Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-05
Halaman: 17

Konten


dan etik yang lamanya agar haman mereka hukum Hindu juga, skala dan ra umat Hindu am. Pada saat ngan ortodoks mat teologis, ggris yang me- zalimi, maka di is, muncul se- yang memper- Islam melalui Demikiran dan melepaskan diri m semisal Syah d Khan, Sayid al, dan Moham- am Azad. Sejak Hekaan pada 15 enjadi negara amin hak-hak Sejak itu umat di India tetap alam pengem- Kan d Quli mdasi. kan mmad etak di unan se- Dabul. mbadh mbaz ccan, ter- lah satu Bangu- erinta- 426,7 da di in liun Lahore la oleh ah Islam Digest Foto-Foto Mahesh Kumar A/AP bangannya dan hidup berdampingan dengan agama lain. Umat Islam di India menyebar di ne- gara-negara bagian Uttar Pradesh, Be- ngali Barat, Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat, Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan Muslim India adalah petani. Di Uttar Pradesh dan Madya Pra- desh mereka umumnya menjadi perajin dan pekerja. Di banyak kota negara bagian Uttar Pradesh kaum Muslimin memegang jalur perdagangan kain tenun. Profesi pedagang juga menjadi tradisi bagi Muslim yang tinggal di Gujarat dan Maharashtra. Berbincang terkait sistem pendidikan di India, sistem yang dikembangkan di India begitu modern, yakni kurikulum Davis-inizami. Sistem pendidikan ini sudah dirintis sejak pertengahan abad ke- 17. Urangzeb (Alamgir I), kaisar Mogul keenam berupaya menemukan sintesis terbaik antara sufisme India dan ajaran para ulama Islam. Pada 1683 berdiri madrasah di Luck- now di bawah bimbingan Maulana Niz- amudin dan Maulana Muhammad Sahala- wi. Sepanjang waktu para santri belajar, bukan hanya fikih tetapi juga nahu dan saraf, filsafat, matematika, tafsir, hadis serta prinsip-prinsip dan sejarah sufisme. Hingga kini silabus Davis-inizami masih diterapkan di banyak sekolah India dan Pakistan. Mutu pendidikan yang di- kembangkan oleh Muslim di India diakui. Madrasah Deoband yang berdiri pada 1867, umpamanya, memiliki reputasi in- ternasional. Mahasiswa berdatangan dari berbagai penjuru dunia ke kota Deoband. Kurang dari satu dekade kemudian, Sayid Ahmad Khan mendirikan Moham- medan Anglo-Oriental College (MAOC) di Aligarh yang berkembang menjadi Moeslem Uniersity of Aligarh. Pada abad ke 20 perkembangan lembaga-lembaga pendidikan ini semakin pesat. Perkembangan lembaga pendidikan dapat dilihat misalnya ketika Muslem University of Aligarh mendirikan pusat riset tentang agama Islam dan sejarah negara-negara Asia Barat. Lembaga ini menerbitkan majalah dalam bahasa urdu dan buletin dalam bahasa Inggris. Di samping itu terdapat Universitas Osmania di Hyderabad, Jamia Millia Is- lamia di Delhi, Universitas Delhi, Uni- versitas Madras dan Bombay. Lembaga riset tingkat doktoral terdapat di Patna, darul Ulum di Deoband, Nahwatul Musannafeen di Delhi dan lembaga riset. Islam di Bombay. Prestasinya dalam bidang pendidikan memberikan arti bagi pengembangan Islam secara keseluruhan hingga saat ini.ed: nashih nashrullah Islam Digest PKK! A RACTR eskipun Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar sedunia, persebaran umat Islam tidak begitu merata. Penyebabnya antara lain bentuk geografis negara ini yang berupa kepulauan terbesar di dunia. Di beberapa daerah, kaum Muslim justru menjadi minoritas. Mereka pun cen- derung memperoleh perlakuan berbeda dibandingkan daerah-daerah mayoritas Muslim. Belum lagi dengan persoalan-per- soalan seputar kehidupan para mualaf di daerah kantong minoritas Muslim. Salah satu lembaga yang berfokus pem- berdayaan umat Islam di kawasan terpencil adalah Rumah Infaq. Didirikan pada 2014 lalu, yayasan tersebut terus berupaya men- guatkan komunitas-komunitas Muslim di pelosok Indonesia. Rumah Infaq berfungsi sebagai sebuah lembaga penghimpun dan penyalur ZIS (zakat, infaq, sedekah) dan wakaf untuk kaum Muslim pada umumnya. "Kami berfokus pada tiga hal, program pembangunan seribu masjid se-Indonesia, program beasiswa