Arsip
Halaman Artikel
Creative Commons License

Jika anda mendapati gambar tidak sesuai dengan spesifikasi data (salah tanggal dan atau salah penomoran halaman), posisi gambar landscape, satu gambar terdapat dua halaman, kualitas gambar kabur, anda bisa melaporkan data tersebut agar segera diperbaiki dengan menekan tombol laporkan.

Kata Kunci Pencarian:

Nama: Republika
Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-05
Halaman: 18

Konten


18 KITAB REPUBLIKA AHAD, 5 MARET 2017 Ini merupakan satu-satunya kitab yang mencoba membandingkan pandangan dan pendapat fikih yang berlaku pada Mazhab Syafi'i dan Hanafi. الخشوع فالصلاة للحافظ ابن رجب الحنبلي المترني سنة 795 ه Chir (مصطفی قام الشراري دار الفضيلة Oleh Nashih Nashrullah. Shalat yang berhasil menghadirkan khusyuk akan berbuah pada terwujudnya kontrol atas perbuatan keji dan mungkar. T ampaknya, fenomena minimnya khusyuk yang menghampiri umat sekarang telah diprediksikan oleh sejumlah salaf. Khus- yuk tak lagi menjadi pemandangan lazim layaknya shalat yang ditunjukkan oleh kalangan salaf. Bahkan, mereka menegaskan bahwa kekhusyuk- an termasuk perkara yang pertama kali hilang dan dicabut dari umat, selain ilmu. Umat masa kini cenderung terperangah dengan persoalan duniawi. Kesibukan mengurus urusan materi mengalihkan konsentrasi memperoleh khusyuk di shalat yang mereka kerjakan tiap harinya. Menurut al-Hafidz Ibn Rajab al-Hanbali (795 H) dalam kitab al-Khusyuk fi as-Shalat, yang me- nguak rahasia dan makna di balik kekhusyukan shalat, ketenangan jiwa tatkala menjalankan shalat lebih dikenal dengan istilah khusyuk. Shalat pada dasarnya tak sekadar ritual dan rutinitas yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Lebih dari itu, shalat adalah ikhtiar seorang hamba untuk menundukkan seluruh raganya. Syadad bin Aus pernah mengatakan bahwasanya khusyuk termasuk perkara yang pertama kali akan sirna dari umat Islam. Sehingga, seandainya sese- orang terlihat khusyuk maka pada hakikatnya tidak seperti itu. Kekhusyukan tersebut bukan kekhu- syukan yang sebenarnya. Abu ad-Darda' pernah menekankan hal yang sama. Menurutnya, ilmu yang pertama kali dihilang- kan dari umat adalah ilmu khusyuk. Akibat hilang- nya khusyuk tersebut, nyaris saja tidak ditemukan orang shalat khusyuk di tiap masjid. Menurut Ibnu Rajab, fenomena di atas bisa diakibatkan oleh berbagai faktor. Di antara faktor yang cukup memengaruhi adalah problematika inter- nal umat. Misalnya, munculnya konflik antaraliran Islam dengan tingkat dan intensitas tinggi. Dulu, konflik tersebut pernah terjadi pascaterbunuhnya Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib RA. Ummu Salamah mengisahkan tentang tragedi pembunuhan yang terjadi di tengah-tengah umat dan dampaknya terhadap kekhusyukan shalat. Ber- dasarkan kisahnya tersebut, dulu tatkala Rasulullah masih hidup, pandangan jamaah tak berpindah dari tempat di mana kedua kaki mereka berpijak. Rasulullah meninggal dunia, pandangan tersebut bergeser hingga setinggi kening. Saat Umar bin Khattab wafat, pandangan itu berpindah lagi hingga mengarah ke arah tempat kiblat. Hingga pascakematian Ustman bin Affan, penglihatan itu tak lagi fokus pada satu tempat. Me- reka kerap menengok ke kanan dan ke kiri sewaktu shalat. Gambaran itu mengisahkan dampak tragedi dan problematika hidup pada kekhusyukan shalat. Secara khusus, Ibnu Rajab menguraikan tema demi tema dalam kitabnya itu untuk menjelaskan tentang perkara yang berkaitan dengan shalat dan khusyuk. Khusyuk diartikan sebagai bentuk kelem- butan hati tercermin pada tiap tindakannya. Hati ada poros utama bagi keseluruhan jasad seseorang. Tatkala hati bersih maka luruslah segala tindak- an. Begitu juga sebaliknya, hati yang dikotori dengan tindakan nista dan dosa, hati jelek akan