Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-03
Halaman: 34
Konten
10 MUJAHIDAH >> JUMAT, 3 MARET 2017 4 JUMADIL AKHIR 1438 H P Reja Irfa Widodo Hawa Binti Yazid Mendapatkan Jaminan Perlindungan dari Rasulullah SAW M ada di Makkah, Hawa begitu ya- kin dengan ajar- an dan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Di antara pe- rempuan dari kaum Anshar yang pertama kali berbaiat kepada Rasulullah SAW terdapat nama Hawa binti Yazid. Hawa memeluk Islam dan berbaiat kepada Ra- sulullah SAW sebelum peristiwa hijrah. Tidak hanya itu, keputu- san Hawa untuk memeluk Islam ini pun tanpa sepengetahuan sua- minya, Qais bin al-Khatim. Qais bin al Khatim merupakan se- orang penyair dari Za Majaz. Salah satu keutamaan Hawa adalah mendapatkan perlindung- an dari Rasulullah SAW terkait perlakuan Qais terhadap dirinya. Nama lengkap Hawa adalah Ha- wa binti Yazid bin as-Sakn bin Karz bin Za'wa Al-Anshariyah. Dia merupakan salah satu perem- puan yang berasal dari kaum Anshar, Madinah. eski Rasulullah SAW masih ber- ah. Pada zaman Rasulullah SAW kaum perempuan kerap hadir shalat berjamaah ketika situasi sedang kon- dusif. Riwayat dari Aisyah RA, "Mereka wanita-wanita mukminah menghadiri shalat Subuh bersama Rasulullah SAW. Mereka berselimut dengan kain- kain mereka. Kemudian, para wanita itu kembali ke rumah-rumah mereka seselesainya dari shalat tanpa ada se- orang pun yang mengenali mereka ka- rena masih gelap." (HR Bukhari Muslim). Hadis sahih ini juga didukung ba- nyak hadis sahih lainnya. Ummu Sala- mah RA juga menambahkan, "Di masa Rasulullah SAW, para wanita ikut hadir dalam shalat berjamaah. Selesai sa- lam segera bangkit meninggalkan masjid pulang kembali ke rumah me- reka." (HR Bukhari). Pada suatu hari, Rasulullah SAW pernah menemui dan meng- ajak Qais untuk masuk Islam. Na- mun, Qais berkata, "Alangkah mulianya ajakanmu, tetapi pepe- rangan benar-benar telah menyi- bukkanku untuk membicarakan hal ini." Selain itu, Rasullah SAW juga bertanya kepada Qais terkait perlakuannya terhadap istrinya, Hawa. Rasulullah SAW kemudian Perempuan pun dapat menjadi imam selama makmumnya juga meru- pakan perempuan. Pendapat ini seba- gaimana bersumber dari hadis yang diriwayatkan dari Aisyah binti Abu Ba- kar RA dan Ummu Salamah RA: Dari meminta kepada Qais untuk menghentikan perlakuan buruk terhadap Hawa. Pasalnya, Hawa telah mening- galkan agama nenek moyangnya dan telah memeluk Islam. "Wahai Abu Yazid (Qais bin Al Khatim), aku mendapat kabar tentang is- trimu, Hawa, bahwa kamu sering memperlakukannya dengan tidak baik. Dia telah pergi dari agama- mu, maka bertakwalah kamu ke- pada Allah dan jagalah dia kare- na aku dan jangan sakiti dia. Mendengar perkataan dari Rasulullah SAW, Qais menerima dan akan mengubah perilakunya serta menghormati Hawa. Tidak hanya itu, Qais juga berjanji tidak akan menyakiti istrinya tersebut. "Baiklah (wahai Rasulullah) de- "9 ngan penuh hormat aku melaku- kan apa yang kamu inginkan. Te- tapi, aku tidak pernah menyakiti- nya (Hawa), kecuali demi kebaik- an," ujar Qais. Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwa seorang wanita mengimami jamaah shalat dari kaum wanita dan ia limam) berdiri di tengah-tengah mereka (yang Saat kembali ke Madinah, Qais langsung berkata kepada is- trinya terkait pertemuannya de- ngan Rasulullah SAW. Tidak ha- nya itu, Qais pun berjanji tidak akan menyakiti dan mencegah is- trinya untuk beribadah kepada Allah SWT. "Wahai Hawa, aku te- lah bertemu sahabatmu, Rasu- lullah, dan dia memintaku men- jagamu demi dia. Dan demi Allah, aku akan menunaikannya dengan apa yang kamu berikan. Berbuat- lah semaumu, aku tidak akan me- ngusikmu lagi," ujar Qais. Sejak saat itu, Hawa mulai be- rani menunjukkan keislamannya dan menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan tenang. Pada suatu hari, seseorang bertanya ke- pada Qais soal keputusan istrinya untuk mengikuti risalah yang di- bawa Nabi Muhammad SAW. Qais pun menjawab, "Aku telah berjan- ji kepada Muhammad untuk tidak menyakitinya dan senantiasa