bagi yatim, Mualaf, dhuafa, dan program pemberdayaan ekonomi Mualaf dan dhuafa," kata direktur sekaligus pendiri Yayasan Rumah Infaq Ustaz Yusman Dawolo. Apa saja yang telah dan akan dilakukan lembaga nirlaba ini untuk penguatan mi- noritas Muslim di daerah-daerah? Berikut petikan wawancara wartawan Republika, Hasanul Rizqa dengan pria lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Nat- sir itu beberapa waktu lalu: TOTODI Menurut Anda, mengapa para mualaf di pelosok negeri perlu mendapatkan perha- tian lebih dari gerakan-gerakan LAZ? Pertama, mereka para mualaf ini punya hak di dalam menerima zakat. Dalam satu asnaf begitu. Kemudian, perhatian kaum Muslim terhadap para mualaf ini perlu ditingkatkan terus karena banyak di antara mereka yang aksesnya jauh dari pusat dan lain sebagainya. Harapannya, kondisi mereka ada peningkatan dari mereka sebelum masuk Islam dibandingkan setelah masuk Islam. Jangan sampai kehidupannya masih sama saja, misalnya mereka terbelakang, sangat miskin, anak-anaknya bahkan sampai tak bersekolah, dan sebagainya. Kita inilah (lembaga-lembaga LAZ) yang coba membangkitkan daya kehidup- an mereka. Caranya dengan mengajak kaum Muslim semua memberi perhatian yang lebih lagi kepada saudara-saudara kita di daerah-daerah, terutama para mualaf ini. SUUN Ustaz Yusman Dawolo Rumah Infaq Berdayakan Mualaf dan Masjid Bagaimana latar belakang berdirinya lembaga yang Anda pimpin ini? Awalnya, dari keprihatinan bersama. Se- Y 3 nast ILKRO AN BANTUAN B.SENG AH BAHRUL ULUM da Est YOUHN bab, di tempat asal saya, Nias (Sumatra Uta- ra) banyak masjid yang hancur akibat gem- pa pada 28 Maret 2005 lalu. Saya ini asli dari Nias. Waktu kejadian itu, saya masih kuliah di Jakarta, STID Mohammad Natsir Pada 2014, saya selesai berkuliah. Te- tapi, sebelum itu saya sempat melakukan semacam tugas akhir, pengabdian di pe- dalaman selama satu tahun di Seram ba- gian timur, Maluku. Selama satu tahun di sana, saya menemukan, ini memang daerah terpencil, yang cukup sulit dijangkau gerakan dakwah. Lulus kuliah, saya membentuk usaha sendiri (Pusat Bekam Ruqyah). Alham- dulillah, bisa sedikit memberi beasiswa bagi anak-anak Nias untuk didatangkan (belajar) ke Jakarta dari hasil usaha sendiri (Pusat Bekam Ruqyah). Jadi, saya pulang kampung ke Nias. Tetapi, kenyataannya (situasi Nias) masih tidak jauh berbeda. Masih banyak masjid di Nias yang terbengkalai, hancur lantaran gempa itu. Kemudian, orang-orang tua kami asal Nias, yang ada di Jakarta, memanggil saya. Mungkin, lantaran saya dinilai termasuk generasi muda Nias yang energik sehingga diharapkan ikut (membangun daerah asal). Mereka kemudian mendesak saya agar memperhatikan dan membantu masjid- masjid yang ada (rusak) di Nias itu, bagaimana caranya. Itulah kemudian yang mengawali saya dan kawan-kawan mendirikan Yayasan Rumah Infaq. Lembaga ini berdiri pada 29 Agustus 2014. Mengapa lembaga Anda mengutamakan pembangunan masjid-masjid di pelosok? Pembangunan masjid ini kan, sesuai sabda Rasulullah SAW. Siapa yang mem- bangun masjid di dunia, akan dibangunkan baginya istana di surga oleh Allah. Masjid juga merupakan pusat peradab- an umat Islam. Rasulullah sendiri ketika hijrah ke Madinah yang paling pertama dibangunnya adalah masjid. Maka, dari masjid pula tiga program utama kami. Program utamanya tetap masjid, sehingga, misalnya anak-anak war- ga Muslim atau mualaf yang kami bantu lebih dekat dengan masjid. Masyarakatnya juga. Kita kembangkan juga geliat ekonominya sesuai tiap-tiap daerah. Visi kami, dalam lima tahun ke depan insya Allah membangun seribu masjid se- Indonesia. Mohon doanya agar tujuan ini bisa (berhasil). Ini memang tak mudah, tapi kami terus upayakan. Prioritas kami adalah kaum Muslim di pedalaman yang sukar dijangkau. Apalagi, bila di sana kantong-kantong (daerah) mualaf, atau pernah terjadi bencana. Apa saja yang diutamakan dalam mem- bantu komunitas mualaf di daerah pelosok? Kami berfokus pada tiga hal. Program