menjerumuskannya kepada perbuatan hina. Ketika hati rusak maka rusaklah anggota jasad lainnya. Makna khusyuk inilah yang digunakan oleh Rasulullah dalam ucapan saat melakukan rukuk. Rasulullah membaca doa ketika rukuk yang arti- 128 nya pendengaran, penglihatan, otak, dan tulang belulangku tunduk kepadamu. Ketika itu, Sa'id bin al-Musayyib melihat sese- orang menggerak-gerakkan tangannya sewaktu shalat. Gerakan tangannya itu tanpa dimaksudkan untuk perkara yang penting dan mendesak. Said pun lantas mengatakan bahwa seandainya hati orang tersebut khusyuk maka seluruh anggota tubuhnya akan khusyuk, termasuk tangan yang ia gerak- gerakkan tanpa faedah. Ali bin Abi Thalib mengemukakan pandangannya tengan khusyuk. Pendapatnya itu disampaikan mengomentari surah al-Mukminun ayat 2, yaitu: Orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya. Menurutnya, yang dimaksud dengan khusyuk adalah ketenangan yang berada dalam hati. Khusyuk itu akan menghindarkan seseorang dari perbuatan mengganggu orang yang shalat di sam- pingnya. Khusyuk juga bisa terlihat karena yang ber- sangkutan tak akan mengalihkan pandangannya dan tak akan menoleh ke arah mana pun selain ke tempat sujudnya. Oleh Ibnu Abbas, khusyuk yang dimaksud ayat tersebut diartikan sebagai sikap takut dan rasa ketenangan yang diperoleh seseorang ketika shalat. Cermin hati Namun, ketenangan dalam sikap belum tentu cerminan dari kekhusyukan hati. Bahkan, justru ketenangan itu bisa menggambarkan fakta seba- liknya, yaitu kekosongan hati. Keadaan inilah yang diwanti-wanti oleh para salaf. Mereka menyebut, khusyuk kategori ini sebagai khusyuk nifaq, yaitu kekhusyukan palsu. Sebagian dari kalangan salaf meminta agar sikap tersebut dihindari. Orang yang menampakkan kekhusyukan dalam shalat, padahal sama sekali tidak ada ketentangan di hatinya maka khusyuk yang ia tunjukkan tiada bermakna dan tak berguna. Umar bin Khattab pernah menegur seorang remaja yang tengah melaksanakan shalat. Tingkat ketajaman batin Umar dapat merasakan kepalsuan khusyuk yang dipertontonkan remaja tersebut. Ia lantas meminta agar si remaja mengang- kat kepalanya dan mengatakan bahwa khusyuk itu hanya terdapat di hati. Ibnu Rajab memberi gambaran tentang shalat yang dilakukan oleh seorang shaleh, Hatim bin al- Asham. Dalam sebuah riwayat diceritakan, ketika itu Isham bin Yusuf bertemu dengan Hatim, lalu berbincang di majelisnya. Perbincangan mereka Oleh Nashih Nashrullah alam pandangan Ibn Rajab, tingkatan khusyuk itu ditentu- kan oleh seberapa kuatkah makrifat seseorang terhadap pencipta-Nya. Hal lain yang turut pula menentukan tingkatan itu ada- lah kesiapan hati itu sendiri untuk menerima sifat-sifat kekhusyukan. Islam Digest Tingkatan khusyuk yang pertama, yaitu kekhusyukan yang muncul karena ia mengetahui persis Allah sangat dekat dengan hamba-Nya. la mengetahui hal-hal yang dira- hasiakan dan tersembunyi dari tiap hamba. Kedekatan inilah yang dapat menghadirkan rasa malu dari hamba kepada Allah. Ia akan merasa diawasi di setiap pergerakan dan diamnya. Khusyuk di tingkatan selanjutnya ialah sikap yang muncul karena mengetahui kesempurnaan dan ke- indahan-Nya dengan penuh keyakinan. Kondisi ini akan sangat membantu seseorang tenggalam dalam cinta Foto-Foto: Wihdan Hidayat/Republika sampai pada bagaimana shalat yang seharusnya dikerjakan. Hatim menjelaskan shalat yang selama ini ia jalani. Dalam shalat itu, Hatim menjalankan itu berdasar- kan perintah yang dituntunkan, ia berjalan menuju tempat shalat karena takut. Ia mulakan shalatnya dengan niat dan bertakbir karena keagungan-Nya. Tiap ayat yang dibaca dipahami dan diresapi. Ru- kuknya penuh khusyuk, sujudnya sarat dengan rasa kerendahan hati. Ia tutup shalatnya dengan tasyahud yang sempurna. Salam pun dilakukannya dengan niat. fle hea & Tiga Level dan Faktor Pendorong Khusyuk tak terjadi maka sungguh mereka akan binasa." dan rindu ingin bertemu serta melihat- Nya secara langsung. Dalam shalat, keadaan tersebut dapat menghadirkan kekhusyukan dalam shalat. Di level yang terakhir adalah khu- syuk yang ditimbulkan oleh rasa takut siksaan Allah atas segala perbuatan semasa hidup di dunia. Menghadirkan rasa tersebut dalam shalat dapat meluluhkan dan menundukkan hati. Rasa takut itu juga akan mengge- rakan hati untuk berdoa dan memohon ampunan. Di tiap gerakan shalat atau bahkan usai shalat ditunaikan. Dan, Allah mendengar doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang bertaubat dan memaksa hati mereka untuk senantiasi berbakti kepada-Nya. Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, ia mengatakan, "Suatu saat Musa berkata: Tuhanku di manakah aku mencari Mu? Kemudian, Allah memberikan wahyu kepada nya. "Wahai Musa carilah Aku pada mereka yang tertunduk hatinya karena-Ku. Karena seseungguhnya aku dekat dengan mereka seukuran hasta. Jika hal itu Ritual yang dilakukan tak usai dengan rampung- nya shalat yang ia jalani. Tatkala pulang dari menu- naikan shalat, "oleh-oleh" shalat ia bawa sepanjang jalan dengan rasa takut kepada Allah. Takut seandai- nya Allah tidak menerima shalat yang ia tunaikan. Ketakwaan itu akan ia jaga hingga ajal menjemputnya. Tak ada yang lebih berharga dari kekhusyukan shalat bagai para salaf. Selain akan mendekatkan diri pada Allah, pahala atas kekhusyukan itu adalah terhapusnya dosa-dosa kecil yang pernah dilakukan. Diriwayatkan dari Usman bin Affan RA, Rasulullah bersabda, "Tidak ada yang pantas bagi seorang Muslim yang tiba saat shalat fardhu, lalu ia memperbagus wudhu, khusyuk, dan rukuknya kecuali hal itu akan menjadi penghapus dosa yang ia lakukan sebelumnya, selama bukan dosa besar yang ia lakukan." ■ AL-KHUSYU' FI AS-SHALAT Shalat dengan Jiwa dan Raga G Berbagai cobaan dan bala yang ditujukan kepada manusia dapat me- nambah kedekatan hubungan mereka dengan Allah. Dengan catatan, ujian yang dihadapi tersebut diterimanya dengan penuh kesabaran dan rasa ridha. Tingkat kesabaran itu juga dapat memunculkan rasa khusyuk yang luar biasa saat shalat. Islam Digest Bahkan, dalam sebuah hadis qudsi Allah menyatakan bersama hamba- hambanya yang sedang ditimpa kesulitan, seperti menderita sakit. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda: Wahai anak Adam, Aku sakit mengapa kalian tidak menjengukku? la menjawab: Bagaimana aku menjenguk- Mu, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta Alam? Allah berkata: Bukan- kah engkau tahu hamba-Ku si fulan sedang sakit dan tidak pula engkau menjenguknya. Padahal, jika engkau mengetahui dan menjenguknya, nis- caya engkau dapati Aku di sisinya." ▪ alle!!! 2 يم G Mi A Amp اصمة او P enerd السوالمة hak سه لال سم العملي است Hod uru Atma menatap hujan yang belum berhenti turun di beran- da. Hidungnya kembang kem- pis demi menghirup ampo, atau aroma tanah selepas hu- Color Rendition Chart jan itu. Ia tersenyum menatap hujan yang pertama turun di kota ini setelah sekian lama hari-hari kota ini tengadah me- natap matahari yang memanggang. Kopi di sampingnya mendingin ia biarkan. Radio yang kemrosok karena kehilangan sinyal, juga tidak ia pedulikan. Hanya rintik hujan yang ia dengarkan. Hanya bau ampo yang menguasai keheningan benaknya. Ah, ampo ini adalah aroma masa kecilnya dan juga gairah hidupnya sebagai guru honorer di kota pinggiran yang penuh suka duka ini. Kata orang guru Atma itu aneh. Mengabdi sebagai guru di kota pinggiran ini. Ia mengajar di sebuah SMP yang berbasis agama, yang ham- pir putus asa mendidik kebaikan kepada sis- wanya. Pun masyarakat nyaris tak peduli dengan pendidikan atau agama. Mereka hanya bekerja menghalalkan segala