men- jaganya demi Muhammad." Yogi Ardhi/Republika Atas jaminan dari Rasulullah SAW ini, Hawa akhirnya bisa me- nunjukkan keislamannya di te- ngah-tengah masyarakat Yastrib pada saat itu. Ini menjadi salah satu keutamaan yang dimiliki oleh Hawa, yaitu mendapat peng- hormatan dari sang suami karena Rasulullah SAW. Hawa memang dikenal sebagai salah satu perem- puan dari kalangan kaum Anshar yang memeluk Islam paling awal. Meski pada saat itu Rasulullah SAW masih berada di Makkah, Hawa yakin dengan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW. ada di barisan paling depan). Hanya, ada beberapa permasala- han saat sang imam perempuan ini memimpin shalat jamaah jahriyah atau Dalam buku Hubungan Pe- nguasa dan Rakyat dalam Pers- pektif Sunnah karya Yahya Ismail, terdapat sebuah cerita tentang keikutsertaan Hawa untuk berba- iat kepada Rasulullah SAW. Pada saat itu, Hawa datang bersama tiga orang wanita dari kaum An- shar, yaitu Ummu Amir al-Asyha- liyah dan Laila binti al-Khuthaim kepada Rasulullah SAW untuk berbaiat secara langsung kepada beliau dan mengikuti ajaran Islam. Fikih Muslimah Imam Jamaah Perempuan Haruskah Mengeraskan Bacaan Shalat? erempuan mempunyai hak un- tuk ikut melakukan shalat jama- Diriwayatkan dari Muham- mad bin Umar, "Usamah bin Zaid telah menceritakan kepadaku dari REPUBLIKA dialog JUMAT shalat jamaah dengan suara yang harus dikeraskan. Contohnya saja shalat Maghrib, Isya, dan Subuh. Apa- kah sebagai imam perempuan ini ha- rus melirihkan suaranya, tidak ber- suara atau tetap bersuara keras (jahr). Ustazah Aini Aryani dari Rumah Fiqih menjelaskan, jahr dalam bacaan shalat maksudnya adalah mengeras- kan di beberapa rukun shalat, tetapi bukan dengan suara lantang atau te- riak-teriak. Maksud jahr di sini, yakni sekadar terdengar oleh jamaahnya. Menurut dia, semua ulama sepakat bahwa dalam shalat jahr maupun sha- lat siriyah, takbir intiqal atau takbir yang menandakan perpindahan dari satu rukun ke rukun selanjutnya dalam shalat adalah diperbolehkan. Seandai- nya tidak dikeraskan, ujar dia, mak- mum tidak tahu ketika terjadi perpin- dahan rukun shalat. Nick Ut California Daily Life/AP Hanya, ada beberapa perbedaan pendapat dari para ulama bagaimana cara membaca ayat-ayat Alquran saat imam memimpin shalat jamaah jahri- yah. Menurut Ustazah Aini, Mazhab Maliki mengungkapkan bahwa hukum imam wanita mengeraskan suaranya Daud bin al-Husain dari Abu Sufyan, ia berkata bahwa Ummu Amil al-Asyhaliyah berkata. 'Sa- ya bersama Laila binti Al Khu- thaim dan Hawa binti Yazid bin as-Sakn bin Karz bin Za'wa da- tang menghadap baginda Rasu- lullah SAW. Sedangkan, kami pa- da saat itu mengenakan pakaian berbulu yang menyelimuti tubuh kami pada waktu antara Maghrib dan Isya. Lalu saya mengucapkan salam dan beliau meminta saya untuk menyebutkan keturunan saya. Maka saya menyebutkannya dan meminta teman saya melaku- kan hal yang sama. " Akhirnya Rasulullah SAW bertanya, "Apa keperluan kalian datang kemari?" Kami menja- wab, "Ya Rasulullah, kami datang untuk memberikan baiat kepada Rasulullah atas agama Islam ka- rena sesungguhnya kami telah membenarkan dan bersaksi bah- wa yang Rasulullah bawa adalah kebenaran." Kemudian Rasulul- lah SAW menjawab, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi- kan kalian petunjuk kepada Is- lam. Saya telah membaiat kalian semua.ed: a syalaby ichsan adalah makruh. Baik itu shalat sir ataupun shalat jahriyah. Jika imam ini mengeraskan bacaannya ternyata di sekitarnya banyak orang laki-laki maka orang laki-laki harus memberi isyarat untuk mempelankan. Menurut Ustazah Aini, bacaan sang imam perempuan bisa dilirihkan. Sementara, ulama dari Mazhab Syafii menganjurkan agar imam pe- rempuan mengeraskan bacaan dalam shalatnya saat shalat jahriyah, bahkan ketika shalat sendirian. Namun, ini berlaku jika lingkungannya tidak ada lelaki yang bukan mahram. Jika terda- pat mahram di lingkungan ketika dia shalat, imam tersebut sebaiknya me- lirihkan bacaan shalatnya. Ustazah Aini pun menjelaskan, ula- ma dari Mazhab Zhahiri