Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-03
Halaman: 18
Konten
Teraju OLEH SELAMAT GINTING Bocah Cantik dari Turki sini, ada batagor (bakso tahu goreng) yang pedas banget? Di Turki nggak enak, nggak ada batagor," katanya polos disam- but tawa Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial (Kemensos) Nahar. tersebut diduga akan menyeberang ke Turki dan bergabung dengan kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Syam/Su- riah)," demikian laporan yang disampai- kan kepolisian Turki kepada Polri maupun jaringan polisi internasional di Istanbul. Sejumlah keluarga terpisah dengan anak- anaknya di Turki. Mereka menjadikan negeri itu sebagai persinggahan sebelum menuju Suriah dan diduga akan bergabung dengan ISIS. H ari itu, warga Jakarta sedang demam pe- milihan kepala daerah (pilkada). Hingga malam hari, sebagian televisi berita dan media massa konsentrasi pada hitung cepat (quick count) dan jajak pendapat pemilih di tempat-tempat pemungutan suara (exit poll). Namun, pada malam hari saat pilkada tersebut, tidak banyak yang tahu, dua bocah berparas cantik berusia 13 tahun dan sembilan tahun berhasil dikembali- kan ke Indonesia. Melalui kerja sama antarinstansi pemerintah, kedua gadis itu berhasil dipulangkan dari Istambul, Turki. "Ingin makan bakso, nasi goreng, dan pulang ke rumah," kata Karisya HA yang genap berusia 13 tahun pada awal Maret 2017. Ia mengungkapkan hal itu kepada Neneng Heryani, Kepala RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak) - PSMP (Panti Sosial Marsudi Putra), Jakarta Timur, Rabu (15/2) malam lalu. Bukan hanya Karisya yang ingin ma- kanan khas Indonesia, hal yang sama dikemukakan Talitha AR (9 tahun). "Di eduanya menggunakan K sweater (baju hangat) ber- ponco yang menutupi ke- palanya ditambah masker yang menutupi wajah. Sweater ber- warna pink (merah muda) dikenakan Karisya (13 tahun). Yang ber-sweater jingga (oranye) dikenakan Talitha. Mereka menggunakan celana jins biru menutupi kakinya. Itulah penampilan mereka saat dipertemukan dengan keluarganya pada Rabu (22/2) pagi lalu di RSPA PSMP Handayani, Jakarta Timur, sekitar satu kilometer dari jalan raya, sebuah kawasan asri di pinggiran Ibu Kota. "Nenek..." kata Karisya lirih dalam pelukan sang nenek. Kedua- nya berpelukan erat setelah lebih dari sembilan bulan tidak bertemu. "Hanum di mana?" tanya sang nenek kepada cucunya. Hanum (15 tahun) adalah kakak kandung dari Karisya. Kedua kakak beradik itu bersama kedua orang tuanya berang- kat ke Turki pada Juni 2016. Saat itu, Karisya baru saja menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Kini, ia terkatung-katung tidak bersekolah. Rencananya bersekolah menunggu tahun ajaran baru 2017- 2018. Turut menjemput adalah abangnya, seorang mahasiswa perguruan tinggi ternama di Depok, kedua kakeknya, serta bibinya. Dari hasil interogasi Mabes Polri terhadap Syefurohim (WNI yang dideportasi pada Juli 2016), diketahui Mon bahwa keluarga dari HMS berangkat ke Turki bersama NA (istril, Karisya AH, dan FA Hanum pada Juni 2016. Tujuan mereka ke Turki disebutkan Nahar turut menjemput kedua anak yang hilang di Turki tersebut di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta di Banten, malam itu. Penyerahan kedua anak hilang itu dilakukan perwakilan Ke- menterian Luar Negeri RI kepada Kemen- sos, disaksikan utusan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri. Sebelumnya, kedua anak tersebut dititipkan di rumah perlindungan sosial anak, Kemensos Turki di Istanbul. Kepo- lisian