funnfag A foto-foto dokpri pembangunan seribu masjid se-Indonesia. Program beasiswa bagi yatim, mualaf, dhuafa. Kemudian, program pemberda- yaan ekonomi mualaf dan dhuafa. Rumah Infaq memang ada tiga program. Tetapi, yang paling utama itu me- mang program pembangunan masjid. Masjid ini kan peranannya sangat besar dan luas. Salah satunya, di antara para jamaah mesti ada yang fakir miskin atau mualaf, Mereka inilah yang perlu diber- dayakan, sehingga, jamaah masjid selu- ruhnya bisa berdaya. Bagi kami, masjid memiliki peranan yang sangat luas. Maka, visi misi Rumah Infaq adalah membangun Indonesia dari masjid. Menjadikan masjid sebagai pusat pembangunan umat dari segala aspek. Sehingga, harapan kita ke depan, umat Is- lam semakin kuat, baik dari segi akidah- nya, ilmunya, kesehatan, maupun ekono- minya. Bagi mualaf, akidahnya menjadi kuat karena adanya masjid sebagai tempat untuk taklim. Dalam usaha awalnya, yang pertama sekali kami bangun adalah Masjid al- Furqon yang terletak di Kota Gunungsitoli (di Nias, Sumut). Masjid itu sebenarnya terletak di pusat kota (Gunungsitoli), dekat dengan akses kantor wali kota setempat. Di sana, Nias, kebetulan populasinya hanya 5,7 persen saja yang Muslim. Pada 2015, kami mulai mengambil alih upaya pembangunan kembali masjid itu. Anggarannya mencapai Rp 7 miliar lebih karena kita ingin menjadikan (masjid itu) pusat kegiatan umat di sana. Bahwa inilah masjid yang diharapkan bisa memberikan pengaruh kepada umat Islam di sana supaya ada kebanggaan. Pada 26 November 2016, alhamdulillah pembangunan selesai dan kita resmikan. Hadir saat itu, gubernur Sumut dan wali kota. Dari sini, kemudian muncul gagasan, mengapa hanya di Nias? Masjid-masjid toh bukan hanya di Nias, melainkan seluruh Indonesia. Apalagi, di daerah-daerah perdalaman, terpencil, komunitas mualaf dan minoritas Muslim begitu juga banyak di daerah-daerah lain. Akhirnya, Rumah Infaq menetapkan brand-nya utamanya adalah program pem- bangunan masjid-masjid. Setelah dari Nias, karena fokus kita pada minoritas Muslim yang ada di pelosok-pelosok, kami bangun juga masjid di Flores Timur, NTT. Masjid ini kita resmikan pada 15 Mei 2016 lalu. Total masjid yang sudah kita bangun, ada empat. Pertama, di Nias itu. Ke- mudian, ada satu masjid di Flores Timur, NTT. Lalu, dua unit masjid di Maluku. Tepatnya, Masjid al-Anshar di Desa Dak dan Masjid al-Falah di Desa Huna. Keduanya berada di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku. Di Maluku ini, mereka sudah 16 tahun lamanya belum memiliki masjid. Keba- nyakan dari mereka ini Mualaf. Komposisi penduduk Muslim di Seram Bagian Timur, Muslimnya sekira 45 atau 55 persen. 17 HIWAR REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 Desa Funa dan Desa Dak ini terbentuk pada 2015. Jarak antara dua desa ini se- kitar enam km. Aksesnya cukup sulit hanya bisa dicapai dengan jalan kaki. Awalnya, tanah desa-desa ini pem- berian dari Raja Batu Asah, tokoh setem- pat yang menyelamatkan banyak warga pelarian dari konflik Ambon 2011 silam. Raja ini Muslim. Ia punya banyak tanah luas sehingga mereka (pelarian konflik Ambon) selama bertahun-tahun hidup di bawah perlindungan raja itu, Selama itulah mereka melihat, bagai- mana akhlak kaum Muslim itu baik. Ke- butuhan mereka dipenuhi. Suatu kali, te- tua adat mereka masuk Islam sehingga seluruhnya masuk Islam semua. Beberapa tahun kemudian (2015), barulah raja itu mempersilakan, kalau mau mandiri, di- berikan sebidang tanah untuk dijadikan desa sendiri agar mereka lebih mandiri dan sejahtera juga. Itulah mulanya Desa Funa dan Desa Dak. Kami membangun Masjid al-Anshor di Desa Dak, sedangkan di Desa Funa kami merehabilitasi masjid yang sudah ada sejak lima tahun lalu. Kita ingin agar kehidupan beragama lebih bagus. Memang, sejak 2017 ini, kami mulai sedikit memperluas. Bila dalam dua tahun belakagan kami fokus ke pedalaman, kini kami mulai mengambil program-program rehabilitasi bencana. Misalnya, ke