membolehkan perempuan men-jahr-kan shalat di tiga shalat jahriyah. Pendapat ini mengambil qiyas sebagaimana boleh- nya lelaki boleh mendengar suara pe- rempuan. Dengan catatan, suara pe- rempuan tidak didayu-dayukan dan di- manja-manjakan, sehingga timbul fit- nah dari pihak lelaki. Wallahualam. ed: a syalaby ichsan REPUBLIKA dialog JUMAT SILATURAHIM >> Color Rendition Chart Kajian Tem Wasp di Du Reja Irfa Widodo Kemajuan teknologi kom seperti pedang berma emajuan dalam te komunikasi, dalam kemajuan te K net atau dunia m anggap sebagai bermata dua. sisi, kemajuan teknologi kom dapat memudahkan orang unt saling berinteraksi dan berkom walaupun terpisah jarak dan tida memakan waktu yang lama. Di s lain, kemajuan teknologi juga m dampak negatif. Terutama dalam dupan agama seorang individu. Untuk itu, seorang Muslim diha bisa mewaspadai perbuatan atau di dunia maya yang justru memb terjerumus kepada kemaksiatan da Adanya pintu-pintu dosa di duni ini dibahas dalam kajian temati digelar oleh Majelis Taklim (MT) AL di Masjid kompleks Islamic Centre Jalan Jenderal Ahmad Yani, No.27 Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekas Barat, akhir pekan lalu. Kamran Dikarma Dalam kajian bertema 'Mewa Pintu-Pintu Dosa di Dunia Maya but, pemateri yang hadir adalah Ali Musri Semjan Putra. Dai lulusa versitas Islam Madinah, Arab Sau memulai paparannya dengan kond nologi komunikasi saat ini. Menur kemajuan teknologi komunikasi pedang bermata dua. Satu sisi memberikan kebaikan dan memuc komunikasi manusia, sedangkan sisi kemajuan teknologi komunika memiliki bahaya yang cukup luar Terlebih jika kita tidak mewa terhadap bahaya-bahaya tersebut. tergantung dari orang yang memega dang atau alat itu. Jadi, kita harus pergunakan alat atau handphone smartphone itu benar dan pada temp Jangan malah menjadi alat untuk provokasi, memfitnah, dan bukan m alat untuk menambah dosa," ujar Ali Musri. Lebih lanjut, Ustaz Ali Musri mer kan, kemaksiatan di dunia maya at. ternet bahkan, tidak mengenal dan tempat. Di mana saja, asal ada dan paket internet, orang bisa meng internet dan tidak tertutup kemung berbuat maksiat. Karena itu, kata Ali Musri, perlu ada rambu-rambu kita tetapkan sendiri dalam mengun dan memanfaatkan kemajuan tekm informasi tersebut. Rambu-rambu yang dibuat oleh gunanya harus berdasarkan ilmu dan Sehingga, penggunanya tidak terjer dalam kemaksiatan dan membuka p pintu dosa. Menurut Ustaz Ali Musri Silaturahim Kajian Majelis T Beramar M ajelis Taklim Al Sidra Al Hidayah meng- gelar kajian rutin akhir pekan di Masjid Al-Hidayah, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (18/2). Kajian yang dilaksanakan bakda Ashar hingga menjelang Maghrib tersebut mengusung tema perihal amar makruf nahi mungkar yang harus dilakukan setiap Muslim. Untuk membahas tema tersebut, Majelis Tak- lim Al-Hidayah mengundang Ustaz Aan Chandra Tahalib sebagai narasumber. Seusai jamaah menunaikan shalat sunah Rawatib, kajian pun dimulai. Ustaz Aan menjelaskan, setiap manusia, terlebih lagi Muslim, patut untuk mengajak dan menunjukkan jalan kebaikan kepada orang- orang di sekelilingnya. Menurut dia, orang yang menunjukkan jalan kebaikan tersebut tidak hanya mendapat pahala untuk perbuatannya, tetapi juga limpahan pahala dari orang yang diajaknya menuju kebaikan. Hal ini telah disabdakan Rasulullah SAW. Da- lam sebuah hadis, Rasul pernah menjelaskan, barang siapa yang menunjukkan kebaikan, dia akan mendapatkan pahala dari orang yang me- ngerjakan kebaikan tersebut tanpa mengurangi bobot pahalanya. Menurut Ustaz Aan, hadis ter- sebut adalah hadis yang sangat agung. "Dan hadis ini juga menjadi salah satu fondasi untuk kita beramar makruf nahi mungkar," ujarnya men- Begitu pun sebaliknya. Ustaz Aan berpendapat, ketika seseorang mengajak orang lain pada kebu- rukan atau perbuatan dosa, orang tersebut akan mendapatkan dosa ganda. "Dosa dari ajakannya pada keburukan dan dosa dari orang yang melaku- jelaskan. 4cm kan pert Dia yang me baik dan ga didap diajarkar yang mer katanya Conto menjamu