Turki menemukan kedua anak Indo- nesia tersebut terpisah dari orang tuanya. "Orang tua yang membawa kedua anak untuk wisata. Karisya terpisah dari kakak serta kedua orang tuanya. la ditangkap polisi dalam operasi di sebuah apartemen. Kini, belum ada kabar tentang keberadaan Hanum serta kedua orang tuanya. Apakah masih berada di Turki atau sudah menyeberang ke Suriah? Lain cerita Karisya dari Jakarta, lain pula perjalanan Talitha dari Lamongan, Jawa Timur. Menurut Kepala Panti Handayani, Neneng Heryani, keluarga dari bocah Talitha berjumlah 14 orang, berangkat ke Turki pada Februari 2016. Artinya, Talitha sudah satu tahun KEMENSOS Rupanya, pada Agustus 2016, lanjut Neneng, ayah kandung Talitha dideportasi dari Turki, tapi tidak ditahan. Sebulan sebelumnya, ibu angkatnya lebih dahulu dideportasi. Bocah itu tinggal bersama keluarga Kholid dan keluarga Ziad di Turki sampai akhirnya didepotarsi ke Indonesia pada 2 Februari 2017. Sebelumnya, pada 27 Januari 2017, saat pengurusan paspor, imigrasi Turki mengetahui bahwa Talitha tidak bersama orang tua SELAMAT GINTING/REPUBLIKA Alasan wisata Istanbul dalam sejarah dikenal se- bagai Konstantinopel dan Bizantium, me- rupakan kota terpadat di Turki. Menjadi pusat perekonomian, budaya, dan sejarah negara tersebut. Istanbul merupakan kota lintas benua di Eurasia (Eropa dan Asia) yang membentang melintasi Selat Bospo- rus di antara Laut Marmara dan Laut Hitam. Senyum Karisya dan Talitha berada di Turki. Tentu saja, alasan yang digunakan untuk wisata dipertanyakan KBRI, BNPT, maupun Densus 88 Polri. Pusat perdagangan dan sejarahnya terletak di sisi Eropa. Sementara, sekitar sepertiga penduduknya tinggal di sisi Asia. YULIUS SATRIA WIJAYA/ANTARA : kandung atau walinya. Kedua orang tuanya sudah bercerai sebelum pergi ke Turki. "Karena itulah, Talitha ditahan oleh Pemerintah Turki dan dibawa ke Dinas Sosial Turki sambil menunggu kelengkapan data dari orang tua kandungnya," ujar Neneng. Anak pintar Neneng mengungkapkan, dua anak yang sempat telantar di Turki merupakan sosok yang baik dan pintar mengaji. Bahkan, selama satu pekan di panti, dengan sukarela mengajarkan adik-adiknya membaca Alquran. Selama di panti, Neneng men- ceritakan, keduanya saling bertukar cerita dengan anak-anak panti lain- nya maupun para pengurus panti. Di antara cerita tersebut, kata Neneng, mengenai cita-cita. Salah satu dari mereka ingin menjadi seorang dokter. "Dia (Karisya) bercita-cita ingin jadi dokter," ujarnya. Mereka, lanjut Neneng, juga mengaku betah di panti. Tapi, mereka ingin cepat pulang lantaran ingin segera berkumpul dengan keluarga- nya dan melanjutkan sekolah. Meski telah pulang nanti, kedua- nya akan tetap mendapat bimbingan dan pengawasan dari panti. Hal itu akan dilakukan selama tiga bulan sejak reunifikasi atau pertemuan kembali dengan keluarganya. Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Nahar mengungkapkan, proses Istanbul merupakan salah satu kota yang paling padat penduduknya di dunia. Menempati peringkat enam terbesar di dunia menurut populasi dalam batas kota dan merupakan kota terbesar di Eropa. Didirikan dengan nama Bizantium sekitar 660 Sebelum Masehi (SM). Setelah pendiriannya kembali dengan nama Konstantinopel pada 330 Masehi, kota ini berfungsi sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 16 abad. Selama Kekaisar- an Romawi dan Bizantium atau Romawi Timur (330-1204 dan 1261-1453), Latin (1204-1261), dan Utsmaniyah atau Ottoman (1453-1922). Kota ini berperan penting