mampu menganalisis aturan berbahasa meskipun belum bisa bicara. Tahap verbal dimulai dari tangisan. Tangisan anak dengan anak tetangga sama karena pola bahasa yang sama. Bayi ternyata memiliki LAD. "Ternyata bilingual tidak membuat terlambat bicara. Bukan itu yang menyebabkan." Kemampuan verbal lebih andal Memiliki anak yang pandai menggunakan bahasa asing tentu sangat membanggakan. Di samping itu ternyata anak yang belajar bahasa asing sejak dini memiliki beragam manfaat. Menurut Vera menjadi multilingual justru memberikan sebuah pengalaman yang dapat membentuk kemampuan anak untuk ber- adaptasi lebih baik terhadap lingkungan. Sebuah penelitian juga menunjukkan jika penerapan multilingual dalam jangka panjang dapat memengaruhi pembentukan struktur dan fungsi otak. Salah satunya mendukung fungsi kognitif anak, seperti kemampuan yang lebih baik dalam menghafal dan mengingat, memahami dan konsentrasi. "Seorang dengan multilingual selain memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, juga akan memiliki kemampuan personal dan sosiokultural yang lebih baik dibandingkan dengan yang monolingual," ujar Vera. Anak multilingual atau bilingual memiliki perfoma IQ lebih baik dalam tes atensi, pena- laran analitikal pembentukan konsep, kemam- puan verbal dan fleksibilitas berfikir."Makin banyak bahasa dikuasai. Makin andal. Kemam- puan verbal lebih tinggi," ujarnya. Selain itu kemampuan sosiokultural anak juga lebih baik. Anak yang bilingual lebih andal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalaham dalam tata bahasa, memahami arti, dan aturan dalam percakapan dalam berespons sopan atau relevan atau informatif. Anak ini juga akan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik karena kemampuan verbal bahasa lebih tinggi. Bukan hanya itu, anak yang multilingual atau bilingual juga memiliki kemampuan per- sonal yang baik. Mereka memiliki kemampuan bersaing lebih baik untuk memperoleh pekerjaan atau karier. Vera juga menambahkan belajar bahasa asing atau menjadi multilingual merupakan sebuah pengalaman kehidupan. Yakni, peng alaman dan kesempatan yang lebih besar untuk menjelajahi berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan di dunia.ed: nina chairani EUROTALK.COM Senggang REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 {}}} OLEH GITA AMANDA S Arsenal B agi Antony Sutton (52 tahun) yang berasal dari Inggris, sepak bola sudah mendarah daging. Ia masih ingat betul saat ayahnya mengajaknya pertama kali menyaksikan the Gunners, klub idolanya, di Highbury, dalam sebuah laga melawan West Ham tahun 1974. SEPAKBOLA Antony Sutton menceritakan sepak bola Indonesia dengan memotret "kehidupan" di luar lapangan. Ada satu hal yang sangat menarik perha- tiannya, yakni gairah para suporter di Indo- nesia. Ia tak pernah habis pikir ada suporter yang rela terbang jauh atau menempuh jarak algu isdol arisy nachadah yusy detodush moln hingga luar kota demi menyaksikan tim kesayangan mereka tampil. Sejak itu, kecintaannya pada sepak bola tak pernah luntur. Bahkan, hingga di sini, negeri yang berjarak ribuan mil dari kampung mungkin menginginkan setiap ayat yang tertulis dalam kitab suci tersebut ada dalam kepala mereka. Hafal atau hafiz Alquran merupakan ibadah lebih bagi umat Islam. Tentu dibutuhkan kerja keras untuk dapat memasukkan setiap firman Allah ke dalam kepala. Begitu juga dengan Fajar Abdurokhim Wahyudiono yang bisa menghafal semua juz dalam Alquran saat berusia di bawah 10 tahun. Meski lahir dengan keterbatasan akibat cerebral palsy, Fajar mampu melafalkan setiap ayat yang tertulis tanpa harus melihat kitab suci. Dia bahkan dapat menyambung setiap ayat yang dibacakan orang lain dan menyebutkan surah dari ayat tersebut. "Keunikan inilah