Tipe: Koran
Tanggal: 2017-03-03
Halaman: 36
Konten
12 JUMAT, 3 MARET 2017 4 JUMADIL AKHIR 1438 H. USWAH >> Kamran Dikarma Sebagai Muslimah dan ibu rumah tangga, Aliyah tidak dikekang oleh suaminya ketika memutuskan untuk menggeluti dunia bisnis. B isnis batik Jum- ratul Aliyah sudah berjalan dua tahun bela- kangan. Kendati belum lama, ca- kupan pasar batiknya hampir menyentuh seluruh daerah di Indonesia. Tak mengherankan bila Aliyah dapat mengantongi keuntungan mencapai Rp 30 ju- setiap bulannya, Aliyah mengatakan, sebelum berkecimpung dalam bisnis batik, ia mengaku telah menggeluti bisnis busana perempuan pada 2006 hingga awal 2015. Namun, karena melihat pasar batik yang cukup potensial di Indonesia, ia memutuskan untuk mengalihkan bisnisnya. Ia menilai, bisnis batik me- Komunitas mang memberi peluang lebih besar bila dibanding dengan jenis busana lainnya. Selain mengan- dung unsur kebudayaan, batik te- lah menjadi busana yang dapat dipakai dalam berbagai kesem- patan. Baik yang bersifat formal maupun nonformal. Akhirnya, pada Agustus 2015, Aliyah mendirikan sebuah merek batik bernama "Aamir Kinsler". "Nama merek ini saya ambil dari nama anak saya karena saya pu- nya cita-cita untuk memiliki bisnis yang bisa diwariskan kepa- da anak saya kelak," ujarnya ke- pada Republika, Senin (27/2). Setelah menemukan nama merek, Aliyah mulai mencari konveksi untuk proses produksi batiknya. Batik yang dia jual memang bukan batik tulis, me- lainkan batik print atau cetak. "Walaupun begitu kualitas pro- duksinya saya uji dulu, luntur atau enggak, dan aspek lainnya juga. Cocok, baru kita kerja sa- ma," ujar dia. Adapun bahan untuk produk batiknya, Aliyah mencarinya di beberapa pasar di Jakarta. Ia juga siap menjalin kerja sama dengan pedagang-pedagang bila me- reka memang memiliki kualitas Dok Pri produk, dalam konteks ini adalah bahan atau kain batik yang cukup baik. JUMRATUL ALIYAH 61 Tekuni Bisnis Batik Setelah bahan dan tempat produksi telah didapatkannya, Aliyah segera memulai bisnisnya. "Pertama saya tentu pesan bahan batiknya, kemudian serahkan ke vendor (konveksi) untuk proses penjahitan. Dengan sistem seperti ini, saya bisa lebih fokus di urus- an pemasaran," ujarnya. Dalam proses pemasaran produk, Aliyah mengandalkan sistem daring. Penjualan da- ring dinilai lebih praktis dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Dia pun tak ragu me- masok produk-produknya ke be- berapa mal daring yang cukup terkemuka di Indonesia. "Saya market- juga memasang iklan market place (online) tersebut supaya produknya bisa lebih dikenal oleh masyarakat," ujar Aliyah. Tak butuh waktu lama, pro- duk batik Aamir Kinsler mu- lai dikenal oleh masyarakat. Permintaan pun berangsur-ang- sur mengalami peningkatan. Dalam waktu dua sampai tiga pekan, Aliyah mengaku, bisa menjual sekitar 200 hingga 300 Kunjungi Taiwan, Fatayat NU Sambangi Partai Penguasa F Yasin Habibi/Republika Rahmat Fajar Biodata Nama Tempat Pendidikan : D-3 Alamat E-mail Facebook : Jumratul Aliyah : Jakarta : aliyahbusana@gmail.com : jumratul aliyah baju batik. Adapun motif batik yang cukup laku, kata dia, adalah batik Solo. : Aamir Kinsler Kompleks Palem Ganda Asri 1 Blok A6 No 9 Karang Tengah, Tangerang Pembeli produknya pun tidak hanya terfokus di sekitar Jabodetabek atau sekitar pulau Jawa, tetapi mencakup berbagai daerah di Indonesia. "Untuk pasarnya ini sudah hampir ke seluruh Indonesia. Bahkan, sam- pai ke daerah-daerah perbatasan, seperti (daerah) perbatasan Kali- mantan dengan Malaysia," ujar Aliyah. Dengan cakupan pasar yang cukup luas, Aliyah mengaku, mendapat keuntungan yang cu- kup besar. "Kalau sudah dipo- tong-potong sama biaya produksi, saya bisa dapat keuntungan se- kitar 30 persen. Kalau dinomi- nalkan, sekitar Rp 30 juta per bulan," kata dia. Kendati telah memiliki ke- untungan yang terbilang cu- kup besar, Aliyah tetap ber- upaya untuk memperluas jaringan pasarnya. Salah satu hal yang ia lakukan adalah de- ngan bergabung dengan se buah komunitas bisnis, yakni Jangan takut untuk mencoba. Kalau gagal, harus tetap punya pikiran yang positif, jangan gampang putus asa. atayat Nahdlatul Ulama (NU) meng- adakan kunjungan organisasi ke Taiwan pada 25-27 Februari 2017. Salah satu agenda penting kunjungan ini adalah melakukan pertemuan dengan perempuan- perempuan dari Partai Progresif Demokratik. Kunjungan ke Taiwan