Pidie Jaya, Aceh. Pada 7 Desember 2016 lalu, kan terjadi gempa di Pidie Jaya, Aceh. Kami ikut membantu pembangunan Masjid Quba di sana. Masjid ini sebenarnya telah berdiri sejak 1970. Letaknya agak di pinggiran kota. Pas kemarin gempa, masjid ini ambruk total. Bujetnya sebanyak Rp 3 miliar lebih untuk pembangunan masjid ini. Kami ikut memperluasnya menjadi 22x32 meter persegi dari yang dulunya 20x20 meter persegi. Ada perluasan karena ada enam desa yang meman- faatkan masjid ini: Bagaimana dengan pendidikan keluarga mualaf yang tak mampu? Kami ada beasiswa remaja masjid. Itu karena di antara anak-anak jamaah masjid itu, ada anak-anak yatim. Ada anak-anak mualaf ini yang karena keterbatasan ekonomi orang tuanya atau tak ada orang tuanya, kemudian ini jadi kendala anak-anak untuk sekolah. Maka, kita kasih solusi ke anak-anak yatim sekarang ini, dari daerah itu sudah hampir 50 orang kita sekolahkan di Jakarta dan sekitarnya sampai Solo dan Banten itu sudah kita titipkan ke beberapa pesantren. Jadi, itu hubungannya. Program 2017 ini juga, kita mem- butuhkan dai-dai yang tangguh. Kami pun membuka pengiriman dai-dai ke pelosok. Untuk kebutuhan per bulan mereka, Rumah Infaq yang mengusa- hakan. Sehingga, mereka bisa fokus saja pembinaan masyarakat setempat. Kami sudah mengirimkan dai-dai ke Nias, Maluku, dan Flores, tempat berdirinya masjid-masjid itu. Namun, lantaran yayasan kami terbilang baru, SDM kami masih cukup terbatas untuk kaderisasi dai. Sampai kini, kami bermitra dulu. Mi- salnya dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Kami juga mendekati pesantren-pesantren (untuk merekrut dai). Kami ingin mereka memahami (cara berdakwah di tengah komunitas minoritas Muslim -Red). Dakwahnya agar jangan kaku. Sebab, misalnya, masih banyak ma- syarakat tempatan yang (masih terpe- ngaruh) animisme. Maka, kita butuh dai- dai yang fleksibel. Supaya kita bisa me- masukkan paham Islam yang sebenarnya. Tapi, kami mengutamakan mencari sosok dai tangguh yang sudah berkeluarga. Sebab, mereka dinilai lebih stabil (dari- pada yang masih lajang). Istrinya nanti bisa membina ibu-ibu di sana. Kita juga bekerja sama dengan DDII. Para dai yang dikirim ke pelosok mesti menyepakati kontrak satu atau dua tahun. Bukan jangka pendek dua atau beberapa bulan karena dampak dakwah mereka kurang optimal kalau begitu. ab amic Pembangunan suatu rumah ibadah apalagi minoritas tak jarang dapat penen- tangan? Kita ikut sertakan semua elemen ma- syarakat di sana. Misalnya, kami di Nias itu asal kami juga dari Nias, ketua DKM- nya, masyarakatnya kita ikut sertakan da- lam satu kepanitiaan itu. Jadi, kalau apa- apa misalnya, pemerintahan daerahnya. Di Flores, misalnya, kita juga dekat dengan tokoh-tokoh non-Muslim. Di sana ada SD katolik, muridnya ada non-Muslim karena itu satu-satunya sekolah di sana. Kita dekati semua. Bagaimana agar pembangunan lancar sampai selesai. Malahan, misal, kerja bakti tiap Ahad, ada orang Krsiten ikut kerja bakti termasuk bangun masjid, ada upacara mereka diundang. Pun kalau mereka adakan acara, mereka mengundang (komunitas Muslim). Bagaimana dengan program pendidikan bagi anak-anak yatim, dhuafa, atau mualaf? Kami melakukannya dengan dua jalan. Pertama, adalah mereka, seperti di Nias, kita berikan beasiswa, tapi mereka tetap sekolah di Nias. Ada pula yang kita bawa ke sini. Berhubung RI belum punya pe- santren sendiri, mohon doanya saja. Jadi, ada 50 siswa yang kita sudah bawa dari Nias, Flores, dan Maluku, kita tempatkan, kita kerja sama juga dengan lembaga lain, Baitul Quran misalnya di Purwakarta, ada empat anak di sana, ada juga Yayasan marhamah di Cimpedak punya Hidayatullah, terus ada juga pesantren al-Islah di Pandeglang, paling jauh di Solo juga Terkait kebutuhan sehari-hari mereka, kami yang menyediakan. Begitu juga transportasinya dari daerah asal mereka ke sini (Jawa) karena memang ekonomi mereka lemah sekali.ed: nashih nashrullah Color Rendition Chart 4cm