yang pada akhirnya membuat kami memutuskan untuk me- nuliskan tokoh ini ke dalam buku," kata penulis buku Fajar Sang Hafidz, Azhar Azis, kepada Republika, Sabtu (18/2). Azhar mengaku sengaja menulis buku tentang sang hafiz Quran untuk memberikan inspirasi bagi masyara- kat. Dia berharap, kisah Fajar bisa menjadi ilham bagi umat untuk kembali kepada Alquran. Dia menilai, saat ini banyak masyarakat yang mulai meninggalkan Alquran. Sementara, Fajar yang lahir dalam keterbatasan justru mampu menghafal ayat suci yang tertulis dalam kitab suci umat Muslim tersebut. Inspirasi tersebut agaknya benar terjadi. Berdasarkan pengalaman Azhar, selama menggarap buku dia harus halamannya. Bertahun-tahun Antony meng- ikuti berbagai pertandingan sepak bola di In- donesia. Dari pertandingan kelas internasional seperti Piala Asia hingga pertandingan antar- kampung atau biasa dikenal tarkam pernah ia saksikan. CERITA TENTANG Sepak Bola Indonesia GITA AMANDA/REPUBLIKA Antony yang juga sempat menyaksikan beberapa pertandingan sepak bola di bebe- rapa negara Asia, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Tapi, tak ada suporter negara lain yang melebihi gairah para pencinta per- mainan bola sepak ini di Indonesia. Sayangnya, hal itu tak berbanding lurus de- ngan prestasi yang dihasilkan sepak bola negeri ini. Mulai dari organisasi hingga infrastruktur tak mendukung majunya persepakbolaan di Indonesia. Ini membuatnya gemas. Antony awalnya hanya menuangkan tulis- mewawancarai sekitar 15 narasumber, di antaranya guru Fajar semasa menimba ilmu di SDIT. Guru-guru di tempat Fajar bersekolah nyatanya terinspirasi untuk menghafal Quran 1 day 1 ayat. Azhar mengaku, saat tim berkunjung untuk mewawancara para guru itu sudah dapat menghafal 20 juz. Kisah Fajar juga menyentuh editor buku Fajar Sang Hafidz di AQL Pustaka, penerbit buku tersebut. Dia mengatakan, editor buku yang kini sudah berusia setengah abad untuk menghafal Alquran. Sebagai penulis, Azhar juga tak lepas dari inspirasi yang ditimbulkan Fajar. Dia mengaku sempat tidak mau melanjutkan penggarapan buku tentang Fajar sebelum anaknya masuk ke sekolah hafiz Quran. "Jadi, harapannya memang Fajar ini tidak hanya menginspirasi orang tua yang punya anak memiliki inklusi atau anak-anak biasa, tapi semua usia. Juga semacam memberikan semangat untuk kembali kepada Alquran. Tidak harus menghafal, minimal membaca dan mengamalkan," katanya. Hal lain yang dia ingin perlihatkan dari buku ini adalah tentang metode pengajaran orang tua kepada anak. Dia mengatakan, ada baiknya orang tua harus memiliki kesabaran dalam mendidik anak mereka. Azhan mengatakan, dalam buku ini memuat bagaimana Joko Wahyudiono dan Heny, orang tua Fajar, dalam mem- besarkan anaknya. Mereka, Azhar mengungkapkan, tidak pernah berbo- hong kepada Fajar. Keduanya juga tidak pernah mengumbar janji untuk Fajar. Dia mencontohkan, misalnya, saat Kisah Fajar yang Menembus Batas OLEH RIZKYAN ADIYUDHA iapa yang tidak ingin hafal Alquran? Umumnya umat Muslim Fajar meminta untuk pergi ke Tanah Suci. Dia mengatakan, daripada berjanji kedua orang tua memberikan penger- tian bahwa ibadah haji membutuhkan proses panjang dan antre yang lama. Atau, lanjutnya, saat Fajar meminta dibelikan sesuatu dalam kondisi keuang- an yang terbatas. Secara terbuka orang tuanya menjelaskan kalau mereka hanya meiliki uang terbatas dan akan di- gunakan untuk kebutuhan rumah tangga. "Jadi, mereka tidak berjanji. Bentuk pengasuhannya terbuka. Itulah yang ingin saya sampaikan juga bagaimana orang tua mendidik anak dan memberikan ling- kungan terbaik untuk mereka," katanya. Sementara, Azhar mengatakan, bu- ku yang ditulis secara naratif ini mence- ritakan kisah hidup sang hafiz Quran. ANTONY SUTTON jakartacasual