cara. Kejahatan adalah sebuah kebiasaan yang tak bisa dihen- di tikan, apalagi sekadar pendidikan agama madrasah. Namun guru Atma adalah seorang yang impulsif. Kebetulan saja ia ditawari seorang temannya yang menjadi kepala sekolah di sini. "Kau masih mau menjadi guru? Aku mau menawari kamu mengajar di sekolahku. Kebetulan sekolahku butuh guru bahasa. Tentu ijazahmu lebih berguna di sini. Soal tempat tinggal, aku ada sebuah rumah kosong di sini. Dan kurasa ini lebih baik daripada menjadi pelukis potret di kampung sana?" Begitulah hanya karena tawaran dari temannya itu, guru Atma mengangkat koper pakaiannya. Juga lantas alat-alat lukis itu ia susulkan belakangan. Aktivitasnya yang kedua ini tak ingin ia tinggalkan. Entah ia ingin menggambar apa di kota baru ini. Kota yang nyaris separuhnya telah gosong oleh kemarau panjang. Sedang separuhnya lagi terbakar karena kekacauan dan kerusuhan. Mungkin guru Atma benar-benar berminat melukis kota ini yang masyarakat nyaris tak peduli dengan pendidikan, agama, bahkan Tuhan. "Aku gaji di sini sesuai dengan kemam- puanku. Maklum, sekolah tak banyak murid- nya. Yang penting kau bisa makan dan hidup di sini. Aku tahu kau pasti mau. Aku kenal kau. Aku yakin kau masih idealis seperti zaman kuliah dulu. Bukan seperti mereka yang gemar menjual ijazah S1 untuk mencari pekerjaan atau menjadi pegawai negeri. Kawannya itu memang tak perlu membujuk guru Atma. Sekarang guru Atma sudah 1 tahun mengajar di sekolah itu. Sekolah yang menga- jarkan agama dan pelajaran umum menjadi satu. Kawannya yang idealis itu masih percaya bahwa pelajaran agama bisa mengubah wajah bopeng kota ini menjadi lebih baik. Ia malah takut jika dibuat pelajaran umum saja. Pun ia juga melepaskan diri dari pemerintah yang setengah-setengah mau membantunya. Memberi bantuan tetapi juga memotong untuk biaya administrasi, biaya ketebelece, dll. Mereka juga suka minta begini dan begitu kalau sudah merasa pernah memberi bantuan se- suatu. Mata pelajaran ini dihilangkan, yang itu ditambah, diganti kurikulum baru, pelajaran agama juga tak perlu banyak-banyak, sebagai selingan saja. Maka, si kawan guru Atma itu pilih berlepas diri dari pemerintah. Perusahaan tekstil dan kebun sawitnya di Sumatra itu ia jual untuk membuat sekolahan di Kota Solo ini. Sekarang, lima tahun berdiri sekolah ini masih tak banyak berubah. Jumlah muridnya hanya satu kelas semua. Kelas I satu kelas, kelas II satu kelas, dan kelas III satu kelas. Lulusannya bisa dihitung dengan jari setiap akhir tahun. Tapi sekolah itu tetap bertahan. Pemerintah juga enggan menutupnya. Mereka khawatir jika tidak ada penduduk di kota ini yang sekolah, maka akan menjadi sorotan dunia. Mereka lebih takut di-bully oleh netizen di media sosial. Guru Atma mengajar bahasa di kelas I sampai III. Ia pun senang-senang saja. Tidak peduli dengan gajinya. Atau jumlah jam me- ngajar. Ketika longgar, ia selalu mudah tergerak untuk berada di kelas dan mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik dan benar kepada anak- anak itu. Walaupun anak-anak kadang kala tak OL 4cm peduli, gawai di di WC gu hui hal it dengan ca malah mi baru itu. sampai hengkang Ataukah sang kepa mirip kol Jam s gung gur pertama kémarau "Ini h suara ya kepala se Magrib sa henti-her Guru datang, l sejenak keluar da "Tany tahu?" "And "Tent "Ya, bahasa m "Oh, dengarka "Ben bicara, berkata. "Ya, bicara so Tapi, bangkon biarkan til itu ter julur kal yang mel malam se "Sial "Ya, bicara pa "Ah, pertama "Tap: baik. Aku Hujan ti menanti Nya." "Tapi harapan "Amp halaman. Si kep guru Atm Seperti panjang "Amp masa kec "Ya, a juga sep Atma. "Ah, "Tida kutuk. K sudah lar dengar u "Yah, Maafkan "Kau disampa orang pe Ketika ditanyai Seorang pendudu situ. Sem bahwa ke ramah k diketahu kerasan Yang jah kerasan