Tipe: Koran
Tanggal: 2017-01-06
Halaman: 34
Konten
2cm 6 Opini tajuk Harga Baru di Tahun Baru T ahun 2017 baru memasuki hari keenam. Namun, se- panjang enam hari pertama pada pergantian tahun ini sudah ada dua komponen harga yang mengalami kenaikan. Pertama adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kedua adalah tarif baru untuk pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat oleh Polri secara nasional. Kenaikan harga ini berlaku untuk BBM nonsubsidi, yakni jenis Pertalite, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Masing-masing jenis mengalami kenaikan harga sebesar Rp 300 per liter. Kenaikan harga terhitung mulai 5 Januari 2017 pukul 00.00 WIB. Sebulan sebelumnya, Pertamina juga telah menaikkan harga Pertamax dan Pertamax Plus sebesar Rp 150 per liter dengan alasan untuk menyesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia. Jenis BBM tersebut memang tak disubsidi pemerintah sehingga mengikuti harga minyak internasional: bisa naik, bisa pula turun. Pada Jumat (6/1), masyarakat dikejutkan dengan kenaikan biaya pengurusan perpanjangan STNK kendaraan bermotor. Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas PNPB untuk mengganti PP Nomor 50 Tahun 2010 tentang hal yang sama, ada kenaikan biaya pengurusan surat-surat kendaraan hingga dua kali lipat besarannya dari semula. Kenaikan biaya pengurusan surat kendaraan bermotor ini cukup mengejutkan masyarakat. Terbukti dengan berbon- dong-bondongnya warga pada Kamis (5/1) memadati kantor- kantor polisi dan mobil samsat keliling. Mereka memanfaat- kan waktu sisa satu hari sebelum kenaikan biaya itu dite- tapkan. Padahal, masa berlaku surat kendaraan bermotor sebagian warga tersebut belum habis. Dengan alasan demi menghindar dari membayar lebih karena harga baru telah ditetapkan. Fenomena beramai-ramainya mengurus surat kendaraan bermotor ini memperlihatkan masyarakat kita sangat selektif dalam membelanjakan uang yang dimiliki. Sikap sangat selektif ini bisa jadi karena memang masyarakat kita gemar berhemat dan penuh pertimbangan dalam memilah objek pembelanjaan uangnya. Akan tetapi, bisa jadi pula memang masyarakat kita sedang dalam impitan ekonomi. Nilai uang yang mereka miliki dirasakan tidak sebanding dengan harga barang-barang kebu- tuhan pokok yang mesti mereka konsumsi dan gunakan. Artinya, kenaikan harga barang-barang telah menggerus nilai uang yang mereka miliki. Dengan kondisi ini, membuat mereka sangat perhitungan dalam mengeluarkan uangnya. Kenaikan harga BBM dan pengurusan surat kendaraan bermotor sudah cukup menekan biaya hidup sebagian dari masyarakat kita. Belum lagi kenaikan harga sejumlah bahan pangan di sejumlah daerah, seperti cabai dan bawang merah. Bagi sebagian masyarakat, kenaikan harga produk pangan itu tidak berdampak signifikan. Namun, bagaimana dengan masyarakat kita yang tinggal di perdesaan? Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (3/1) merilis jumlah penduduk miskin Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo terus mengalami penurunan. Namun, BPS mengingatkan agar mewaspadai disparitas yang tinggi antara kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Jumlah penduduk miskin di perdesaan per Maret 2017 sebesar 17,67 juta orang (14,11 persen), sedangkan di perko- taan 10,34 juta orang (7,79 persen). Artinya, masih banyak penduduk di desa yang miskin, disparitas dengan perkotaan juga tinggi. Disparitas jumlah penduduk miskin memang harus segera ditangani. Jika dibiarkan, disparitas ini bisa semakin tinggi. Solusinya, perlu ada kebijakan khusus yang simultan dan terencana dengan baik untuk mengurangi jumlah penduduk miskin di perdesaan. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo pada saat membe- rikan pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Rabu (4/1), mengingatkan seluruh anggota Kabinet Kerja untuk bersama-sama berupaya keras mewujudkan terjadinya pemerataan. Pemerataan ekonomi akan dijadikan fokus pada masa kerja tahun ini. Namun, untuk menjadikannya fokus perhatian bukan hal mudah. Perlu langkah yang strategis guna mencegah ketim- pangan semakin dalam. Mudah-mudahan tahun baru tidak hanya dengan harga bahan kebutuhan yang baru, tetapi juga disertai dengan pen- dapatan baru yang lebih baik, lapangan kerja yang lebih ba- nyak, tingkat pengangguran yang bisa terkontrol, dan kesem- patan memperoleh akses pendidikan yang lebih luas. suarapublika Tarif Urus STNK dan BPKB Naik Awal 2017, rakyat kembali mendapat kado tahun baru dari pemerintah. Pasalnya, mulai 6 Januari 2017, tarif pengurusan STNK dan BPKB naik dua hingga tiga kali lipat. Keputusan ini sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2016. Kebijakan ini dinilai memberatkan rakyat mengingat laju perekonomian masih lambat dan biaya hidup masih mahal. Kebijakan ini menjadi cerminan hubungan 'bisnis' penguasa dan rakyat. Rakyat sebagai konsumen harus mau membayar untuk mendapatkan pelayanan publik. Dengan begitu, rakyat pun harus membayar untuk mendapatkan haknya. Egia Astuti Mardan Gang Srikaloka CT VII Nomor 3 Sleman, Yogyakarta. REPUBLIKA Terbit sejak 4 Januari 1993, Republika hadir sebagai pelopor pembaruan media massa Indonesia. Harian ini memberi warna baru pada desain, gaya pengutaraan, dan sudut pandang surat kabar negeri ini. Sebagai koran, kemudian portal berita pertama di Tanah Air, media ini melahirkan. keseimbangan baru dalam tata informasi. Republika terbit demi kemaslahatan bangsa, penebar manfaat untuk semesta. Semua naskah yang dikirim ke Redaksi dan diterbitkan menjadi milik Harian Republika. Semua wartawan Harian Republika dibekali tanda pengenal dan tidak menerima maupun meminta imbalan dari siapa pun. Semua isi artikel/tulisan yang berasal dari luar, sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan. Semua isi artikel/tulisan yang terdapat di suplemen daerah, menjadi tanggung jawab Kepala Perwakilan Daerah bersangkutan. MAHAKA GROUP Islam Kosmopolitan individu harus dilihat sebagai manusia. Islam menegaskan ini dengan istilah khalifah. Bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi. ISWANDI SYAHPUTRA Dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta A ksi Bela Islam III yang digelar tanggal 2 Desember 2016, selanjutnya cukup dikenal dengan Aksi 212, memang su sudah berlalu. Namun dampak spirit dan energinya masih terasa hingga kini. Berbagai gairah berislam mulai meram- bah sejumlah sektor kehidupan. Pada sektor ekonomi, Aksi 212 menjelma menjadi kekuat- an yang terkonsolidasi membangun pereko- nomian berbasis pemberdayaan umat. Ber- bagai harapan baru pada sektor ini mulai disemai dengan merencanakan pendirian Mi- nimarket 212, Hotel 212, hingga mendirikan Bank 212, Sementara di sektor media massa, semangat mendirikan stasiun Televisi 212 demikian menguat. Hal ini tentu mengingat bahwa umat Islam tidak memiliki ruang yang efektif untuk menyampaikan perspektif mereka terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara. Se- dangkan pada sektor religius, Aksi 212 mulai berdampak pada gagasan shalat Subuh berjamaah. Shalat Subuh dipilih sebagai simbol kebangkitan umat Islam dari tidur