SEPAKBOLA THE INDONESIAN WAY OF LIFE KAWOSPOBL an-tulisannya mengenai sepak bola Indonesia melalui blog pribadinya, Jakarta Casual. Ini merupakan blog pertama yang membahas beragam hal tentang sepak bola Indonesia berbahasa Inggris, yang ditulis langsung oleh orang Inggris di mana sepak bola sudah menjadi ladang bisnis jutaan poundsterling. Dari blognya itu, Antony kemudian mem- beranikan diri membuat sebuah buku yang ia beri judul SEPAKBOLA The Indonesian Way of Life. Di buku setebal 265 halaman inilah, Antony menuangkan semua pengalaman dan opininya terkait sepak bola Indonesia. Sebab, baginya sepak bola bukan hanya soal pertandingan 90 menit di lapangan, terlebih untuk sepak bola di Indonesia. Banyak sesuatu di luar lapangan yang menarik per- hatiannya. "Sepak bola Indonesia itu banyak masalah, tapi juga ada hal bagusnya. Salah satunya soal fans yang memiliki passion luar biasa," ujarnya. Antony menghabiskan waktu cukup singkat untuk menuliskan bukunya. Hanya sekitar enam bulan proses penulisan hingga diterbitkan. Tapi, jangan tanya berapa lama ia menghabiskan waktu mengumpulkan semua bahan tulisannya. Bertahun-tahun ia menjelajahi pelosok Aceh, Pulau Jawa, hingga Kalimantan, demi menyaksikan beragam pertandingan-pertan- dingan sepak bola di Indonesia. Ia mengutip metode Presiden Joko Widodo, saat dulu menjadi gubernur Jakarta dalam melakukan "risetnya", yakni dengan blusukan. "Saya blusukan untuk membuat (buku) ini," kata pria yang menikahi perempuan asli Indonesia ini. Antony memang tak main-main. Bukunya membeberkan secara detail dari hulu hingga hilir persepakbolaan di Indonesia. Sebanyak 17 bab dalam buku hampir semuanya merupakan pengamatan langsung Antony di lapangan. Menariknya, dalam buku ini ia seakan ber- tutur mengenai sepak bola Indonesia kepada orang lain di luar Indonesia. Pada awal bab, misalnya, Antony sempat menuliskan judul "Letak dan Posisi Indonesia". Sebagai orang "asing" ia memaparkannya dengan bahasa yang lugas dan terkadang pemaparannya membuat tersenyum pembaca. Seperti kala dia menjelaskan luas Indonesia dan banyaknya pulau-pulau di negeri ini. ●Fajar (tengah) bersama Azhar Aziz (kiri) dan Joko Wahyudiono, ayahnya. Pustaka 7 Antony memang mengatakan, awalnya ia ingin menerbitkan buku tersebut di negara asalnya Inggris. Namun, setelah bertemu ka- wan yang juga penerjemah buku ini An- dibachtiar Yusuf, Antony pun sepakat mener- bitkan bukunya untuk pertama kali di Indo- nesia. Alasannya sederhana agar para pencinta sepak bola mau membaca. Sebab, menurut duam minat baca bangsa ini cukup rendah. Sudut pandang baru Hal ini diamini oleh Andibachtiar Yusuf. Ucup, sapaan akrabnya, mengaku tertarik saat pertama kali diminta menerjemahkan buku yang ditulis Antony ini. Atas dorongannya buku ini pun diterbitkan terlebih dulu di Indonesia. Meski tak dimungkiri kini mereka juga sedang mencari penerbit di Inggris yang ingin menerbitkan buku tersebut. Bagi Ucup, apa yang dituliskan Antony da- lam bukunya sangat menarik. Bahkan, me- nurut dia, buku ini mengubah pandangannya soal sepak bola. Bahwa olahraga ini bukan sekadar permainan 90 menit di lapangan. "Ekspektasi saya, orang setelah baca buku ini bisa melihat sepak bola dari sisi lain di luar lapangan," kata sutradara film Romeo & Juliet ini. Ucup mengaku cukup kaget dengan ba- nyak hal yang dipaparkan Antony dalam bu- kunya ini. Antony bahkan, menurut dia, lebih banyak tahu mengenai sepak bola di Indonesia daripada dirinya yang juga penggila bola. Ucup mengatakan, dalam salah satu bagian di buku misalnya, Antony mampu menceritakan secara detail dan rapi mengenai intrik di tubuh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Lalu di bab lain, Antony kata Ucup menceritakan soal