itu melibatkan Ke- tua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini bersama Sekretaris Umum Margareth Aliyatul Maimunah dan pengurus lainnya. Menurut Anggia, Partai Progresif Demokratik tersebut merupakan penguasa di Taiwan. Pada Pemilu 2016 lalu, partai tersebut meraih 65 dari 113 kursi yang diperebutkan. Salah satu politikus Partai Progresif Demo- kratik, Su Jia-chyuan, menjadi ketua parlemen setelah meraih 74 dari 113 suara dalam pe- mungutan. Pertemuan sejumlah tokoh penting itu membahas berbagai hal krusial, di antaranya mengenai perempuan dan politik. Selain itu, dibahas juga mengenai kebijakan pemerintah terhadap perempuan dan anak- anak. Selain itu, Fatayat NU juga bertemu de- ngan Global Worker Organization (GWO). REPUBLIKA "Di Taiwan partai politik harus mengikut- sertakan perempuan 50 persen dalam kandidat di pemilu. Dan yang jadi anggota parlemen pun sekarang 50 persen. Ini sangat menarik karena dalam 20 tahun kemajuan perempuan sangat pesat," ujar Anggi dalam pertemuan yang juga dihadiri Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Taiwan Agus Susanto seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (28/2). JUMAT komunitas Ibu-ibu Doyan Bisnis. Di komunitas ini, selain memperkenalkan produknya pada anggota komunitas guna memperluas jaringan pasarnya, Aliyah juga banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru terkait dunia bisnis. "Sebab, di komunitas ini banyak bikin pelatihan-pelatihan bisnis untuk para wirausaha. Seperti pelatihan bagaimana cara menjual, cara membuat iklan yang menarik, dan lain-lain," ujarnya. Sebagai seorang Muslimah dan ibu rumah tangga, Aliyah mengaku, tidak dikekang oleh suaminya ketika memutuskan menggeluti dunia bisnis. Dia menilai, kegiatan mencari nafkah memang tidak melulu harus dipikul sepenuhnya oleh suami. "Jadi, kalau ada Muslimah yang ingin berbisnis dan mencari nafkah, menurut saya sih sah-sah saja. Asalkan dua-duanya (suami dan istri) sudah sepakat dan sama-sama ikhlas dan ridha," kata dia menerangkan. Ia juga memiliki saran-saran untuk para Muslimah yang hen- dak mencemplungkan diri ke dunia bisnis seperti dirinya. Per- tama, kata dia, jangan pernah ragu atau takut. "Jangan takut untuk mencoba. Kalau gagal, harus tetap punya pikiran yang positif, jangan gampang putus asa," kata Aliyah. Selain itu, jangan pernah menutup diri untuk terus belajar. Sebab, ilmu bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja. "Sebab, kalau tidak belajar juga akan susah. Karena, bisnis di masa sekarang tidak seperti dulu yang sederhana, cukup buka toko dan tinggal berjualan," ujar Aliyah. Hal terpenting, menurut Aliyah, jalankan bisnis sesuai dengan prinsip atau syariat Islam. Hal ini dil an agar rezeki yang didapatkan dari hasil penjualan telah diridhai dan diberkahi Allah SWT. ed: a syalaby ichsan Selama ini organisasi itu intensif memberikan keterampilan dan pendampingan terhadap buruh migran asal Indonesia. Keterampilan bersertifikat itu membuat buruh migran memiliki bekal ketika kembali ke Tanah Air. "Selain itu, keterampilan tersebut juga bisa digunakan di Taiwan. Yang pasti, gaji mereka akan bertambah dan mereka bisa bersaing dengan pekerja lain," kata wanita yang juga staf khusus Kemenpora ini. Anggia menambahkan, Fatayat NU juga melakukan talk show di radio RTI. Talk show itu untuk mengenalkan kiprah Fatayat NU di Indonesia dan Taiwan. Dalam pembicaraan dengan manajemen RTI, Fatayat dan NU diharapkan bisa mengisi ceramah untuk me- ngenalkan dan memperluas Islam Ahlisunnah waljamaah. Langkah itu dianggap penting karena banyak buruh migran asal Indonesia yang menjadi sasaran kelompok radikal. Agenda lain yang tak kalah penting adalah pelantikan PCI Fatayat NU Taiwan periode 2017-2021. Anggia melantik Tania Tari sebagai ketua Fatayat Taiwan untuk kali kedua. Dalam pelantikan yang dimeriahkan keha- diran habib syekh dari Solo itu, Fatayat NU Taiwan memperkenalkan slogan "Fatayat Bermanfaat". Laskar Relawan Taiwan yang merupakan inisiasi dari Fatayat juga didekla- rasikan. Anggia bersama Laskar Relawan Taiwan kemudian membersihkan lingkungan dan tempat ibadah, seperti masjid dan tempat ibadah agama lain. "Ini untuk menunjukkan bahwa sifat gotong royong yang dimiliki orang Indonesia tidak hilang meski mereka hidup di negeri orang," ujar Anggia. ed: a syalaby ichsan Color Rendition Chart 4cm