panjangnya. Ini memunculkan kesadaran baru di ka- langan umat Islam. Suatu kesadaran yang terus bergerak membentuk identitas baru yang disebut sebagai Islam kosmopolitan. Istilah ini dipilih untuk merefleksikan suatu gambaran suasana kebatinan umat Islam yang mengikuti Aksi 212. Bagi alumni 212 tentu dapat merasakan dan menyaksikan langsung berbagai jenis umat Islam tanpa kelas dan strata berkumpul dalam jumlah yang cukup menggetarkan dengan damai, tertib, aman, dan toleran. Dua prinsip Kosmopolitan awalnya merupakan pi- kiran filsuf Diogenes pada sekitar 400 tahun sebelum Masehi. Gagasan awalnya menya- takan bahwa setiap manusia adalah warga negara kosmos. Ide ini ingin menegaskan, setiap individu adalah warga negara yang tidak dapat dibatasi perbedaan ras, budaya, suku, status sosial, termasuk agama. Gagasan Islam kosmopolitan semakin meneguhkan bahwa ke depan identitas umat Islam tidak lagi dapat dikotak-kotakkan ke dalam berbagai varian sosial dan politik yang bergerak di ruang yang sempit. Pada dasar- nya gagasan kosmopolitan dibangun dengan dua prinsip dasar. Pertama bahwa setiap IMAM NUR SUHARNO Kepala Divisi HRD dan Personalia Yayasan Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat alah satu sarana dakwah yang ma- sih kurang mendapatkan perhati- an dari kalangan dai adalah ber- dakwah bilqalam atau melalui tulisan. Tidak banyak dai yang mau mengambil sarana ini. Padahal, dakwah melalui tulisan tidak kalah pentingnya dari dakwah lisan (ceramah). S Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ahmad Satori Ismail, menyarankan para ulama giat berdakwah tidak hanya melalui lisan (ceramah), tetapi juga dibarengi dengan tulisan atau kemampuan literasi. Sebab, dakwah melalui tulisan dapat menjadikan seorang ulama abadi meskipun ulama tersebut telah meninggal dunia. Seringkali kita menyaksikan seorang dai yang tampil memukau di hadapan pendengarnya. Tetapi, tidak banyak dai yang mau menuliskan materi ceramahnya itu dalam bentuk tulisan. Padahal, sejatinya kemam- puan berceramah seorang dai itu tidak akan dapat memukau pendengar atau dangkal isi materi ceramahnya jika tidak dibarengi kemampuan dalam membaca. Aktivitas ceramah dimulai dari membaca, aktivitas menulis (literasi) juga dimulai dari membaca. Jadi,keduanya sama-sama diawali dengan membaca. Raghib as-Sirjani dalam bukunya Spiritual Reading mengingatkan kita semua, setengah jam setelah membaca 50 persen isi buku hilang dari ingatan, setelah 24 jam berlalu pembaca akan melupakan 80 persen isi buku. Karena itu, ikatlah ilmu dengan menulis- kannya. Demikian pesan singkat seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib. Lebih khusus, Asy-Syahid Hasan al- Banna berpesan kepada para dai, hendaknya setiap dai memiliki kompetensi membaca dan menulis. Hal ini menunjukkan pentingnya setiap dai mau menuliskan materi ceramahnya. La- Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Irfan Junaidi Wakil Pemimpin Redaksi: Nur Hasan Murtiaji Redaktur Pelaksana Koran: Subroto Redaktur Pelaksana Newsroom: Elba Damhuri Redaktur Pelaksana Online: Maman Sudjaman Redaktur Khusus: Ikhwanul Kiram Mashuri, Nasihin Masha Redaktur Senior Agus Yulianto (Kepala Redaksi) Perwakilan DIY-Jateng & Jatim: Fachrul Ratzi (Kepala Perwakilan) Yusuf Assidiq (Kepala Redaksi) Agung P Vazza Wakil Redaktur Pelaksana: Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Kumara Dewatasari, Joko Sadewo Asisten Redaktur Pelaksana: Priyantono Oemar, Stevy Maradona, EH Ismail, Mansyur Faqih, Didi Purwadi, Muhammad Subarkah Sekretaris Redaksi: Hamidah Sagaf