suporter, fasilitas, hingga nasib tragis para pemain sepak bola Indonesia. Antony, menurut Ucup, seakan mengenal dengan baik Indonesia melalui sepak bolanya. "Karena memang gambaran sebuah bangsa bisa dilihat dari sepak bolanya" kata Ucup. Selain itu, hal menarik lain dari buku ini menurutnya, ini merupakan buku pertama tentang sepak bola Indonesia yang ditulis warga negara asing. Belum ada orang asing yang menceritakan secara detail mengenai sepak bola, bahkan orang Indonesia itu sendiri. "Jadi, banyak hal (terkait sepak bola) yang mungkin bagi kita biasa karena kita hidup dengan itu semua, malah jadi sesuatu yang menarik buat dia (Antony)," ujarnya. Hingga kini, menurut Ucup, peminat buku dengan gambar sampul foto hitam putih para suporter yang sedang menyaksikan pertan- dingan ini cukup besar. Saat mengeluarkan cetakan pertama sebanyak sekitar 1.000 eksemplar hampir 80 persennya telah terjual. Ucup berharap buku yang dibanderol seharga Rp 99 ribu ini bisa menggerakkan alam bawah sadar pembaca. Bahwa kultur sepak bola di Indonesia, khususnya para suporter, sudah sangat luar biasa. Tinggal prestasinya yang harus lebih ditingkatkan. Sebab, seperti kata Antony dalam salah satu bagian di bukunya, banyak pemain tak yakin Indonesia bisa bersaing di level lebih tinggi. Dengan pola pikir semacam itu, kata Antony, sampai kapan pun sepak bola Indonesia tak akan melangkah lebih jauh. Buku dimulai dengan pertemuan kedua orang tua Fajar hingga mereka meren- canakan keinginan untuk memiliki anak. Cerita berlanjut dengan kelahiran Fajar secara prematur. Hal ini membuat keluarga harus memasukan Fajar ke dalam ruang inkubator selama 20 hari. "Masalah ternyata tidak sampai di situ, keluarga akhirnya mengetahui dia terkena penyakit otak (cerebral pal- syl saat berusia satu tahun," kata Azhar. Saat itulah cobaan datang kepada orang tua Fajar. Mereka harus meng- hadapi kenyataan pertarungan hidup dan mati sang buah hati. "Mereka bertemu dokter dan dibi- lang, Ibu nggak usah muluk-muluk, bertahan hidup saja sudah syukur"," ungkap Azhar meniru ucapan dokter RIZKYAN ADIYUDHA/REPUBLIKA "Hanya mereka yang siap bermimpi dan mengejar impiannyalah yang akan mampu mewujudkan angannya menjadi kenyataan," kata Antony menutup bab "Sepakbola Indone- sia di Kancah Asia" di bukunya itu. ed: nina chairani saat itu. Tak lantas menyerah, kedua orang tua mencari alternatif pengobatan untuk putra mereka. Namun, yang selalu men- jadi rujukan awal adalah Alquran sebagai obat (syifa'). Fajar sebenarnya tidak diikutkan program khusus untuk menghafal mes- kipun kedua orang tua menginginkan hal tersebut. Yakin bahwa Alquran adalah obat, orang tua Fajar hanya berikhtiar memperdengarkan murottal. Ayahnya pun berusaha mengaji setengah juz di dekat buah hatinya itu. "Akhirnya murottal itu yang menjadikan dia hafal Quran. Dan kata- kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah ayat suci," katanya. Menginjak usia empat tahun, Fajar sudah terlihat hafal Quran. Namun, saat itu dia masih belum hafal secara berurutan dan belum menyetorkan hafalannya itu. Hanya, Azhar mengatakan, Fajar bisa menyambung setiap bacaan yang disebutkan orang lain. Akhirnya Fajar dibantu untuk menyetorkan dan dicatatkan hafalan 30 juz Alquran. Azhar mengungkapkan, dalam buku ini juga menceritakan kisah Fajar dalam mencari guru untuk membantunya merapikan hafalan dan menyetorkan ayat kitab suci. Dala buku setebal 266 halaman ini juga mengisahkan partisipasinya dalam aksi bela Islam beberapa waktu lalu. "Cerita tentang Fajar ini kita bagi dalam enam bab. Dan yang paling isti- mewa saat dia bertemu Imam Masjidil Haram Syekh Abdurrahman Assudais yang keindahan suaranya dia dengan dari balik kaset," katanya.ed: nina ch Color Rendition Chart 4cm