dalam per- kembangan kekristenan selama zaman Kekaisaran Romawi dan Bizantium sebe- lum Utsmaniyah menaklukkannya pada 1453 dan mengubahnya menjadi kubu pertahanan Islam serta tempat keduduk- an Kekhalifahan Utsmaniyah. Posisi strategis Istanbul di Jalur Sutra yang bersejarah serta jaringan-jaringan kereta menuju Eropa dan Timur Tengah, membuatnya menjadi salah satu kota terpenting bagi wisatawan. Menurut data infeks kunjungan wisa- tawan dunia, tercatat, sekitar 12,56 juta turis asing berkunjung ke Istanbul pada 2015. Kota ini sebagai tujuan wisata paling populer kelima di dunia. Nah, di antara turis yang berkunjung itu, termasuk dari Indonesia. Terlebih lagi, Turkish Airlines menyediakan pener- bangan langsung (direct flight) dari Ja- karta ke Istanbul. Termasuk, rencana membuka penerbangan dari Denpasar. Beberapa destinasi wisata populer di Istanbul, antara lain, Masjid Sultanahmet, Istana Topkapi, serta Selat Bosphorus yang jadi perbatasan Benua Asia dan Benua Eropa. Istanbul juga mempunyai Grand Bazaar yang merupakan salah satu pasar tradisional tertua di dunia. "Aku nggak tahu, tapi kata Mama kita ke Turki mau wisata. Tapi kok lama banget. Lebih dari setengah tahun dan tidak sekolah lagi," ujar Karisya mence- ritakan pengalamannya di Turki sebelum terpisah dengan kedua orang tuanya. Benarkah yang diceritakan Karisya bahwa mereka hanya bertujuan wisata ke Turki? Ternyata, BNPT mendapatkan infor- masi banyak warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di perbatasan Turki- Suriah dengan tujuan awal wisata. Tapi, mereka tidak dapat masuk ke Suriah, se- hingga dideportasi oleh pemerintah Turki. Para WNI tersebut ditemukan di empat titik perbatasan antara Turki-Suriah. Banyaknya WNI yang ditemukan di perbatasan Turki-Suriah tersebut mem- buat Kedutaan Besar (Kedubes) Indonesia di Turki merasa perlu mendapat bantuan dari BNPT. Harapannya, bisa mendeteksi lalu lintas masyarakat Indonesia yang ingin masuk ke sana dengan berbagai macam latar belakang. "Apa pun yang terjadi di Suriah, apa- lagi dengan terdesaknya ISIS di Suriah, tidak ada opsi lain kecuali orang-orang yang ada di sana akan ke luar dari Suriah," ujar Kepala BNPT, Komisaris Jenderal (Polisi) Suhardi Alius, dalam keterangan persnya, baru-baru ini. Informasi ini diperolehnya berdasar- kan hasil pertemuan dengan Kedubes In- donesia untuk Turki yang menyempatkan diri berkenjung ke Kantor BNPT. Dalam pertemuan itu, Suhardi Alius, antara lain, didamping Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradi- kalisasi BNPT Mayor Jenderal Abdul Rah- man Kadir. Juga hadir Direktur Konvensi Dan Perangkat Hukum Internasional (KPHI) BNPT sekaligus sebagai Pelaksana Tugas Deputi III bidang Kerja Sama Internasional, Brigadir Jenderal (Marinir) Yuniar Lutfi. Selain itu, Kasubdit Kerja Sama Amerika-Eropa Wandi Adrianto Syamsu.■ pemulangan kedua anak tersebut bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri, BNPT, dan Densus 88. Melalui sebuah kerja keras, proses penjang, dan perjuangan tim, akhir- nya ditemukan dua anak tersebut. Kepulangan, lanjut Nahar, sempat mengalami kendala. Kedua anak itu terhambat satu hari kepulangan ke Indonesia. Pasalnya, saat sudah berada di pesawat untuk pulang, keduanya diturunkan kembali karena tidak diizinkan terbang oleh pihak bandara. "Kemudian, ditunda untuk menjalani proses kembali selama satu hari. Setelah itu, baru bisa dipulangkan," ujarnya. Dalam rehabilitasi di bawah panti Kemensos, menurut Neneng Haryani, kedua gadis kecil