Perwakilan Jawa Barat: Rachmat Santosa Basarah (Kepala Perwakilan) Tuhan tidak melihat hambanya dari ben- tuk fisik, status sosial, etnis, suku, dan go- longan. Tuhan hanya melihat manusia dari hati dan bagaimana hati tersebut digunakan untuk memberi manfaat bagi sesama. Sebab, sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat. Aksi 212 telah menunjukkan, selu- ruh peserta yang hadir saling berelasi tanpa dominasi. Mulai dari guru besar hingga murid yang kecil berbaur. Mulai dari sosialita hingga rakyat jelata bercampur. Mulai ulama hingga umat mele- bur menjadi suatu umatan washatan (umat pilihan) dan umatan washatan (umat yang satu). Suatu hal yang menakjubkan dan baru pertama terjadi di Indonesia, mungkin juga di dunia. Dalam konteks tersebut, setiap individu dilihat sebagai bagian dari umat manusia tanpa memandang status apa pun Politik nilai dapat dimaknai sebagai politik substansial karena mem- perjuangkan suatu nilai yang sangat penting. Nilai itu tak dapat diganti- kan apa pun. Tradisi Literasi di Kalangan Dai lu dikumpulkan, sehingga cepat atau lambat materi ceramah itu dapat dikumpulkan menjadi sebuah buku yang dapat dinikmati (dibaca) kapan saja oleh umat. Keempat, bahasa yang rumit lebih ber- gengsi dan intelek (yang kita cari bukan geng- si, melainkan pemahaman). Kelima, menulis adalah permainan kata-kata (kata-kata yang dipermainkan adalah bagian dari kebohongan). Keenam, para penulis adalah orang yang memiliki bakat menulis (tidak ada bakat menulis yang dibawa sejak lahir). Jika kita menengok ke belakang, sebenarnya aktivitas menulis ini sudah menjadi tradisi para ulama terdahulu. yang tersemat dalam dirinya. Kedua, karena individu menjelma men- jadi umat yang terbentuk secara alami dan sederajat, maka manusia tidak dapat lagi dikelompokkan berdasarkan atribut artifisial seperti latar belakang organisasi atau profesi. Artinya, status sosial yang tersemat dalam diri seseorang tidak membuatnya lebih mulia dan mendapatkan perlakuan berbeda. Seorang guru besar terlihat juga ikut basah kuyup diguyur hujan, demikian juga dengan panglima TNI yang terlihat hadir mendam- pingi presiden saat menghadiri Aksi 212. Se- cara umum, kosmopolitan muncul bukan se- bagai gaya hidup tetapi karena dorongan bu- daya dan perjuangan politik. Demikian pula dengan Aksi 212, memungkinkan terjadi ka- rena dorongan budaya dan perjuangan politik. Budaya di sini dapat dipahami sebagai identitas yang dibentuk berdasarkan sepe- Ala kulli hal, kegiatan menulis di kalang- an dai ini hendaknya menjadi tradisi yang terus dikembangkan. Menulis adalah tindak- an konkret dan praktis. Agar dapat menulis, seseorang harus melakukannya. Hanya dengan menulis seseorang akan dapat belajar menulis. Tanpa melakukannya seseorang tidak akan pernah dapat menulis dengan baik. Dakwah melalui tulisan dapat menjadikan seorang ulama abadi meski telah meninggal dunia. Bambang Trim dalam bukunya Menjadi Power Da'i dengan Menulis Buku memberi- kan tiga langkah yang dapat memunculkan stimulan dan gagasan untuk menulis. Yaitu, banyak membaca, banyak berjalan, dan banyak silaturahim. Karenanya, gabungkan ketiga langkah itu sebagai kebiasaan sehari-hari. Lebih lanjut, Bambang menyebutkan beberapa mitos yang dapat melemahkan semangat untuk menulis. Pertama, menulis butuh mood (menulis ada- lah azam yang bisa mengalahkan mood). Kedua, ide buruk akan tertutupi oleh tulisan yang bagus (ide buruk akan tetap tampak buruk di tangan seorang penulis profesional sekalipun). Ketiga, bahasa indah dan menarik dibuat dengan puitis (terkadang bahasa yang terlalu berbunga-bunga malah membosankan). Reporter Senior. Harun Husein, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Siwi Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat Hadi Sucipto. Kepala Desain: Sarjono. Kepala Infografis: Muhamad Ali Imron. Kepala Bahasa: Ririn Liechtiana. Kepala Digital: Desi Purwo Wijianto REPUBLIKA JUMAT, 6 JANUARI 2017 Alamat Redaksi: Jl. Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta 12510 T.021.780 3747 (Hunting), 021.791 84744 (iklan) F. 021.780 0649, 798 3623 (Redaksi), 021.798 1169 (iklan), 021.791 98442 (Sirkulasi dan Berlangganan) Email Redaksi Republika: sekretariat@republika.co.id. rangkat nilai yang diyakini mengandung ke- benaran. Salah satu sumber kebenaran yang diyakini umat Islam adalah kitab suci Alqur- an. Harus diakui pula bahwa Aksi 212 dipicu adanya perasaan yang dinilai umat Islam sebagai penghinaan terhadap Alquran. De- ngan demikian politik sebagai faktor pendo- rong munculnya Islam kosmopolitan juga dapat dipahami sebagai politik nilai, bukan politik kekuasaan. Politik nilai dapat dimaknai sebagai politik substansial karena memperjuangkan suatu nilai yang dinilai sangat penting. Nilai tersebut tidak dapat diukur dan digantikan oleh apa pun. Nilai substansial inilah yang menggerakkan setiap orang rela berkorban apa saja untuk hadir dalam Aksi 212. Kendati sempat dihalang-halangi, halangan tersebut tidak mampu menahan hati yang terpanggil untuk bergerak menghadiri Aksi 212. Bahkan sekali pun jika hal tersebut harus dilakukan dengan berjalan kaki ratusan kilometer. Santri yang berjalan kaki dari Ciamis, Jawa Barat, menuju Jakarta merupakan bukti betapa kuat magnet politik nilai mampu menggerakkan hati orang untuk berkorban apa saja. Alamat Perwakilan: Republika Jawa Barat: Jl. Mangga No. 37 Bandung 40114 T. 022.872 43363-65, F. 022 727 1384 Republika DIY-Jateng & Jatim: Jl. Perahu No. 4, Kota Baru, Yogyakarta T. 0274. 544.972, 566028, F. 0274. 541.582 Surat Izin Usaha Penerbitan Pers: SK Menpen No: 283/SK/MENPEN/SIUPP/A7/1992, Anggota Serikat Penerbit Surat Kabar: Anggota SPS No. 163/1993/11/A/2012. Karena alasan Aksi 212 ini merupakan perjuangan nilai, bukan memperjuangkan kekuasaan, maka dia harus bersih dari berbagai dimensi politik praktis. Itu pula sebabnya berbagai atribut dan identitas politik praktis tidak tampil dalam Aksi 212. Karena panggilan hati, tanpa instruksi, dengan kesadaran yang tinggi tidak ada pihak yang menampilkan identitas politik saat menghadiri Aksi 212. Berbagai relasi tersebut menyusun dan pada gilirannya mengusung narasi besar identitas baru Islam Indonesia sebagai Islam kosmopolitan. Fenomea Aksi 212 yang memunculkan gagasan Islam kosmopolitan ini dapat memo- rakporandakan berbagai tesis yang selama ini dirujuk untuk memotret kelas sosial umat Islam Indonesia. Sebut saja satu di antaranya gagasan tentang Islam abangan, santri, pri- yayi dari Clifford Geertz (1960) yang paling sering digunakan untuk memahami potret sosiologis umat Islam Indonesia, khususnya di Jawa. Kategorisasi Islam menurut Geertz tersebut perlu ditinjau ulang setelah Aksi 212 lalu berlangsung. Sebab, selain tidak dibatasi oleh kriteria sosiologis tersebut, Aksi 212 juga dihadiri oleh Islam dari kelompok abangan, santri, dan priayi. Namun, kehadiran mereka tidak dapat dinilai mewakili kelompok sosial yang merepresentasikan identitas sosial keagamaan mereka tersebut. Mereka hadir sebagai manusia (khalifah) yang datang hanya karena panggilan hati, bukan representasi dari kelas dan kultur sosial-keagamaan yang hendak