Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-05
Halaman: 21

Konten


a Sophia' n ng gan etapi yang arkan masuk uhan ng 20 Islam Digest rbuat Bursa surya Podboldo Cewewi sophiasociety org ENT yang menandakan pesatnya perkembangan sains di zaman Ottoman awal. Di sisi timur mihrab, ada daun pintu yang berusia satu abad dan berasal dari Ka'bah. Namun, kini pintu istimewa tersebut diletakkan dalam kotak kaca sebagai pajangan atau artefak historis. Dalam laman pariwisata Bursa, The Best- OfBursa.com , disebutkan, bagian eksterior Masjid Agung Bursa terbuat dari bahan batu cadas. Dua menara pada sisi kanan dan kiri masjid ini tampak kembar, tetapi sebenarnya dibangun pada tahun yang berbeda. Artinya, pada awalnya dimaksudkan hanya satu menara, yakni yang terletak di sisi barat. Menara di sisi timur baru dibangun kemudian dalam era Sultan Mehmet I pada abad ke-15. ed: nashih nashrullah Islam Digest Oleh Hasanul Rizqa Abbas termasuk sahabat Nabi yang selalu menyertai dan berjuang di jalan Allah SWT. Y Rasulullah SAW, Sang Paran, dan Kesetaraan di Mata Hukum abi Muhammad SAW memiliki seorang paman yang sangat disayangi- nya. Beliau adalah Ab- bas bin Abdul Muthalib. Bukti rasa hormat Ra- N sulullah kepada pamannya itu tergambar dalam kata-katanya, "Abbas adalah sau- dara kandung ayahku. Barang siapa yang menyakitinya sama dengan menyakitiku. Seperti dirawikan dari Kisah Singkat Sahabat Nabi Muhammad, kasih sayang- nya Nabi terhadap sang paman semakin erat dengan masuk Islamnya Abbas bin Abdul Muthalib. Namun, para sejarawan masih memperdebatkan kapan tepatnya sahabat istimewa tersebut menerima hi- dayah Allah SWT. Apakah setelah penak- lukan Khaibar 629 M atau sebelum pecah Perang Badar pada 624 M. Abbas bin Abdul Muthalib sendiri ti- dak kalah sayangnya terhadap kepo- nakannya itu. Semenjak masa kanak- kanak hingga remaja, Rasulullah kerap diajak untuk membantu pamannya. Abbas pun begitu bangga memiliki ke- ponakan yang berjulukan al-Amin (yang paling tepercaya') di tengah kaumnya. Perbedaan usia antara Nabi dan Abbas bin Abdul Muthalib pun tak terpaut jauh. Dalam catatan sejarah, saudara bungsu ayah Nabi itu lahir sekitar tiga tahun se- belum peristiwa Pasukan Gajah yang hen- dak menghancurkan Ka'bah. Cahaya Islam meliputi istri Abbas ter- lebih dahulu sebelum suaminya. Ia adalah Lubabah binti Harits, yang juga meru- pakan sahabat karib Khadijah binti Khu- wailid, istri tercinta Nabi. Karena itu, sosok Lubabah disebut. pula perempuan kedua yang memeluk Is- lam pertama kali setelah Khadijah. Pa- sangan suami istri ini Abbas bin Abdul Muthalib dan Lubabah dikaruniai empat orang anak, yakni al-Fadhl, Abdullah, Ubaidillah, dan Qasim. Meski belum menerima Islam, Abbas bin Abdul Muthalib selalu menjaga wiba- wa Nabi Muhammad dan melindunginya. Ia mengancam kepada siapa pun yang berani menyakiti keponakannya itu, ter- masuk tokoh-tokoh musyrik Quraisy. Hal ini tampak dari peristiwa baiat al- Aqabah pada 622 M. Walaupun belum beragama Islam, Abbas menemani Nabi Muhammad untuk menerima 75 utusan dari Yastrib (Madinah). Kepada mereka, Abbas meminta ja- minan akan keamanan keponakannya itu bila kelak sewaktu-waktu kaum Muslim terpaksa menyelamatkan diri ke Yastrib. Mereka pun menyepakatinya. Nabi kemu- dian membacakan ayat-ayat suci Alquran dan membaiat para utusan dari Yastrib itu. Waktu terus bergulir. Tetap saja, sikap penduduk musyrik Makkah kian hari kian keras terhadap Nabi dan umat Islam. Allah pun memerintahkan Rasulullah dan para pengikutnya di Makkah untuk berhijrah. Abbas bin Abdul Muthalib sebenarnya ingin ikut menyertai keponakannya itu. Namun, Nabi melarangnya dan meminta pamannya tersebut memberikan perlindungan kepada orang-orang Is- lam yang masih tersisa di Makkah lantaran belum bisa ikut ber- hijrah. Khususnya me- reka yang berasal 1 Oleh Hasanul Rizqa eski memiliki garis sedarah, Ab- bas bin Abdul Muthalib tidak mendapatkan kedudukan peme- rintahan di Madinah yang dipimpin Ra- sulullah. M Sebab, Nabi menghendaki asas mu- syawarah dan terutama demokratis. Di sisi lain, Nabi Muhammad juga tidak ingin mem- bebani pamannya itu dengan tugas-tugas 21 KISAH Tampil