itu menjalani berbagai tahap pemulihan. Mulai dari pemeriksaan fisik, medis, dan pengobatan. Meski begitu, petugas tidak menemukan keduanya mengalami trauma yang berarti. Tetapi, ada kecemasan-kecemasan yang timbul saat mereka telantar di Turki. "Al- hamdulillah, hasil penilaian sehat oleh pihak rumah sakit," kata Neneng. Reunifikasi dengan keluarga, menurut Nahar, untuk mengembali- kan kedua anak tersebut kepada keluarganya. Tujuannya agar bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan bisa melanjutkan pendidikannya. "Jika keluarga tak bersedia dan tidak siap, mereka akan diambil kembali oleh negara," tambah Nahar. Kini, untuk sementara Karisya dan Talihta sudah bisa tersenyum. selamat ginting PAHAM RADI INCARI MENEN OLEH SELAMAT GINTING Color Rendition Chart Paham radikal ISIS ki mengincar kalangan menengah ke atas. Fenomena ini menjad bahan evaluasi bagi Pemerintah Indonesi- konom di bidang kebijakan publ Pusat Kebijakan Pendapatan Neg dan Kebijakan Fiskal Kementer uangan, lulusan perguruan tinggi lia, dan memiliki akses luas. Itula satu informasi tentang figur Utomo, mantan pegawai Kementer uangan yang dideportasi Pemerinta atas tudingan mencoba bergabung the Islamic State of Iraq and Syria Triyono adalah contoh fer mengkhawatirkan mulai masuknya radikal di kalangan kelas menem atas, baik dari sisi pendidikan, maupun penghasilan. “Itulah fak mengkhawatirkan dari fenome Mulai masuknya paham radikal menengah," kata Kepala BNPT Ka Jenderal (Polisi) Suhardi Alius, be waktu lalu. Kementerian Keuangan (Kem merespons cepat keterlibatan pejabatnya yang disebut dideport Turki karena akan masuk ke Suria ikut ISIS. Siaran pers Kemenkeu, Jumat menyebutkan, pria berinisial TU itu mantan pejabat Kemenkeu denga kat terakhir III C. Pada Februan yang bersangkutan telah mengaju untuk mundur sebagai aparat negara dari Kemenkeu. Alasan pengunduruan diri ini igin mengurus pesantren anak yati ada di Kota Bogor. Sejak perm pengunduran diri itu pun TU suda bisa dihubungi oleh pihak Kemen Berdasarkan Keputusan Men Melawan Stigm akan ada deportasi papar Suhardi Alius Kedatangan 75 di PSMP Handayani Kasubag Tata Usaha Handayani Sulistya dalam beberapa tah 23-26 Januari 2017. keseluruhannya dan Pada 3-5 Februa orang, terdiri atas 19 dideportasi dari Turk Jepang. Pada 5 Febm orang, keseluruhani Singapura. Kepala BNPT Ko Alius menuturkan, d diduga ISIS, terdiri a dengan rincian 24 pe laki-laki 17 orang se Dari jumlah ters Suhardi, terbanyak b Timur. Alasan dasar mereka ke Suriah lel keinginan untuk berl yang ingin berhijrah. ideologi. Mindset yar tuturnya. S negara seperti Turki, Jepang, dan Singapura mendapatkan tamu istimewa, siang itu. Dua pejabat negara mengunjungi mereka di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, kawasan Cipayung, Jakarta Timur. ebanyak 75 warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari berbagai Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa beserta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal (Polisi) Suhardi Alius dan sejumlah pejabat Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri menjenguk 75 orang terduga kelompok Negara Islam Irak Suriah/Syam atau ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). "Yang berasal dari Turki ada yang sudah tinggal selama 11 bulan, bahkan ada yang satu tahun. Mereka masih di perbatasan saat itu, belum berada di Suriah. Mereka dideportasi oleh Pemerintah Turki. Di sana, sedang konflik dan pemerintah kita tidak boleh masuk ke sana. Pasti 4cm