mereka wa- kili. Kita mengenal Imam Syafii, Imam Ham- bali, Imam Malik, Imam Ahmad, dan imam- imam lainnya, termasuk ulama terkemuka saat ini, Yusuf Qaradhawi, bukan karena bertemu mereka, tetapi melalui karya-karya tulisnya. Melalui ketajaman pena itulah mereka akan selalu terkenang sampai akhir zaman. Ibnu Taimiyah telah menulis 300 buku dari berbagai disiplin ilmu, Abu Amru bin Al-Ba- shri menulis buku yang jumlahnya sampai memenuhi rumahnya hingga hampir men- capai atap. Dan, sang teladan Rasulullah SAW sendiri memiliki sekretaris pribadi dari kalangan sahabat sejumlah 65 orang (lihat dalam buku 65 Sekretaris Nabi SAW karya Prof Dr Muhammad Mustafa Azami). Al-Jahidz pernah mengutip ucapan se- orang penyair, "Mereka meninggal dan ter- sisalah apa-apa yang mereka perbuat, sea- kan-akan peninggalan abadi mereka hanya- lah apa yang mereka tulis dengan pena." Saking pentingnya berdakwah melalui tulisan ini, Rasulullah SAW menegaskan melalui sabdanya, "Barang siapa meninggal dan warisannya berupa tinta dan pena (yang dituliskan dalam buku) akan masuk surga." Staf Redaksi: Alwi Shahab, Syahruddin El-Fikri, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Budi Raharjo, Dewi Mardiani, Endro Yuwanto, Ferry Kisihandi, Fitriyan Zamzami, Indira Rezkisari, Irwan Kelana, Israr, Khoirul Azwar, Nashih Nashrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Musiron, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru Muhammad, Taufiqurrahman Bachdari, Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Edwin Dwi Putranto, Abdullah Sammy, Agus Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Amri Amrullah, Ani Nursalikah, A Syalaby Ichsan, Bilal Ramadhan, Bowo Pribadi, Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desy Susilawati, Djoko Suceno, Dwi Mur- daningsih, Dyah Ratna Meta Novia, Edi Setyoko, Eko Widiyatno, Erdy Nasrul, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani, Fernan Rahadi, Friska Yolandha, Ichsan Emrald Alamsyah, Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Mohammad Akbar, Muhammad Akbar Wijaya, Muhammad Fakhruddin, M Hafil, Neni Ridarineni, Nur Aini, Qommarria Rostanti, Rusdy Nurdiansyah, Satya Festiani, Setyanavidita Livikacansera, Yulianingsih, Tahta Aidilla, Agung Supriyanto, Wihdan Hidayat, Prayogi, Rakhmaty Lalang, Yasin Habibi, Raisan Al- farisi, Bambang Noroyono, Gita Amanda Jatnikawati, Angga Indrawan, M Iqbal, Satria Kartika Yudha, Rizky Jaramaya, Gilang Akbar Prambadi, Rr Laeny Sulistyawati, Nora Azizah, Lida Puspaningtyas, Dessy Suciati Saputri, Ratna Ajeng Tejomukti, Reja Irfa Widodo, Fuji Pratiwi, Halimatus Sa'diah, Mas Alamil Huda, Sadly Rahman, Agung Sasongko, Hazliansyah, Yudha Manggala Priana Putra, M Amin Madani, Julkifli Marbun, Fian Firatmaja, Karta Raharja Ucu, Puti Almas, Rahmat Fajar, Fauziah Mursid, Debbie Sutrisno, Ali Mansur, Melisa Riska Putri, Sonia Fitri, Umi Nur Fadhilah, M Fauzi Ridwan, Maspril Aries (Palembang), Ahmad Baraas, Mutia Ramadhani (Bali), Ahmad Fikri Noor, Eric Iskandarsyah, Kiki Sakinah, Lintar Satria Zulfikar, Eko Supriyadi, Issha Haruma, Marniati, M Nursyamsi, Sapto Andika Candra, Binti Sholikah, Christiyaningsih, lit Septyaningsih, Sri Handayani, Dadang Kurnia, Rizma Riyandi, Adysha Citra R, Andrian Saputra, Aprilia Safitri Ramdhani, Dian Fath Risalah, Febrian, Fira Nursya'bani, Fuji Eka Permana, Hasanul Rizqa, Intan Pratiwi, Retno Wu- landhari, Rossi Handayani, Umar Mukhtar, Wilda Fizriyani, Anggoro Pramudya, Santi Sopia, Wisnu Aji Prasetiyo, Frederikus Dominggus Bata, Wahyu Suryana, Rizkyan Adhiyuda, Kamran