Sebagai Panglimal Perang Ketimbang Birokrat dari kaum papa. Abbas menyetujuinya. Bahkan, Abbas bin Abdul Muthalib tinggal bersama kaum Muslim yang fakir miskin, menyiapkan perbekalan bagi hijrahnya mereka dan melunasi utang-utang mereka. Abbas pun bertindak sebagai mata-mata untuk melaporkan keadaan Makkah sepen- inggalan Nabi ke Yastrib. Saat Perang Badar pecah, kemenangan ternyata berada di pihak kaum Muslim Madinah. Abbas bin Abdul Muthalib termasuk ke dalam para ta- wanan perang yang digiring menghadap Rasulullah. Saat tiba gilirannya, Abbas menyatakan, di hadapan Nabi bahwa dirinya terseret da- lam perang ini lan- taran posisinya di kalangan elite mu- syrik Quraisy, bu- kan lantaran bah- wa dirinya meng- khianati rasa sa- yangnya terhadap ke- ponakannya itu. Namun, Rasulullah tak membeda-bedakan pa- mannya tersebut di antara se- sama tawanan perang. Abbas tetap diborgol dan mengalami kurungan. Sebagaimana para tawanan lain, Abbas pun diharuskan menebus dirinya. Nabi ingin menunjukkan kepada para pengikutnya, bahwa Islam tak membeda-bedakan antara kerabat pemimpin dan orang biasa. Termasuk ketika Nabi Muhammad menyadari rintihan Abbas pada suatu malam di penjaranya. Ternyata, pergelan- gan tangan pamannya itu diikat terlalu kuat oleh buhul. Rasulullah sampai-sam- pai tak bisa tidur pada malam itu memi- kirkan nasib pamannya. "Wahai Nabi Allah, sudah larut malam, engkau belum tidur?" kata salah seorang sahabat. "Aku mendengar rintihan Abbas," jawab Rasulullah. Maka, sahabat itu pergi hendak me- longgarkan ikatan pada pergelangan ta- ngan Abbas tetapi Rasulullah segera me- REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 Rasulullah tak membeda-bedakan Abbas bin Abdul Muthalib di antara sesama tawanan Perang Badar. Abbas tetap dibor- gol dan mengalami kurungan. Wihdan Hidayal/Republika birokratis pemerintahan, semisal mengurus sedekah dan sebagainya. Bagi Nabi, Abbas bin Abdul Muthalib lebih sebagai panglima yang terkemuka di medan jihad. "Wahai paman Nabi, menyelamatkan sebuah jiwa lebih baik daripada menghi- tung-hitung jabatan pemerintahan," ujar Rasulullah suatu kali kepada Abbas bin Abdul Muthalib. Hal ini justru menim- bulkan sukacita dalam diri Abbas. ed: nashih nashrullah. merintahkan agar hal yang sama juga dilakukan kepada seluruh tawanan. Saat kembali dihadapkan kepada Nabi, Abbas mengaku dirinya sudah memeluk Islam. "Ya Rasulullah, saya ini seorang Mus- lim, tetapi saya dipaksa ikut berperang (Perang Badar) oleh mereka kaum mu- syrik," kata Abbas. "Allah saja Yang Maha Mengetahui ke- islaman engkau. Bila pengakuanmu benar, Allah akan mengganjarmu. Namun, aku kini melihat dari segi zahirmu. Maka, bayarlah tebusanmu," jawab Rasulullah Abbas menjawab, ia tak memiliki uang. Tetapi, Rasulullah menyebutkan hal itu tidak benar. Abbas telah menitipkan se- jumlah uang kepada istrinya bila kelak ia tertawan. Atas keterangan ini, Abbas ter- heran-heran, dari mana keponakannya itu mengetahuinya. Rasulullah menjawab, "Allah SWT yang memberi tahu tentang rahasia itu." Abbas bin Abdul Muthalib kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di ha- dapan Nabi, "Aku bersaksi tiada Tuhan se- lain Allah dan engkau sungguh-sungguh utusan-Nya, bahwa engkau sungguh orang yang jujur." Inilah sebab turunnya ayat Alquran Surah al-Anfal ayat ke-70: "Hai Nabi, katakanlah kepada tawan- an-tawanan yang ada di tanganmu. 'Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam ha- timu, niscaya Dia akan memberikan ke- padamu yang lebih baik dari apa yang te- lah diambil daripadamu. Dan, Dia akan mengampuni kamu.' Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Mendengar ini, Abbas jatuh terharu dan mengucapkan syukur. Allah telah meridhai keislamannya. Sejak saat itu, Abbas termasuk sahabat Nabi yang selalu menyertai dan berjuang di jalan Allah. Sebagai bentuk penghormatan, sebi- dang tanah di Madinah diperuntukan bagi Abbas bin Abdul Muthalib dan ia pun, se- bagaimana kaum Muhajirin lainnya, di- persaudarakan dengan kaum Anshar. Da- lam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, Abbas ditemani Naufal bin Harits.ed: nashih nashrullah Color Rendition Chart 4cm