Dikarma, Dian Erika Nugraheny, Zuli Istiqomah, Aji Nugroho, Dwina Agustin, Mabruroh, Noer Qomariah Kusumawardhani, Rahayu Subekti, Rizky Suryarandika, Shelbi Asrianti, Kabul Astuti, Idealisa Masyrafina. Maha Benar Allah yang telah berfirman, "Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukanlah orang gila." (QS al- Qalam [68]: 1-2). Semoga Allah memberikan kemampuan kepada para dai agar dapat menuliskan materi dakwahnya menjadi sebuah tulisan, sehingga dapat mencerahkan aktifitas dak- wah di negeri ini. Amin. Direktur Utama: Erick Thohir Wakil Direktur Utama: Mira Rahardjo Djarot Direktur Operasional: Arys Hilman Nugraha Komisaris Utama: Adi Sasono Komisaris: R Harry Zulnardy Adrian Syarkawi Rudi Setia Laksmana Manajer Senior Keuangan: Ruwito Brotowidjojo GM Marketing dan Sales: Yulianingsih Yamin Manajer Iklan: Indra Wisnu Wardhana Manajer Produksi: Nurrokhim Manajer Sirkulasi: Haryadi B Susanto Harga Berlangganan: Rp 87.000 per bulan. Harga Eceran Pulau Jawa Rp 3.500 per eksemplar. Harga Eceran Luar Jawa: Rp 4.500 per eksemplar (tambah ongkos kirim). Rekening Bank an PT Republika Media Mandiri: Bank BSM, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 003.011.3448 Bank Mandiri, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 127.000.424.0642 Bank Lippo, Cab. Warung Buncit, No. Rek. 727.30,028.988 Bank BCA Cab. Graha Inti Fauzi, No. Rek. 375.305.6668 Bank BNI Syariah, Cab. Fatmawati, No. Rek, 021.159.324.0 REPUBLIKA JUMAT, 6 JANUARI 2017 KIRIM TAHANAN KE SAUDI Amerika Serikat (AS) akan memindahkan empat tahanan di penjara militer Guantanamo ke Arab Saudi dalam waktu 24 jam, terhitung sejak Rabu (4/1). Total akan ada 19 tahanan dipindahkan ke Saudi, Oman, Italia, dan Uni Emirat Arab sebelum pelantikan presiden baru pada 20 Januari. Presiden terpilih Donald Trump berjanji akan mempertahankan Guantanamo dan mengisinya dengan orang-orang jahat. Tampak foto pos penjagaan di Guantanamo pada 2006. HRW: La Rohingy ●FIRA NURSYA'BANI Pemerintah menyangkal pembantaian dan kasus gizi buruk di Rakhine. NAYPYIDAW - Human Right Watch (HRW) menyatakan laporan penyelidikan kekerasan di Rakhine Ne- gara Bagian cacat metodologi. Peme- rintah Myanmar dinilai sedang men- coba menutupi pelanggaran yang dila- kukan terhadap warga sipil di Rakhine. "Ini adalah contoh klasik dari ke- simpulan politik untuk menegaskan bahwa situasi di sana tidak begitu bu- ruk yang dirancang untuk mengha- dang tekanan masyarakat interna- sional," kata kelompok hak asasi ma- nusia yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, dikutip Aljazirah. Dalam sebuah laporan, komisi bentukan pemerintah yang menye- lidiki insiden kekerasan di Rakhine Negara Bagian membantah pasukan keamanan Myanmar telah melaku- BERSAMA AL AZHAF NAN CERGAS, INOVA Hadirkan masa depan yang cerah bagi Anar di seluruh Indonesia. Sekolah Al Azhar mem pembelajaran yang menanamkan akhlaqul sosial sebagai perwujudan sosok generasi m PENDAFTARAN DIBUKA DES 2016- 21%e1 / Kelas Tahfiz Color Rendition Chart 118x15 kan pembantaia Rohingya. Lapor pada Rabu (4/1) komisi tidak me nya pelanggaram "Populasi pe tambah di Maur meningkat di Ma jid dan banguna di daerah keru bahwa tidak ada penganiayaan ba kata komisi itu nyataan yang di Komisi ters seorang mantam nama Myint Swe masih berada Washington. Sw menemukan bu kasus pemerkos nangkapan, dan Muslim Rohing "Tidak ada ditemukan di si rah ini mengun petani," kata la organisasi bant nyatakan, ada yang kekuran Rakhine. Komisi han 1 PROGRAM UNGGULAN SEKOLAH ISLAM AL AZHAR: Boarding School W
